Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT

GAMBARAN KESADARAN PEGAWAI BADAN NARKOTIKA


NASIONAL PROVINSI RIAU (BNNPR) DALAM
MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
TAHUN 2018

OLEH

SRI NINGSI : 144010033

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU (PKIP)


PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
T.A 2017/2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM)

GAMBARAN KESADARAN PEGAWAI BADAN NARKOTIKA


NASIONAL PROVINSI RIAU (BNNPR) DALAM MENCUCI
TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) TAHUN 2018

Nama :Sri Ningsi 144010033

Peminatan : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP)

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Pekanbaru,

Menyetujui

Pembimbing

(Dwi Sapta Aryantiningsih, SST, M.Kes)


NIDN:1016098201

ii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN KESADARAN PEGAWAI BADAN NARKOTIKA
NASIONAL PROVINSI RIAU (BNNPR) DALAM MENCUCI
TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) TAHUN 2018

LAPORAN PKM
Dipersiapkan dan di pertahankan oleh :
SRI NINGSI : 144010033

Pembimbing

Dwi Sapta Aryantingsih, SST, M.Kes


NIDN: 1016098201

Ketua penguji Penguji I

Desi Nindya Kirana M.Kes Betty Oktaviani, S. Farm, Apt


NIDN:1016098201 NIP 198110112009032003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dwi Sapta Aryantiningsih, SST. M.Kes


NIDN:1016098201

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadhirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “Praktikum Kesehatan Masyarakat
(PKM)” di Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahakan kepada junjungan kita


Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang
yang mengikuti petunjuknya.

Dalam penyusunan laporan PKM ini, kami menyadari akan banyaknya


kendala-kendala yang kami hadapi dilapangan. Namun berkat bimbingan Dosen
pembimbing dalam pelaksanaan PKM sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan laporan PKM. Disamping itu kami turut mengucapkan banyak terima
kasih kepada :

1. Ibu Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru.
2. Ibu Dwi Sapta Aryantiningsih, SST, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung
Negeri Pekanbaru dan dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
dan masukan dalam pembuatan laporan PKM ini.
3. Kepada ibu Betty Oktaviani, S.Farm, Apt selaku pembimbing lapangan
di Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau yang telah memberikan
arahan dan masukkan dalam pembuatan laporan PKM ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa prodi S1 Kesehatan Masyarakat peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


laporan PKM, Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan
semoga hasil laporan PKM ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan

i
mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat umumnya. Serta kritikan dan saran yang
membangun agar penyusunan laporan PBL ini untuk kedepan nantinya dapat
ditingkatkan lagi.

Pekanbaru, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Cuci Tangan Pakai Sabun ............................................................................ 5
1. Pengertian ................................................................................................. 5
2. Manfaat Cuci Tangan Pakai Sabun .......................................................... 6
3. Beberapa Alasan Setiap Anggota Keluarga Harus Mencuci Tangan
Dengan Menggunakan Air Bersih Dan Sabun, Antara Lain : ......................... 6
4. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan ..................................................... 7
5. Cara Cuci Tangan yang Benar .................................................................. 7
6. Manfaat Mencuci Tangan ....................................................................... 10
7. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Membina Perilaku Cuci Tangan. ........ 10

BAB III METODE PELAKSANAAN


A. Tempat Dan Waktu .................................................................................... 11
B. Cara Pengumpulan Data ............................................................................. 12
C. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 12
D. Analisa data ................................................................................................ 12
E. Tahapan Kegiatan....................................................................................... 12
F. Panitia Pelaksanaan .................................................................................... 13
G. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan ...................................................... 13

iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi ........................................................................................... 14
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 37
C. Prioritas Masalah ........................................................................................ 38
D. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................. 39
E. Pelaksanaan Solusi atau Intervensi ............................................................ 39
F. Evaluasi Yang Telah Dilakukan Intervensi................................................ 40

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 42
B. Saran ........................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak asasi manusia dan merupakan intervensi untuk
kehidupan yang produktif. Sehat juga merupakan prasyarat agar hidup kita
menjadi berarti, sejahtera, dan bahagia. Untuk mewujudkan hal tersebut
seseorang wajib menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan secara
terus-menerus.

Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menjaga sanitasi


lingkungan, makanan dan CTPS (cuci tangan pakai sabun) di Indonesia
mengacu pada berbagai tatanan, beberapa tatanan tersebut antara lain
ditatanan rumah tangga, instansi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan
sarana kesehatan. Setiap tatanan memiliki beberapa point indikator prilaku
yang harus diterapkan. Apabila penerapan PHBS, sanitasi lingkungan, makan
serta CTPS dilakukan dengan baik maka upaya pemeliharaan kesehatan telah
dilakukan dengan baik pula. Hal sebaliknya akan terjadi apabila penerapan
PHBS, sanitasi lingkungan, makanan, dan CTPS tidak dilakukan dengan baik
maka akan timbul berbagai masalah kesehatan.

Penerapan PHBS di lingkungan tempat kerja merupakan salah satu upaya


strategis untuk menggerakkan dan memberdayakan para karyawan/pegawai
untuk hidup bersih dan sehat dalam hal ini di Kantor Dinas Kesehatan.
Pembinaan PHBS di tempat kerja dilaksanakan atas dasar Kepmenkes Nomor:
1114/Menkes/SK/X/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah serta Kepmenkes Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Lingkungan tempat kerja yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai
merasa nyaman sehingga dapat lebih produktif. Oleh karena itu kegiatan

1
PHBS di tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di
lingkungan tempat kerja.

WHO menyatakan cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare
hingga 47%. Data dari Subdit diare Kemenkes juga menunjukkan sekitar 300
orang diantara 1000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun.
Penyebab utama diare adalah kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat
dimasyarakat, salah satunya kurangnya pemahaman mengenai cara mencuci
tangan pakai sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih yang
mengalir.

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga


merupakanpenyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian. Padatahun 2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3
provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlahpenderita 198 orang dan kematian 6
orang (CFR 3,04%). Insidensi diare nasionalhasil Survei Morbiditas Diare
tahun 2014 yaitu sebesar 270/1.000 penduduk, makadiperkirakan jumlah
penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak6.897.463
orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di
fasilitaskesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% dari target
(Kemenkes RI, 2016).

