Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Profesi Guru SMK Produktif merupakan program yang
mencetak calon guru profesional sesuai dengan latar belakang ilmu dan potensi
yang dimiliki. Guru SMK produktif dituntut untuk mempunyai pengetahuan
(knowledge) serta keterampilan (Skill) yang lebih dibanding dengan guru normatif
dan adaptif, karena ujung tombak dari SMK adalah Guru Produktif. Untuk
menciptakan guru profesional dan berkualitas serta mempunyai keterampilan
perlu adanya sebuah kegiatan yang mendukung dan dapat mengembangkan
keterampilan yang dimiliki. Disamping itu, guru SMK Produktif juga harus
memiliki pengetahuan luas tentang dunia kerja bagi lulusan SMK, agar alumni
SMK terserap di dunia kerja. Untuk itu perlu adanya kegiatan lapangan
diantaranya praktek industri.
Praktek industri adalah kegiatan di industri yang diikuti oleh mahasiswa
PPG SMK Produktif agar memperoleh pengalaman di dunia industri yang relevan
dengan bidangnya. Praktek industri dilakukan di perusahaan atau instansi yang
memiliki keterkaitan dengan program studi masing-masing, seperti prodi Kimia
Analisis (Prodi Langka), salah satu pelaksanaan praktek industri adalah di PDAM
Tirta Bening Kabupaten Pati. Dengan praktek di PDAM, mahasiswa dapat
mengetahui proses pengolahan air baku menjadi air bersih secara lebih detail
untuk membandingkan apa yang telah diperoleh sewaktu kuliah. Mengingat
bahwa pengolahan tersebut terkait dengan pelajaran pengolahan limbah cair,
sehingga dengan pengalaman praktek di PDAM mahasiswa dapat menjelaskan
kepada siswa secara lebih sistematis dan kontekstual tentang materi tersebut. Di
samping itu, dapat juga mengetahui proses analisis kimia yang dilakukan di
PDAM sehingga ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan dapat diaplikasikan
serta untuk menambah wawasan, pengetahuan dan kreativitas agar nantinya dapat
memberikan gambaran kepada siswa jenis pekerjaan yang di lakukan di PDAM
apabila terserap di industri tersebut.
1

Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air
kehidupan tidak dapat berlangsung. Air bersih terkadang sulit untuk diperoleh di
beberapa daerah. Namun, adanya PDAM Tirta Bening kebutuhan air bersih
masyarakat di kabupaten Pati dapat terpenuhi. Pengolahan air baku (air sungai)
menjadi air bersih menggunakan metode prasedimentasi, koagulasi, flokulasi,
sedimentasi dan filtrasi.
B. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan Praktek Industri ini agar mahasiswa PPG SMK

Produktif mendapatkan pengalaman kerja yang relevan dengan bidang Kimia


Analisis sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap, serta keterampilan di
bidang Kimia Analisis.
2.

Tujuan Khusus

a.

Untuk mempraktikkan ilmu yang telah didapatkan di perkuliahan secara teori


dengan praktik langsung di dunia industri.

b.

Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa khususnya keterampilan


sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya.

c.

Untuk menyiapkan mahasiswa agar menjadi manusia produktif, mampu


bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia industri
sebagai tenaga kerja sesuai dengan keahliannya.

d.

Untuk mendapatkan masukan dan umpan balik (studi banding) dari suatu
instansi atau tempat usaha guna memperbaiki dan mengembangkan
kesesuaian pendidikan kejuruan.

e.

Untuk memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa PPG, menambah


wawasan, kreativitas, pengetahuan, serta dapat meningkatkan kedisiplinan
dan etos kerja.

f.

Untuk mempelajari proses pengolahan air baku menjadi air bersih,


menganalisis air baku dan air bersih tersebut, dan menghitung dosering PAC
yang diperlukan.
2

C. Manfaat
1. Manfaat bagi Industri
a.

Perusahaan dapat mengenal kualitas peserta praktek industri yang belajar dan
bekerja di industri.

b.

Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta praktek industri untuk


kepentingan perusahaan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.

2.

Manfaat bagi Peserta Praktek Industri

a.

Peserta mendapatkan ilmu dari dunia industri untuk dijadikan bahan ajar
ketika mengajar di SMK nanti.

b.

Mengembangkan pola pikir yang progresif dan berkualitas dalam mengambil


setiap keputusan yang menyangkut dalam penyelesaian masalah.

c.

Membentuk pribadi yang mandiri dan mampu mengaktualisasikan diri dalam


sejumlah aktifitasnya dengan dunia kerja.

BAB II
GAMBARAN INDUSTRI
A. Company Profile
1. Sejarah Perusahaan Daerah Air Minum
Pada tahun 1920 dibangun jaringan pipa distribusi air bersih dari mata air
Sonean Desa Purworejo Kecamatan Margoyoso ke kota Juwana dengan Jarak
21 km. Saat itu debit air yang dimanfaatkan adalah 8 L/dt.
Air bersih dari sumber Sonean dialirkan dan ditampung pada reservoir
Juwana yang terletak di sudut timur alun-alun Juwana untuk selanjutnya
didistribusi untuk melayani 400 KK. Saat itu bernama Water Leideng.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 26 Nopember 1980
nomor : 110/KPTS/CK/XI/1980 dibentuk Badan Pengelola Air Minum (BPAM).
Sejak itu pengelolaan tentang air minum beralih ke BPAM yang mula beroperasi
pada bulan Juli 1982.
Pada tahun 1991 berdasarkan Peraturan Daerah No. 14 Tahun 1991
Pemerintah Kabupaten Pati membentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pada tanggal 17 Februari 1992 Badan Pengelola Air Minum (BPAM) secara resmi
menyerahkan seluruh aset kepada PDAM Kabupaten Pati. Sejak saat itu
pengelolaan air minum di Kabupaten Pati dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum Tirta Bening Kabupaten Pati.
PDAM disamping mengelola aset yang dihibahkan dari BPAM (Badan
Pengelola Air Minum) juga mengelola sarana air bersih yang dibangun di Ibu
Kota Kecamatan (IKK) oleh Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih (PPSAB)
Jawa Tengah dan DPU Cipta Karya Propinsi Jawa Tengah.
2. Gambaran Umum PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati
Gambaran instalasi pengelolahan air minum PDAM Tirta Bening
Kabupaten Pati di Ds. Sugiharjo selesai di bangun akhir tahun 1980 dan mulai
operasi tahun 1981 untuk melayani kebutuhan air kota Juwana.
Untuk kota Pati mulai operasi pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1992
diserahkan sepenuhnya kepada PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati.
4

Bangunan instalasi pengelolahan air minum terdiri dari:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bangunan penyadap air baku (intake) lengkap dengan pompa air baku.
Bangunan prasedimentasi (bak pengendap pertama) .
Bangunan koagulasi flokulasi
Bangunan sedimentasi.
Bangunan bak disinfeksi.
Bangunan resevoir lengkap dengan pompa distribusi.
Bangunan instalasi pengelolaan air minum kapasitas terpasang 40 lt/dt pada

tahun 1981.Bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum kapasitas terpasang dari 40


lt/dt dimodifikasi menjadi 100 lt/dt dan saat ini untuk melayani kota Juwana
sedangkan kapasitas produksi saat ini mencapai 100 lt/dt untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kota Juwana dibantu bangunan mata air pompa dengan
kapasitas 18 lt/dt dari sumber Sonean serta dari Sumur Dalam Trangkil, Suwaduk
dan Ketanen dengan kapasitas 35 lt/dt.
Lokasi pengolahan air minum terletak di Jalan Pati - Juwana Km 4. Sistem
pengaliran air baku ke Instalasi Pengolahan melalui pipa transmisi, adapun jenis
pipanya: ACP DN 250 mm dan pipa PVC DN 350 mm masing masing
sepanjang lebih kurang 9.000 m.
Daerah Pelayanan meliputi:
1. Kantor Pusat/Induk
2. Kantor Cabang
-

Cabang Juwana Kota


Cabang Juwana II
Cabang Batangan
Cabang Pati Kota

Cabang Gembong
Cabang Kayen
Cabang Gunung Wungkal

a. PDAM Kerja Sama dengan Pihak Swasta


Untuk meningkatkan kinerja PDAM Kabupaten Pati, pada tanggal 25
Agustus 2004 dilakukan penandatanganan Kerjasama Operasional (KSO) antara

Pemerintah Kabupaten Pati dengan PT. Pragolapati Jayasakti Jakarta nomor

tanggal 25Agustus 2004.


