OLEH
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pekanbaru,
Menyetujui
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN KESADARAN PEGAWAI BADAN NARKOTIKA
NASIONAL PROVINSI RIAU (BNNPR) DALAM MENCUCI
TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) TAHUN 2018
LAPORAN PKM
Dipersiapkan dan di pertahankan oleh :
SRI NINGSI : 144010033
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadhirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “Praktikum Kesehatan Masyarakat
(PKM)” di Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau.
1. Ibu Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru.
2. Ibu Dwi Sapta Aryantiningsih, SST, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung
Negeri Pekanbaru dan dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
dan masukan dalam pembuatan laporan PKM ini.
3. Kepada ibu Betty Oktaviani, S.Farm, Apt selaku pembimbing lapangan
di Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau yang telah memberikan
arahan dan masukkan dalam pembuatan laporan PKM ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa prodi S1 Kesehatan Masyarakat peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
i
mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat umumnya. Serta kritikan dan saran yang
membangun agar penyusunan laporan PBL ini untuk kedepan nantinya dapat
ditingkatkan lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi ........................................................................................... 14
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 37
C. Prioritas Masalah ........................................................................................ 38
D. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................. 39
E. Pelaksanaan Solusi atau Intervensi ............................................................ 39
F. Evaluasi Yang Telah Dilakukan Intervensi................................................ 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 42
B. Saran ........................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak asasi manusia dan merupakan intervensi untuk
kehidupan yang produktif. Sehat juga merupakan prasyarat agar hidup kita
menjadi berarti, sejahtera, dan bahagia. Untuk mewujudkan hal tersebut
seseorang wajib menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan secara
terus-menerus.
1
PHBS di tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di
lingkungan tempat kerja.
WHO menyatakan cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare
hingga 47%. Data dari Subdit diare Kemenkes juga menunjukkan sekitar 300
orang diantara 1000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun.
Penyebab utama diare adalah kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat
dimasyarakat, salah satunya kurangnya pemahaman mengenai cara mencuci
tangan pakai sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih yang
mengalir.
Kasus diare di Kecamatan Rumbai Pesisir pada tahun 2012 sebanyak 917
kasus, sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan Oktober
terdapat 788 kasus diare. Sedangkan berdasarkan Data Dinkes Kota Pekanbaru
2
tahun 2012 menunjukkan kasus kecacingan dari 20 puskesmas tercatat 2285
kasus, dimana 225 kasus terdapat di puskesmas Rumbai Pesisir.
Dilihat dari kondisi kantor BNN Povinsi Riau, sarana dan prasarana cuci
tangan pakai sabun belum tersedia dan dilihat dari kesadaran pegawai dalam
cuci tangan pakai sabun masih kurang diperhatikan. Hal ini ditandai dengan
kamar mandi kantor BNNPR tidak memiliki sarana cuci tangan pakai sabun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas Praktikum Kesehatan Masyarakat berkaitan
Bagaimana gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika Nasional Provinsi
Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di kantor Badan Narkotika Nasional
Provinsi Riau Tahun 2018?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika
Nasional Provinsi Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di kantor
Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mmeberikan pendidikan kesehatan mengenai mencuci tangan
pakai sabun di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun
2018.
b. Untuk mengevaluasi masalah mencuci tangan pakai sabun di kantor
Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi BNNPR
Sebagai tambahan informasi tentang gambaran kesadaran pegawai Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau dalam mencuci tangan pakai sabun di
kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mencuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak
perlu biaya mahal. Karena itu membiasakan CTPS sama dengan
mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.
Dengan demikian, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada
diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita
adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit kedalam tubuh
(Proverawati, 2012).
Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal
juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit mencuci tangan
dengan air saja tidak cukup, penggunaan sabun selain membantu
singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun
menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di
permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi, Perpaduan kebersihan,
5
bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh
setelah menggunakan sabun.Perilaku CTPS di sekolah merupakan
kebutuhan mutlak untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi anak
sekolah, perilaku cuci tangan pakai sabun belum menjadi perilaku
higienis di Indonesia termasuk anak usia sekolah (Kurniatillah, 2017).
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu indikator dari PHBS
Ruamh Tangga, cuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dari kulit yangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air (Rahmad, 2016). Cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan
kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan tangan dari kotoran dan
membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan.
Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan berikut :
sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk
hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik
(PHBS-UNPAD, 2010). Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006),
terdapat 2 teknik mencuci tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan
mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol.
6
saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit.
b. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal ditangan.
7
d. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
8
g. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
9
Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun
adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
2. Waktu
Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM) Ini Dilakukan Pada
Tanggal 19 Maret – 05 Mei Tahun 2018 Yang Dilakukan Di Badan
Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau.
3. Ganchart Kegiatan
No. Nama Kegiatan Bulan
Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Analisis situasi
2 Identifikasi masalah
3 Prioritas masalah
5 Intervensi
6 Evaluasi
11
B. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Adapun pengumpulan data
sekunder yaitu data langsung kuesioner dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Riau yang didapatkan dari lembar kuesioner.
D. Analisa data
Dalam penelitian ini digunakan analisis metode deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran kesadaran pegawai Badan Narkotika Nasional
Provinsi Riau dalam melakukan cuci tangan pakai sabun di kantor Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau Tahun 2018.
E. Tahapan Kegiatan
1. Tahapan Persiapan
a. Survai pendahuluan
b. Menyusun proposal dengan pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan
c. Meminta persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Pemberian kuesioner dari bebarapa pegawai yang ada di Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau.
12
b. Pemberian penyuluhan dan leaflet sebagai bentuk evaluasi
kegiatan.
F. Panitia Pelaksanaan
1. Ketua : Sri Ningsi
2. Sekretaris : Asri Yana Silaban
3. Bendahara : Sri Ningsi
4. Moderator : Heri Junaidi
5. Seksi Konsumsi : Sri Ningsi
6. Seksi Perlengkapan : Heri Junaidi
7. Seksi Dokumentasi : Asri Yana Silaban
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi
1. Sejarah Berdirinya BNN (Badan Narkotika Nasional)
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di
Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden
Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan
Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu,
penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan
penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan
subversi, pengawasan orang asing.
14
regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia
seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus
menerus memerangi bahaya narkoba.
15
mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkoba.
Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN.
Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya
meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun
karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang
tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka
BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu
menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin
serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan
Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan
operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas,
yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat
nasional, Provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung
jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-
masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-
vertikal dengan BNN.
16
kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika.
17
Pada bulan april tahun 2011 badan narkotika provinsi riau dipertikalkan
menjadi badan narkotika nasional provinsi riau ditunjuklah sebagai kepala
BNNP riau saat itu bapak kombespol Drs Bambang setiawan setelah 4
tahun menjabat kepala BNNP riau di gantikan oleh bapak kombespol Drs
ali pranata selama 2 tahun kepemimpinannya kepala BNNP riau
digantikan oleh bapak kombespol Drs. Dani yang hanya menjabat selama
kurang lebih 4 bulan hingga saat ini kepala BNNP dipimpin oleh bapak
brig.jen M. wahyu Hidayat.
2. VISI BNN
Menjadi Lembaga Non Kementerian yang profesional dan mampu
menggerakkan seluruh koponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif
Lainnya di Indonesia.
.
3. MISI BNNP RIAU
a. Menyusun kebijakan nasional P4GN
b. Melaksanakan operasional P4GN sesuai bidang tugas dan
kewenangannya.
c. Mengkoordinasikan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan
adiktif lainnya (narkoba)
d. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN.
e. Menyusun laporan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN dan
diserahkan kepada Presiden.
4. TUGAS BNN
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
18
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat;
e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika Narkotika;
g. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.
19
c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama di bidang P4GN.
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,
hukum dan kerjasama.
f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.
g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan
nasional di bidang P4GN.
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan
BNN.
i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta
masyarakat.
j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang
narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
l. engoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen
masarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke
dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna
dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat
pusat dan daerah.
m. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
20
n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang telah teruji keberhasilannya.
o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan
perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
p. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang
P4GN.
q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di
lingkungan BNN.
r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
s. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik
profesi penyidik BNN.
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan
pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta
bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol.
v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor
serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan
alkohol.
w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang P4GN.