Menurut Profil Kesehatan Kota Pekanbaru 2015, pada tahun 2015jumlah


penderita diare sebanyak 7.051 orang dan seluruhnya (100%) ditolong oleh
tenaga kesehatan maupun kader kesehatan di posyandu (Dinkes, 2015).

Kasus diare di Kecamatan Rumbai Pesisir pada tahun 2012 sebanyak 917
kasus, sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan Oktober
terdapat 788 kasus diare. Sedangkan berdasarkan Data Dinkes Kota Pekanbaru

2
tahun 2012 menunjukkan kasus kecacingan dari 20 puskesmas tercatat 2285
kasus, dimana 225 kasus terdapat di puskesmas Rumbai Pesisir.

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) Provinsi Riau adalah


sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor,
dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol
kususnya di Provinsi Riau. BNN Provinsi Riau dipimpin oleh seorang kepala
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui
koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dilihat dari kondisi kantor BNN Povinsi Riau, sarana dan prasarana cuci
tangan pakai sabun belum tersedia dan dilihat dari kesadaran pegawai dalam
cuci tangan pakai sabun masih kurang diperhatikan. Hal ini ditandai dengan
kamar mandi kantor BNNPR tidak memiliki sarana cuci tangan pakai sabun.

Berdasarkan hal tersebut, laporan ini menyajikan hasil gambaran kesadaran


pegawai Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau dalam mencuci tangan pakai
sabun di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas Praktikum Kesehatan Masyarakat berkaitan
Bagaimana gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika Nasional Provinsi
Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di kantor Badan Narkotika Nasional
Provinsi Riau Tahun 2018?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika
Nasional Provinsi Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di kantor
Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mmeberikan pendidikan kesehatan mengenai mencuci tangan
pakai sabun di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun
2018.
b. Untuk mengevaluasi masalah mencuci tangan pakai sabun di kantor
Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi BNNPR
Sebagai tambahan informasi tentang gambaran kesadaran pegawai Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di
kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.

2. Bagi Stikes Payung Negeri


Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang
berkaitan dengan sampah.

3. Bagi Mahasiswa/I STIKes Payung Negeri Pekanbaru


Diharapkan bagi mahasiswa/i STIKes Payung Negeri Pekanbaru dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Praktek Kesehatan
Masyarakat (PKM) mengenai kesadaran mencuci tangan pakai.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cuci Tangan Pakai Sabun


1. Pengertian
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain
itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah air yang mengalir. Menurut Garner dan Fayero
(1986) dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-
15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient paling banyak dari
kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yanglebih lama
(Rosyidah, 2014).

Mencuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak
perlu biaya mahal. Karena itu membiasakan CTPS sama dengan
mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.
Dengan demikian, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada
diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita
adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit kedalam tubuh
(Proverawati, 2012).

Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal
juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit mencuci tangan
dengan air saja tidak cukup, penggunaan sabun selain membantu
singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun
menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di
permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi, Perpaduan kebersihan,

5
bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh
setelah menggunakan sabun.Perilaku CTPS di sekolah merupakan
kebutuhan mutlak untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi anak
sekolah, perilaku cuci tangan pakai sabun belum menjadi perilaku
higienis di Indonesia termasuk anak usia sekolah (Kurniatillah, 2017).

Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu indikator dari PHBS
Ruamh Tangga, cuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dari kulit yangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air (Rahmad, 2016). Cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan
kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan
membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan.
Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut :
sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk
hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik
(PHBS-UNPAD, 2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006),
terdapat 2 teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan
mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol.

2. Manfaat Cuci Tangan Pakai Sabun


cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit nyang ada
ditanga. Tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti
diare, kolera, Disentri, Typus, Kecacingan, Penyakit kulit, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe Aute Respiratory
Syndrome (SARS). Dengan mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman (Proverawati, 2012)

3. Beberapa Alasan Setiap Anggota Keluarga Harus Mencuci Tangan


Dengan Menggunakan Air Bersih Dan Sabun, Antara Lain :
a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada

6
saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit.
b. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal ditangan.

4. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan


Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakaisabun adalah: (Permenkes,
2014)
a. sebelum makan
b. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
c. sebelum menyusui
d. sebelum memberi makan bayi/balita
e. sesudah buang air besar/kecil
f. sesudah memegang hewan/unggas

5. Cara Cuci Tangan yang Benar


7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO 2014
c. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut

7
d. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

e. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

f. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

8
g. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

h. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

i. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara


memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau
tisu.

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun


cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal.

9
Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun
adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.

6. Manfaat Mencuci Tangan


Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci
tangan pakai sabun, yaitu antara lain : (Maryunani, 2012).
1. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan.
2. Mencegah penularan penyakit seperti disentri, flu burung, flu babi,
typus, dan lain-lain.
3. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

7. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Membina Perilaku Cuci Tangan.


1) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan,
misalnya penyuluhan disekolah, penyuluhan kelompok diposyandu,
arisan, pertemuan kelompok dan kunjungan rumah.
2) Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik
perhatiaan masyarakat misalnya pada peringatan hari-hari besar
kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan (Proverawati, 2012).

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu


1. Tempat
Tempat yang dilakukan di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi
Riau. Hal ini dikarenakan di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi
Riau merupakan bagian yang bergerak di bidang P4GN (Pencegahan,
Pemberantasan Penyalah gunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika)
(BNNRI, 2015)

2. Waktu
Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM) Ini Dilakukan Pada
Tanggal 19 Maret – 05 Mei Tahun 2018 Yang Dilakukan Di Badan
Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau.

3. Ganchart Kegiatan
No. Nama Kegiatan Bulan
Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Analisis situasi

2 Identifikasi masalah

3 Prioritas masalah

4 Alternative pemecahan masalah

5 Intervensi

6 Evaluasi

11
B. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Adapun pengumpulan data
sekunder yaitu data langsung kuesioner dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Riau yang didapatkan dari lembar kuesioner.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data berupa :
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar-daftar pertanyaan yang digunakan sebagai
acuan dalam pengumpulan data.
2. Kamera
Alat yang digunakan untuk mendapatkan gambar berupa foto atau vidio
pada saat mengumpulkan data.