Sejak saat itu seluruh kegiatan PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati
pengelolaan sepenuhnya berada di tangan PT. Pragolapati Jayasakti. Sarana dan
prasarana yang ada terus dibenahi disamping penambahan fasilitas baru. Penataan
Sumber Daya Manusia, kesejahteraan Karyawan terus ditingkatkan sejalan dengan
bertambahnya jumlah pelanggan yang cukup signifikan. Semua upaya dilakukan
untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada Pelanggan menuju Pelayanan Prima.
Wilayah Pelayanan PDAM meliputi 13 Kecamatan antara lain Kecamatan
Pati Kota, Juwana, Wedarijaksa, Batangan, Jakenan, Gembong, Margorejo,
Gunungwungkal, Cluwak, Kayen, Sukolilo dan Tambakromo.
Untuk lebih meningkatkan kinerja dan juga sebagai persyaratan untuk
dapat memperoleh bantuan dari Pemerintah Pusat, pada tanggal 23 Agustus 2009
dilakukan Amandemen I Perjanjian Kerjasama Operasional antara Pemerintah
Kabupaten Pati dengan PT. Pragolapati Jayasakti sebagai pemegang konsesi,

nomor:

tanggal 21 Agustus 2009.


Dalam Amandemen 1 di sebutkan bahwa pengelolaan PDAM dibagi

menjadi 2 (dua) manajemen pengelolaan berdasarkan wilayah pelayanan. PDAM


murni dibawah pengelolaan Pemerintah Kabupaten Pati sedangkan PDAM - KSO
dibawah manajemen PT Pragolapati Jayasakti.
b. Sumber Daya Manusia
Daerah pelayanan PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati meliputi: Kantor
Pusat/Induk dan Kantor Cabang yang mencakup 7 wilayah. Jumlah penduduk
Kabupaten Pati pada Desember 2013 adalah 1.217.966. Pelanggan PDAM Tirta
Bening Kabupaten Pati pada data terbaru bulan Mei 2014 adalah sebanyak 24.044
6

, maka karyawan yang dibutuhkan 24.044 x 7 : 1000 = 168 karyawan PDAM


Tirta Bening Kabupaten Pati yang dibutuhkan.
c.

Kebutuhan Air Bersih


Masyarakat yang mengkonsumsi air Minum tidak layak masih cukup
tinggi
Sumber air yang diakses oleh masyarakat untuk air bersih, pada umumnya
belum memenuhi syarat / standar air minum
Sesuai amanat PP No. 16 Tahun 2005 dan MGsD 2015, agar pencapaian

target
Perkotaan
Pedesaan

= 80 %
= 60 %

Tuntutan untuk memberikan pelayanan dan perluasan jaringan yang lebih


baik, dalam jangka pendek dan jangka panjang agar dapat menjangkau
seluruh Masyarakat Kabupaten Pati.
Adanya pengelolaan air minum perpipaan yang dilaksanakan oleh non
PDAM, pada umumnya belum memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan oieh pemerintah.
d. Falsafah Perusahaan
1) Visi
Menjadikan PDAM sebagai Perusahaan yang efisien, sehat, dinamis,
mandiri, berwawasan lingkungan dan mampu memberikan Pelayanan Prima
Kepada Masyarakat.
2) Misi
Mewujudkan pelayanan prima dengan mengutamakan kepuasan pelanggan
Menciptakan budaya kerja profesional, cerdas, sehat dan bermoral
Meningkatkan kemandirian perusahaan berdasarkan prinsip ekonomi
Meningkatkan pendapatan untuk kesejahteraan Pegawai, serta untuk
menunjang program Pemerintah.
3) Tujuan

Meningkatkan kepuasan pelanggan dalam penyediaan air bersih melalui


peningkatan kualitas pelayanan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
e. Kendala dan Upaya Pemecahan Masalah
1) Kendala
Terbatasnya kapasitas sumber air baku dan jaringan transmisi sehingga
pelayanan kami sangat terbatas
Terbatasnya dana investasi pengembangan jaringan untuk pengembangan
pelayanan karena PDAM Pati untuk pengembangannya dilaksanakan
secara mandiri (SWASEMBADA)
Usia jaringan perkiraan transmisi dan distribusi sudah tua
Adanya proyek PAMSIMAS yang kurang pas penempatannya
2) Upaya Pemecahan Masalah
Pengembangan jaringan secara bertahap
Mengoperasikan dan merehabilitasi sistem yang sudah ada untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayanan.
Meminimalkan angka kehilangan air dengan cara:
Merehabilitasi jaringan transmisi/distribusi
Meminimalkan kesalahan pembacaan meter air
Penggantian meter air yang sudah tua dan meter air yang akurasi
ukurnya diduga tidak sesuai.
Penanganan kebocoran dalam waktu cepat (maksimal selesai dalam
1x24 jam)
Penanggulangan perilaku negatif konsumen (illegal conection).
3. Manajemen Operasional dan Pemeliharaan
Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati untuk
kegiatan sehari-harinya dijalankan oleh bagian produksi yang terdiri dari:
a. Operator Pengolahan
b. Operator Genset dan Pemompaan
c. Serta bagian laboratorium yang secara langsung bertanggung jawab kepada
Kepala Bagian Produksi dan Distribusi.
Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Bening
Kabupaten Pati saat ini dilakukan secara 24 jam per hari dengan pergantian dua
kali operator (shift).
B. Produk Utama
8

1. Sistem Pengelolaan Air Minum yang Ada


Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati
merupakan instalasi pengolahan lengkap yang terdiri dari unit-unit operasi dan
unit-unit bangunannya sebagai berikut:
a. Unit Operasi dan Proses
1) Penyadapan/Bangunan Intake
2) Transmisi Air Baku
3) Prasedimentasi
4) Koagulasi
5) Flokulasi
6) Sedimentasi
7) Filtrasi
8) Disinfeksi
9) Reservoir
10) Pompa Distribusi

b. Unit-unit Bangunan
1) Intake Penyadapan Air Baku
Bangunan ini berfungsi untuk mengambil air baku yang selanjutnya akan
diproses menjadi air minum. Unit ini terdiri dari:
a) Bar Screen
Alat ini terbuat dari besi yang tahan korosi dan terpasang pada mulut intake
dengan jarak ruji-ruji 1,3 cm dengan lebar 87 cm, sementara yang dilalui air
lebarnya 63 cm dan jumah ruji bar screen sebanyak 47 ruji yang berfungsi
menahan sampah kasar dengan kemiringan 60o.
b) Pintu Sorong
Pintu sorong terdapat 2 pintu masing-masing berfungsi sebagai pengatur
aliran dan mengatur intake.
c) Bak Pengumpul
Bak pengumpul air baku dilengkapi dengan pompa intake sebanyak 2 buah
bekerja secara bergantian, debit masing-masing pompa adalah 110 lt/dt dan head
30 m lengkap dengan peralatannya.
2) Pipa Transmisi Air Baku
Air baku diambil dari sungai Sani Dukuh Karangdowo Desa Kutoharjo
dengan sistem pengalirannya dengan menggunakan pompa yang melalui pipa
transmisi dengan diameter pipa 250 mm jenis ACP dan PVC menuju unit
Prasedimentasi. Jarak antara kedua tempat tersebut lebih kurang 5.000 meter.
Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati (tempat
kerja praktek) debit 100 lt/dt. Sepanjang pipa transmisi air baku terdapat 2
crossing yaitu sungai dan jalan, crossing sungai dengan sistem sifon dan
dilengkapi dengan beberapa asesories yang terdiri dari: Gate valve untuk wash out
dan air valve.
3) Bangunan Prasedimentasi
Prinsip pada bangunan ini untuk megendapkan pratikel-partikel kasar yang
dapat mengendap sendiri tanpa bantuan bahan kimia dalam keadaan tenang.
Keuntungan dari proses ini antara lain:
a. Meringankan beban proses berikutnya.
b. Membantu mempermudah pengontrolan kualitas air baku untuk beberapa
parameter pencemaran.
4) Bangunan Koagulasi
10