21
2. SARANA DAN PRASARANA
Tabel. I Sarana dan prasarana Badan Narkotika Propinsi Riau
No. Nama Merek/ Satuan Tahun Kondisi Keterangan
Barang Type Pengadaan B RR RS RB
A. Barang Bergerak
1 Mobil Test Dyna 1 unit 2006 x - - - BNN
Urine
2 Mobil L-300 1 unit 2007 x - - - Pemprov. Riau
Operasional
3 Mobil APV 1 unit 2008 x - - - BNN
Penerangan
B. Barang Tidak Bergerak
22
11 Telephone Toriphone 1 unit 2006 x - - - BNN
Favorite 1 unit 2009 x - - - BNP
Favorite 1 unit 2006 x - - - BNP
12 Seperangkat Linksys 1 unit 2005 x - - - BNN
Jaringan Modem 1 unit 2007 x - - - BNN
Zyxel
Cisco 1 unit 2007 x - - - BNN
Router
Voip 1 unit 2007 x - - - BNN
Tenor AS
Series
13 Handycam Sony 1 unit 2009 x - - - BNP
HDR-
XR500
14 Camera Canon 1 unit 2006 x - - - BNP
Digital
15 Wirelees TOA 1 unit 2005 x - - - BNP
Amplifier
16 Dispenser Miyako 1 unit 2005 x - - - BNP
17 Mesin Tik Olyfia 1 unit 2007 x - - - BNP
18 LCD Acer 1 unit 2006 x - - - BNN
Nec 1 unit 2005 x - - - BNP
19 AC Panasonic 1 unit 2005 x - - - BNP
2 pk
Panasonic 1 unit 2009 x - - - BNP
2 pk
Dast 2 pk 5 unit 2005 x - - - BNP
LG ½ pk 3 unit 2007 x - - - BNP
II. Non Elektronik
20 Meja 1 Biro Modera 4 unit 2005 x - - - BNP
pimpinan
21 Meja ½ Modera 8 unit 2005 x - - - BNP
Biro/staf
22 Meja Rapat Modera 15 2006 x - - - BNP
unit
23 Meja Modera 4 unit 2005 x - - - BNP
Komputer
24 kursi Putar Chairman 4 unit 2005 x - - - BNP
Besar
25 kursi Putar Chairman 2 unit 2005 x - - - BNP
Sedang
26 Kursi Putar Chairman 6 unit 2005 x - - - BNP
Kecil
27 Kursi Rapat Aro 35 2008 x - - - BNP
unit
23
28 Kursi Rapat Chairman 36 2005 x - - - BNP
unit
29 Kursi Sofa 2 unit 2006 x - - - BNP
Besar
30 Kursi Sofa 2 unit 2006 x - - - BNP
Kecil
31 Layar LCD Jordan 1 unit 2005 - - x - BNP
32 Narkoba 1 unit 2005 x - - - BNN
Sintetis
Kecil
33 Narkoba 3 unit 2006 x - - - BNN
Sintetis
Besar
34 File Cabinet Mitsuwa 3 unit 2008 x - - - BNP
35 File Cabinet Tomsafe 2 unit 2009 x - - - BNP
36 Lemari File Yunira 2 unit 2009 x - - - BNP
Besar
37 lemari Kaca Modera 2 unit 2005 x - - - BNP
38 Lemari Tomsafe 1 unit 2009 x - - - BNP
Brangkas
Catatan
B = Baik
RR = Rusak Ringan
RS = Rusak Sedang
RB = Rusak Berat
24
3. STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROPINSI RIAU
KABAG UMUM
Iwan Kurniawan Hasyim, S.IP, MT
9 Dina Fitriana Penata Tk.1 III/d 19800812 IV.a Kasi Pencegahan PNS BNN
Lubis, S. Sos 200604 2
006
26
Octaviyanti, 1028201001 Rehabilitasi
M. Kes 2019
13 dr. Herlina S Penata III/c 1979052520 IV.a Kasi Penguatan PNS BNN
1101 2 006 Lembaga
Rehabilitasi
27
Damanik Produk Pratama Penugasan
28
Hartono
29
59 Rahmat Zuli, - - - - Program Manager TKK
SE Pascarehabilitasi
Intensif
b. Bidang Umum
30
1) Tugas Bidang Umum
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan P4GN, evaluasi dan pelaporan BNNP, dan
administrasi serta sarana prasarana BNNP (BNNRI, 2015).