D. Analisa data
Dalam penelitian ini digunakan analisis metode deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika Nasional
Provinsi Riau dalam melakukan cuci tangan pakai sabun di kantor Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.

E. Tahapan Kegiatan
1. Tahapan Persiapan
a. Survai pendahuluan
b. Menyusun proposal dengan pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan
c. Meminta persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan

2. Tahapan Pelaksanaan
a. Pemberian kuesioner dari bebarapa pegawai yang ada di Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau.

12
b. Pemberian penyuluhan dan leaflet sebagai bentuk evaluasi
kegiatan.

F. Panitia Pelaksanaan
1. Ketua : Sri Ningsi
2. Sekretaris : Asri Yana Silaban
3. Bendahara : Sri Ningsi
4. Moderator : Heri Junaidi
5. Seksi Konsumsi : Sri Ningsi
6. Seksi Perlengkapan : Heri Junaidi
7. Seksi Dokumentasi : Asri Yana Silaban

G. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan

No . Item Pengeluaran Unit Harga / Tarif Nilai Total


Jumlah Per Unit
Kesekretariatan
1.
Pembuatan Laporan 4 Buah 30.000,00 120.000,00
Perlengkapan

Lembar Kuesioner 20 lembar 200 4.000,00


2
leaflet 5 buah 15.000,00 75.000,00

Sabun Cair 5 buah 10.000,00 50.0000,00

Total Rp. 249.000, 00

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Situasi
1. Sejarah Berdirinya BNN (Badan Narkotika Nasional)
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di
Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden
Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan
Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu,
penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan
penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan
subversi, pengawasan orang asing.

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres


Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi
bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil
yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen
Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang
berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN.
Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat
alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan
kebijakan internal BAKIN.

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan


permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan
berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan
berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila
dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh
bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada
saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang

14
regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia
seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus
menerus memerangi bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus


miningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah
(Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika
Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999.
BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang
beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)


secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil
dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan
dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri),
sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk


menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan
Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional
(BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas
mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan
kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1.
mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2.

15
mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN.
Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya
meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun
karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang
tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka
BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu
menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin
serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan
Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan
operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas,
yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat
nasional, Provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung
jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-
masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-
vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan


makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan
Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI
mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun
1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan

16
kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika.

Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi


Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke
Provinsi dan kabupaten/kota. Di Provinsi dibentuk BNN Provinsi, dan di
Kabupaten/Kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh
seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
BNN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama,
dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan
Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi
Hukum dan Kerja Sama.

Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi. Sedangkan


di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 100 BNNK/Kota.
Secara bertahap, perwakilan ini akan terus bertambah seiring dengan
perkembangan tingkat kerawanan penyalahgunaan Narkoba di daerah.
Dengan adanya perwakilan BNN di setiap daerah, memberi ruang gerak
yang lebih luas dan strategis bagi BNN dalam upaya P4GN. Dalam upaya
peningkatan performa pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
serta peredaran gelap Narkoba, dan demi tercapainya visi“Indonesia Bebas
Narkoba Tahun 2015”.

Melalui SK GUBRI No. KPTS 714/XII/2004, sebagai ketua BNP wagubri


H.Wan Abu Bakar MS, dan ketua pelaksana Harian BNP (Kalakhar BNP)
oleh Kombespol. Drs. H. Asrizal Amir, selanjutnya melalui Pergub No. 23
tahun 2008 Kalakhar BNP diketuai oleh Bapak H. Said Amir
Hamzah,SKM, dan Pergub No. 77 tahun 2007 kalakharBNP oleh bapak
H.Said Amir Hamzah,SKM dan sebagai ketua BNP OlehBapak Drs. H.
Raja Mambang Mit atau Wakil Gubernur Riau itu.

17
Pada bulan april tahun 2011 badan narkotika provinsi riau dipertikalkan
menjadi badan narkotika nasional provinsi riau ditunjuklah sebagai kepala
BNNP riau saat itu bapak kombespol Drs Bambang setiawan setelah 4
tahun menjabat kepala BNNP riau di gantikan oleh bapak kombespol Drs
ali pranata selama 2 tahun kepemimpinannya kepala BNNP riau
digantikan oleh bapak kombespol Drs. Dani yang hanya menjabat selama
kurang lebih 4 bulan hingga saat ini kepala BNNP dipimpin oleh bapak
brig.jen M. wahyu Hidayat.

2. VISI BNN
Menjadi Lembaga Non Kementerian yang profesional dan mampu
menggerakkan seluruh koponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif
Lainnya di Indonesia.
.
3. MISI BNNP RIAU
a. Menyusun kebijakan nasional P4GN
b. Melaksanakan operasional P4GN sesuai bidang tugas dan
kewenangannya.
c. Mengkoordinasikan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan
adiktif lainnya (narkoba)
d. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN.
e. Menyusun laporan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN dan
diserahkan kepada Presiden.

4. TUGAS BNN
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;

18
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat;
e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika Narkotika;
g. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.

5. FUNGSI BNP RIAU


a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan
P4GN.
b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan
prosedur P4GN.

19
c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama di bidang P4GN.
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,
hukum dan kerjasama.
f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.
g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan
BNN.
i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta
masyarakat.
j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
l. engoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna
dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat
pusat dan daerah.
m. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.

20
n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
p. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang
P4GN.
q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di
lingkungan BNN.
r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
s. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik
profesi penyidik BNN.
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan
pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol.
v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor
serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan
alkohol.
w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang P4GN.