Kekeruhan air baku yang berasal dari sungai atau air permukaan lainnya,
tidak selalu dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan, karena
partikel-partikelnya bersifat koloid. Koloid-koloid tersebut hanya dapat di
endapkan dengan bantuan bahan kimia (koagulan/PAC), proses tersebut disebut
koagulasi.
Prinsip proses koagulasi yaitu untuk distabilisasi agregrasi dan pengikat
koloid secara bersama-sama. Sedangkan proses yang menyangkut pembentukan
flok-flok yang mengabsorbsi dan menangkap partikel koloid dalam air sehingga
terbentuk flok yang lebih besar dan akan lebih besar dan lebih mudah diendapkan
sedimentasi. Yang termasuk proses koagulasi dan flokulasi adalah pembubuhan
koagulan (PAC) dengan pencampuran cepat dan lambat.
5) Bangunan Flokulasi
Proses koagulasi selesai dilanjutkan dengan proses flokulasi. Bangunan
flokulasi yang ada terdiri dari:
2 unit flokulator, setiap unit memiliki 22 buah bak.
Pada pintu inlet ukurannya:
Lebar
: 40 Centimeter
Satu kali bukaan pintu
: 0,64 Centimeter
Air yang masuk ke dalam bak flokulator dalam keadaan dan kondisi yang
laminar. Pada bak dibuat berbelok (zig-zag) antara bak satu dengan bak yang lain
adalah sebagai berikut:
Bak 1 11
: 40 Centimeter
Bak 12 22
: 54 Centimeter
Bagian bawah bak (bottom chamber) dibuat zona (lumpur dan saluran
pembuangan lumpur). Apabila zona lumpur sudah penuh tidak harus seluruh
endapan lumpur dibuang karena pada proses flokulasi kadang-kadang juga
memerlukan endapan lumpur pada batasan tertentu sebagai pembantu proses
flokulasi. Debit air yang mengalir pada setiap unit flokulator 50 lt/dt, maka untuk
diperoleh kapasitas aliran 100 lt/dt.
6) Bangunan Sedimentasi
Proses sedimentasi yang akan digunakan dalam sistem pengendapan dengan
plat settler. Pada zona inlet terdapat pintu bukaan/pintu sorong dengan lebar 30
cm yang mengalirkan dari bak flokulator masuk menuju bak sedimentasi.
11

Bak sedimentasi yang ada sebanyak 3 unit, plat settler yang digunakan
terbuat dari bahan plat asbes, dengan tebal 5 mm, dimensi (450 X 125) cm. Plat
settler tersebut diletakkan dalam posisi berdiri dengan kemiringan 45 o terhadap
bidang horizontalnya dan jarak antara plat settler dapat diubah-ubah (adjustable).
Selain plat settler, terdapat juga bak sedimentasi yang tube settler, model tube
settler ini terdiri dari 2 unit.
7) Bangunan Filtrasi
Sistem pada bangunan filtrasi terdapat 4 buah bak filtrasi, dan setiap bak
memiliki sebuah talang pelimpah yang berfungsi sebagai talang pembuangan air
pencuci media filter. Sistem filtrasi adalah sistem saringan pasir cepat dan masingmasing bak filter memiliki kapasitas 25 lt/dt, luas permukaan masing-masing bak
adalah 9,6 m2 dan memiliki kemampuan penyaringan rata-rata 5 m3/m2/jam.
Sistem pengaliran air ke bak kontak secara gravitasi dengan diameter 300 m
dua cabang. Dimensi Thomson = (100 x 130) cm yang sebelumnya masuk ke
dalam bak penampungan dengan ukuran (100 x 60) cm dan alat ukur Thomson
berbentuk V notch dengan sudut 90o. Pada bak Thomson dilengkapi dengan
floater diameter 250 mm dan berlubang dengan diameter 13 mm.
8) Bangunan Disinfeksi
Pembubuhan larutan disinfektan dilakukan dengan terjunan ke Thomson.
Disinfektan yang digunakan dalam proses disinfeksi adalah Ca(OCl2) atau disebut
kaporit. Kadang-kadang apabila pH effluent di bawah 6, biasanya di bak ini juga
ditambahkan larutan Ca(OH)2 untuk menaikkan nilai pH sampai yang diinginkan.
Tujuan disinfeksi untuk membunuh bakteri-bakteri patogen dan
mikroorganisme lain yang merugikan bagi kehidupan manusia. Selain itu untuk
memberikan bahwa air dapat dipakai secara aman.
9) Bangunan Reservoir
Reservior berfungsi untuk:
a) Mengumpulkan atau menyimpan air.
b) Meratakan aliran dan meratakan tekanan.
c) Menyimpan air untuk keperluan pemakaian pemadam kebakaran dan
keperluan emergency.
d) Menyimpan air cadangan untuk fluktuasi pemakaian air bersih sewaktu-waktu
dibutuhkan.
12

Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati,


reservior yang ada sebanyak 2 unit reservior, satu unit reservoir mempunyai 4
buah bak.
Dimensi setiap unitnya:
a) Panjang
= 700 cm
b) Lebar
= 700 cm
c) Kedalaman
= 400 cm dari dasar bak
Sistem aliran dari setiap bak ke bak dibuatkan pintu agar aliran laminer.
Dari bak reservoir dialirkan ke distribusi melalui jenis pipa GIP dengan diameter
500 mm (outlet). Setiap unit terdapat pipa PVC dengan diameter 13 mm untuk
pembubuhan kaporit. Jarak dari bak ke bak di reservoir = 160 cm untuk
pemasangan pipa overflow = 300 cm dari dasar bak, dan untuk penguras dibuat
saluran drain dengan diameter 250 mm.
2. Deskripsi Proses Pengolahan Air
Air merupakan kebutuhan primer bagi manusia dan merupakan kebutuhan
primer bagi industri. Hingga saat ini telah berkembang bermacam metoda dan
teknik pengolahan air yang dipandang tepat, efektif dan ekonomis.
Namun tantangan di masa depan akan semakin besar karena semakin
kompleks dan beragamnya masalah air baik yang bersifat kuantitas maupun
kualitas. Tantangan lainnya adalah terjadinya perubahan kebutuhan air baik dari
sisi kualitas untuk kesehatan maupun dari sisi persyaratan operasi suatu proses
tertentu (misalnya proses industri).
Secara umum pengolahan air dimulai dari intake air baku dialirkan ke unit
pengolahan (prasedimentasi, koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi, disinfeksi,
dll). Dalam beberapa hal diperlukan pengolahan tambahan (advance treatment)
untuk penggunaan industri yang spesifik (bahan baku, pencucian dan pembilasan,
cooling water, demin water untuk boiler, dll). Demikian pentingnya air dalam
industri maka pengolahan air harus mendapatkan perhatian yang serius.
Pengolahan air secara terpadu sangat penting untuk menghindari biaya
yang tinggi, baik biaya industri maupun biaya sosial. Pemilihan sumber air dan
teknologi yang tepat, ekonomis dan memenuhi peraturan hal strategis bagi
kelangsungan suatu indutri. Biaya yang terkait dengan air antara lain biaya biaya
pembelian air baku, proses pengolahan air dan pengolahan air limbah. Operasi
13

pengolahan air memerlukan biaya langsung untuk bahan kimia, peralatan


pengolahan, operasi, pemeliharaan, biaya tidak langsung untuk sampling,
pengujian, pelatihan, izin dan pajak.
Ketercapaian kualitas air yang diinginkan sampai ke operasi dan perawatan
sistem diperlukan keahlian yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditanganinya. Hal ini perlu dipahami secara benar oleh para manajer, supervisor
dan operator mulai pengenalan karakteristik air hingga teknologi pegolahan air.
Pelatihan ini sangat penting diikuti oleh bagian utilitas dan lingkungan di industri
dan juga oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
3.
a.
1)
2)
3)
4)

