Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

KEGIATAN MAGANG/PKL DI SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN


BIDANG PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BONDOWOSO
Tanggal 07 Maret s/d 15 April 2016

RANCANGAN PERENCANAAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS DI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO
(Studi Kasus pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari)

Oleh :
Diah Ayu Rahmawati
NIM. 122110101127

BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1
LAPORAN
KEGIATAN MAGANG/PKL DI SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BONDOWOSO
Tanggal 07 Maret s/d 15 April 2016

RANCANGAN PERENCANAAN ALAT KESEHATAN PUSKESMAS DI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO
(Studi Kasus pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari)

Oleh :
Diah Ayu Rahmawati
NIM. 122110101127

BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Umum.................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Khusus.............................................................................................3
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
1.3.1 Bagi Peserta Magang/PKL......................................................................4
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember......................4
1.3.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.......................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Alat Kesehatan................................................................................................5
2.2 Manajemen Logistik.......................................................................................7
2.3 Perencanaan Logistik/Alat Kesehatan..........................................................10
BAB III. METODE KEGIATAN MAGANG/PKL...............................................18
3.1 Waktu dan Tempat Magang/PKL.................................................................18
3.2 Jadwal Kegiatan...........................................................................................18
3.3 Pengelola Program Magang.........................................................................20
3.4 Pembimbing Magang/PKL...........................................................................20
3.5 Jenis Penelitian.............................................................................................20
BAB 4. HASIL KEGIATAN MAGANG/PKL......................................................26
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Wonosari......................................................26
4.2 Gambaran Umum Poli Gigi di Puskesmas Wonosari...................................27
4.3 Penilaian Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari
............................................................................................................................29

2
4.4 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di
Puskesmas Wonosari..........................................................................................31
4.5 Penganggaran Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari.......32
BAB 5. PEMBAHASAN.......................................................................................34
5.1 Penilaian Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas
Wonosari.............................................................................................................34
5.2 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di
Puskesmas Wonosari..........................................................................................34
5.3 Penganggaran Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari.......35
BAB 6. PENUTUP................................................................................................37
6.1 Kesimpulan...................................................................................................37
6.2 Saran.............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
LAMPIRAN:..........................................................................................................40

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga laporan magang dengan judul Rancangan
Perencanaan Alat Kesehatan Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso (Studi Kasus pada Poli Gigi Puskesmas Wonosari) dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan laporan magang ini dimaksudkan
sebagai hasil dari pelaksanaan kegiatan magang yang merupakan salah satu
program wajib dalam perkuliahan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan magang ini banyak
sekali bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan
kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Irma Prasetyowati, S.KM.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
2. Eri Witcahyo, S.KM., M.Kes., selaku Koordinator Magang/PKL dan
Ketua Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
3. Nuryadi, S.KM, M.Kes., selaku Pembimbing Akademik Magang/PKL
yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan arahan sehingga
laporan magang ini dapat tersusun dengan baik.
4. Indra Dwi Cahyono, Amd.KL., selaku Pembimbing Lapang Magang/PKL
yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan arahan sehingga
laporan magang ini dapat tersusun dengan baik.
5. dr. Mohammad Imron, M.MKes., selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso.
6. Endah Riwayati, S.ST selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
7. Pasidi Shidiq, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.

4
8. Seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso yang telah
membantu terselesaikannya laporan magang ini.
9. Seluruh pihak Puskesmas Wonosari yang telah membantu terselesaikannya
laporan magang ini.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam terselesaikannya laporan
magang ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap adanya kritik dan saran membangun dari semua pihak
yang membaca demi kesempurnaan laporan magang ini. Penulis berharap semoga
laporan magang ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Jember, April 2016

Penulis

5
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan
upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat
kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (Azwar, 1996). Dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, disebutkan pembangunan kesehatan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud (Depkes RI, 2009).
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJP-K) 2005-2025, pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin
tersedianya upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya
kesehatan perorangan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya pencegahan
(preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga negara
Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes RI, 2009).
Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan strata pertama
dalam melaksanakan upaya kesehatan tersebut, terutama upaya preventif dan
promotif, namun juga tidak meninggalkan upaya kuratif dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Puskesmas adalah unit pelaksanaan
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2009).
Salah satu aspek yang mendukung terselenggaranya upaya penyembuhan

1
penyakit (kuratif) di puskesmas adalah peralatan kesehatan. Tidak tersedianya
peralatan atau peralatan yang ada tidak digunakan dengan baik oleh Puskesmas
akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Depkes RI, 1999).
Dalam rangka memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan, puskesmas harus mampu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua bidang pelayanannya, dan salah
satu sistem yang mampu mengelola hal tersebut adalah dengan sistem manajemen
logistik. Tujuan managemen logistik adalah tersedianya obat dan alat medis sesuai
macamnya, jumlahnya, serta baik mutunya. Manajemen logistic juga
bertanggungjawab atas keamanan penyimpanan obat dan bahan (Djojodibroto,
1997). Perencanaan dan pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu pada masyarakat (H
Sondakh, 2015: 25).
Sebagian besar pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas membutuhkan
peralatan kesehatan dalam pelayanannya. Pelayanan di puskesmas yang
membutuhkan peralatan kesehatan yaitu pelayanan pemeriksaan umum, gawat
darurat, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB, Imunisasi, persalinan, kesehatan gigi
dan mulut (Permenkes no 75 tahun 2014). Puskesmas merencanakan alat
kesehatan apa saja yang dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan alat kesehatan
puskesmas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso bersifat
top down dan buttom up. Bersifat top down yang artinya dinas kesehatan
menerima alat dropping dari pusat dan mendistribusikannya ke puskesmas-
puskesmas. Akibatnya, banyak alat kesehatan yang tidak sesuai dengan
perencanaan dan banyak alat kesehatan yang tidak terpakai. Bersifat bottom up
dalam pelaksanaannya juga masih terdapat beberapa masalah dalam perencanaan
yaitu kebutuhan alat kesehatan kurang disadari oleh puskesmas sehingga mereka
tidak dapat mengetahui apa kebutuhan mereka.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 3 (tiga) sampel
puskesmas, yaitu Puskesmas Tenggarang, Puskesmas Wonosari, dan Puskesmas
Nangkaan menyatakan bahwa 2 dari ketiga puskesmas telah melakukan
perencanaan alat kesehatan, namun masih ada alat kesehatan yang tidak
dicantumkan dalam RUK. Padahal dalam RUK juga terdapat rencana usulan alat

