Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI BIDANG PELAYANAN DAN SUMBER DAYA KESEHATAN


DINAS KESEHATAN KABUPATEN WONOSOBO

Disusun Oleh :

Elfira Mayang Damawanti

NIM. 25000118120051

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tahun 2021

i
Halaman Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI DINAS KESESEHATAN KABUPATEN WONOSOBO

disusun oleh :

Elfira Mayang Damawanti

25000118120051

Telah disetujui sebagai bukti pelaksanaan PKL di instansi DInas Kesehatan


Kabupaten Wonosobo dari tanggal 09 Juli 2021 s.d tanggal 13 Agustus 2021,
dan telah diuji dan diperbaiki sesuai masukan.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Antono Suryoputro MPH, PhD


NIP. 195703061987031002
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam atas berkat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Administrasi Kebijakan Kesehatan sebagaimana yang diharapkan. Adapun
penyusunan laporan hasil kegiatan PKL ini adalah salah satu syarat yang harus
dipenuhi dan merupakan rangkaian dari mata kuliah pada Peminatan Administrasi
Kebijakan Kesehatan.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Dalam penyusunan laporan PKL Kesehatan Masyarakat ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang telah memberi saran, masukan serta dorongan
kepada penulis. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberkahi dan memberi rahmat sehingga
kegiatan PKL dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo.
3. Bapak Dr. Budiyono, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro beserta jajarannya yang membantu
dalam urusan perijinan dalam kegiatan PKL ini.
4. Bapak dr. Antono Suryoputro, MPH, PhD selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan serta arahan dalam pelaksanaan PKL dan
penyusunan laporan.
5. Bapak dr. Mohamad Riyatno, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo yang telah memberikan ijin PKL.
6. Bapak Sudarwoto, SKM, MM selaku Kepala Bidang Pelayanan dan
Sumber Daya Kesehatan yang telah memberikan ijin magang, memberikan
bimbingan, serta arahan selama proses magang.
7. Bu Rita Puspita, A.Md. Farm selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama kegiatan PKL.
8. Seluruh staff Bidang Yankes & SDK Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo yang telah memberikan batuan serta bimbingan selama
kegiatan PKL.
Dengan tersusunnya Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, Penulis menyadari
bahwa masih ada banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
saran, bimbingan dan kritik yang membangun sehingga dapat memperbaiki
penulisan laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wonosobo, Agustus 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.............................................................................................ii
Kata Pengantar......................................................................................................iv
Daftar Isi.................................................................................................................v
Daftar Singkatan...................................................................................................vi
Daftar Gambar.....................................................................................................vii
Daftar Grafik.......................................................................................................viii
Daftar Lampiran...................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................2
C. Manfaat........................................................................................................3
BAB 1I METODE PELAKSANAAN...................................................................4
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan................................................................4
B. Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................5
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................6
D. Metode Penulisan Laporan........................................................................8
BAB III GAMBARAN INSTITUSI DAN UNIT LOKASI PKL.......................8
A. Sejarah dan Eksistensi Institusi.....................................................................8
B. Tugas Pokok dan Fungsi Institusi.............................................................8
C. Deskripsi Unit Lokasi PKL........................................................................9
D. Tugas Pokok dan Fungsi Unit..................................................................12
E. Gambaran Aktifitas dan Alur Kerja Operasional........................................16
BAB IV TOPIK KHUSUS DARI PELAKSANAAN PKL...............................19
A. Deskripsi Topik.........................................................................................19
B. Hasil dan Pembahasan..............................................................................26
B. Alternatif Solusi..........................................................................................36
BAB V PENUTUP................................................................................................38
a. Kesimpulan................................................................................................38
b. Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
Lampiran...............................................................................................................41
DAFTAR SINGKATAN

PKL Praktik Kerja Lapangan


Yankes & SDK Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan
Dinkes Dinas Kesehatan
AKK Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Farmamin Farmasi, Makanan, dan Minuman
CPPB-IRT Cara produksi pangan yang baik untuk IRT
PIRT Pangan Industri Rumah Tangga
SPP-IRT Sertifikasi Produk Pangan IRT
IRT Industri Rumah Tangga
Bimtek Bimbingan Teknis
PKP Pelatihan Keamanan Pangan
KIE Komunikasi Informasi dan Edukasi
DAFTAR GAMBAR/TABEL

Gambar 1 Struktur Organisasi Dinkes Kab. Wonosobo.....................................20


Gambar 2 Alur Perizinan Sertifikat SPP-IRT....................................................39
Tabel 1 SDM Seksi Farmasi di Dinkes Kab. Wonosobo...................................35
Tabel 2 Kode Jenis Pangan yang Diizinkan Memperoleh SPP-IRT..................43
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Industri yang Memiliki Sertifikat PKP Di Kab. Wonosobo................41


Grafik 2 Jumlah Total Sebaran PIRT Di Kab. Wonosobo Tahun 2013-2021. . .42
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.............................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo merupakan unsur pelaksana
Urusan Pemerintahan bidang kesehatan yang dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam
melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dinkes mempunyai fungsi sebagai perumus
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan pada bidang
kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, serta sumber daya kesehatan.
Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan atau biasa disebut
Yankes & SDK merupakan salah satu bidang di Dinkes Wonosobo sebagai
unsur pelaksana bidang pelayanan dan sumber daya kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas serta dipimping oleh
Kepala Bidang. Bidang Yankes & SDK terdiri dari tiga seksi yaitu Seksi
Pelayanan Kesehatan, Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Alat
Kesehatan, serta Seksi Sumber Daya Kesehatan. Bidang Yankes & SDK
mempunyai tugas sebagai perumus dan pelaksana kebijakan operasional di
bidang pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan
termasuk peningkatan mutunya, pelayanan kesehatan tradisional,
kefarmasian, makanan minuman, alat kesehatan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia kesehatan.
Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan merupakan salah satu
satuan kerja di Dinkes Wonosobo yang bisa dijadikan tempat tujuan untuk
Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa peminatan Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro karena memiliki bidang keilmuan yang sesuai dengan mata
kuliah yang telah didapatkan mahasiswa semester enam (VI), sehingga penulis
dapat melihat dan

1
mengkaitkan realita kegiatan operasional di Bidang Yankes & SDK
dengan materi kuliah yang telah diperoleh.’
Di Kabupaten Wonosobo, Dinkes bertanggung jawab dalam
manajemen Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) di wilayah
Wonosobo. Pengurusan Izin Usaha memegang peranan penting dalam
memantau dan menanggulangi makanan beredar yang tidak memenuhi syarat
izin edar, Menghindari sanksi administrasi atas kasus yang melanggar
peraturan di bidang pangan dan mengindari produk tidak aman dan tidak
layak di konsumsi. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka
penulis tertarik untuk lebih lanjut mengetahui tentang Gambaran Alur Sistem
Manajemen Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Sehubungan dengan hal tersebut
mahasiswa bermaksud untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
mahasiswa mengenai kegiatan yang berhubungan dengan Administrasi
Kebijakan Kesehatan terutama Alur Sistem Manajemen Perizinan PIRT
(Pangan Industri Rumah Tangga) di Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan-kebijakan yang
mendasari eksistensi dan operasional Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo.
2. Mahasiswa mampu untuk menjelaskan organisasi, tugas pokok dan
fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Komponen Input Alur Sistem
Manajemen Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) di
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Komponen Proses Alur Sistem
Manajemen Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) di
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Komponen Output dan Outcome Alur
Sistem Manajemen Perizinan PIRT ( Pangan Industri Rumah
Tangga) di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan PKL di Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo antara lain:

a. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan
praktik kerja serta menambah pengalaman dan pembelajaran di
bagian peminatan administrasi kebijakan kesehatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
2. Mampu mengembangkan sikap profesional kerja, rasa kepedulian
sosial dan tanggung jawab mahasiswa dalam lingkungan kerja.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Menambah Literatur ilmiah (kepustakaan) perpustakaan Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2. Sebagai jembatan penghubung antar dunia pendidikan tinggi dengan
dunia kerja.
3. Mendapatkan masukan tentang perkembangan di bidang keilmuan
dan teknologi yang di terapkan dalam praktik kerja di Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo
4. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan
Dinas Kesehataan Kabupaten Wonosobo dalam upaya memberikan
bekal mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja.
c. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo mengenai sistem manajemen perizinan PIRT
(Pangan Industri Rumah Tangga).
2. Meningkatkan dan memperluas jaringan kerja sama antara Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan selama 6
minggu yang dimulai pada tanggal 06 Juli 2021 s.d 13 Agustus 2021 dan
dilaksanakan di lingkungan instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diajukan
oleh mahasiswa peminatan AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro kepada DKK Wonosobo mengenai kajian ilmu yang ingin
penulis pelajari dan menyertakan bagian yang telah penulis tentukan dari
awal, maka penulis ditempatkan di Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber
Daya Kesehatan. Pada awal pelaksanaan kegiatan PKL, penulis diterima oleh
Bapak Sudarwoto, SKM, MM selaku Kepala Bidang Yankes dan SDK.
Bidang Yankes dan SDK terdiri dari tiga seksi. Tiga seksi tersebut
adalah Seksi Pelayanan Kesehatan; Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman
dan Alat Kesehatan; dan Seksi Sumber Daya Kesehatan. Pelaksanaan PKL
dilakukan selama enam minggu dengan jadwal kegiatan menyesuaikan jam
kerja Dinas Kesehatan Wonosobo, yaitu lima hari kerja pada hari Senin s.d
Kamis pukul
07.30 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam dari pukul 12.00 –
13.00 WIB dan hari Jumat pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa diharapkan
dapat mengkaji suatu topik bahasan yang dijumpai di tempat Praktik Kerja
Lapangan menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada.
Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat melakukan pembelajaran dengan
ikut dalam sistem kerja di tempat Praktik Kerja Lapangan.
Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa akan mentaati
peraturan yang ditetapkan oleh pihak instansi dan data-data yang diperoleh
selama dari kegiatan PKL ini akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan
disebarluaskan, dan hanya akan digunakan sebagai kelengkapan penulisan
laporan dimana laporan tersebut sebelumnya telah diperiksa dan disetujui
oleh pihak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
Aktivitas penulis selama kegiatan PKL menyesuaikan dengan aktivitas
rutin pegawai di bidang yang penulis peroleh sesuai dengan topik yang dipilih
yaitu bidang Yankes dan SDK. Aktivitas lain yang dilakukan diluar bidang
dan bagian yang ada di DKK Wonosobo menyesuaikan kebutuhan penulis
dan ilmu yang telah penulis peroleh selama di kampus.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan laporan maka
metode yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :
1. Studi Literatur
Sebelum melakukan metode lain seperti wawancara dengan pembimbing
lapangan, penulis melakukan studi literatur dari regulasi baik peraturan
perundang-undangan, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan
daerah, dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan bidang
Yankes dan SDK dan alat kesehatan terutama topik yang akan diambil
untuk mendapatkan data penunjang sebagai kelengkapan informasi.
Selain itu, penulis juga melakukan studi literature dengan mencari dan
mengakses buku panduan teori, artikel, maupun laporan-laporan kegiatan
yang menyangkut topik yang diangkat yaitu megenai alur mekanisme
perizinan PIRT.
2. Metode Wawancara
Dalam metode wawancara, penulis berdiskusi dan mengajukan
pertanyaan secara langsung dengan pegawai terkait yaitu kepada Ibu Rita
Puspita selaku pembimbing lapangan di seksi kefarmasian, makanan,
minuman dan alat kesehatan untuk mendapatkan informasi yang ingin
dipelajari dan diketahui. Pada metode wawancara ini juga menjadi bentuk
klarifikasi dan penguatan untuk bisa meyakinkan penulis dari isu yang
sebelumnya telah dipelajari dari data tertulis yang ada.
3. Metode Observasi
Melalui metode observasi, data dikumpulkan dengan cara pengamatan
langsung dimana penulis mengamati situasi/keadaan terkait isu terkini
maupun dari kegiatan operasional yang dijalankan dengan dibantu
pegawai yang ada di tiap seksi di Bidang Yankes dan SDK untuk
ditunjukkan mengenai data yang dibutuhkan maupun pekerjaan yang
dilakukan.
D. Metode Penulisan Laporan
Pada proses penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL),
penulis menggunakan metode dan beberapa teknik penulisan dengan tujuan
memudahkan dalam pengumpulan data, sehingga laporan ini dapat tersusun
dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada institusi. Metode
dan teknik yang digunakan dalam penyusunan laporan diantaranya :
1. Metode penyusunan
Metode penyusunan yang penulis pilih yaitu metode deskriptif
dengan memberikan argumentasi serta memaparkan permasalahan secara
terperinci sesuai dengan data dan fakta yang ada.
2. Teknik penyusunan
Dalam penyusunan laporan PKL ini karena saling terkait dan
berkesinambungan maka teknik yang digunakan sama dengan metode
yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu mencakup studi literatur,
interview, dan observasi.
3. Sistematika penyusunan laporan
Agar penyusunan laporan ini sesuai dengan kaidah penulisan dan
literatur dalam pemaparan, penulis membuat ke dalam beberapa bagian
urutan terpenting, meliputi :
a. BAB I : Pendahuluan
Pada bab pendahuluan penulis menguraikan mengenai latar
belakang, tujuan, dan manfaat dari pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Bidang Yankes dan SDK Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo.
b. BAB II : Metode Pelaksanaan
Bab metode pelaksanaan berisi mengenai waktu dan lokasi
pelaksanaan PKL, pelaksanaan kegiatan, metode pengumpulan data,
dan metode penulisan laporan.
c. BAB III : Gambaran Institusi dan Unit Lokasi PKL
Dalam bab tiga, penulis menguraikan mengenai sejarah dan
eksistensi institusi, tugas pokok dan fungsi institusi, deskripsi unit
lokasi magang, tugas pokok dan fungsi unit, serta gambaran aktivitas
dan alur kerja operasional, kegiatan dan aktivitas selama PKL di
Bidang Yankes dan SDK Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
d. BAB IV : Topik Yang Diangkat dari Pelaksanaan Magang
Dalam bab empat, penulis menguraikan informasi mengenai suatu
topik kajian tertentu yang diangkat dari pelaksanaan magang dengan
menguraikan lebih rinci terkait deskripsi topik, pembahasan,
hambatan maupun rekomendasi/alternatif solusi yang diberikan dari
topik yang diangkat.
e. BAB V : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab kesimpulan dan saran, penulis menuliskan kesimpulan
dari penjelasan dari keseluruhan bab dan mencoba memberikan
rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi instansi maupun
masyarakat indonesia.
BAB III
GAMBARAN INSTITUSI DAN UNIT LOKASI PKL

A. Sejarah dan Eksistensi Instansi


Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan
bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo diresmikan pada
tanggal 15 Februari 1984 oleh Gubernur KDH TK.I Jawa Tengah yaitu Bapak
Ismail. Dahulu, nama Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo yaitu Kantor
Departemen Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo terdiri dari Kepala Dinas, Sekretariat,
Bidang Kesehatan Masyarakat, Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan, Jabatan
Fungsional, dan UPT. Sekretariat dalam Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo terdiri dari Sub Bagian Program, Informasi dan Kehumasan serta
Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan.
B. Tugas Pokok dan Fungsi Institusi
Berdasarkan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 28 Tahun 2018
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, maka Tugas dan Fungsi Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
1. Tugas :
Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati dalam
melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada
Daerah.
2. Fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan
dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, serta sumber daya
kesehatan;
b. Pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, serta
sumber daya kesehatan;
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan
dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, serta sumber daya
kesehatan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, serta
sumber daya kesehatan;
e. Pelaksanaan dan pembinaan administrasi dan kesekretariatan di
seluruh Unit kerja di lingkungan dinas;
f. Pengendalian penyelenggaraan tugas uptd;
g. Pelaksanaan fungsi kedinasan yang diberikan oleh bupati sesuai
dengan Tugas dan fungsinya.
C. Deskripsi Unit Lokasi PKL
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 12 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Wonosobo menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan merupakan dinas tipe B
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Kesehatan, sedangkan
sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 28 Tahun 2018 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo terdiri dari :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Program, Informasi dan Kehumasan;
2. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan.
c. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
3. Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehan Kerja.
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari :
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi;
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa.
e. Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan;
2. Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan;
3. Seksi Sumber Daya Kesehatan.
f. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
UPTD adalah unsur teknis operasional dan/atau unsur teknis penunjang
tertentu Dinas Kesehatan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo dapat


digambarkan sebagai berikut :
Stuktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo 11