Pokok-pokok Standar Persyaratan Air Bersih


Syarat Fisik
Air tidak boleh berwarna.
Air tidak boleh berasa.
Air tidak boleh berbau.
Suhu hendaknya 3oC suhu udara
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
Tabel 1
Syarat Fisika Air
Parameter
Bau
Jumlah Zat Padat
Terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna

Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
-

Tidak Berbau

Mg/L

1000

Skala NTU
o
0C
Skala TCU

5
Suhu Udara 3oC
15

Tidak Berasa
-

Satuan

Keterangan

b. Syarat Kimia
Air tidak boleh mengandung racun
1) Kimia Anorganik
Tabel 2
Syarat Kimia Anorganik Air
Parameter
Air Raksa
Arsen
Besi

Satuan
Mg/L
Mg/L
Mg/L

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan
0.001
0.05
1.0

Keterangan

14

Parameter

Satuan

Flourida
Kadmium
Kesadahan (CaCo3)
Klorida
Kromium, valensi 6
Mangan
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagai N
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Timbal

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan
1.5
0.005
500
600
0.05
0.5
10
1.0
6.5-8.5
0.01
15
0.1
400
0.05

Keterangan

2) Kimia Organik
Tabel 3
Syarat Kimia Organik Air
Parameter

Satuan

Aldrin dan dieldrin


Benzena
Benzo (a) pyrene
Chloroform (Total Isomer)
Chloroform
2,4 D
DDT
Deterjen
1,2-Dichloroethene
1,1- Dichloroethene
Heptachlor dan Heptachlor

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

Epoxide
Hexachlorobenzene
Gamma-HCH (Lindane)
Methoxychlor
Pentachloropenol
Pestisida Total
2,4,6-Trichloropenol
Zat Organik (Klvln 04)
c. Syarat Mikrobiologi

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan
0.0007
0.01

Keterangan

0.007
0.03
0.03
0.5
0.01
0.0003

Mg/L

0.003

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

0.0001
0.004
0.1
0.01
0.1
0.01
10

Tabel 4
Syarat Mikrobiologi Air
15

Parameter

Satuan

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan

Bg/L

0.1

Bg/L

1.0

Activitas Alpha (Gross


Alpha Activity)
Aktivitas Beta ( Gross Beta
Activity)

Keterangan

d. Syarat Radioaktivitas
Tabel 5
Syarat Radioaktivitas Air
Parameter

Satuan

Total Coliform (MPN)


Coliform
Diperiksa

Tinja

Belum

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan

Jml per
100 mL
Jml per
100 mL

0
0

Keterangan
Bukan Air
Pipaan
Bukan Air
Pipaan

Mutu air baku mungkin dapat dipengaruhi oleh aktifitas manusia di daerah
sekitarnya dalam bentuk pembuangan detergen, air limbah, pestisida, tumpahan
oli dari (illegal) pemompaan dan pembuangan limbah padat. Dampak dari hal
tersebut diharapkan cukup kecil mengingat air dalam saluran tidak mudah
dijangkau (tanggul yang tinggi) dan tindakan-tindakan pencegahan harus diambil
oleh pengawas yang bersangkutan jika akhirnya diperlukan. Pengawasan
merupakan pencegahan dalam hal ini. Namun kondisi klimatologis diperkirakan
akan menyebabkan berkembangnya biologi yang akan memerlukan disinfeksi
yang memadai di instalasi pengolahan.
Karakteristik kimia dari air yang sampai di instalasi diharapkan secara
umum akan serupa dengan intake Karangdowo, sementara parameter fisik dapat
dipengaruhi seperti yang telah dibicarakan terdahulu.

4. Standar Kualitas
Standar kualitas adalah merupakan batasan yang digunakan sebagai usaha
pengawasan kualitas air dalam hal ini:
a. Merencanakan sistem dan proses pengolahan yang akan dilakukan terhadap air
baku yang akan digunakan.
b. Melakukan penelitian terhadap kualitas air yang diproduksi dibandingkan
dengan standart yang berlaku.
16

Perlunya standar kualitas air dibuat untuk mencegah terjadinya bahaya


terhadap kesehatan masyarakat karena di dalam air baku kemungkinan terdapat
unsur-unsur yang membahayakan bagi manusia bila kadar air tidak memenuhi
standar. Standar kualitas air yang dikenal di Indonesia adalah standar Departemen
RI dan Standart Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Indonesia menggunakan
standar kesehatan RI tahun 1980 berdasarkan atas beberapa pertimbangan seperti
daya tahan tubuh manusia, keadaan lingkungan dan sebagainya.
5. Tujuan Pengolahan Air
a. Mendapatkan air yang aman dikonsumsi
Air yang aman dikonsumsi adalah air yang tidak mengandung bahan kimia
dan atau mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan.
b. Mendapatkan air yang diterima masyarakat
Agar diterima masyarakat air harus jernih dan tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau dan cukup dingin.
c. Mendapatkan air dengan fasilitas yang dibangun dan dioperasikan dengan
biaya yang reasonable.
Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memperoleh air dengan harga yang
terjangkau.
6. Prosedur Pengoperasian
Berhasilnya pengoperasian pompa intake pada PDAM Tirta Bening
Kabupaten Pati tergantung pada beberapa faktor:
a Pemilihan pompa yang tepat (diagram titik kerja pompa memenuhi
b
c

kebutuhan).
Pengawasan dan pengamatan yang baik.
Pemasangan yang memenuhi persyaratan dan peraturan kerja (support dan

letak yang benar).


Sistem perpipaan yang memenuhi persyaratan (pemasangan katup udara anti
air balik dan sebagainya).
Pengoperasian pompa dengan baik maka diharapkan umur pompa akan

panjang dan sebaliknya pengoperasian yang tidak baik akan menyebabkan adanya
gangguan dan dapat memperpendek waktu penggunaan pompa.

17

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI
A. Orientasi Objek Praktek Industri
Penerjunan Praktek Industri di PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati
dilaksanakan pada hari selasa tanggal 3 juni 2014. PDAM Tirta Bening beralamat
di Jl. Raya Pati Juwana Km. 4 Kabupaten Pati adalah kantor yang berfungsi
sebagai tempat produksi yakni pengolahan air baku menjadi air bersih kemudian
didistribusikan ke masyarakat dan ke PDAM cabang yang ada di Kabupaten Pati.
Kegiatan pertama yang dilakukan pada saat hari pertama penerjunan yaitu
pengenalan bagaimana pengolahan air baku menjadi air bersih. Selain itu,
pengenalan mengenai analisa kimia terhadap sampel air yang dilakukan di
laboratorium serta penjelasan mengenai cara penggunaan instrumen analisis.
Orientasi objek Praktek kami difokuskan pada proses produksi dan
distribusi yaitu pengolahan air baku menjadi air bersih serta analisis kimia
terhadap sampel air baku dan air bersih untuk mempelajari kebutuhan keahlian
yang sekiranya diperlukan oleh karyawan / calon karyawan di PDAM.
Proses pengolahan air baku menjadi air bersih yaitu air baku di ambil dari
sungai dan ditampung pada intake penyadap air baku. Air baku dari intake
dipompa menuju bak prasedimentasi untuk mengendapkan lumpur secara alami,
lalu dipompa ke bak ukur/Thomson selanjutnya ke bak koagulasi untuk dicampur
dengan koagulan berupa PAC dan diaduk cepat untuk pembentukan mikroflok
serta ditambahkan kaporit sebagai oksidator. Air dari bak pengaduk cepat menuju
bak pengaduk lambat terjadi proses flokulasi atau pembentukan makroflok.
Selanjutnya, air menuju ke bak sedimentasi untuk pengendapan flok dan terjadi
proses penyaringan di bak filtrasi. Air yang telah disaring dipompa menuju bak
desinfeksi untuk ditambahkan desinfektan yang dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen dan mikroorganisme lain yang merugikan. Air tersebut dipompa menuju
ke reservoir untuk ditampung dan didistribusikan ke pelanggan air PDAM.
Adapun analisa sampel air yang dilakukan di laboratorium yaitu jar test,
pH, suhu, TDS, kesadahan CaCO3 dengan titrasi kompleksometri, kekeruhan dan
sisa klor dengan alat turbidimeter, dan kadar lumpur dengan menggunakan tabung
inhof.
18