21
2. SARANA DAN PRASARANA
Tabel. I Sarana dan prasarana Badan Narkotika Propinsi Riau
No. Nama Merek/ Satuan Tahun Kondisi Keterangan
Barang Type Pengadaan B RR RS RB
A. Barang Bergerak
1 Mobil Test Dyna 1 unit 2006 x - - - BNN
Urine
2 Mobil L-300 1 unit 2007 x - - - Pemprov. Riau
Operasional
3 Mobil APV 1 unit 2008 x - - - BNN
Penerangan
B. Barang Tidak Bergerak

4 Komputer HP 1 set 2005 x - - - BNN


Server
5 Komputer Acer 2 set 2005 x - - - BNN
Client LG 1 set 2008 x - - - BNP
Samsung 6 set 2009 x - - - BNP
& Dell
6 Laptop Acer 1 unit 2006 x - - - BNN
Acer 1 unit 2006 - - x - BNP
Byon 1 unit 2009 x - - - BNP
Sony 1 unit 2009 x - - - BNP
Vaio
7 UPS 600va Advance 8 unit 2009 x - - - BNP
8 UPS ICA CT 1 unit 2007 - - x - BNP
1200va 6828
9 Printer Canon 1 unit 2008 x - - - BNP
Mp145
Canon 1 unit 2009 x - - - BNP
MX328
Canon 1 unit 2007 - - x - BNP
IP2200
Canon 2 unit 2009 x - - - BNP
MP198
HP LJ 1 unit 2005 x - - - BNN
1010
HP LJ 1 unit 2009 x - - - BNP
P1005
HP 1315 1 unit 2005 x - - - BNN
Epson 1 unit 2008 x - - - BNP
LX-300
10 Faximile Panasonic 1 unit 2008 x - - - BNP

22
11 Telephone Toriphone 1 unit 2006 x - - - BNN
Favorite 1 unit 2009 x - - - BNP
Favorite 1 unit 2006 x - - - BNP
12 Seperangkat Linksys 1 unit 2005 x - - - BNN
Jaringan Modem 1 unit 2007 x - - - BNN
Zyxel
Cisco 1 unit 2007 x - - - BNN
Router
Voip 1 unit 2007 x - - - BNN
Tenor AS
Series
13 Handycam Sony 1 unit 2009 x - - - BNP
HDR-
XR500
14 Camera Canon 1 unit 2006 x - - - BNP
Digital
15 Wirelees TOA 1 unit 2005 x - - - BNP
Amplifier
16 Dispenser Miyako 1 unit 2005 x - - - BNP
17 Mesin Tik Olyfia 1 unit 2007 x - - - BNP
18 LCD Acer 1 unit 2006 x - - - BNN
Nec 1 unit 2005 x - - - BNP
19 AC Panasonic 1 unit 2005 x - - - BNP
2 pk
Panasonic 1 unit 2009 x - - - BNP
2 pk
Dast 2 pk 5 unit 2005 x - - - BNP
LG ½ pk 3 unit 2007 x - - - BNP
II. Non Elektronik
20 Meja 1 Biro Modera 4 unit 2005 x - - - BNP
pimpinan
21 Meja ½ Modera 8 unit 2005 x - - - BNP
Biro/staf
22 Meja Rapat Modera 15 2006 x - - - BNP
unit
23 Meja Modera 4 unit 2005 x - - - BNP
Komputer
24 kursi Putar Chairman 4 unit 2005 x - - - BNP
Besar
25 kursi Putar Chairman 2 unit 2005 x - - - BNP
Sedang
26 Kursi Putar Chairman 6 unit 2005 x - - - BNP
Kecil
27 Kursi Rapat Aro 35 2008 x - - - BNP
unit

23
28 Kursi Rapat Chairman 36 2005 x - - - BNP
unit
29 Kursi Sofa 2 unit 2006 x - - - BNP
Besar
30 Kursi Sofa 2 unit 2006 x - - - BNP
Kecil
31 Layar LCD Jordan 1 unit 2005 - - x - BNP
32 Narkoba 1 unit 2005 x - - - BNN
Sintetis
Kecil
33 Narkoba 3 unit 2006 x - - - BNN
Sintetis
Besar
34 File Cabinet Mitsuwa 3 unit 2008 x - - - BNP
35 File Cabinet Tomsafe 2 unit 2009 x - - - BNP
36 Lemari File Yunira 2 unit 2009 x - - - BNP
Besar
37 lemari Kaca Modera 2 unit 2005 x - - - BNP
38 Lemari Tomsafe 1 unit 2009 x - - - BNP
Brangkas
Catatan
B = Baik
RR = Rusak Ringan
RS = Rusak Sedang
RB = Rusak Berat

24
3. STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROPINSI RIAU

KEPALA Susunan organisasi BNNP Riau 2008


Drs. M. Wahyu Hidayat

KABAG UMUM
Iwan Kurniawan Hasyim, S.IP, MT

KASUBBAG PERENCANAAN KASUBBAG SARANA KASUBBAG ADMINISTRASI


Ceasar Rizki Iriando Purba, S.Kom DANPRASARANA Betty Oktaviani, S.Farm.Apt
Juliandri Eka Prawira, S.H

KABID PENCEGAHAN & KABID REHABILITASI KABID PEMBERANTASAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT dr. Riana Oktaviyanti, M.kes Haldun, S.H., M.H
Mulsyelvia, BA

KASI PENCEGAHAN KASI PENGUATAN LEMBAGA KASI PENYIDIK


Dina Fitriana, S.Sos dr. Herlina S. KOMPOL Khodirin, S.H., MH

KASI PEMBERDAYAAN KASI PASCA REHABILITASI


MASYARAKAT dr. Lania Lubis
Zuldastri, SP 25
Tabel. II Nama dan Jabatan BNNP Riau
No Nama Pangkat Gol NRP/NIP Eselon Jabatan Status