2
kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Darisinilah
dapat terlihat bahwa perencanaan alat kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas
di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso masih belum maksimal. Sehingga
perlu adanya perencanaan yang tepat bagi bagi Puskesmas.
Pada penelitian ini studi kasus dilakukan di Puskesmas Wonosari
dikarenakan Puskesmas ini sudah melakukan akreditasi namun masih memiliki
perencanaan alat kesehatan yang kurang baik. Sedangkan untuk objek dipilih poli
gigi untuk memudahkan peneliti dalam menyusun laporan.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Dari beberapa uraian permasalahan diatas, maka perlu adanya
pengembangan perencanaan pengadaan kebutuhan alat kesehatan puskesmas yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.

1.2 Tujuan Umum


Mengembangkan perencanaan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas
Wonosari Kabupaten Bondowoso.

1.2.1 Tujuan Khusus


1. Melakukan penilaian kebutuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas
Wonosari Kabupaten Bondowoso.
2. Melakukan penentuan prioritas kebutuhan alat kesehatan pada poli gigi di
Puskesmas Wonosari Kabupaten Bondowoso.
3. Melakukan penganggaran alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari
Kabupaten Bondowoso.

3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Peserta Magang/PKL
a. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai pelaksanaan
perencanaan alat kesehatan Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
b. Mengetahui pelaksanaan perencanaan alat alat kesehatan Puskesmas di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
c. Memperoleh tambahan keterampilan dan pengalaman dalam dunia kerja
dan kemampuan beradaptasi dengan iklim dan lingkungan kerja yang ada,
serta melatih diri untuk bekerja sama dengan orang lain dalam proses
kerja.

1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember


a. Memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan perencanaan alat kesehatan
Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.
b. Sebagai tambahan referensi dan bahan kepustakaan di Bagian Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan.

1.3.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso


Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso tentang pelaksanaan perencanaan alat
kesehatan Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Kesehatan


Alat kesehatan adalah instumen, apparatus, mesin dan/atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh. Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagamana dimaksud oleh
produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu
atau beberapa tujuan sebagai berikut:
diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit;
diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit;
penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses
fisiologis;
mendukung atau mempertahankan hidup;
menghalangi pembuahan;
desinfeksi alat kesehatan; dan
menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian
ini vitroterhadap Cpecimen dari tubuh manusia
Menurut lampiran Peraturan Menteri Kesehatan nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 klasifikasi alat kesehatan terdiri dari:
1. Kelas 1
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak menyebabkan
akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini dititikberatkan hanya
pada mutu dan produk.
2. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak
memerlukan uji klinis.
3. Kelas IIb

5
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak
menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu
mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa risiko dan
bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
4. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alat kesehatan ini
sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang
lengkap termasuk analisa risiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta
memerlukan uji klinis.
Sedangkan kategori dan sub kategori alat kesehatan terdiri dari:
1. Peralatan Kimia Klinik dan Toksikologi klinik
2. Peralatan hematologi dan patologi
3. Peralatan imunologi dan mikrobiologi
4. Peralatan anestesi
5. Peralatan kardiologi
6. Peralatan gigi
7. Peralatan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT)
8. Perlatan Gastrointerologi-Urologi (GU)
9. Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU&P)
10. Peralatan Neurologi
11. Peralatan Obstetrik dan Ginekologi (OG)
12. Peralatan Mata
13. Peralatan Ortopedi
14. Peralatan Kesehatan Fisik
15. Peralatan Radiologi
16. Peralatan Bedah Umum dan Bedah Plastik

2.2 Manajemen Logistik


Martin (1998) mengartikan manajemen logistik sebagai proses yang
secara strategic mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan, dan
penyimpanan bahan, komponen, dan penyimpanan barang jadi (dan informasi
terkait) melalui organisasi dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu.
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penetuan kebutuhan pengadaan, penyimapanan,