B. Jenis Pekerjaan yang Diselesaikan


Analisis kimia yang dilakukan di PDAM Tirta Bening Kabupaten Pati
adalah analisis sampel air baik air bersih maupun air baku. Adapu jenis-jenis
analisis yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Secara Kimia dan Fisika
a. Derajat Keasaman (pH)
pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik adalah air
yang bersifat netral (PH = 7). Air dengan pH kurang dari 7 dikatakan air bersifat
asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat basa. Menurut PERMENKES RI
Nomor 416 Tahun 1990, batas pH minimum dan maksimum air layak minum
berkisar 6,5-8,5. Uji pH dilakukan pada air baku dan air bersih dengan
menggunakan pH meter.
Cara Kerja:
1) Sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam gelas kimia
2) Celupkan batang dari pH meter tersebut ke dalam air yang akan diuji
3) Geser tombol hingga berada di posisi pH
4) Catat hasil yang muncul pada layar pH meter.
5) Ulangi langkah 1-4 pada sampel yang lain.
b. TDS
TDS (Total Dissolved Solids) yaitu jumlah atau kandungan unsur padat yang
terlarut dalam air diantaranya seperti aluminium, besi, perak, seng, mangan dan
garam. Tujuan pengujian dengan TDS meter yaitu untuk mengetahui zat padat
terlarut dalam air baku dan air bersih.
Cara Kerja:
1) Sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam gelas kimia
2) Tekan tombol on pada alat TDS, lalu celupkan ke dalam air bersih yang akan
di uji.
3) Tunggu sampai angka yang tertera pada pembacaan konstan, lalu dicatat
sebagai TDS sampel.
4) Alat dilap dengan tissu, lalu dilanjutkan menguji TDS air baku dengan cara
yang sama.
c.

Jar test
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis

optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses


19

pengolahan air bersih. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan


koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun koagulan yang
digunakan di sini yaitu PAC (Poly Aluminim Chloride). Selain pembubuhan
koagulan

diperlukan

pengadukan

sampai

terbentuk

flok. Flok-flok

ini

mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya


bersama-sama mengendap.
Cara Kerja:
1) Menyiapkan sampel air baku yang akan diuji, lalu diaduk
2) Menyiapkan 6 buah gelas kimia 1000 mL dan diisi dengan air baku.
3) Sampel diaduk dengan menggunakan jar test dengan kecepatan kira-kira 70
rpm
4) Ditambahkan PAC dengan konsentrasi 35 % menggunakan pipet ukur,
dengan volume yang bervariasi ke masing-masing gelas kimia yakni berturutturut 0,02 mL, 0,04 mL, 0,06 mL, 0,08 mL, 0,10 mL, dan 0,12 mL.
5) Sampel diaduk cepat dengan kecepatan 240 rpm selama 1 menit, kemudian
dilanjutkan dengan pengadukan lambat dengan kecepatan 100 rpm selama 1
menit.
6) Dibiarkan selama 20 menit, sampel yang paling banyak endapannya dan
sedikit melayang berarti itulah dosis yang tepat untuk PAC-nya.
d. Kesadahan (CaCO3)
Kesadahan adalah air yang mengandung garam-garam mineral seperti garam
kalsium dan magnesium. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion
Ca2+, Mg2+, Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Tes kesadahan ini
digunakan pada analisis air bersih yakni untuk menentukan CaCO 3 yang terdapat
dalam air.
Cara Kerja:
1) Air bersih yang akan dianalisis disiapkan
2) Sampel dipipet sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet ukur, lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3) Ditambahkan larutan buffer atau pH 10 sebanyak 5 mL, lalu dikocok.
4) Ditambahkan indikator EBT (Eriochrome Black T) sebanyak 3 tetes dan
dikocok.
5) Sampel kemudian dititrasi dengan larutan EDTA yang telah dimasukkan ke
dalam buret.
20

6) Titrasi dihentikan ketika terjadi perubahan dari merah muda menjadi biru.
e.

Suhu
Air yang baik mempunyai temperatur normal, 3C dari suhu udara. Suhu

air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang
terlarut dalam jumlah yang cukup besar (misalnya, fenol atau belerang) atau
sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Kenaikan
temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen
terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat
degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Pengukuran suhu digunakan pada
sampel air baku maupun air bersih dengan menggunakan termometer.
Cara Kerja:
1) Sampel yang akan diukur suhunya dimasukkan ke dalam gelas kimia
2) Termometer dicelupkan pada air bersih, jika suhu sudah konstan angka yang
tertera pada termometer dicatat sebagai suhu sampel.
3) Percobaan diulangi untuk air baku.
f. Sisa klor
Air yang mengandung 200 mg/l chlor sudah terasa jika kationnya natrium.
Kandungan chlor dalam air minum yang tinggi akan merugikan pipa-pipa logam,
bangunan, dan pertanian. Syarat batas chlor dalam air minum adalah antara 200600 mg untuk tiap liter. Uji sisa klor ini digunakan untuk sampel air bersih dengan
menggunakan alat turbidimeter.
Cara Kerja:
1) Sampel yang akan diuji disiapkan
2) Siapkan blanko
3) Masukkan blanko ke dalam alat, kemudian tekan tombol ON
4) Setelah muncul F Cl di layar, tekan tombol ZERO. Tunggu hingga
muncul angka 0,00 pada layar
5) Sambil menunggu, larutkan reagen sisa klor satu bungkus, kemudian
masukkan ke dalam vial sampai tanda batas
6) Setelah muncul angka 0,00 pada layar, masukkan vial yang berisi reagen sisa
klor, kemudian tekan tombol READ
7) Tunggu hingga muncul angka pada layar, catat hasil tersebut.
g.

Kadar Lumpur
Penentuan kadar lumpur pada air baku dilakukan dengan menggunakan

tabung inhof.
Cara Kerja:
21

1)
2)
3)
4)

Sampel air baku dimasukkan ke dalam tabung inhof sebanyak 1000 mL.
Sampel diaduk sebanyak 15 putaran.
Didiamkan selama 20 menit
Endapan lumpur diamati dengan melihat lumpur yang mengendap dan skala

pada tabung inhof.


5) Menghitung kadar lumpur dari air baku.

h. Kekeruhan
Kekeruhan (turbidity) adalah keadaan dimana transparansi air berkurang
akibat kehadiran zat-zat tak-terlarut. Zat-zat ini dapat berasal dari bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air. Tes kekeruhan digunakan untuk
mengetahui tingkat kekeruhan baik air baku maupun air bersih. Alat yang
digunakan untuk tes kekeruhan ini yaitu turbidimeter dengan satuan NTU
(Nephelometric Turbidity Units).
Cara Kerja:
1) Sampel yang akan diuji disiapkan
2) Sampel air bersih dimasukkan ke dalam vial atau tempat sampel sampai pada
tanda batas.
3) Vial dimasukkan ke dalam tempat kuvet pada alat.
4) Tekan tombol ON pada alat turbidimeter
5) Tekan tombol tanda panah ke bawah sampai muncul tulisan tr pada layar,
lalu tekan tombol read.
6) Jika muncul angka pada layar turbidimeter, catat sebagai kekeruhan sampel
air bersih.
7) Ulangi percobaan tersebut dengan mengganti sampel dengan air baku.
2.

Pemeriksaan Secara Mikrobiologi


Pemeriksaan secara mikrobiologi ini bekerja sama dengan Laboratorium

Kesehatan Daerah (Lab.Kes.Da). Adapun pengambilan sampel air sebagai berikut:


a. Botol steril disiapkan sebagai tempat sampel.
b. Kran air tempat pengambilan sampel disterilkan dengan pemanasan
c.

menggunakan spirirtus.
Botol tempat sampel disterilkan kembali dengan pemanasan menggunakan

d.

spiritus.
Air dimasukkan ke dalam botol, kemudian ditutup dengan kapas.