1 Drs. Wahyu Brigjend IV/d 60121053 II.a Kepala BNNP Polri


Hidayat Pol Riau penugasan

2 Iwan Pembina IV/a 19730930 III.a Kabag Umum PNS BNN


Kurniawan 200003 1
Hasyim, 003
S.IP, MT

3 Caesar Rizki Penata III/b 19881210 IV.a Kasubbag PNS BNN


Iriando Muda Tk.1 201212 1 Perencanaan
Purba, S. 003
Kom

4 Juliandri Eka Penata III/b 19850717 - Perencana PNS BNN


Prawira, S.H Muda Tk.1 201212 1 Program dan
001 Anggaran

5 Betty Penata III/c 19811011 IV/a Kasubbag PNS BNN


Oktaviani, S. 200903 2 Administrasi
Farm, Apt 003

6 Fevy Tri Penata III/a 19810206 - PNS BNN


Yanti, S.E Muda 201502 2
002

7 Liandra Pengatur II/c 19871019 - Pengola Data PNS BNN


Arcye 201502 1
Oktera, Amd 003

8 Mulsyelvia, Penata Tk.1 III/d 19601009 III.a Kabid PNS BNN


BA 198303 2 Pencegahan dan
007 Pemberdayaan

9 Dina Fitriana Penata Tk.1 III/d 19800812 IV.a Kasi Pencegahan PNS BNN
Lubis, S. Sos 200604 2
006

10 Zuldastri, SP Penata III/c 19630510 IV.a Kasi PNS DPK


199303 1 Pemberdayaan Pemprov
003 Masyarakat

11 Viola Penata III/b 19900126 - Penyuluh PNS BNN


Nindita Muda Tk.1 201212 2 Narkoba Ahli
Purnama 002 Pertama
Sari, SKM

12 dr. Riana Penata Tk.1 III/d 1980 - Kabid PNS BNN

26
Octaviyanti, 1028201001 Rehabilitasi
M. Kes 2019

13 dr. Herlina S Penata III/c 1979052520 IV.a Kasi Penguatan PNS BNN
1101 2 006 Lembaga
Rehabilitasi

14 dr. Indah Penata III/b 1981031 - Dokter PNS BNN


Triyana Muda Tk.1 2201502200
1

15 Eka Refianti, Pengatur II/c 199010 - Perawat PNS BNN


Amd. Kep 1420140320
07

16 dr. Esprida Penata III/b 19870921 - Konselor PNS BNN


Hotma Dame Muda Tk.1 201502 2
001

17 Arifa Nadira, Penata III/a 199108 - Asisten Konselor PNS BNN


S. Psi Muda 2820150220
02

18 dr.Laniah Penata III/c 19761211 III/c Kasi PNS BNN


Lubis 200908 2 Pascarehabilitasi
001

19 Haldun, S.H, AKBP IV/b 62110476 III.a Kabid POLRI


M.H Pemberantasan Penugasan

20 Sarkawi AIPDA II/e 78070724 - Penyidik Pratama POLRI


Penugasan

21 Dharma Bripka II/d 82071129 - Penyidik Pratama POLRI


Fitrianto, SH Penugasan

22 Yuldi Eka Bripka II/d 82080165 - Penyidik Pratama POLRI


Saputra Penugasan
23 Chairul Brigadir II/c 86100543 - Penyidik Pratama POLRI
Anwar NSt, Penugasan
SH

24 Dadang Bripka II/d 82110932 - Penyidik Pratama POLRI


Nofward, SH Penugasan

25 Rhama, SH Penata III/a 19830702 - Analisis Intelijen PNS BNN


Muda 201403 1 Taktis Muda
002

26 Romy Saleh Bripka II/d 82071110 - Analisis Intelijen POLRI

27
Damanik Produk Pratama Penugasan

27 Ika Bripka II/d 82020810 - Pengadministrasi POLRI


Satriawan Umum Penugasan

28 Reno Putra Brigadir II/c 89030024 - Pengadministrasi POLRI


Umum Penugasan

29 Khodirin, Kompol IV/a 64060191 IV.a Kasi Penyidikan POLRI


S.H, M.H Penugasan

30 Mira Benita Penata III/b 1986032520 - Petugas PNS BNN


Maharama, Muda Tk.1 1212 2 001 Penindakan
S.H

31 Iwan Rudi F Bripka II/d 82091058 - Pengolah Data POLRI


Siagian, SH Penugasan
32 Febry Riska Bripka II/c 88020142 - Pengawas Barang POLRI
Bukti Penugasan

33 Erik Hadi Bripka II/d 86030289 - Pengawas Barang POLRI


Farista, SH, Bukti Penugasan
MH

34 Suyandri Brigadir II/c 87010356 - Sipir POLRI


Rosman Penugasan

35 Andika Bripka II/d 81021035 - Pengadministrasi POLRI


Saputra Umum Penugasan
36 Alpian - - - - Penyuluh TKK
Alimudin,
SE, M.Si

37 Amalia - - - - Penyuluh TKK


Lestari, SE

38 Ditto - - - - Penyuluh TKK


Striawan,
S.Pd

39 Idef Fitri, SE - - - - Pramubakti TKK

40 Amelia - - - - Pramubakti TKK


Aftika, SKM

41 Sanni - - - - Pramubakti TKK


Oktaviana,
SE

42 Rudi - - - - Pramubakti TKK

28
Hartono

43 Sastri - - - - Pengemudi TKK


Rafendri, SE

44 Ricinur - - - - Pengemudi TKK

45 Bonar - - - - Pengemudi TKK


Akadena
Siregar,
A.Md

46 Khairul - - - - Satpam TKK


Permana
Putra, S.Pdi

47 Robbie - - - - Satpam TKK


Riyubass

48 Fachru Riza, - - - - Satpam TKK


SE

49 Tajuddin - - - - Satpam TKK

50 Yudi - - - - Satpam TKK


Iskandar

51 Syahrial - - - - Satpam TKK

52 Tri - - - - Satpam TKK


Septiawan
53 Rahmadanus - - - - Satpam TKK

54 Rahmat - - - - Satpam TKK


Zulfahmi
Lubis

55 Wulanda - - - - Psikolog Bidang TKK


Syasra, S. Psi Rehabilitasi
56 Yusfikawati, - - - - Perawat Klinik TKK
Amd. Kep Pratama