6
penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat (Subagya:
1994).
Manajemen logistik merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
perencanaan sampai evluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi (Kemkes RI, 2010).
Tujuan dari logistik adalah menyampaikan barang ke unit yang meminta
dalam keadaan yang baik, tidak berkurang secara mutu, kualitas maupun jumah.
Tugas dan kegiatan logistik meliputi antara lain mengadakan pembelian,
inventory, dan stock control, penyimpanan serta terkait dengan kegiatan
pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansi manajemen serta
penjualan dan distribusi serta informasi (Aditama, 2003).
2.2.1 Fungsi Manajemen Logistik
Dalam sistem administrasi manajemen logistik, Subagya menyatakan
pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses
melalui fungsi-fungsi manejemn dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum
untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistik.
1) Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan.
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan sasaran dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan yaitu merencanakan barang logistic
sehingga akan siap tersedia pada saat dbutuhkan untuk mencapai tujuan
pelayanan dari produksi jasa kesehatan yang diberikan.
Fungsi perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-
sasaran, pedoman-pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistic. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan perencanaan dan penentuan
kebutuhan yaitu barang apa yang dibutuhkan, kapan produk dibutuhkan, biaya
yang dibutuhkan, orang yang mengurus dan menggunakan, serta alas an produk
dibutuhkan, cara pengadaan, melakukan penelitian standarisasi dan spesifikasi
dari jenis maupun jumlahnya. Penentuan kebutuhan merupakan perincian

7
(detailaring) dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang
mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
2) Fungsi Penganggaran
Penganggaran merupakan suatu usahan untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang dan
jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya. Fungsi penganggaran terdiri dari kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dana suatu skala
standar, yakni skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan
pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya. Dalam fungsi
penganggaran, Subagya (1994) menjelaskan bahwa semua rencana dari fungsi-
fungsiperencanaan dan penentuan kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk
disesuaikan dengan besarnya pembiayaan dari dana-dana yang tersedia.
3) Fungsi Pengadaan
Menrut Subagya (1994), pengadaan merupakan kegiatan untuk
menambah dan memenuhi kebutuhan barang/jasa berdasarkan peraturan yang
berlaku, yaitu membuat ada barang yang belum ada, mempertahankan barang
yang telah ada dalam batas efisiensi. Fungsi pengadaan merupakan usaha-
usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang
telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan maupun
penganggaran. Metode pengadaan dapat berupa pembelian, penyewaan,
konstruksi, pembuatan, perbaikan, peminjaman, penukaran, dan penghibahan.

4) Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran


Fungsi ini merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, dan
penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana. Penyimpanan
adalah suatu tatanan untuk mengelola pergudangan barang-barang dengan
tujuan agar dapat dipertahankan kualitasnya, terhindar dari kerusakan fisik,
aman dari kehilangan, kecurian, terbakar serta memudahkan dan mempercepat
pencarian barang jika dibutuhkan. Penyaluran adalah kegiatan
mendistribusikan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah serta
sesuai dengan spesifikasinya. Hal yang harus diperhatikan dalam penyaluran

8
barang yaitu jenis dan spesfisik logistic yang disampaikan, nilai logistik dan
jumlah logistik yang disampap=ikan, waktu penyampaian, tempat
penyimpanan dan logistic yang disampaikan.
5) Fungsi Pemeliharan
Pemeliharaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar
sarana atau barang selalu dalam kondisi daya guna yang baik atau usaha untuk
mempertahankan konsisi ekonomis dari material/barang atau fasilitas institusi.
Fungsi pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan
kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.
6) Fungsi Penghapusan
Fungsi penghapusan yaitu berupa kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha
pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan perkataan
lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan (assets)
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari
segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan ini dilakukan
pada kondisi tertentu dimana risiko dan bahaya lebih besar daripada
manfaatnya. Ada lima cara penghapusan yaitu pemanfaatan kembali,
pemindahan, hibah, penjualan, dan pemusnahan.

7) Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil pelaporan,
penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen
logistik yang sedang dan telah berlangsung. Hal tersebut bertujuan agar
manajemen logistic yang sedang berlangsung dapat terarah dan terkendali
sesuai dengan perencanaan dengan mengingat efisiensi dan efektifitas. Fungsi
ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha
untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistic. Dalam
fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan-kegiatan pengendalian inventarisasi
(Inventory Control) dan Expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya.
2.2.3 Tujuan Manajemen Logistik
Tujuan manajemen logistik adalah agar barang atau bahan yang
diperlukan untuk proses produksi atau kegiatan operasional dapat tersedia dengan

9
kuantitas, kualitas, waktu, dan tempat yang dibutuhkan dengan biaya seefisien
mungkin, melalui penerapan konsep standarisasi (sesuai dengan kebutuhan), dan
akurasi. Sedangkan menurut Lumenta (1990) tujuan manajemen logistic dapat
diuraikan dalam 3 tujuan pokok:
1) Tujuan operasional tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat
dan mutu serta waktu yang dibutuhkan.
2) Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa tujuan operasionalnya dapat
terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya dengan hasil yang optimal.
3) Tujuan pengamanan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak
wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dalam sistem
akuntansi.

2.3 Perencanaan Logistik/Alat Kesehatan


Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait
jenis, spesifikasi, dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan
pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan teknologi
kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan memelihara sarana
dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk
penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis secara efektif,
efisien, dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan data kinerja
peralatan yang telah dimiliki dan informasi terbaru jenis peralatan medis yang
beredar. Kinerja peralatan yang telah dimiliki diperoleh dari data dokumentasi
pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan. Informasi peralatan medis yang beredar
diperoleh dari referensi dari publikasi produsen atau distributor, website, rumah
sakit lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu diperhatikan ijin edar
peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula informasi
sertifikasi/pengakuan dari FDA dan CE, spesifikasi, aksesori, fungsi dan
keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku cadang, harga, jaminan purna jual dan
legalitas izin edar peralatan medis di Indonesia.