22

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Kadar Lumpur
Kadar Lumpur =
Contoh Analisis pada tanggal 9 Juni 2014:
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, volume lumpur yang diperoleh
adalah 2 mL. Adapun untuk mengetahui kadar lumpurnya, dilakukanlah
perhitungan sebagaimana tercantum berikut ini:
Kadar Lumpur =
Kadar Lumpur =

= 0,2 %

Jadi kadar lumpur air baku pada tanggal 9 Juni 2014 sebesar 0,2%.
2. Kesadahan
Kesadahan (CaCO3) = Volume titrasi x 0,008 : 10 x 100,09 x 1000
Contoh Analisis pada tanggal 9 Juni 2014:
Berdasarkan hasil titrasi dengan menggunakan Na-EDTA, diperoleh volume
titrasi sebesar 2,0 mL. Untuk mengetahui kesadahan (CaCO 3) dari sampel air
bersih tersebut, dilakukanlah perhitungan sebagaimana tercantum dibawah ini:
Kesadahan (CaCO3) = Volume titrasi x 0,008 : 10 x 100,09 x 1000
= 2,0 x 0,008 : 10 x 100,09 x 1000
= 160,144
3. Penentuan Dossering PAC
Untuk menentukan bukaan dossering PAC diperlukan beberapa tahap, sebagai
a.
b.
c.
a.
b.

berikut:
Hasil Jartest dengan pipet 2,0 mL
Konsentrasi 35%
Kebutuhan PAC
Sebagai contoh analisis pada tanggal 9 Juni 2014:
Hasil Jartest dengan pipet 2,0 mL
0,10 mL/1000cc x 1000 = 100 mg/1000 cc
Konsentrasi 35%
35 kg ~ 100 L
=
= 350 mg/cc

c. Kebutuhan PAC

23

q=
=
= 1800 cc/menit
dikonversi ke Liter
= 1800 cc/menit : 1000
= 1,8 L/menit
= 0,63 kg/menit
dikonversi ke jam
= 0,63 kg/menit x 60
= 37,8 kg/jam
Kebutuhan PAC dalam satu jam adalah 37,8 kg/jam, untuk menentukan
bukaan dossering PAC, dapat dilihat pada table bukaan dossering,
sebagaimana yang tercantum berikut ini,
Tabel 6
Bukaan Dossering
BUKAAN
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100

KONSENTRASI 35%
cc/menit
230
410
550
610
770
980
1075
1250
1370
1520
1630
1895
1995
2120
2210
2350
2580
2670
2710
2850

KEBUTUHAN
Kg/Jam
4,80
8,60
11,50
12,80
16,10
20,15
22,50
26,25
28,70
31,90
34,24
39,79
41,89
44,52
46,41
49,35
54,18
56,07
57,91
59,85

B. Pembahasan
1. Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih
a. Bangunan Penyadap Air Baku (INTAKE)

24

Intake adalah bangunan untuk mengumpulkan air baku yang dialirkan ke


instalasi pengolahan air minum melalui pipa transmisi air baku. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi penyadap air baku adalah sebagai
berikut:
1) Debit aliran tinggi muka air terutama fluktuasi air sungai.
2) Kualitas air pada waktu penghujan dan kemarau.
3) Tempat pengambilan harus sedemikian rupa sehingga penyadapan air tetap
dapat dilakukan pada waktu muka air minimum maupun dalam keadaan
maksimum.
4) Kontruksi dan dibuat dari beton bertulang dan untuk melindungi tepi sungai
dibuat talud dari pasangan batu kali.
5) Tempat bangunan sadap dan sekelilingnya harus tanah asli untuk mencegah
terjadinya longsor atau erosi.
Sedangkan perlengkapan yang harus ada pada bangunan intake adalah:
1) Kisi penyaringan benda kasar (bar screen).
2) Pintu air yang dapat berfungsi sebagai alat ukur debit.
3) Bak penampungan yang dilengkapi dengan peluap (overflow). Pipa penguras
(drainenase) dengan katup pengatur dan pipa pengurus serta saluran pipa ke
instalasi pengolahan.
4) Pompa dan peralatannya.
b. Bak Pengendap Pertama ( PRA SEDIMENTASI )

Air baku yang mengandung suspended solid atau yang biasa disebut zat
tersuspensi dengan ukuran butir-butir relatif besar maka diperlukan bak
pengendap pertama untuk menghilangkan lumpur atau mengendapkan zat-zat
lainnya. Pada prinsipnya bangunan ini untuk mengendapkan partikel-partikel
kasar yang dapat mengendap sendiri tanpa bantuan bahan kimia dalam keadaan
tenang. Keuntungan dari proses ini adalah:
1) Meringankan beban proses pengolahan berikutnya dan dapat mengurangi
dosis koagulan pada proses koagulasi.
2) Membantu mempermudah pengontrolan kualitas air baku bangunan
pengendap pertama.
c. Koagulasi / Flokulasi
Kekeruhan air baku yang berasal dari sungai atau permukaan air lainnya
tidak selalu dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan karena
25

pertikel-partikelnya

bersifat

koloid.

Koloid-koloid

tersebut

hanya

dapat

diendapkan dengan bantuan bahan kimia (koagulan), proses tersebut disebut


koagulasi.
Prinsip proses koagulasi yaitu destabilisasi agregasi dan pengikatan koloid
secara bersama-sama. Sedangkan proses yang menyangkut pembentukan flokflok yang mengabsorbsi dan menangkap partikel-partikel koloid dalam air
sehingga terbentuk flok yang lebih besar yang mudah diendapkan atau disaring
dengan flokulasi.
d. Bak Pengendap Kedua (SEDIMENTASI)
Bak pengendap kedua berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk
dari koagulasi/flokulasi. Kadar air dalam flok sangat tinggi berkisar 99% maka
berat flok hanya berbeda sedikit dengan berat jenis air. Berat jenis flok berkisar
antara 1,002-1,003. Pengendapan flok harus selalu dalam keadaan air laminar atau
dengan kecepatan berkisar 0.08 cm/dt.
e. Penyaringan (FILTRASI)
Partikel-partikel pada unit sedimentasi akan tersuspensi diendapkan dalam
presentase besar namun demikian masih diperlukan unit pengolahan untuk
penyempurnaan kadar kontaminasi seperti bakteri, rasa, bau, warna, kandungan
besi (Fe) dan mangan sehingga diperoleh air minum yang benar-benar bersih. Unit
operasi tersebut adalah unit penyaringan (filtrasi) yang berfungsi untuk menyaring
semua partikel-partikel yang belum mengendap di bak pengendap kedua
(sedimentasi).
f. Desinfeksi
Disinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri patogen dan
mikroorganisme lain yang merugikan. Selain itu untuk memberikan jaminan
bahwa air dapat dipergunakan atau dipakai dan sudah aman. Bahan-bahan yang
digunakan pada desinfeksi adalah kaporit, chlor, dan gas chlor.
g. Reservoir
Reservoir adalah sebagai bak pengumpul air bersih dari hasil penyaringan
dan sesudah proses disinfeksi dan sebagai penyimpanan air bersih bila terjadi jam
puncak untuk meratakan aliran dan tekanan sebagai penyediaan pemadam

26

kebakaran dan emergency lainnya serta untuk menyimpan air cadangan untuk
fluktuasi pemakaian air minum dalam sehari-hari.
Penentuan volume reservoir didasarkan kepada:
1) Fluktuasi pemakaian per hari ditambah jam minimum, jam maksimal dan jam
2)
3)
4)
5)

puncak
Kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran
Kebutuhan instalasi pengolahan
Cadangan untuk kebutuhan emergency
Kebutuhan untuk pencucian (back wash) dan lain-lain biasanya tidak boleh
lebih dari 25% dari volume reservoir.

h. Pompa Distribusi
Pompa distribusi merupakan sarana penunjang pendistribusian air karena
daerah pelayanan lebih tinggi dibandingkan ruang pompa. Apabila daerah
pelayanan ketingginnya lebih rendah dari reservoir maka pendistribusian air
bersih dapat secara gravitasi. Untuk menentukan besarnya pompa yang akan
dibutuhkan maka harus:
1) Kapasitas pompa yang diperlukan
2) Head pompa yang akan diperlukan
3) Jenis pompa
4) Kualitas pompa
Bagan 1 Proses Pengolahan Air Baku Menjadi Air Bersih

Adapun penjelasan bagan adalah sebagai berikut:


27

a. Air dari intake dipompa ke bak prasedimentasi.


b. Dalam bak prasedimentasi terjadi pengendapan lumpur ataupun zat-zat
lainnya tanpa menggunakan bahan kimia.
c. Bak ukur/Thomson, berfungsi untuk mengukur debit air yang akan digunakan
dalam pengolahan.
d. Dalam bak pengaduk cepat/koagulasi terbentuk mikroflok dan juga terjadi
pencampuran antara koagulan (PAC) dan air baku. Dalam bak ini,
ditambahkan

kaporit

sebagai

oksidator.