1. Subbagian Perencanaan
Subbagian Perencanaan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana
program dan anggaran, pengelolaan data informasi
P4GN, dan penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan BNNP.
2. Subbagian Sarana Prasarana
Subbagian Sarana Prasarana mempunyai tugas
melakukan pengelolaan sarana prasarana, dan urusan
rumah tangga BNNP.
3. Subbagian Administrasi
Subbagian Administrasi mempunyai tugas melakukan
urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
layanan hukum, kerja sama, hubungan masyarakat, dan
dokumentasi.
31
5) Penyiapan pelaksanaan urusan tata persuratan,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi, dan
hubungan masyarakat; dan
6) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNP.
32
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana
strategis, dan rencana kerja tahunan P4GN di bidang
pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dalam
wilayah Provinsi;
2) Penyiapan pelaksanaan diseminasi informasi dan
advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah
Provinsi;
3) Penyiapan pelaksanaan peran serta masyarakat
dan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang
pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi;
4) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang pencegahan dan pemberdayaan
masyarakat kepada BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi;
dan
5) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat
dalam wilayah Provinsi.
d. Bidang Rehabilitasi
a. Tugas Bidang Rehabilitasi
Bidang Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan teknis P4GN di bidang rehabilitasi dalam wilayah
Provinsi.
1) Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi
Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi
penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan
P4GN, asesmen bagi penyalah guna dan/atau pecandu
33
narkotika, peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
medis dan social yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, pembinaan teknis dan supervisi P4GN
kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN
dalam wilayah Provinsi.
2) Seksi Pascarehabilitasi
Seksi Pascarehabilitasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
peningkatan kemampuan layanan pascarehabilitasi dan
pendampingan, penyatuan kembali ke dalam masyarakat
dan perawatan lanjut, pembinaan teknis dan supervisi
P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan
P4GN dalam wilayah Provinsi.
34
penyalah guna dan/atau pecandu narkotika dalam wilayah
Provinsi;
5) Penyiapan pelaksanaan penyatuan kembali ke dalam
masyarakat dan perawatan lanjut bagi mantan penyalah
guna dan/atau pecandu narkotika dalam wilayah Provinsi;
dan
6) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang rehabilitasi kepada
BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi; dan
7) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.
e. Bidang Pemberantasan
a. Tugas Bidang Pemberantasan
Bidang Pemberantasan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang
pemberantasan dalam wilayah Provinsi.
1) Seksi Intelijen
Seksi Intelijen mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
pembangunan dan pemanfaatan intelijen teknologi dan
kegiatan intelijen taktis, operasional dan produk dalam
rangka P4GN, pembinaan teknis dan supervisi P4GN
kepada BNNK/Kota, dan evaluasi dan pelaporan P4GN
dalam wilayah Provinsi.
2) Seksi Penyidikan
Seksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan
35
rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN,
administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
tindak pidana narkotika, penyidikan tindak pidana
pencucian uang yang berasal dari tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika, pengawasan distribusi
prekursor sampai pada pengguna akhir, pembinaan teknis
dan supervisi P4GN kepada BNNK/Kota, dan evaluasi
dan pelaporan P4GN dalam wilayah Provinsi.
36
operasional dan produk dalam rangka P4GN di bidang
pemberantasan dalam wilayah Provinsi;
4) Penyiapan pelaksanaan administrasi penyelidikan dan
penyidikan terhadap tindak pidana narkotika,
psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam
wilayah Provinsi;
5) Penyiapan pelaksanaan administrasi penyidikan tindak
pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana
narkotika dalam wilayah Provinsi;
6) Penyiapan pelaksanaan pengawasan distribusi precursor
sampai pada pengguna akhir dalam wilayah Provinsi;
7) Penyiapan pelaksanaan pengawasan tahanan dan barang
bukti dalam wilayah Provinsi;
8) Penyiapan pelaksanaan pembinaan teknis dan
supervisi P4GN di bidang pemberantasan kepada
BNNK/Kota dalam wilayah Provinsi; dan
9) Penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan P4GN di
bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi.