10
Perencanaan peralatan medis tertentu memutuhkan perencanaan
kebutuhan ruangan untuk penempatan peralatan medis, tenaga medis, dan pasien
serta instalasi medic meliputi kelistrikan, gas medic, sarana. Untuk peralatan
tertentu seperti peralatan radiologi, radioterapi, dan MRI membutuhkan
kekhususan perencanaan ruangan dan instalasi medic sesuai dengan persyaratan
terkait dengan jenis peralatan dan perundang-undangan. Dalam merencanakan
desain ruangan dan instalasi medic memperhatikan kebutuhan pengembangan
pelayanan dan pesatnya kemajuan teknologi kesehatan.
Perencanaan peralatan medis di fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan keterlibatan tenaga teknis peralatan medis, tenaga medis,
keperawatan, tenaga teknis sarana dan prasarana dan manajemen. Ruang lingkup
kegiatan perencanaan meliputi penilaian kebutuhan, penentuan prioritas
pengadaan dan penganggaran.
1) Penilaian Kebutuhan
Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses untuk
menentukan dan mengatasi kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini
dengan situasi atau kondisi yang diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah
kegiatan strategis dan merupakan bagian dari proses perencanaan peralatan
medis yang bertujuan untuk menim ngkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau
memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan.
Penilaian kebutuhan peralatan medis pada dasarnya dimaksudkan
untuk pemenuhan standar peralatan medis sesuai kemampuan/klasifikasi
pelayanan kesehatan, penggantian perlatan medis dan pengembangan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan
teknologi. Penggantian peralatan medis selain dilakukan karena faktor:
a) Perkembangan teknologi
b) Kesesuaian terhadap standar keselamatan/regulasi
c) Biaya pemeliharaan yang tinggi
d) Ketersediaan suku cadang
e) Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
Pelaksanaan penilaian kebutuhan peralatan medis diatur dalam standar
prosedur operasional memuat:
a) Peran para pihak terkait pengguna (dokter, perawat, keteknisan medik dan
kerapian fisik), tenaga teknis pemelihara dan manajemen rumah sakit.

11
b) Mekanisme pengajuan kebutuhan dari instansi rawat inap atau rawat jalan
dan instalasi penunjang medik kepada direktur rumah sakit yang
bertanggung jawab di bidang peralatan.
c) Proses pengkajian oleh tim perencanaan kebutuhan peralatan medis dan
selanjutnya.
d) Rekomendasi pemenuhan peralatan medis.
Dalam melakukan penilaian kebutuhan medis, tim perencanaan
kebutuhan peralatan membutuhkan data dan informasi sebagai berikut:
a. Inventori peralatan medis meliputi jenis, spesifikasi, jumlah, harga, tahun
pengadaan dan kondisi peralatan medis.
b. Kualitas peralatan: data pemeliharaan meliputi frekuensi kerusakan, lama
perbaikan, suku cadang, biaya pemeliharaan.
c. Kinerja peralatan: data pemanfaatan dan kapasitas alat sesuai spesifikasi.
d. Keamanan peralatan: data vigilance meliputi frekuensi insiden, akibat yang
ditimbulkan, publikasi vigilance.
e. Sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga pengguna dan
pemelihara serta kompetensinya pengguna yang akan mengoperasikan.
f. Informasi harga peralatan medis dengan spesifikasi yang sama dari berbagai
produsen/distributor termasukbiaya pemeliharaan, ketersediaan suku cadang
dan jaminan purna jual (respond time, lama pemeliharaan).
g. Data dan informasi penunjang lainnya seperti kesiapan ruangan, listrik,dan
air.
Jenis, jumlah yang ada, kapasitas alat, pemanfaatan, estimasi
peningkatan pelayanan, kebutuhan.
a. Menilai dengan melihat data utilisasi/penggunaan peralatan medis setiap
harinya baik dari catatatan rekam medik atau melalui penelitian, bilamana
utilisasi/penggunaan peralatan medis cukup tinggi,maka diperlukan
tambahan peralatan medis baru.
b. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan, artinya
diperlukan penambahan peralatan baru dengan teknologi generasi terbaru
untuk mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
c. Menelaah ketersediaan peralatan medis tersebut apakah sudah tersedia di
fasilitas kesehatan atau rumah sakit lain.
d. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan kesehatan dan
peralatan dengan teknologi generasi lama. Health Technology Management,
jumlah pasien,perhitungan ekonomi,SDM.

12
Dalam penilaian teknologi peralatan perlu dipertimbangkan juga Life
cycle cost (LCC) sebagai salah satu instrumen penilaian, selain ijin edar perlu
diperhatikan, adanya persetujuan Food and Drag Administration (FDA) dari
Amerika Seikat, Conformite Europeenne (CE) dari Uni Eropa.
LCC adalah total biaya keseluruhan peralatan, termasuk biaya
pembelian, pengoperasian, pemeliharaan, pengalihan dan/atau penghapusan.
LCC adalah total perkiraan biaya dari awal sampai penghapusan, yang dihitung
melalui biaya per tahun serta memperhatikan nilai waktu dari uang. Tujuan
LCC analisis adalah pendekatan memilih biaya yang paling efektif dari
serangkaian alternatif untuk menekan biaya pada jangka waktu tertentu
peralatan. LCC merupakan model ekoomi selama masa dari peralatan tersebut
dipakai, dipelihara, dihapus, biasanya sebesar 2-2- kali lebih besar dari biaya
pengadaan awal. Keseimbangan antara unsur-unsur biaya dicapai ketika total
LCC bisa diminimalkan.
LCC membantu:
a) Bagian perencanaan, yang ingin meminimalkan biaya modal
b) Bagian pemeliharaan, yang ingin meminimalkan lamanya perbaikan
c) Pengguna, yang ingin memaksimalkan waktu operasional peralatan dan
menghindari kegagalan/insiden peralatan.
d) Bagian keuangan, yang ingin memaksimalkan Net Present Value (NPV)
e) Pemilik fasilitas kesehatan yang ingin meningkatkan pendapatan.