Oksidator

berfungsi

untuk

meghilangkan warna dari air baku.


e. Dalam bak pengaduk lambat/flokulasi terjadi pembentukan makroflok.
f. Air dari bak pengaduk lambat dialirkan ke bak sedimentasi, di mana dalam
bak ini terjadi pengendapan lumpur.
g. Dalam bak filtrasi terjadi proses penyaringan lumpur ataupun zat-zat yang
tidak dapat mengendap dalam bak sedimentasi.
h. Sebelum air yang berasal dari bak filtrasi dialirkan ke reservoir, ditambahkan
dulu kaporit yang berfungsi sebagai desinfektan.
2.
a.

Pemeriksaan Air Secara Kimia dan Fisika


Derajat Keasaman (pH)
Koagulan efektif secara optimal pada pH 6,5 - 7,8 dan jika pH diatas atau

dibawah standar maka pembentukan flok yang baik (flok yang berukuran besar)
akan sulit terjadi sehingga pengendapan kurang sempurna, dimana pengendapan
yang kurang sempurna ini akan mengakibatkan air hasil pengendapan masih
dalam keadaan keruh dan rendahnya kualitas air yang dihasilkan.
b. Jar Test
Uji jar test dilakukan untuk menentukan dosis optimum dari koagulan agar
terjadi pengendapan yang sempurna. Apabila pemberian dosis koagulan
berlebihan dapat menyebabkan pH air naik (asam) dan mengakibatkan koagulan
kurang efektif. Kelebihan metode ini adalah mampu memproses air dengan
kapasitas besar namun proses pengendapannya relatif lambat. Oleh karena itu,
ditambahkan koagulan untuk mempercepat pengendapan berupa PAC ( Poly
Aluminim Chloride). Setelah pembubuhan koagulan maka diikuti pengadukan
cepat agar homogen dan pengadukan lambat agar terbentuk flok.
c.

Suhu
28

Pembentukan flok terbaik jika suhu air berkisar 28C 29C, dan jika suhu
air rendah maka flok menjadi lebih kecil dan mudah pecah.
d. Kekeruhan
Standar air minum bila ditinjau dari tingkat kekeruhan adalah maksimal 5
NTU sedangkan untuk air bersih maksimal 25 NTU. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan selama ini, kekeruhan air baku tidak melebihi 25 NTU dan
kekeruhan air bersih tidak pernah melebihi 5 NTU. Dalam artian, kekeruhan air
bersih dan air baku telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
e.

Total Dissolved Solid (TDS)


Total Dissolved Solid (TDS) menyatakan kandungan dari zat anorganik dan

organik yang terdapat di dalam air. Satuan dari TDS adalah ppm. Berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010, kadar maksimum
yang diperbolehkan untuk zat padat terlarut untuk air minum adalah 500 ppm
sedangkan untuk air bersih adalah 1000 ppm yang tercantum dalam peraturan
MENKES No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Hasil pengukuran TDS yang dilakukan
baik untuk air baku maupun air bersihnya telah memenuhi standar yang
ditetapkan, yakni < 500 ppm.
f.

Kesadahan (CaCO3)
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah

kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut
kesadahan. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan
rumah tangga maupun untuk penggunaaan industri. Bagi air rumah tangga tingkat
kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun
jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur
Ca atau Mg. Bagi air industri unsur Ca dpat menyebabkan kerak pada dinding
peralatan sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan industri, selain itu dapat menghambat proses pemanasan. Klasifikasi
tingkat kesadahan pada air dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Kalsifikasi Tingkat Kesadahan
CaCO3 (mg / l)

Tingkat Kesadahan
29

0 75
75 150
150 300
> 300

Lunak (soft)
Sedang (moderately hard)
Tinggi (hard)
Tinggi sekali (very hard)

Berdasarkan Peraturan MENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010,


kesadahan maksimum untuk air minum adalah 500 ppm sedangkan untuk kualitas
air bersih kesadahannya 500 ppm yang tercantum dalam peraturan MENKES No.
416/Menkes/Per/IX/1990. Untuk mengetahui total kesadahan air bersih di PDAM
Tirta Bening, dapat dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri yakni
dengan menggunakan Na-EDTA dan larutan Buffer serta indikator EBT
(Eriochrome Black T). Penyebab kesadahan air di PDAM yaitu adanya unsur Ca
yang terdapat sebagai garam karbonat (CaCO3). Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan di laboratorium, terlihat bahwa tingkat kesadahan CaCO 3 pada air
PDAM Tirta Bening termasuk dalam kategori tinggi (hard) sesuai dengan
klasifikasi tingkat kesadahan pada tabel 4.2. Akan tetapi, berdasarkan peraturan
MENKES tingkat kesadahan air PDAM Tirta Bening telah memenuhi syarat
sebagai air bersih dan air minum karena TDS-nya < 500 ppm. Kesadahan air
dapat dikurangi dengan cara pemanasan karena kesadahan yang disebabkan oleh
garam karbonat bersifat sadah sementara.

g.

Kadar Lumpur
Penentuan kadar lumpur dilakukan untuk mengetahui air bakunya dapat

diolah atau tidak. Selain itu, dengan mengetahui kadar lumpur dapat dijadikan
acuan untuk pemberian dosis PAC.
h. Sisa Klor
Klorida pada air harus dalam konsentrasi yang layak dan tidak berbahaya
bagi manusia. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun
apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin
dan

korosi

pada

pipa

air.

Berdasarkan

Peraturan

MENKES

No.

30

492/Menkes/Per/IV/2010, kadar maksimum klor pada air minum adalah 250 ppm
sedangkan untuk air bersih kadar maksimum kloridanya adalah 600 ppm.
3.
a.
1)
a)

Pemeriksaan Air Secara Mikrobiolgi


Pengambilan Sampel Air
Botol Sampel
Botol untuk tempat contoh air guna pemeriksaan bakteriologis harus bersih
dan steril. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit di dalam

autoclave.
b) Botol sebaiknya mempunyai mulut lebar dan bertutup asah. Botol yang
mempunyai tutup yang masuk ke dalam leher harus diberi kertas pelindung.
Kertas pelindung ditutupkan diatas tutup dan diikat disekeliling leher botol
sebelum disteril. Botol harus mempunyai volume cukup minimum 250 ml
untuk diisi contoh air paling sedikit 100 ml dan masih ada sisa ruangan diatas
c)

contoh, sehingga dapat untuk mencampur contoh sebelum diperiksa.


Untuk mengambil contoh yang mengandung sisa chlor harus dipakai botol
yang telah diberi Natrium Thio Sulfat untuk menetralkan sisa chlornya.
Penambahan larutan Natrium Thio Sulfat sebanyak 0,1 ml, 10% cukup untuk
menetralkan sisa chlor sebanyak 15 mg per liter dalam contoh air yang

ditambahkan sebelum sterilisasi.


d) Pemeriksaan contoh chlor harus dilakukan di tempat pengambilan contoh.
2) Cara Pengambilan sampel
Untuk pengambilan contoh perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Bagian botol yang akan berhubungan dengan air dihindarkan dari
kontaminasi (botol harus tetap tertutup sampai saat diisi).
b) Masih cukup udara di dalam botol, untuk dapat mencampur rata contoh
sebelum diperiksa. Perlu diingat bahwa volume minimum contoh untuk
c)

pemeriksaan bakteriologi adalah 100 ml.


Tutup botol dan kertas pelindung diambil sebagai satu kesatuan, dipegang
antara jari tangan. Kalau tidak mungkin memegang antara jari tangan, tutup
botol beserta kertas pelindung dapat diletakkan terbalik di tempat yang

kering.
d) Botol dipegang di bagian bawah, diisi tanpa dibilas dan segera secepatnya
e)

ditutup kembali setelah diisi.