(Sumber : https://dinkes.wonosobokab.go.id/ )
D. Tugas Pokok Dan Fungsi unit
Berdasarkan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 28 Tahun 2018
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, maka Bidang Pelayanan dan Sumber
Daya Kesehatan mempunyai tugas dalam perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer dan pelayanan
kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya, pelayanan kesehatan
tradisional, kefarmasian, makanan minuman, alat kesehatan,sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia kesehatan. Selain itu, bidang Yankes
juga mempunyai tugas lainnya yaitu :
1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pelayanan dan
Sumber Daya Kesehatan berdasarkan program kerja Dinas serta petunjuk
pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
2. Mendistribusikan tugas kepada bawahan di lingkungan Bidang Pelayanan
dan Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan tanggung
jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat berjalan efektif
dan efisien.
3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di lingkungan
Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan tugas.
4. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Pelayanan
dan Sumber Daya Kesehatan secara berkala sesuai dengan peraturan dan
prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan.
5. Menyusun bahan kebijakan bidang pelayanan dan sumber daya kesehatan.
6. Menyelenggarakan program pengelolaan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat Daerah dan rujukan tingkat Daerah
yang terkait dengan pelayanan dan sumber daya kesehatan.
7. Menyelenggarakan program pengelolaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau masyarakat.
8. Menyelenggarakan program pengelolaan dan pemenuhan sediaan
farmasi, alat kesehatan, serta makanan dan minuman, meliputi :
ketersediaan,

12
pemerataan, pengendalian mutu obat dan keterjangkauan harga obat,
serta alat kesehatan.
9. Menyelenggarakan program fasilitasi penerbitan izin praktik dan izin
kerja tenaga kesehatan.
10. Menyelenggarakan program perencanaan dan pengembangan sumber
daya manusia kesehatan untuk upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat Daerah.
11. Menyelenggarakan program fasilitasi penerbitan izin rumah sakit kelas C
dan D, klinik, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tingkat Daerah.
12. Menyelenggarakan program fasilitasi penerbitan izin apotek, toko obat,
toko alat kesehatan dan optikal.
13. Menyelenggarakan program fasilitasi penerbitan izin usaha mikro obat
tradisional
14. Mengarahkan pelaksanaan tugas UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah.
15. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang
Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan dengan cara membandingkan
antara rencana operasional dengan tugas-tugas yang telah dilaksanakan
sebagai bahan laporan kegiatan dan perbaikan kinerja di masa yang akan
datang.
16. Menyusun laporan pelaksanaan tugas Bidang Pelayanan dan Sumber
Daya Kesehatan sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara
berkala sebagai bentuk akuntabilitas kinerja.
17. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan
maupun tertulis.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan


menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, makanan
minuman, alat kesehatan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia kesehatan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, makanan
minuman, alat kesehatan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia kesehatan;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, makanan, minuman, alat
kesehatan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia kesehatan;
4. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, makanan minuman, alat
kesehatan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia kesehatan.

Bidang Yankes dan SDK membawahi tiga seksi dan salah satunya adalah
Seksi Farmasi, Makanan Minuman, dan Alat Kesehatan yang merupakan sub-
unit tempat mahasiswa PKL melakukan kegiatan PKL. Seksi ini mempunyai
tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pelayanan kefarmasian, makanan minuman, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan. Tugas lain dari seksi ini yaitu :

1. Merencanakan kegiatan Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman dan


Alat Kesehatan berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan
dan Sumber Daya Kesehatan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab masing-masing untuk kelancaran pelaksanaan tugas Seksi
Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan.
3. Membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan
tertib dan lancar.
4. Memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian,
Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan.
5. Menyusun bahan kebijakan bidang kefarmasian, makanan, minuman
dan alat kesehatan.
6. Melaksanakan kegiatan pengelolaan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat Daerah dan rujukan tingkat Daerah yang
terkait dengan kefarmasian, makanan, minuman, dan alat kesehatan.
7. Melaksanakan kegiatan fasilitasi penerbitan izin operasional apotek,
toko obat, toko alat kesehatan dan optikal.
8. Melaksanakan kegiatan fasilitasi penerbitan izin operasional usaha
mikro obat tradisional.
9. Melaksanakan kegiatan fasilitasi penerbitan sertifikat produksi alat
kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan perbekalan kesehatan rumah
tangga kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga.
10. Melaksanakan kegiatan fasilitasi penerbitan izin produksi makanan
dan minuman pada industri rumah tangga.
11. Melaksanakan kegiatan pengawasan post-market produk makanan &
minuman industri rumah tangga.
12. Melaksanakan kegiatan penyediaan dan pengelolaan obat pelayanan
kesehatan dasar, alat kesehatan, reagensia dan vaksin skala Daerah.
13. Melaksanakan kegiatan penyiapan pengambilan sampling/contoh
sediaan farmasi di lapangan.
14. Melaksanakan kegiatan penyiapan dan pelaksanaan pemeriksaan
tempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi skala Daerah.
15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian distribusi
kosmetika, alat kesehatan, obat dan obat tradisional.
16. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di lingkungan SeksI Kefarmasian,
Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan dengan cara mengidentifikasi
hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa
mendatang.
17. Melaporkan pelaksanaan kinerja di lingkungan Seksi Kefarmasian,
Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku sebagai akuntabilitas kinerja dan rencana
kegiatan mendatang.
18. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.