57 Ayu Ricka - - - - Pemdamping TKK


Silvia, SKM Pscarehabilitasi
Reguler

58 Tubagus - - - - Pemdamping TKK


Izanaini Pscarehabilitasi
Fachmi, SH Reguler

29
59 Rahmat Zuli, - - - - Program Manager TKK
SE Pascarehabilitasi
Intensif

60 Akhdias Elfi - - - - Pemdamping TKK


Okto Pscarehabilitasi
Perdana Intensif
61 Heri Hartomi - - - - Pemdamping TKK
Pscarehabilitasi
Intensif

62 Henni - - - - Administrasi TKK


Mariani Pscarehabilitasi
Intensif

63 Jeckson - - - - Security TKK


Nahaso Pscarehabilitasi
Zebua Intensif

64 Yuliana S - - - - Juru Masak TKK


Pscarehabilitasi
Intensif

65 Hamrianto, - - - - Pemdamping TKK


S.i.Kom Pscarehabilitasi
Rawat Lanjut

66 Hendra - - - - Pemdamping TKK


Pscarehabilitasi
Rawat Lanjut

4. Tugas dan Fungsi Masing-masing Bidang BNNP Riau Berdasarkan


PERKA BNN No 3 Tahun 2015
a. Kepala BNNP Riau
Kepala BNNP mempunyai tugas :
1) Memimpin BNNP dalam pelaksanaan tugas, fungsi,
danwewenang BNN dalam wilayah Provinsi; dan
2) Mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan
kerjasama P4GN dengan instansi pemerintah terkait
dankomponen masyarakat dalam wilayah Provinsi.

b. Bidang Umum

30
1) Tugas Bidang Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan P4GN, evaluasi dan pelaporan BNNP, dan
administrasi serta sarana prasarana BNNP (BNNRI, 2015).
1. Subbagian Perencanaan
Subbagian Perencanaan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana
program dan anggaran, pengelolaan data informasi
P4GN, dan penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan BNNP.
2. Subbagian Sarana Prasarana
Subbagian Sarana Prasarana mempunyai tugas
melakukan pengelolaan sarana prasarana, dan urusan
rumah tangga BNNP.
3. Subbagian Administrasi
Subbagian Administrasi mempunyai tugas melakukan
urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
layanan hukum, kerja sama, hubungan masyarakat, dan
dokumentasi.

2) Fungsi Bidang Umum


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan penyusunan rencana program dan anggaran;
2) Penyiapan pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana, dan
urusan rumah tangga BNNP;
3) Penyiapan pelaksanaan pengelolaan data informasi P4GN;
4) Penyiapan pelaksanaan layanan hukum dan kerja sama
dalam wilayah Provinsi;

31
5) Penyiapan pelaksanaan urusan tata persuratan,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi, dan
hubungan masyarakat; dan
6) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNP.

c. Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M)


a. Tugas Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
(P2M)
Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis P4GN di
bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dalam
wilayah Provinsi.
1) Seksi Pencegahan
Seksi Pencegahan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
diseminasi informasi dan advokasi P4GN, pembinaan
teknis dan supervise P4GN kepada BNNK/Kota, dan
evaluasi dan pelaporan P4GN di bidang pencegahan
dalam wilayah Provinsi.
2) Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Seksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi
penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan
P4GN, peran serta masyarakat dan pemberdayaan alternatif
P4GN, pembinaan teknis dan supervisi P4GN kepada
BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi.

b. Fungsi Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat


(P2M)

32
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana
strategis, dan rencana kerja tahunan P4GN di bidang
pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dalam
wilayah Provinsi;
2) Penyiapan pelaksanaan diseminasi informasi dan
advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah
Provinsi;
3) Penyiapan pelaksanaan peran serta masyarakat
dan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang
pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi;
4) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang pencegahan dan pemberdayaan
masyarakat kepada BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi;
dan
5) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat
dalam wilayah Provinsi.

d. Bidang Rehabilitasi
a. Tugas Bidang Rehabilitasi
Bidang Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan teknis P4GN di bidang rehabilitasi dalam wilayah
Provinsi.
1) Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi
Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi
penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan
P4GN, asesmen bagi penyalah guna dan/atau pecandu

33
narkotika, peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
medis dan social yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, pembinaan teknis dan supervisi P4GN
kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN
dalam wilayah Provinsi.
2) Seksi Pascarehabilitasi
Seksi Pascarehabilitasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
peningkatan kemampuan layanan pascarehabilitasi dan
pendampingan, penyatuan kembali ke dalam masyarakat
dan perawatan lanjut, pembinaan teknis dan supervisi
P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan
P4GN dalam wilayah Provinsi.

b. Fungsi Bidang Rehabilitasi


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, Bidang Rehabilitasi menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana
strategis, dan rencana kerja tahunan P4GN di bidang
rehabilitasi dalam wilayah Provinsi;
2) Penyiapan pelaksanaan asesmen penyalah guna dan/atau
pecandu narkotika dalam wilayah Provinsi;
3) Penyiapan pelaksanaan peningkatan kemampuan
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
penyalah guna dan/atau pecandu narkotika, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
dalam wilayah Provinsi;
4) Penyiapan pelaksanaan peningkatan kemampuan layanan
pascarehabilitasi dan pendampingan bagi mantan

34
penyalah guna dan/atau pecandu narkotika dalam wilayah
Provinsi;
5) Penyiapan pelaksanaan penyatuan kembali ke dalam
masyarakat dan perawatan lanjut bagi mantan penyalah
guna dan/atau pecandu narkotika dalam wilayah Provinsi;
dan
6) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang rehabilitasi kepada
BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi; dan
7) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.

e. Bidang Pemberantasan
a. Tugas Bidang Pemberantasan
Bidang Pemberantasan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang
pemberantasan dalam wilayah Provinsi.
1) Seksi Intelijen
Seksi Intelijen mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
pembangunan dan pemanfaatan intelijen teknologi dan
kegiatan intelijen taktis, operasional dan produk dalam
rangka P4GN, pembinaan teknis dan supervisi P4GN
kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN
dalam wilayah Provinsi.

2) Seksi Penyidikan
Seksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan

35
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
tindak pidana narkotika, penyidikan tindak pidana
pencucian uang yang berasal dari tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika, pengawasan distribusi
prekursor sampai pada pengguna akhir, pembinaan teknis
dan supervisi P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi
dan pelaporan P4GN dalam wilayah Provinsi.