2) Penentuan Prioritas
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan peralatan medis dapat
direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam
pemenuhan tersebut dikarenakan pendapatan fasyankes memiliki kemampuan
yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis
prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap fasyankes diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Tingkat utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian peralatan medis pada
pelayanan. Hal ini terkait dengan terhadap banyaknya kebutuhan peralatan

13
tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan penghasilan
dari fasyankes.
b) Brand image
Beberapa peralatan medis dapat diasosiakan terhadap pencitraan yang
positif oleh masyarakat. Peralatan medis dengan jenis tertentu, canggih dan
peralatan dengan teknologi terkini diyakini dapat mendorong nilai jual.
c) Pelayanan unggulan
Setiap fasyankes pasti memiliki program pelayanan unggulan yang
merupakan suatu kelebihan dibanding dengan fasyankes lainnya.pelayanan
unggulan tersebut haruslah didukung dengan ketersediaan peralatan
medis.yang sesuai dengan tuntutan pelayanan unggulan.
d) Peralatan life support
Merupakan peralatan yang menopang hiduppasien, tanpa peralatan ini
pasien akan berdampak pada kematian misalnya peralatan bantu pernapasan,
baby incubato. Peralatan kriteria ini haruslah selalu tersedia oleh fasyankes
karena sangat terkait dengan keselamatan pasien.
e) Kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana
Beberapa peralatan medis di fasyankes memerlukan ruangan/tempat khusus
dalam operasionalnya. Bangunan/ruangan tempat peralatan medis berada
harus sudah dipersiapkan dan didesain sedemkian rupa serta dilengkapi
dengan prasarana seperti listrik air, gas medik, pembumian, sistem
komunikasi, dan lain-lain sesuai persyaratan. Hal ini agar pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan baik serta untuk kemanan petugas, pasien
serta masyarakat dari risiko peralatan medis, bahaya getaran, panas, bidang
atau radiasi.

3) Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian, atau
pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan pealatan medis.
Untuk fasyankes milik pemerintah, anggaran bisa bersumber dari:
a. Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)
b. Badan Layanan Umum (BLU)
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
e. Anggaran lain sumber (bantuan hibah, dll)

14
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi kebuthan
pemenuhan dan penggantian peralatan dalam pelayanan kesehatan harus masuk
di dalam perencanaan atau RAB. Apabila anggaran suber dari pendapatan
fasyankes memiliki kemampuan yang terbatas, maka perencanaannya
difokuskan kepada peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria
pada setiap rumah sakit, diantaranya tingkat utilitas, life support, branding, dan
pelayanan unggulan.
Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasionalan rencana dalam
bentuk pengkuantifikasian untuk kurun waktu ternetu. Secara garis besar,
proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua, yakni dari atas ke bawah
(top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up).
1. Dari atas ke bawah (top-down)
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan
sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan
anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian
sejumlah uang dari pihak atasan kepada para bawahannya agar
menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah
program. Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah yaitu:
metode kemampuan, metode pembagian semena-mena, metode pesentase
penjualan, melihat pesaing, dan pengembalian investasi.
2. Dari bawah ke atas (down-top)
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan
selesai disusun. Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan
komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran. Terdapat 3 metode
dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas yakni: metode tujuan
dan tugas, metode pengembalian berkala, dan metode perhitungan
kuantitatif.
Proses dalam penyusunan anggaran yaitu:
1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun
anggaran.

15
2. Pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan untuk melakukan
penaksiran-penaksiran.
3. Menyusun anggaran serta menyajikannya secara sistematis.
4. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.
5. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja dengan
melakukan penilaian.
6. Pengolahan dan penganalisaan data untuk menghasilkan kesimpulan
terhadap kegiatan kerja yang telah dilaksanakan.
Beberapa pendekatan penyusunan anggaran yaitu:
1. Pendekatan Tradisional.
Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan tradisional ini. Ciri
pertama adalah cara penyusunan berdasarkan pos-pos belanja. Anggaran
dengan pendekatan tradisional menampilkan anggaran dalam perspektif sifat
dasar dari sebuah pengeluaran atau belanja. Ciri kedua dari pendekatan ini
adalah penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun
tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat
kenaikan tertentu.
2. Pendekatan Kinerja.
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi kekurangan yang
terdapat dalam pendekatan tradisional, khususnya kekurangan yang
disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Karakteristik dari pendekatan ini mengklasifikasikan akun-akun dalam
anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit
organisasi dan rincian belanja, menyelidiki dan mengukur aktivitas guna
mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya,
mendasarkan anggaran untuk periode yang akan dating pada biaya per unit
standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus
dilakukan pada periode tersebut.

16
BAB III. METODE KEGIATAN MAGANG/PKL

3.1 Waktu dan Tempat Magang/PKL


Kegiatan magang diselenggarakan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso di sub bagian perencanaan dan bidang pelayanan kesehatan selama 6
(enam) minggu yang dimulai pada tanggal 07 Maret sampai dengan 15 April
2016. Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan dengan sistem rolling pada 2 (dua)
unit kerja, yaitu 3 (tiga) minggu di sub bagian perencanaan dan 3 (tiga) minggu
bidang pelayanan kesehatan.