E. Gambaran Aktivitas dan Alur Kerja Operasional /Alur Proses Pelayanan


a. Gambaran Aktivitas
Pada Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan terdiri dari 3 seksi,
diantaranya Seksi Pelayanan Kesehatan; Seksi Kefarmasian, Makanan,
Minuman dan Alat Kesehatan; dan Seksi Sumber Daya Kesehatan.
1. Seksi Pelayanan Kesehatan
Gambaran aktivitas pada Seksi Pelayanan Kesehatan yaitu
diantaranya memiliki tugas dalam penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan
kesehatan tradisional serta peningkatan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan
Gambaran aktivitas pada Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman
dan Alat Kesehatan yaitu diantaranya memiliki tugas dalam
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian, makanan minuman, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan.
3. Seksi Sumber Daya Kesehatan
Gambaran aktivitas pada Seksi Sumber Daya Kesehatan yaitu
diantaranya memiliki tugas dalam penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia kesehatan.
b. Alur Kerja Operasional /Alur Proses Pelayanan
Pada Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan terdapat
beberapa pelayanan umum yang diselenggarakan yaitu melayani
perizinan fasilitas pelayanan kesehatan, perizinan praktek tenaga
kesehatan dan perizinan sertifikat PIRT. Pelayanan Bidang Yankes dan
SDK ditentukan berdasarkan jenis urusan dari keperluan yang ada
kemudian dapat langsung mengajukan perizinan kepada seksi yang
bersangkutan. Dalam menjalankan tugasnya, kepala seksi pada bidang
Yankes dan SDK dibantu oleh beberapa staf dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Sehingga masing masing staf dapat melakukan pelayanan
perizinan secara langsung sesuai dengan tanggung jawabnya. Beberapa
perizinan yang dapat dilayani oleh Bidang Yankes dan SDK Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo berdasarkan masing masing seksi
antara lain :
1. Mekanisme Perizinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pada Bidang Yangkes dan SDK alur proses pelayanan perizinan
fasilitas pelayanan kesehatan di laksanakan oleh seksi pelayanan
kesehatan dan seksi kefarmasian makanan minuman dan alat
kesehatan mulai dari penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervise, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Seksi pelayanan kesehatan
bertugas melakukan verivikasi, administrasi berkas dan atau lokasi
izin fasilitas kesehatan. Izin fasilitas kesehtan tersebut diantaranya
adalah RS Umum type kelas D dan C; RS Khusus kelas C dan D;
Klinik Pratama; Klinik Utama; Laboratorium Klinik; dan toko optic.
Sedangkan seksi kefarmasian makanan minuman dan alat kesehatan
bertugas melakukan visitasi fasilitas penunjang medis seperti apotek,
took obat, took alat kesehatan dan usaha mikro obat tradisional.
Setelah menyelesaikan proses verifikasi dan visitasi maka akan
diberikan surat rekomendasi perijinan fasilitas pelayanan kesehatan
apabila telah memenuhi syarat.
2. Mekanisme Perizinan Praktik Tenaga Kesehatan
Pada Bidang Yankes dan SDK alur proses pelayanan perizinan
Praktik Tenaga Kesehatan di laksanakan oleh seksi sumber daya
kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan bertugas memverifikasi
berkas dan atau lokasi izin tenaga kesehatan. Terdapat beberapa
perizinan tenaga kesehatan diantaranya yaitu: Dokter Spesialis;
Dokter Umum; Dokter Gigi Spesialis; Dokter Gigi; Apoteker; Bidan;
Perawat; Perawat Gigi; Fisioterapi; Refraksionis; Radiografer;
Tenaga Teknis Kefarmasian; Perawat Anastesi; Sanitarian;
Nutrisionis; Rekan Medis; dan Analis. Untuk berkas yang sudah
lengkap maka akan di ajukan kepada Kepala Dinkes Kabupaten
Wonosobo untuk diterbitkan surat izin praktik tenaga kesehatan.
3. Mekanisme Perizinan Sertifikat PIRT
Pada Bidang Yankes dan SDK alur proses pelayanan perizinan
sertifikat PIRT di laksanakan oleh seksi kefarmasian makanan
minuman dan alat kesehatan mulai dari penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pada seksi kefarmasian
makanan minuman dan alat kesehatan bertugas melakukan evaluasi
dan verifikasi formulir pendaftaran SPP-IRT beserta dokumen
permohonan izin. Pelaksanaan pendataan peserta penyuluhan PKP
dilakukan selama 30-60 hari, kemudian pelaksanaan penyuluhan
PKP diselenggarakan selama 2 hari oleh Seksi Kefarmasian
Makanan Minuman dan Alat Kesehatan. Bagi pengaju yang telah
memenuhi syarat dan lulus pemeriksaan Industri Rumah Tangga
maka akan diberikan rekomendasi SPP IRT oleh seksi kefarmasian
makanan minuman dan alat kesehatan.
BAB IV
TOPIK KHUSUS YANG DIANGKAT DARI PELAKSANAAN PKL

“ Gambaran Alur Sistem Manajemen Perizinan Pangan Industri


Rumah Tangga (PIRT)”

A. Deskripsi Topik
1. Latar Belakang
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah pelaku usaha pangan
yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan
pangan manual hingga otomatis. Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat
dan Makanan No. HK 00.05.1639 tentang Pedoman cara produksi pangan
yang baik untuk industri rumah tangga (CPPB-IRT) menerangkan bahwa
Rumah tangga dimaksud adalah bukan setiap rumah tinggal, melainkan
memiliki ruangan produksi yang terpisah dari ruangan-ruangan lain dalam
rumah tinggal tersebut.
P-IRT adalah Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang harus
tercantum dalam produk olahan makanan yang diedarkan di masyarakat.
Karena usaha ini dimulai dari rumah maka yang perlu dilakukan adalah
mendaftarkan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) seluruh wilayah
Wonosobo ke Dinas Kesehatan Wonosobo di Seksi Kefarmasian, Makanan
dan Minuman. Kalau kita membeli produk olahan yang telah di kemas, kita
akan menemukan tulisan P-IRT, MD, ML, atau SP. Semua istilah tersebut
merujuk pada pengertian nomor pendaftaran produk yang sudah tercatat di
Departemen Kesehatan .
Perbedaan antara P-IRT dan MD yaitu pada jenis olahan yang
diproduksi selain itu P-IRT merupakan produk pangan yang dihasilkan skala
industri rumah tangga sedangkan MD menunjukkan produk pangan dalam
negeri, ini biasanya untuk produksi dengan modal besar. Kemudian ML untuk
produk pangan luar negeri, sedangkan SP artinya Surat Penyuluhan. Sebelum
ada istilah P-IRT, nomer pendaftaran yang di cantumkan adalah Dep. Kes. RI
No. SP xx/xxx/x/95 . Jadi sampai saat ini pencatuman nomer pendaftaran
label makanan ada yang menggunakan P-IRT, ada pula yang masih tetap
nomer lama
dengan menggunakan SP. Dalam nomer P-IRT yang tercantum di setiap
produk olahan makanan dan minum, tertulis sederatan angka yang di
dalamnya menunjukkan lokasi tempat produksi dan jenis bahan utama yang
diperlukan untuk menghasilkan produk makanan.
Oleh karena itu sangat perlu mengurus Keamanan Pangan Industri
Rumah Tangga (PIRT), mengingat PIRT dibuat dengan alat yang semi
otomatis sehingga memungkinkan keamanan PIRT tidak terjamin.
Pengawasan keamanan PIRT dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan
pangan yang aman untuk dikonsumsi dan untuk menjamin hak-hak
konsumen.
2. Landasan Teori
a. Pengertian Industri Rumah Tangga
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 22
Tahun 2018 tentang Pedoman cara produksi pangan yang baik untuk industri
rumah tangga (CPPB-IRT) menerangkan bahwa “industri rumah tangga (IRT)
adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha ditempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis”.
Cara produksi pangan yang baik berdasarkan Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman cara
produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga (CPPB-IRT) adalah
sebagai berikut:
1) Lingkungan Produksi
Untuk menetapkan lokasi IRT perlu dipertimbangkan keadaan dan
kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran
potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan
yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang
diproduksinya.
2) Bangunan dan Fasilitas IRT
Bangunan dan fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam
proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik,biologis dan kimia serta
mudah dibersihkan dan disanitasi.
3. Peralatan Produksi
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi
kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
pangan
seharusnya didisain., dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan.
4. Suplai Air
Air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi
persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum.
5. Fasilitas dan Kegiatan Higenis dan Sanitasi
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin
agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah
terjadinya kontaminasi silang dari karyawan.
6. Pengendalian Hama
Hama (tikus, serangga, dan lain-lain) merupakan pembawa cemaran
biologis yang dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan. Kegiatan
pengendalian hama dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya
hama ke ruang produksi yang akan mencemari pangan.
7. Kesehatan dan Higenis Karyawan
Kesehatan dan higenis karyawan yang baik dapat menjamin bahwa
pekerja yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan
tidak menjadi sumber pencemaran.
8. Pengendalian Proses
Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi
harus dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan
industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penetapan spesifikasi bahan baku;
b. Penetapan komposisi dan formulasi bahan;
c. Penetapan cara produksi yang baku;
d. Penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan;
e. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan
termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.
9. Label Pangan
Label pangan harus jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen
memilih, menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi pangan. Kode
produksi pangan diperlukan untuk penarikan produk, jika diperlukan.
Label
pangan yang dihasilkan IRT harus memenuhi ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Keterangan pada label sekurang-kurangnya: nama produk - daftar bahan
yang dihasilkan (komposisi) - berat bersih atau isi bersih - nama dan
alamat pihak yang memproduksi - tanggal, bulan dan Tahun kadaluarsa -
nomor Sertifikasi Produksi (P-IRT).
10. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik dapat menjamin mutu dan keamanan bahan dan
produk pangan yang diolah.
b. Jenis Pangan Produksi IRTP yang Diizinkan Untuk Memperoleh SPP-
IRT
Terdapat 15 Jenis pangan yang diizinkan untuk diproduksi dalam
rangka memperoleh SPP-IRT diantaranya yaitu kategori hasil olahan daging
kering, ikan kering, unggas kering, olahan sayur, olahan kelapa, olahan
tepung, olahan minyak, selai, kembang gula, serbuk kopi, bumbu, rempah-
rempah, minuman serbuk, hasil olahan bauh, serta hasil olahan biji-bijian dan
umbi. Berikut merupakan jenis pangan yang tidak diizinkan untuk
memperoleh SPP-ITR jika:
a. pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial atau pasteurisasi
b. pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang
penyimpanannya memerlukan lemari pembeku
c. pangan olahan asal hewan yang disimpan dingin/beku
d. Pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus, antara lain MP-
ASI, booster ASI, formula bayi, formula lanjutan, pangan untuk
penderita diabetes.
c. Syarat Perizinan PIRT
Pengurusan Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) memerlukan
beberapa persyaratan yang seperti berikut :