B. Identifikasi Masalah
NO Daftar Masalah Persentasi
37
6. Masih ada staff yang merokok diruangan AC 40%
C. Prioritas Masalah
NO DAFTAR MASALAH C A R L TOTAL URUTAN
NILAI PRIORIATAS
1. Kurangnya kesadaran 7 8 8 8 3.584 I
pegawai tentang cuci
tangan pakai sabun
2 Kurangnya pemberdayaan 7 6 6 7 1.764 II
masyarakat dalam
menyampaikan informasi
tentang narkoba
3 Kurangnya pencegahan 6 5 5 7 1.050 III
bahaya narkoba
dimasyarakat terutama
dilingkungan pelajar
4 Kurangnya SDM di BNNP 5 4 5 6 600 IV
Riau
5. Kurangnya kesadaran 3 6 4 6 432 V
klien terhadap
pascarehabilitasi
38
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau
juklak.
R= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L
Tahap kedua dilakukan pada tanggal 27 April 2018 pada pukul 14.00 WIB ,
yang dilakukan adalah menempelkan poster di empat bidang ruangan kerja
yaitu bidang umum, bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat,
bidang rehabilitasi, dan bidang brantas dan diruang tunggu Badan Narkotika
Nasional Provinsi Riau. Penempelan poster ini berguna untuk mengingatkan
39
kembali pegawai kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau untuk
mencuci tangan pakai sabun (CTPS).
Hasil pre-test digunakan untuk melihat tingkat kesadaran cuci tangan pakai
sabun. Hasil post=test digunakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
intervensi yang dilakukan terhadap mereka, apakah ada perubahan atau tidak.
Selain dari pre-test dan post-test dapat diperhatikan juga perilaku mereka
selama seminggu dari tanggal dilakukannya intevensi, apakah perilaku mereka
sudah cuci tangan pakai sabun atau mereka sudah melakukan perubahan
perilaku. Dari hasil intevensi yang dilakukan, pegawai Badan Narkotika
40
Nasional Provinsi Riau mengalami perubahan perilaku membuang sampah.
Hal ini berarti intervensi yang dilakukan berhasil dan berjalan sesuai yang
diharapkan.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Selain
itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah air yang mengalir, cuci tangan sangat berguna
untuk membunuh kuman penyakit nyang ada ditanga. Tangan yang bersih
akan mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, Disentri, Typus,
Kecacingan, Penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu
burung atau Severe Aute Respiratory Syndrome (SARS).
Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakaisabun adalah: sebelum makan,
sebelum mengolah dan menghidangkan makanan, sebelum menyusui,
sebelum memberi makan bayi/balita, sesudah buang air besar/kecil,
sesudah memegang hewan/unggas.
Identifikasi masalah dalam BNNPR ada pada staff BNNPR yang dimana
sarana prasarana cuci tangan pakai sabun tidak ada dan cuci tangan pakai
sabun dianggap sebagai hal yang spele dan tidak begitu penting.
Alternative pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah memberikan
pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun, memberikan leaflet dan
poster sebagai media informasi tentang cuci tangan pakai sabun, intervensi
yang dilaksanakan di BNNPR dilaksanakan dengan penyuluhan yang
diiringi dengan pemberian leflet dan memperagakan cara mencuci tangan
pakai sabun.
Evaluasi program Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan
Narkotika Nasional Provinsi Riau dilaksanakan pada tanggal 02 Mei
2018.Dilihat dari kegiatan penyuluhan dan pemberian poster, leaflet dan
42
sabun cair, bahwa staff telah melaksanakan cuci tangan pakai sabun dan
menjadi kegiatan rutin.
B. Saran
1. Bagi BNN Provinsi Riau
Menjadi membuat sarana dan prasarana cuci tangan pakai sabun.
2. Diharapkan bagi mahasiswa/i STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang praktikum
kesehatan masyarakat khususnya mengenaicuci tangan pakai sabun.
3. Bagi STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Diharapkan dapat menjadikan bahan referensi, agar Mahasiswa
STIKes Payung Negeri Pekanbaru bisa menambah pengetahuan bagi
mana cara melakukan praktikum kesehatan masyarakat yang baik dan
benar, khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN
LAMPIRAN
45
46
47
48
49
50
51
52
KUESIONER PRE-TEST
No Respondent :............
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
No Pertanyaan Ya Tidak
53
KUESIONER POST-TEST
No Respondent :............
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
No Pertanyaan Ya Tidak
54
55
56