3.2 Jadwal Kegiatan


3.2.1 Pelaksanaan Magang/PKL
Pelaksanaan magang di Sub Bagian Perencanan dan Bidang Pelayanan
Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso sejak tanggal 07 Maret 2016
sampai dengan 15 April 2016 mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pengarahan, persiapan, dan pembekalan magang
Pengarahan, persiapan, dan pembekalan dilaksanakan sebelum
dimulainya magang di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso yaitu pada
tanggal 01 Desember 2015 sampai dengan 19 Februari 2016.
b. Pelaksanaan magang di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
Pelaksanaan magang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu 6 (enam) minggu efektif dengan ketentuan mengikuti tata
tertib yang berlaku. Adapun kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
1. Mengikuti program-program yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso.
2. Membantu dalam menjalankan tugas yang dilaksanakan oleh dua unit
kerja tempat magang.
3. Ikut andil dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan, dan memberikan
alternative pemecahan masalah

17
c. Supervisi
Supervisi dilakukan oleh Dosen Pembimbing Akademik magang dan
pembimbing lapangan. Supervisi oleh Dosen Pembimbing Akademik magang
dilaksanakan pada minggu ke-1,4, dan 6 pelaksanaan magang. Sedangkan
supervisi oleh Pembimbing Lapangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
d. Pembuatan laporan
Laporan magang dibuat disela-sela pelaksanaan magang dan
dikumpulkan sesuai ketentuan Panduan Pelaksanaan Program Magang
Semester Genap 2015/2016 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.
e. Seminar laporan magang
Seminar dilaksanakan setelah laporan magang dikumpulkan dengan
mempresentasikan laporan di hadapan dosen pembimbing akademik dan
pembimbing lapangan serta dihadiri oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
f. Pengumpulan Nilai Akhir Magang dan Evaluasi
Pengumpulan nilai akhir Magang dan evaluasi dilaksanakan setelah
presentasi laporan mempresentasikan laporan di hadapan Dosen Pembimbing
Akademik dan Dosen Pembimbing Lapangan serta dihadiri oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang/PKL Tahun Akademik 2015/2016

KEGIATAN MINGGU KE-

18
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
PRA PELAKSANAAN PENGALAMAN KERJA LAPANGAN (PKL) :
Pengarahan
Persiapan
Pembekalan
PELAKSANAAN PENGALAMAN KERJA LAPANGAN (PKL) :
Pelaksanaan
Supervisi
PASCA PELAKSANAAN PENGALAMAN KERJA LAPANGAN (PKL) :
Seminar
Collecting Nilai
Evaluasi

3.3 Pengelola Program Magang


Pengelola program Magang Tahun Akademik 2015/2016 adalah sebagai
berikut:
Dekan : Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes.
Pembantu Dekan I : Dr. Farida Wahyuningtyas, S.KM., M.Kes.
Koordinator Magang : Eri Witcahyo, S.KM., M.Kes
Wakil Koordinator : Dr. Farida Wahyuningtyas, S.KM., M.Kes.

3.4 Pembimbing Magang/PKL


Berikut adalah nama Pembimbing Magang/PKL di Rumah Sakit Daerah
Kalisat Kabupaten Jember:
Pembimbing Akademik : Nuryadi, S.KM., M.Kes.
Pembimbing Lapangan : Indra Dwi Cahyono, Amd.KL.

3.5 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu kejadian. Menurut Sugiyono (2011) Penelitian deskriptif
adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan
suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur
ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara

19
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
3.5.1 Unit Analisis dan Responden
a. Unit Analisis
Unit analisis adalah sumber informasi mengenai variabel yang akan
diolah pada tahap analisis data, unit analisi dapat berupa individu, keompok,
organisasi atau artefak sosial. Unit analisis yang digunakan oleh peneliti adalah
Seksi Bina Puskesmas dan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
dan Puskesmas Wonosari khsususnya pada poli gigi dan KIA.
b. Responden
Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan
tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan
dalam lisan, ketika menjawab wawancara. Responden yang diambil adalah
Kepala Sie dan staf di Seksi Bina Puskesmas dan Rujukan, bendahara barang,
dokter gigi, dan bidan di Puskesmas Wonosari.
3.5.2 Variabel dan Definisi Operasional
a. Variabel
Variabel penelitian ini adalah melakukan penilaian kebutuhan alat
kesehatan, analisa penentuan prioritas kesehatan, dan melakukan analisa
penganggaran alat kesehatan di Puskesmas Wonosari.

b. Definisi Operasional
Cara
No. Variabel Definisi Operasional Pengumpulan
Data
1. Melakukan penilaian Proses untuk menentukan dan mengatasi Wawancara
kebutuhan alat kesehatan kesenjangan antara situasi atau kondisi
saat ini dengan situasi atau kondisi yang
diinginkan yang dimulai dengan
mengumpulkan informasi kebutuhan
sampai menentukan kebutuhan alat
kesehatan.
2. Melakukan penentuan Proses menentukan urutan kebutuhan Wawancara
prioritas kebutuhan alat alat kesehatan yang disusun berdasarkan

20
Cara
No. Variabel Definisi Operasional Pengumpulan
Data
kesehatan tingkat kepentingan kebutuhan yang
meliputi tingkat utilitas, life support,
brand image, pelayanan unggulan, dan
kesiapan bangunan.
3. Melakukan analisa Proses dimana biaya dialokasikan pada Wawancara
penganggaran alat kesehatan alat kesehatan tertentu yang telah
direncanakan untuk jangka waktu yang
telah ditetapkan.