1. Formulir pendaftaran SPP-IRT


2. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) pemilik usaha rumahan
3. Pas foto ukuran 4 × 6 pemilik usaha rumahan sebanyak 3 lembar
4. Sampel produk makanan
5. Label produk makanan
6. Alur/ Bagan Produksi
7. FC Nomor Induk Berusaha
8. Mengikuti Penyuluhan keamanan pangan untuk mendapatkan SPP-IRT.
d. Tata Cara Pendaftaran
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2012
tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga terdapat tata cara pemberian Sertifikat SPP-IRT adalah sebagai
berikut:
1. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT Permohonan diterima oleh
Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dievaluasi
kelengkapan dan kesesuaiannya yang meliputi :
a) Formulir Permohonan SPP-IRT sebagaimana tercantum dalam
Sub Lampiran 1 yang memuat informasi yaitu : nama jenis
pangan, nama dagang, jenis kemasan, berat bersih/isi bersih,
Komposisi, tahapan produksi, nama, alamat, kode pos dan nomor
telepon IRTP, nama pemilik, nama penanggungjawab, Informasi
tentang masa simpan (kedaluwarsa), Informasi tentang kode
produksi,
b) Dokumen lain antara lain : Surat keterangan atau izin usaha dari
Instansi yang berwenang, Rancangan label pangan
2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan
a) Penyelenggara Penyuluhan Keamanan Pangan dikoordinasikan
oleh Bupati / Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota .
b) Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat kompetensi
di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM dan
ditugaskan oleh Bupati / Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten
/ Kota.
c) Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga
PKP yang kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan
Balai Besar/Balai POM setempat.
d) Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan Peserta Penyuluhan
Keamanan Pangan adalah pemilik atau penanggung jawab IRTP.
Contoh Daftar Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan dalam
rangka Pemberian SPP-IRT sebagaimana tercantum dalam Sub
Lampiran
e) Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari : Materi Utama
(Peraturan perundang-undangan di bidang pangan, Keamanan dan
Mutu pangan, teknologi Proses Pengolahan Pangan, Prosedur
Operasi Sanitasi yang Standar (Standard Santitation Operating
Procedure /SSOP),Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), Persyaratan Label dan Iklan Pangan),
Materi Pendukung (Pencantuman label halal, etika bisnis dan
Pengembangan Jejaring Bisnis IRTP),
f) Metode Penyuluhan Keamanan Pangan, Materi penyuluhan
keamanan pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
demonstrasi/peragaan simulasi, pemutaran video dan cara-cara
lain yang mendukung pemahaman keamanan pangan.
g) Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan ini diberikan kepada
pemilik/penanggungjawab yang telah lulus mengikuti Penyuluhan
Keamanan Pangan dengan hasil evaluasi minimal nilai cukup
(60)
h) Penomoran Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan adalah
sebagai berikut : Nomor Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
terdiri dari 3 (tiga) kolom dan 9 (sembilan) angka sesuai contoh
berikut : Keterangan penomoran adalah sebagai berikut :
1. angka ke–1,2,3 pada Kolom I, menunjukkan nomor urut
tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di kabupaten/kota
yang bersangkutan.
2. angka ke-4,5,6,7 pada Kolom II, menunjukkan propinsi dan
kabupaten/kota penyelenggara penyuluhan keamanan
pangan
3. angka ke-8,9 pada Kolom III, menunjukkan tahun
penerbitan sertifikat
3. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
a. Pemeriksaan sarana dilakukan setelah pemilik atau penangungjawab
telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan
b. Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh tenaga
pengawas Pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat tugas
yang diterbitkan oleh Bupati / Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Kriteria Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food
Inspector/DFI) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki
Sertifikat kompetensi pengawas pangan dari Badan POM.
d. Pemeriksaan sarana produksi IRTP sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang
Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga.
e. Jika hasil pemeriksaan sarana produksi menunjukkan bahwa IRTP
masuk level I – II maka diberikan SPP-IRT.

4. Pemberian Nomor P-IRT

1) Nomor P- IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas) digit sebagai


berikut : P-IRT No. 1234567890123–45
2) Penjelasan 15 (lima belas) digit sebagai berikut : digit ke-1
menunjukkan kode jenis kemasan sesuai Sub Lampiran 6, digit ke-
2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis pangan IRTP sesuai,
digit ke- 4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota,
digit ke 8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah
memperoleh SPP-IRT, digit ke- 10,11,12 dan 13 menunjukkan
nomor urut IRTP di kabupaten/kota yang bersangkutan, digit ke 14
dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku
3) Nomor P-IRT diberikan untuk 1 (satu) jenis pangan IRT
4) Setiap perubahan, baik penambahan maupun pengurangan provinsi,
kabupaten/kota, pemberian nomor disesuaikan dengan kode baru
untuk Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang dalam penerbitan kode propinsi, kabupaten dan
kota.
B. Hasil dan Pembahasan
a. Komponen Input Pelaksanaan Perizinan PIRT(Pangan Industri Rumah
Tangga)
Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
dan program dapat berjalan atau untuk menghasilkan keluaran (outputs). Di
Kabupaten Wonosobo, prosedur pemberian sertifikat SPP-IRT (Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga) termasuk salah satu program di
seksi kefarmasian bidang yankes & SDK Kabupaten Wonosobo. Seksi
Kefarmasian merupakan seksi yang bertanggung jawab dalam manajemen
sertifikat SPP- IRT di Kabupaten Wonosobo.
Tabel 1 SDM Seksi Farmasi
di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

NO NAMA JABATAN
Sutriatmoko, S.Si, Apt, M.Sc
1 NIP. 197910232006042008 Kepala Seksi

Rita Puspita, Amd.


Pelaksana
2 NIP. 198303052006042013

Rizal Dwi Saputro, Amd.


Pelaksana
3 NIP. 198798962010011004

Anik Dwi Setyowati, Amd. Farm


Pelaksana
4 NIP. 198304302006042008

Endang Retnaningrum, Amd.