3) Seksi Pengawasan Tahanan dan Barang Bukti


Seksi Pengawasan Tahanan dan Barang Bukti
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan
rencana kerja tahunan P4GN, pengawasan tahanan dan
barang bukti, pembinaan teknis dan supervisi P4GN
kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN
dalam wilayah Provinsi.

b. Fungsi Bidang Pemberantasan


Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, Bidang Pemberantasan menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN
di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi;
2) Penyiapan pelaksanaan pemberantasan dan pemutusan
jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan
peredaran gelap narkotika dalam wilayah Provinsi;
3) Penyiapan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan
intelijen teknologi dan kegiatan intelijen taktis,

36
operasional dan produk dalam rangka P4GN di bidang
pemberantasan dalam wilayah Provinsi;
4) Penyiapan pelaksanaan administrasi penyelidikan dan
penyidikan terhadap tindak pidana narkotika,
psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam
wilayah Provinsi;
5) Penyiapan pelaksanaan administrasi penyidikan tindak
pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana
narkotika dalam wilayah Provinsi;
6) Penyiapan pelaksanaan pengawasan distribusi precursor
sampai pada pengguna akhir dalam wilayah Provinsi;
7) Penyiapan pelaksanaan pengawasan tahanan dan barang
bukti dalam wilayah Provinsi;
8) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang pemberantasan kepada
BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi; dan
9) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi.

B. Identifikasi Masalah
NO Daftar Masalah Persentasi

1. Kurangnya pengelolaan sarana prasarana, dan urusan 40%


rumah tangga BNNP.

2. Kurangnya kesadaran pegawai tentang cuci tangan pakai 100%


sabun

3. Kurangnya pencegahan bahaya narkoba dimasyarakat 88%


terutama dilingkungan pelajar

4. Kurangnya memuhi target klien untuk direhab yang 85%%


telah ditetapkan

5. Kurangnya informasi terhadap wilayah rawan narkoba 60%

37
6. Masih ada staff yang merokok diruangan AC 40%

7. Kurangnya kesadaran klien terhadap pascarehabilitasi 86%

8. Kurangnya kesadaran pegawai dalam membuang 38%


sampah pada tempatnya

9. Kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam 89%


menyampaikan informasi tentang narkoba

10. Kurangnya SDM di BNNP Riau 87%

C. Prioritas Masalah
NO DAFTAR MASALAH C A R L TOTAL URUTAN
NILAI PRIORIATAS
1. Kurangnya kesadaran 7 8 8 8 3.584 I
pegawai tentang cuci
tangan pakai sabun
2 Kurangnya pemberdayaan 7 6 6 7 1.764 II
masyarakat dalam
menyampaikan informasi
tentang narkoba
3 Kurangnya pencegahan 6 5 5 7 1.050 III
bahaya narkoba
dimasyarakat terutama
dilingkungan pelajar
4 Kurangnya SDM di BNNP 5 4 5 6 600 IV
Riau
5. Kurangnya kesadaran 3 6 4 6 432 V
klien terhadap
pascarehabilitasi

Kriteria Penilaian CARL diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut


mempunyai arti:
C= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan

38
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau
juklak.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L

D. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari prioritas masalah yang didapatkan, peneliti membuat 3 alternatif
pemecahan masalah, yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan staff mengenai CTPS melalui pendidikan
kesehatan dengan metode ceramah
2. Memberikan leaflet dan poster sebagai media untuk menambah wawasan
staff tentang CTPS.
3. Memberikan rekomendasi kepada BNNP Riau terkait untuk membuat
sarana CTPS dan menjadi kewajiban.

E. Pelaksanaan Solusi atau Intervensi


Pelaksanaan solusi atau intervensi dilakukan pada 26-27 April 2018 pukul
14.00 WIB di Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau. Tahap pertama
dilakukan pada tanggal 26 April 2018 pada pukul 14.00 WIB, yang dilakukan
adalah memberikan kuesioner (Lembar pertanyaan), digunakan untuk sebagai
pengumpulan data sejauh mana kesadaran pegawai terhadap cuci tangan pakai
sabun (CTPS) dan pemberian leaflet.

Tahap kedua dilakukan pada tanggal 27 April 2018 pada pukul 14.00 WIB ,
yang dilakukan adalah menempelkan poster di empat bidang ruangan kerja
yaitu bidang umum, bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat,
bidang rehabilitasi, dan bidang brantas dan diruang tunggu Badan Narkotika
Nasional Provinsi Riau. Penempelan poster ini berguna untuk mengingatkan

39
kembali pegawai kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau untuk
mencuci tangan pakai sabun (CTPS).

Setelah melakukan penempelan poster pada ruangan yang telah ditentukan,


saya memberikan sabun cair, dan memperagakan langkah-langkah mencuci
tangan pakai sabun (CTPS) di empat bidang ruangan kerja yaitu bidang
umum, bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, bidang rehabilitasi,
dan bidang brantas dan diruang tunggu Badan Narkotika Nasional Provinsi
Riau. Pemberian sabun cair ini guna untuk memberikan contoh dan menjadi
sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) di Kantor Badan Narkotika Nasional
Provinsi Riau.

F. Evaluasi Yang Telah Dilakukan Intervensi


Pelaksanaan evaluasi dilakukan pada tanggal 26 April di Kantor Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau dengan memberikan kuesioner terlebih
dahulu. Kuesioner (daftar-daftar pertanyaan) sebagai acuan pertama dalam
evaluasi yang akan dibagikan 2 kali yaitu pre-test dan post-test. Kuesioner ini
digunakan untuk melihat sejauh mana perubahan kesadaran pegawai Badan
Narkotikan Nasional Provinsi Riau terhadap cuci tangan pakai sabun Pre-test
diberikan sebelum dilakukannya intervensi sedangkan post-test diberikan
setelah dilakukannya intervensi.

Hasil pre-test digunakan untuk melihat tingkat kesadaran cuci tangan pakai
sabun. Hasil post=test digunakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
intervensi yang dilakukan terhadap mereka, apakah ada perubahan atau tidak.