3.5.3 Data dan Sumber Data


Data adalah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui
berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi (Usman dan Akbar : 2006).
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung
tanpa perantara (Rustiyanto, 2010). Data primer dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara dengan responden tentang penilaian kebutuhan alat
kesehatan, analisa penganggaran, dan penentuan prioritas kebutuhan alat
kesehatan.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
peneliti dengan adanya perantara dari pihak lain (Rustiyanto, 2010). Data
sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen inventaris dan dokumen lain
yang mendukung langkah perencanaan alat kesehatan di puskesmas.

3.5.4 Teknik dan Instrumen Penelitian


a. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data didapatkan dengan menggunakan teknik wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner. Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab

21
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara) (Nazir, 2011:193-194).
b. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2010:137) menyatakan bahwa instrument pengumpulan data adalah
alat bantu yang digunakan sebagai sarana yang dapat diwujudkan dalam benda.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
panduan wawancara mendalam. Panduan wawancara sangat memungkinkan
berkembang sewaktu penelitian berlangsung sesuai dengan informasi yang
ingin didapatkan oleh peneliti. Panduan wawancara ini digunakan untuk
metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan bantuan alat
perekam suara dan alat tulis.
3.11 Teknik Penyajian dan Analisis Data
a. Penyajian data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami,
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kemudian ditarik
kesimpulan sehingga menggambarkan hasil penelitian (Suyanto, 2005). Jadi,
data yang dikumpulkan perlu diatur atau disajikan dalam bentuk tertentu, agar
data dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian
ini data ditampilkan dalam bentuk uraian kata berupa deskripsi kumpulan
informasi yang akan memudahkan untuk dipahami.
b. Analisis data
Data yang telah disajikan tersebut kemudian dianalisis. Analisa data merupakan
bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena analisis data dapat
memberikan arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Dahlan, 2008). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan
analisis deskriptif berdasarkan keterangan dari unit analisis dan responden.

22
3.12 Alur Penelitian

Langkah

Penentuan responden

Hasil

Menyusun pedoman wawancara


Kasie dan staf Bina Puskesmas dan Rujukan, Bendahara barang

Melakukan wawancara dan


implementasi Pedoman wawancara

Mengolah data
Wawancara dan implementasi

Menganalisis data yang telah diolah


Data yang telah diolah

Analisis data

23
BAB 4. HASIL KEGIATAN MAGANG/PKL

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Wonosari


4.1.1 Struktur Organisasi Puskesmas Wonosari (terlampir)

4.1.2 Visi, Misi dan Motto Puskesmas Wonosari


Visi : Terwujudnya Kecamatan Sehat yakni:
1. Kecamatan yang masyarakatnya hidup dalam Lingkunan Bersih
dan Sehat
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Dengan memperhatikan makna visi tersebut, maka Puskesmas wonosari
merumuskan pernyataan misinya sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian Hidup Sehat bagi keluarga dan
masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan Mutu Pemerataan dan
Keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat beserta lingkungannya
Motto : Kesembuhan anda, kepuasan kami
4.1.3 Upaya Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama di Puskesmas Wonosari
a. Program UKM Esensial, meliputi:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan
2. Pelayanan KIA-KB
3. Pelayanan gizi
4. Pelayanan promosi kesehatan
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit menular
6. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
b. Program UKM Pengembangan, meliputi:
1. Pelayanan kesehatan jiwa
2. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3. Pelayanan kesehatan indera
4. Pelayanan kesehatan lansia
5. Posbindu
6. Pelayanan kesehatan olahraga
7. Pelayanan kesehatan kerja & PPL
8. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer

4.1.4 Data Kepegawaian Puskesmas Wonosari


Profesi Jumla
h
Dokter 1
Dokter Gigi 1
Perawat 19
Perawat Gigi 1
Bidan 15
Tenaga Teknis Kefarmasian 1
Tenaga Kesehatan Lingkungan 1
Nutrisionis 1
Staf Penunjang Administrasi 8
Juru 1
Sumber: Profil Kesehatan Dinkes Kabupaten Bondowoso, 2015

4.2 Gambaran Umum Poli Gigi di Puskesmas Wonosari


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Salah satu program
upaya kesehatan pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi
dan mulut. Jam buka pelayanan ini dari jam 07.30 11.00, dan melayani pasien
umum, BPJS, dan jamkesmas. Tenaga dalam unit ini hanya terdiri dari 1 (satu)
orang dokter gigi dan 1 (satu) orang perawat gigi.
Visi Poli Gigi Puskesmas Wonosari yaitu:
Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu, terjangkau,
dan memuaskan masyarakat.
Misi Poli Gigi Puskesmas Wonosari yaitu:
1. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat
2. Mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan dan
pengathuan dan teknologi
3. Mengembangkan penyediaan sarana dan prasarana puskesmas yang
memadai
4. Mengembangkan promosi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan
melaksanakan kerjasama lintas sector dan rujukan
5. Mengembangkan sistem manajemen puskesmas
Program upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Wonosari
terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di balai pengobatan gigi, usaha kesehatan
gigi sekolah (UKGS), dan usaha kesehatan gigi masyarakat (UKGM). UKGS
merupakan suatu komponen dari UKS dan merupakan strategi teknis pelayanan
kesehatan gigi mulut bagi anak sekolah yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. Tujuan dari UKGS, yaitu :
a. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan mengadakan
usaha preventif dan promotif.
b. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk
meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut
(oral hygiene).
c. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan
mulutnya di rumah (habit formation).
d. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan
menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui sistem
selektif (selective approach).
e. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem
pembayaran yang bersifat pra upaya (pre-payment system).
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi, dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan
gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu, bina keluarga balita,
polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok rentan
penyakit gigi mulut yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan, dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi.
Program UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari
puskesmas dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau
perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih menangani masalah-
masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan.