Pelaksana
5 NIP. 196509031989032006

Sumber : Bidang Yankes dan SDK


Berdasarkan tabel diatas di ketahui bahwa Seksi kefarmasian dikepalai
oleh seorang kepala seksi yaitu Bapak Sutriatmoko, S.Si, Apt, M.Sc dengan
latar belakang apoteker. Seksi kefarmasian ini terdiri dari empat orang staf
dengan latar belakang pendidikan rata rata diplomasi farmasi. Dalam hal ini
alur mekanisme sistem perizinan PIRT berada dibawah tanggung jawab Ibu
Rita Puspita, Amd selaku pelaksana perizinan PIRT di Wilayah Kabupaten
Wonosobo.
1) Landasan Hukum Perizinan SPP-IRT
a. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
dan Gizi Pangan.
b. Pertaturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tntang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elekrtonik.
c. Intruksi Presiden No.3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektifitas
Pengawasan Obat dan Makanan.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 tentang
Peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan
Makanan
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik sector Kesehatan
f. Peraturan BPOM No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Penerbitan
Sertifikat Produksi Industri Rumah Tangga.
2) Sumber Dana
Pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam
penyelenggaraan suatu program. Semenjak adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah bertanggung jawab untuk mengatur dana mereka sendiri
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang diperlukan oleh daerah
tersebut termasuk juga dalam hal ini dana kesehatan (UU No. 25 tahun
2014).
Dalam hal ini Dinkes Wonosobo mengusulkan anggaran guna
untuk memenuhi pelaksanaan Perizinan PIRT termasuk dalam pelatihan
yang akan diselenggarakan diajukan kepada Bupati Wonosobo. Bagi
pelaku UMKM pendaftaran sertifikat perizinan PIRT tidak dipungut
biaya oleh karena itu dana tersebut nantinya akan digunakan untuk
membayar Narasumber dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis
Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) serta uji laboratorium sampel
PIRT. Kegiatan PKP biasanya dilaksanakan selama beberapa hari yang
bertempat di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
3) Metode Penyuluhan Keamanan Pangan
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012
menyatakan
bahwa materi PKP yang disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
demonstrasi / peragaan simulasi, pemutaran video dan cara-cara lain
yang mendukung pemahanan keamanan pangan.
Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo melakukan
Bimbingan Teknis PKP di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
yang dihadiri oleh narasumber penyuluhan PKP dan peserta PKP.
Penyuluh Keamanan Pangan yang selanjutnya disingkat PKP adalah
Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kualifikasi PKP dan mempunyai
kompetensi sesuai dengan bidangnya dalam Produksi Pangan serta diberi
tugas untuk melakukan penyuluhan Keamanan Pangan dari organisasi
yang kompeten. Metode yang digunakan dalam penyuluhan yaitu dengan
ceramah, diskusi, dan peragaan simulasi terhadap produk industri. Oleh
sebab itu, metode yang digunakan sudah sesuai dengan persyaratan yang
ada.
Setelah kegiatan Bimtek PKP dilaksanakan, selanjutnya Dinas
Kesehatan melakukan Survei ke industri rumah tangga bersama Tim
Keamanan Pangan Puskesmas di wilayahnya. Dalam formulir survei
tersebut terdapat 4 kategori yaitu Minor (MI), Mayor (MA), Serius (SE),
dan Kritis (KR). Apabila pihak industri telah memenuhi standar survei
maka akan mendapatkan Sertifikat SPP-IRT. Sebaliknya jika pihak
industri belum memenuhi standar survei, maka pihak industri akan di
berikan waktu untuk perbaikan industrinya (waktu perbaikan disesuaikan
dengan peraturan). Tahap survei di Dinkes Wonosobo sesuai dengan
peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012.
Perizinan PIRT mempunyai 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu:
Penyuluhan PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan), Survei, dan
Pemantauan dan evaluasi. Dalam tahap pelatihan PKP yang bertempat di
Aula Dinas Kesehatan Selanjutnya tahap survei yaitu dengan melakukan
ceklist terhadap kuesioner yang telah dibuat dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Prasarana yang dibutuhkan adalah
kendaraan, Kuesioner, pena, dan kamera. Kemudian tahap pemantauan
dan evaluasi, pada tahap ini alat yang dibutuhkan sama dengan tahap
survei yaitu kendaraan, kuesioner,pena, dan kamera.

b. Komponen Proses Pelaksanaan Perizinan PIRT (Pangan Industri


Rumah Tangga)
1. Perencanaan Proses Perizinan PIRT
Di Dinkes Kupaten Wonosobo dalam Perencanaan Perizinan PIRT
dilakukan oleh Seksi Farmasi, Makanan Minuman dan Alat Kesehatan.
Perencanaan tersebut mengacu kepada Peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dan beberapa
peraturan lainnnya jika di perlukan. Sasaran program tersebut adalah
seluruh industri rumah tangga yang berada di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
2. Pengorganisasian Proses Perizinan PIRT
Pengorganisasian di Dinkes Wonosobo dalam kegiatan perizinan
PIRT dilakukan oleh seksi kefarmasian Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo. Pada tahap penyuluhan PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan)
di laksanakan oleh seksi kefarmasian sendiri dibantu petugas Tim PKP.
Pada tahap Survei, Pemantauan dan Evaluai di laksanakan oleh Seksi
Kefarmasian beserta tim keamanan pangan puskesmas di wilayah
tersebut.
3. Pelaksanaan
Berdasarkan Peraturan BPOM No.22 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pemberian SPP-IRT menyatakan bahwa SPP-IRT adalah
jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan
produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan
pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran Pangan Produksi IRTP. Di
Dinkes Wonosobo pelaksanaan PIRT sepenuhnya dilaksanakan oleh
Dinkes Wonosobo pada seksi kefarmasian. Berikut bagan alur perizinan
SPP-IRT :
Pemohon yang Berkas diserakhan ke
sudah memiliki Kantor Dinas
NIB

Persyaratan Persyaratan
Tidak Terpenuhi terpenuhi

BIMTEK
Penyuluhan
Keamanan Pangan Proses Administrasi
(PKP)

Survei Ke Industri
Rumah Tangga

Memenuhi
Syarat

Sertifikat SPP-IRT

Gambar 2
Alur Perizinan Sertifikat SPP-IRT

Terdapat beberapa tahapan perizinan SPP-IRT :

a. Pemohon login melalui aplikasi sistem OSS atau menghubungi DPM-


PTSP.
Pemohon login melaui sistem Online Single Submission (OSS)
(www.oss.go.id) atau menghubungi Dinas Penanaman Modal Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) untuk registrasi pada sistem OSS guna
memperoleh Nomor Izin Berusaha (NIB) dan pemohonan izin
komersial/operasional.
b. Pemohon mengikuti Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan
Dinas Kesehatan menyelenggarakan Pelatihan Penyuluhan Keamanan
Pangan. Peserta pelatihan dianggap lulus dan memperoleh Sertifikat PKP
apabila hasil evaluasi minimal 60.
c. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT
Sarana produksi pangan diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemeriksaan menggunakan form checklist Perka HK.03.1.23.04.12.2207.
Hasil pemeriksaan sarana IRTP dikatakan memenuhi syarat apabila
masuk level I atau II. Bila hasil pemeriksaan nemunjukkan level III atau
IV maka akan dilakukan perbaikan dan pemeriksaan ulang.
d. Pemberian Nomor P-IRT
Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas) digit sebagai
yaitu seperti contoh P-IRT No. 1234567890123–45. Nomor P-IRT
diberikan untuk 1 (satu) jenis pangan IRT. Setiap perubahan, baik
penambahan maupun pengurangan Provinsi, Kabupaten/Kota, pemberian
nomor disesuaikan dengan kode baru untuk Provinsi, Kabupaten, dan
Kota yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan
kode Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Nomor P-IRT dicantumkan pada bagian utama label. Jika ukuran
kemasan primer ≤ 10 cm2, maka informasi yang wajib dicantumkan
adalah nama jenis pangan, nomor P-IRT, nama dan alamat IRTP yang
memproduksi dengan ukuran huruf dan angka yang dicantumkan tidak
boleh lebih kecil dari 0,75 mm. Kemudian pangan tersebut dimasukkan ke
dalam kemasan sekunder yang lebih besar yang memungkinkan untuk
memuat keterangan yang harus dicantumkan. Meskipun informasi yang
diwajibkan tersebut (Nomor P-IRT) dicantumkan pada kemasan sekunder,
kode kemasan produk merupakan kode kemasan ganda.
e. Penyerahan SPP-IRT
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan rekomendasi SPP-
IRT ke Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
 Bupati/Walikota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
menyerahkan SPP-IRT kepada pemilik/penanggungjawab IRTP
yang telah memenuhi persyaratan.

c. Komponen Output dan Outcome Pelaksanaan Perizinan PIRT


(Pangan Industri Rumah Tangga)
Output adalah sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan
dan program berdasarkan masukan. Output yang ingin dicapai dari
pelaksanaan perizinan PIRT adalah semua industri rumah tangga diwilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo memiliki sertifikat SPP-IRT. Di
Wonosobo Perizinan PIRT sudah ada sejak tahun 2013 hingga sekarang, total
jumlah industri rumah tannga yang sudah memiliki Sertifikat PIRT sejak
tahun 2013 sampai 2021 sebanyak 2916 PIRT.