Selain dari pre-test dan post-test dapat diperhatikan juga perilaku mereka
selama seminggu dari tanggal dilakukannya intevensi, apakah perilaku mereka
sudah cuci tangan pakai sabun atau mereka sudah melakukan perubahan
perilaku. Dari hasil intevensi yang dilakukan, pegawai Badan Narkotika

40
Nasional Provinsi Riau mengalami perubahan perilaku membuang sampah.
Hal ini berarti intervensi yang dilakukan berhasil dan berjalan sesuai yang
diharapkan.

41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain
itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah air yang mengalir, cuci tangan sangat berguna
untuk membunuh kuman penyakit nyang ada ditanga. Tangan yang bersih
akan mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, Disentri, Typus,
Kecacingan, Penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu
burung atau Severe Aute Respiratory Syndrome (SARS).

Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakaisabun adalah: sebelum makan,
sebelum mengolah dan menghidangkan makanan, sebelum menyusui,
sebelum memberi makan bayi/balita, sesudah buang air besar/kecil,
sesudah memegang hewan/unggas.
Identifikasi masalah dalam BNNPR ada pada staff BNNPR yang dimana
sarana prasarana cuci tangan pakai sabun tidak ada dan cuci tangan pakai
sabun dianggap sebagai hal yang spele dan tidak begitu penting.
Alternative pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah memberikan
pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun, memberikan leaflet dan
poster sebagai media informasi tentang cuci tangan pakai sabun, intervensi
yang dilaksanakan di BNNPR dilaksanakan dengan penyuluhan yang
diiringi dengan pemberian leflet dan memperagakan cara mencuci tangan
pakai sabun.
Evaluasi program Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau dilaksanakan pada tanggal 02 Mei
2018.Dilihat dari kegiatan penyuluhan dan pemberian poster, leaflet dan

42
sabun cair, bahwa staff telah melaksanakan cuci tangan pakai sabun dan
menjadi kegiatan rutin.

B. Saran
1. Bagi BNN Provinsi Riau
Menjadi membuat sarana dan prasarana cuci tangan pakai sabun.
2. Diharapkan bagi mahasiswa/i STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang praktikum
kesehatan masyarakat khususnya mengenaicuci tangan pakai sabun.
3. Bagi STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Diharapkan dapat menjadikan bahan referensi, agar Mahasiswa
STIKes Payung Negeri Pekanbaru bisa menambah pengetahuan bagi
mana cara melakukan praktikum kesehatan masyarakat yang baik dan
benar, khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat

43
DAFTAR PUSTAKA

BNNRI. (2015). PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL


NOMOR 3 TAHUN 2015.
Dinkes, kota pekanbaru. (2015). Profil Kesehatan Kota Pekan Baru Tahun 2015.
Dinas kesehatan kota pekanbaru
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2016). Profil Kesehatan Indonesia.
jakarta.
Kurniatillah, N. (2017). Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai
Sabun terhadap Pengetahuan , Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman
Kota Serang Nia Kurniatillah *, 4, 153–157.
Maryunani, A. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), 1(1), 40–47.
https://doi.org/978-602-202-076-9
Permenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Proverawati, Atikah; Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), 1(1), 40–47. https://doi.org/978-602-202-076-9
Rahmad, M. (2016). Perilaku masyarakat dalam cuci tangan pakai sabun (ctps)
pada desa siaga di puskesmas sipayung kecamatan rengat kabupaten
indragiri hulu 2016.
Rosyidah. (2014). Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare
Pada Siswa Di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02.
www.bnn.go.id

44
LAMPIRAN

LAMPIRAN

45
46
47
48
49
50
51
52
KUESIONER PRE-TEST
No Respondent :............
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah


kebiasaan yang bermanfaat untuk
kebersihan tangan dari kotoran dan
membunuh kuman penyebab penyakit
yang merugikan kesehatan.
2 Membunuh kuman penyebab penyakit
termasuk salah satu tujuan cuci tangan
pakai sabun (CTPS).
3 Mencuci tangan pakai air sudah
membunuh kuman penyebab penyakit.
4 Sebelum makan dan setelah bermain kita
harus mencuci tangan pakai sabun.
5 Setelah membuang ingus tangan dapat
dibersihkan cukup menggunakan tisu
atau handuk.
6 Menggosok tangan dilakukan setidaknya
selama 10-15 detik.
7 Menggosok kedua punggung tangan
dilakukan secara bergantian.
8 Ketika mematikan keran air gunakan tisu
atau handuk sebagai penghalangnya.
9 Jika menggunakakn sabun berbentuk
batang, setelah menggunakannya
diletakkan ditempat yang wadahnya tidak
berlubang.
10 Bilatidak tersedia air mengalir kita dapat
meminta bantuan kepada orang lain untuk
menyiram air ke tangan kita.

53
KUESIONER POST-TEST
No Respondent :............
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Menggosok tangan dilakukan setidaknya


selama 10-15 detik.
2 Menggosok kedua punggung tangan
dilakukan secara bergantian.
3 Ketika mematikan keran air gunakan tisu
atau handuk sebagai penghalangnya.
4 Membunuh kuman penyebab penyakit
termasuk salah satu tujuan cuci tangan
pakai sabun (CTPS).
5 Sebelum makan dan setelah bermain kita
harus mencuci tangan pakai sabun.
6 Bila tidak tersedia air mengalir kita dapat
meminta bantuan kepada orang lain untuk
menyiram air ke tangan kita.
7 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah
kebiasaan yang bermanfaat untuk
kebersihan tangan dari kotoran dan
membunuh kuman penyebab penyakit
yang merugikan kesehatan.
8 Setelah membuang ingus tangan dapat
dibersihkan cukup menggunakan tisu
atau handuk.
9 Mencuci tangan pakai air sudah
membunuh kuman penyebab penyakit.
10 Jika menggunakakn sabun berbentuk
batang, setelah menggunakannya
diletakkan ditempat yang wadahnya tidak
berlubang.

54
55
56

Anda mungkin juga menyukai