Pengambilan contoh dilakukan secara aseptis.
Pengambilan contoh air dari jaringan pipa dan sumur pompa.
31

a) Kran dibuka penuh dan air dibiarkan mengalir selama 2 3 menit, atau dalam
waktu yang dianggap cukup untuk membersihkan pipa persil kemudian
ditutup.
b) Kran dipanaskan sampai cukup panas.
c) Kran dibuka kemudian botol diisi sampai 2/3 volume botol (lebih besar dari

a)

100 ml).
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Air harus jelas berasal dari pipa persil yang dihubungkan langsung dengan

pipa induk.
b) Contoh sebaiknya diambil dari kran yang sering dipakai.
c) Dihindarkan pengambilan contoh air dari alat-alat tambahan yang dipasang
pada kran atau dari kran yang bocor.
d) Apabila kran kotor harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengambilan contoh.
3) Keterangan dari Sampel
Contoh air yang dikirim harus disertai keterangan yang lengkap dari contoh
air tersebut, antara lain mengenal:
a) Nama dan alamat pengirim contoh air.
b) Waktu dan tanggal pengambilan contoh.
c) Alasan pemeriksaan.
d) Tempat yang pasti dari mana contoh diambil, misalnya apakah kran di dalam
rumah mendapatkan air langsung dari pipa induk atau sesudah melalui
e)
f)

reservoir dari rumah tersebut.


Asal contoh air (dari rumah atau dari PAM atau dari mata air).
Diolah atau tidak, bila diolah bagaimana cara pengolahannya dan dosis
desinfektan yang digunakan.

4) Jangka

Waktu

Antara

Pengambilan

Sampel

dan

Pemeriksaan

Bakteriologi
Mengingat percobaan biologi yang dapat berlangsung di dalam sampel,
semua sampel harus diperiksa segera sesudah sampel diambil, sedapat mungkin 1
jam sesudah pengambilan sampel. Jika hal ini tidak memungkinkan, sampel boleh
disimpan lebih lama akan tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam. Dianjurkan untuk
mendinginkan sampel selama dalam pengiriman.
b. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli

32

Cara pemeriksaan Laboratorium secara bakteriologi ini dipergunakan untuk


pemeriksaan air guna menentukan kualitasnya. Cara ini dimaksudkan untuk
mengetahui derajat kontaminasi air oleh bahan buangan yang berasal dari manusia
maupun hewan.
Kuman golongan coli (coliform grup) sudah lama digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui adanya pengotoran air dengan buangan rumah tangga.
Pemeriksaan jumlah kuman tidak mempunyai arti besar dalam penetapan kualitas
air minum oleh karena sampai sekarang belum mungkin menyebut suatu batas
tertentu untuk jumlah kuman.Pada pemeriksaaan kualitas air minum digunakan
minimum 5 tabung dari 10 ml contoh air. Dalam pemeriksaan sehari, porsi yang
dipakai adalah: 5 x 10 ml; 1 x 1 ml; 1 x 0,1 ml.
c.

Pemeriksaan Kuman Golongan Coli Tinja


Pemeriksaan dilakukan dengan menaikkan suhu inkubasi untuk

memisahkan kuman golongan coli tinja (berasal dari usus binatang berdarah
panas) dengan kuman golongan coli yang tidak berasal dari tinja. Cara ini tidak
dapat dipakai secara langsung untuk memisahkan kuman golongan coli dalam air,
tetapi harus melalui tes perkiraan lebih dahulu.
Pemeriksaan kuman golongan coli tinja ini dapat digunakan untuk
menyelidiki pencemaran sungai, sistem pengolahan air buangan, air pemandian
serta untuk mendorong kualitas air pada umumnya. Tetapi tidak boleh digunakan
untuk menggantikan pemeriksaan kuman golongan coli dalam air minum karena
dalam air minum tidak boleh ada kuman golongan coli.
Cara Pemeriksaan:

Media: Boric Acid Lactose Broth.


Suhu inkubasi: 43 0,5oC dengan waktu inkubasi 48 jam 3 jam.
Sebelum ditanami, semua tabung BALB harus dipanasi terlebih dahulu

sampai 37oC.
Semua tabung dari test perkiraan yang positif dipindahkan ke dalam tabung-

tabung BALB yang telah dipanaskan terlebih dahulu sebanyak 1 ose penuh.
Kemudian diinkubasi pada suhu 43 0,5oC selama 48 jam 3 jam.
Terbentuknya gas dalam tabung peragian dalam waktu 48 3 jam dinyatakan
positif dan menunjukkan adanya kuman golongan coli tinja.

33

d. Jumlah Kuman
Pada penentuan jumlah kuman kita bedakan:
Jumlah kuman yang mati ditambah yang hidup (total count).
Jumlah kuman yang hidup saja (viable count).
Angka kuman digunakan untuk mengawasi apakah suatu sistem pengolahan
berjalan baik. Dalam penentuan kualitas air minum penetapan jumlah kuman ini
tidak mempunyai arti besar, karena meskipun jumlah kuman banyak tetapi tidak
patogen dan biasanya sanitarian tidak begitu menaruh perhatian.
Kualitas air minum ditentukan berdasarkan ada tidaknya kuman golongan
coli yang merupakan indikator pencemaran.

Cara pemeriksaan:
Alat dan bahan yang diperlukan:
Contoh air yang diperiksa
3 tabung agar cair dengan suhu 55oC.
5 tabung berisi masing-masing aquadest sterill 9 ml (tabung pengenceran).
3 cawan petri.
10 pipet ukur 10 ml, sterill.
Rak tabung reaksi.

Cara bekerja:
1) Cawan petri dibalik dan pada bagian belakang dari tiap cawan petri diberi
tanda atau keterangan.
2) Contoh air di dalam botol dicampur atau digoyang supaya distribusi
mikroorganisme merata.

34

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan magang industri, dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses pengolahan air baku menjadi air bersih meliputi intake, bak
prasedimentasi, bak ukur/thomson, bak pengaduk cepat/koagulasi, bak
2.

pengaduk lambat/flokulasi, bak sedimentasi, bak filtrasi, dan reservoir.


Analisis air yang dilakukan adalah jar test, pH, suhu, kekeruhan, kesadahan,

3.

TDS, kadar lumpur, dan sisa klor.


Pemeriksaan secara mikrobiologi meliputi pemeriksaan bakteri golongan Coli
dan Coli Tinja, serta jumlah bakteri yang terkandung dalam air.

B. Saran
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan diperhatikan kebersihannya serta perlu
2.

ada daftar inventaris alat maupun bahan.


Pengadaan alat dan bahan untuk menunjang proses analisis agar hasil yang

3.

diperoleh lebih akurat dan maksimal.


Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan
kaporit sebagai desinfektan dalam air bersih yang berfungsi untuk membunuh
bakteri patogen dan mikroorganisme yang merugikan selama penggunaanya
masih di bawah ambang batas.

DAFTAR PUSTAKA
Ayundyahrini, Meilinda, dkk. 2013. Estimasi Dosis Aluminium Sulfat pada
Proses Penjernihan Air Menggunakan Metode Genetic Algorithm.
Jurnal Teknik Pomits, Volume 2 Nomor 2. ISSN: 2337 3539.

35

Hanum, Farida. 2002. Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum.
Medan: Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Kimia, Universitas
Sumateran Utara.
Haslindah dan Zulkifi. 2012. Analisis Jumlah Koagulan (Tawas / Al2(SO4)3 yang
Digunakan dalam Proses Penjernihan Air pada PDAM Instalasi I
Ratulangi Makassar. ILTEK Volume 7 Nomor 2.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: No. 416/Menkes/Per/IX/1990.
PDAM. 2014. Laporan Teknik PDAM Bulan Mei 2014. Pati: Perusahaan Daerah
Air Minum Tirta Bening Kabupaten Pati.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum. No 492/Menkes/Per/IV/2010.
Puspitaningrum, Hapsari Mega. 2013. Laporan Praktik Magang Instalasi
Pengolahan Air Minum di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Bening Kabupaten Pati. Kudus: Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Lingkungan Stikes Cendekia Utama Kudus.

36

Anda mungkin juga menyukai