Grafik 1
Industri yang Memiliki Sertifikat PKP Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

250
218

200

150
126

100

50
27

0
2018 2019 2020

Grafik diatas menjelaskan jumlah industri yang memiliki sertifikat


PKP di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Sertifikat PKP
adalah sertifikat yang diberikan kepada pemilik atau penanggung jawab
industri yang sudah mengikuti penyuluhan PKP. Berdasarkan grafik diatas
dapat diketahui bahwa jumlah industri yang memiliki sertifikat PKP pada
tahun 2018 berjumlah 126 industri, tahun 2019 berjumlah 27 industri, dan
tahun 2020
berjumlah 218 industri.
Grafik 2
Jumlah Total Sebaran PIRT Di Kabupaten Wonosobo dari Tahun 2013-2021

800
700
600
500
400
300
200
100
0

Grafik diatas menjelaskan jumlah sebaran industri yang memiliki


sertifikat PKP di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
Wilayah kerja tersebut terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Wonosobo,
Wadaslintang, Kepil, Sapuran, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo,
Selomerto, Kalikajar, Kertek, Watumalang, Mojotengah, Garung, Kejajar.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah industri yang paling
banyak memiliki sertifikat PIRT berada di Kecamatan Wonosobo berjumlah
745 industri serta jumlah industri yang paling sedikit memiliki sertifikat PIRT
berada di Kecamatan Kalibawang berjumlah 12 industri.
Berdasarkan pelaksanaanya pada 3 tahun terakhir dapat dilihat bahwa
setiap tahun dari tahun 2018 sampai tahun 2020 jumlah industri yang
mendapatkan sertifikat P-IRT fluktuatif (tidak stabil). Di Kabupaten
Wonosobo ditemukan masih ada industri rumah tangga yang belum memiliki
Sertifikat PIRT seperti di daerah Lipursari, Leksono. Hal ini disampaikan
oleh pemilik industri rumah tangga saat Penyuluhan KIE serta sosialisasi
mengenai PIRT pada tanggal 12-13 Agustus 2021.
Sedangkan outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya dari outputs kegiatan pada jangka waktu menengah maupun
maupun panjang. Adapun outcome dari adanya perizinan PIRT yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo adalah untuk
mengurangi
makanan yang mengandung bahan berbahaya atau makanan yang dalam
pengolahannya tidak memenuhi syarat yang benar, sehingga makanan tersebut
dapat menimbulkan penyakit atau masalah kesehatan lainnya bagi konsumen.
Berikut ini merupakan produk IRTP yang diizinkan memperoleh SPP-IRT :

Tabel 2 Kode Jenis Pangan Yang Diizinkan


Untuk Memperoleh SPP-IRT
KODE JENIS PANGAN
01 HASIL OLAHAN DAGING KERING
02 HASIL OLAHAN IKAN KERING
03 HASIL OLAHAN UNGGAS KERING
04 HASIL OLAHAN SAYUR
05 HASIL OLAHAN KELAPA
06 TEPUNG DAN HASIL OLAHNYA
07 MINYAK DAN LEMAK
08 SELAI, JELI, DAN SEJENISNYA
09 GULA, KEMBANG GULA DAN MADU
10 KOPI DAN THE KERING
11 BUMBU
12 REMPAH-REMPAH
13 MINUMAN SERBUK
14 HASIL OLAHAN BUAH
15 HASIL OLAHAN BIJI-BIJIAN, KACANG-KACANGAN
DAN UMBI

Berdasarkan tabel diatas terdapat 15 jenis hasil olahan yang


diizinkan memperoleh SPP-IRT. Beberapa hasil olahan seperti daging kering,
ikan kering, unggas kering, sayur dan buah merupakan makanan yang diolah
dengan penambahan garam (asinan) atau gula (manisan) atau dengan cara
dehidrasi untuk menurunkan kadar air, baik dengan cara penggorengan atau
pengeringan. Selain itu terdapat jenis olahan tepung dan hasil olahnya yang
merupakan makanan yang diolah dengan cara ekstrasi, dan/atau pengeringan
dan penepungan menjadi produk tepung, dan/atau selanjutnya diolah menjadi
produk baik dengan penggorengan, pengeringan atau pemanggangan seperti
kue kering, mi kering, biscuit, kerupuk dll. Sedangkan minyak dan lemak
merupahan produk yang diperoleh dari tanaman atau tumbuhan yang diolah
dengan cara ekstrasi kering melalui pengepresan maupun ekstrasi basah
menggunakan air atau pelarut organik untuk menghasilkan minyak dan
lemak. Berbagai jenis hasil olahan dilakukan sesuai dengan komposisi dan
dakam pengolahannya memenuhi syarat yang benar. Sehingga diharapkan
produk olahannya dapat disimpan secara higienis dalam kemasan pada suhu
ruang lebih dari 7 (tujuh) hari serta dapat mengajukan peizinan PIRT agar
secara aman produk dapat di sebar luaskan ke konsumen.

Oleh karena itu, pentingnya dilakukan upaya untuk mengurangi


makanan yang mengandung bahan berbahaya atau makanan yang dalam
pengolahannya tidak memenuhi syarat yang benar berpotensi menimbulkan
penyakit atau masalah kesehatan lainnya bagi konsumen. Maka di perlukan
pengawasan yang tinggi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo
terhadap makanan yang beredar di masyarakat yang ada di wilayah kerja
Dinas Kabupaten Wonosobo. makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit
atau masalah kesehatan lainnya bagi konsumen.

Dengan terjaminnya keamanan dan mutu produknya, maka pelaku


usaha berskala rumah tangga harus memproduksi dan mengedarkan
produknya sesuai dengan komposisi di dalam SPP-IRT. Jika terbukti
produknya yang diproduksi dan diedarkan komposisinya tidak sesuai di SPP-
IRT, maka Bupati/Walikota dapat mencabut SPP-IRT. SPP-IRT juga dapat
dicabut dari rekomendasi yang diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Selain itu, Bupati/Walikota juga dapat mencabut SPP-IRT yang
memenuhi ketentuan sebagai berikut (Pasal 5 ayat (1) PBPOM 22/2018):
Pemilik dan/atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran
terhadap peraturan di bidang pangan; Pangan produksi IRTP terbukti sebagai
penyebab Kejadian Luar Biasa (KBL) keracunan pangan; Pangan IRTP
terbukti mengandung bahan berbahaya dan/atau bahan kimia obat (BKO);
Pangan produksi IRTP mencantumkan klaim selain peruntukannya sebagai
pangan produksi IRTP;
Lokasi sarana produksi pangan produksi IRTP tidak sesuai dengan lokasi
yang tercantum dalam dokumen pendaftaran pada saat mendapatkan SPP-IRT
dan/atau dokumen yang didaftarkan pada saat pemberian SPP-IRT; dan/atau
Sarana dan/atau produk pangan olahan yang dihasilkan terbukti tidak sesuai
dengan SPP-IRT yang diberikan.

d. Hambatan
Dalam pelaksanaan PIRT terdapat beberapa hambatan diantaranya :
1. Masih banyak produk industri rumah tangga di wilayah Kabupaten
Wonosobo yang belum melakukan perizinan maupun perpanjangan PIRT.
2. Masih banyak formulir dan berkas perizinan PIRT yang belum lengkap
dan belum sesuai ketentuan pada saat verifikasi berkas oleh petugas
pelaksana perizinan PIRT.
3. Masih kurangnya jumlah pegawai di seksi kefarmasian yaitu dengan 1
kepala seksi dan 4 staf, dengan banyaknya program yang harus
dilaksanakan sehingga menyebabkan pegawai sulit untuk memantau
seluruh industri makanan yang belum memiliki sertifikat PIRT.
4. Lamanya proses dalam pengurusan sertifikat PIRT karena terhambatnya
jadwal untuk dilaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP)
mengingat adanya kebijakan PPKM pada kondisi pandemi COVID-19.

C. Alternatif solusi / rekomendasi


1. Membuat Aplikasi atau Website Pendaftaran PIRT
Membuat sebuah inovasi berbasis teknologi terintegrasi untuk proses
penerbitan perizinan/sertifikasi PIRT yang juga sekaligus pengurusan
sertifikat PKP yang menjadi syarat wajib dalam perizinan PIRT.
Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo dapat
memanfaatkan media online berupa aplikasi atau website untuk
pendaftaran sertifikat PIRT secara online. Tujuannya untuk
memudahkan petugas dalam memverifikasi berkas pengajuan serta
memudahkan pelaku UMKM dalam pendaftaran perizinan PIRT yang
sistematis, modern, terukur/akuntabel, responsif dan terpadu.
2. Sosialisasi Perizinan PIRT
Dinkes Kabupaten Wonosobo dapat memberikan sosialisasi mengenai
pentingnya perizinan PIRT serta mengajak masyarakat untuk tidak
membeli produk yang belum memiliki kode perizinan. Sehingga hal
tersebut dapat menjadi pemicu pelaku usaha untuk mengurus sertifikat
SPP-IRT. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai media seperti
pamflet atau brosur yang disebarluaskan pada saat penyuluhan KIE
maupun melalui social media seperti Instagram, facebook, Whatsapp dll.
Dinkes Kabupaten Wonosobo juga dapat mengajukan media partner
untuk membantu menyebarluaskan pamflet atau brosur perizinan PIRT
kepada beberapa akun Instagram yang sudah memiliki banyak followers
terutama di Wonosobo, seperti @wonosobozone, @wonosobohitz,
@dekengertiora dll. Sehingga harapannya informasi mengenai Perizinan
PIRT dapat tersebar luas di masyarakat Kabupaten Wonosobo. Dengan
adanya bantuan dari masyarakat maka akan mempermudah pengawasan
makanan yang beredar di wilayah kerja Dinkes Wonosobo secara efektif
dan efisien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bidang Yankes & SDK mempunyai tugas sebagai perumus dan
pelaksana kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer
dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
pelayanan kesehatan tradisional, kefarmasian, makanan minuman, alat
kesehatan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia kesehatan.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi
Sumber Daya Kesehatan dan Seksi Farmasi, Makanan, Minuman, dan
Alat Kesehatan. Masing masing sie melakukan proses pelayanan
perizinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Seksi Farmasi, Makanan, Minuman dan Alat Kesehatan bertanggung
jawab dalam manajemen Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah
Tangga) di wilayah Wonosobo. Sebagai upaya untuk mengurangi
makanan yang mengandung bahan berbahaya atau makanan yang dalam
pengolahannya tidak memenuhi syarat yang benar berpotensi
menimbulkan penyakit atau masalah kesehatan lainnya bagi konsumen.
Perizinan PIRT mempunyai 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu: Penyuluhan
PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan), Survei, dan Pemantauan dan
evaluasi.
3. Berdasarkan pelaksanaanya pada 3 tahun terakhir dapat dilihat bahwa
setiap tahun dari tahun 2018 sampai tahun 2020 jumlah industri yang
mendapatkan sertifikat P-IRT fluktuatif (tidak stabil). jumlah industri
yang memiliki sertifikat PKP pada tahun 2018 berjumlah 126 industri,
tahun 2019 berjumlah 27 industri, dan tahun 2020 berjumlah 218 industri.
jumlah sebaran industri yang memiliki sertifikat PKP di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Wilayah kerja tersebut terdiri
dari beberapa kecamatan yaitu Wonosobo, Wadaslintang, Kepil, Sapuran,
Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Selomerto, Kalikajar,
Kertek, Watumalang, Mojotengah, Garung, Kejajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka penulis memberikan
saran bagi mahasiswa khususnya AKK FKM Undip yang akan melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di lingkungan Dinas Kesehatan sekiranya
untuk lebih memahami konsep terkait tugas dan fungsi yang dikerjakan
oleh Dinas Kesehatan pada masing masing unit. Selain itu, bagi mahasiswa
yang akan mengambil topik Laporan PKL diharapkan untuk mencari
informasi terlebih dahulu mengenai bagian bagian yang melalui website
resmi maupun regulasi regulasi terkait dan menggali lebih dalam informasi
pada saat kegiatan PKL. Sehingga penulis berharap agar mahasiswa bisa
mendapatkan banyak pemahaman dan pengalaman yang bermanfaat
selama melakukan PKL di Dinas Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2008). Tentang Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga. Jakarta: Badan POM RI.

DEPKES RI. (2007 ). Pedoman Pemantauan Status Gizi. Jakarta: Depkes RI.

Intruksi Presiden No.3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektifitas Pengawasan


Obat dan Makanan.

Kasim, Hendry Kurniawan. 2014, Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga


(Spp- Irt) Sektor Tahu Dan Tempe “Izin Beres Bisnis Sukses”, Ed. Deden
Mulyadi, M. Ridha, (Scope Indonesia), Hal. 5.

Peraturan BPOM No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat


Produksi Industri Rumah Tangga.

Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo

Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 35 Tahun 2018 tentang Uraian Tugas Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonosobo

Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 12 Tahun 2016 tentang


Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 tentang Peningkatan


Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan


Berusaha Terintegrasi secara Elektronik sector Kesehatan

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan.

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Pertaturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tntang Pelayanan Perizinan Berusaha


Terintegrasi secara Elekrtonik.
LAMPIRAN
Dokumen Terkait
Surat Balasan Permohonan Izin Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
Formulir Permohonan Baru SPP-IRT

54
Formulir Perpanjangan SPP-IRT
Dokumentasi Kegiatan PKL

Kegiatan Swab Antigen Mahasiswa PKL Dinkes Wonosobo

Entri Peserta Bimtek PKP pada SMART POM

Pencatatan Sampel Makanan PIRT untuk Uji Laboratorium


Pencatatan Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan

Pengambilan Sampel Jajanan Anak Sekolah untuk di Uji Laboratorium

Beberapa Sampel Jajanan Anak Sekolah


Pengecekan Suhu Refrigerator

Entri Data Stok Obat Covid-19 di Instalasi Farmamin Kab. Wonosobo

Entri Data Logistik di Instalasi Farmamin Kab. Wonosobo pada


portal Covid-19 Jateng
Mendata Peserta PIRT di Kabupaten Wonosobo

Mengetik STPT

Tim Vaksinasi Covid-19 Dinas Kabupaten Wonosobo


Menerima Dokumen Laporan Kinerja Puskesmas Kalikajar 1

Pencatatan Pendaftaran Peserta Vaksinasi Covid-19 di Gedung


Sasana Adipura Kencana

Pelaksanaan KIE oleh Dinkes Kab. Wonosobo dan Puskesmas Leksono


Memberikan Materi KIE

Foto Bersama Bidang Yankes dan SDK

Pemberian Plakat Kenang-kenangan kepada Kabid Yankes dan SDK

Anda mungkin juga menyukai