4.3 Penilaian Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas


Wonosari
Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis dan merupakan bagian dari
proses perencanaan peralatan alat kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan pelayanan. Dalam
melakukan penilaian kebutuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas
Wonosari dibutuhkan data pelayanan gigi dan mulut selama 1 tahun pelayanan.
Data tersebut diperoleh dari laporan kegiatan kesehatan gigi dan mulut tahun 2015
yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jenis Pelayanan Gigi dan Mulut dan Alat Kesehatan yang digunakan di
Puskesmas Wonosari
N Jenis Pelayanan Gigi dan Mulut Alat Kesehatan yang digunakan
o
1 Tumpatan tetap gigi permanen - pinset
- kaca mulut
- sonde
- semen spatula
- ekskavator
- contra angel high speed/low speed
- mata bor
2 Pencabutan gigi permanen karena - tang gigi
kerusakan/sebab lain - cryer
- bein
- pinset
- kaca mulut
- sonde
3 Kasus gigi yang dirujuk ke RS -

Pada tabel tersebut dapat diketahui jenis pelayanan gigi dan mulut yang
dilakukan di Puskesmas Wonosari terdiri dari tumpatan tetap gigi permanen,
pencabutan gigi permanen karena kerusakan/sebab lain, dan perujukan kasus gigi
ke rumah sakit. Alat kesehatan yang digunakan pada pelayanan tumpatan tetap
gigi permanen terdiri dari alat dasar (pinset, kaca mulut, sonde), semen spatula,
ekskavator, contra angel high speed/low speed, dan mata bor. Sedangkan alat
kesehatan yang digunakan pada pelayanan gigi permanen terdiri dari alat dasar,
tang gigi, cryer, dan bein. Dengan adanya tabel tersebut penilaian kebutuhan alat
kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari yaitu alat dasar (pinset, kaca
mulut, sonde), semen spatula, ekskavator, contra angel high speed/low speed,
mata bor, tang gigi, cryer, dan bein.
Setelah jenis alat kesehatan di poli gigi diketahui, maka selanjutnya
untuk mengetahui jumlah dari masing-masing jenis alat kesehatan dibutuhkan
data inventori di poli gigi berdasarkan jenis pelayanan yang ada di poli gigi yang
terdapat pada tabel berikut:

Jumlah yang Standart


N
Jenis Alat dimiliki Permenkes 75 Kekurangan
o
Puskesmas tahun 2014
1 Pinset 3 buah 5 buah 2 buah
2 Kaca mulut 7 buah 5 buah -
3 Sonde 4 buah 5 buah 1 buah
4 Semen spatula 1 buah 1 buah -
5 Ekskavator 3 buah 5 buah 2 buah
6 Contra angel high speed/low 1 set 1 set -
speed
7 Mata bor 1 set 1 set -
8 Tang gigi 1 buah 1 buah -
9 Cryer 1 buah 1 buah -
1 Bein 2 buah 1 buah -
0

Pada tabel tersebut dapat diketahui jumlah alat kesehatan pada hasil
penilaian kebutuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari. Pada
jenis alat kesehatan yang tidak memiliki kekurangan atau jumlahnya cukup, maka
jumlah yang direncanakan adalah sebanyak 1 buah karena alat tersebut selalu
dipakai pada pelayanan gigi. Jumlah perencanaan kebutuhan pinset sebanyak 2
buah, kaca mulut sebanyak 1 buah, sonde sebanyak 1 buah, semen spatula
sebanyak 1 buah, ekskavator sebanyak 2 buah, contra angel high speed/low speed
sebanyak 1 buah, mata bor sebanyak 1 buah, tang gigi sebanyak 1 buah, crier
sebanyak 1 buah, dan bein sebanyak 1 buah.

4.4 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di


Puskesmas Wonosari.
Kendala dalam pemenuhan alat kesehatan yaitu karena terbatasnya
anggaran Puskesmas yang menyebabkan tidak terealisasinya semua penilaian
kebutuhan alat kesehatan. Maka dalam pemenuhannya hanya difokuskan kepada
alat kesehatan yang disesuaikan dengan keriteria yang ada pada Puskesmas.
Kriteria yang dipakai pada poli gigi di Puskesmas Wonosari yaitu tingkat utilitas.
Tingkat utilitas merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian peralatan
medis pada pelayanan. Hal ini terkait dengan terhadap banyaknya kebutuhan alat
kesehatan tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan
penghasilan puskesmas. Tingkat utilitas alat kesehatan gigi di Puskesmas
Wonosari dilihat dari banyaknya kunjungan pelayanan gigi yang dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Pelayanan Gigi dan Mulut Puskesmas Wonosari
Tahun 2015
N Jenis Pelayanan Gigi dan Mulut Jumlah Kunjungan
o
1 Tumpatan tetap gigi permanen 218
2 Pencabutan gigi permanen karena 418
kerusakan/sebab lain
3 Kasus gigi yang dirujuk ke RS 4
Pada tabel tersebut dapat diketahui jumlah pelayanan gigi dan mulut
yang terdapat di Puskesmas Wonosari pada tahun 2015. Jumlah kunjungan
tumpatan tetap gigi permanen sebanyak 218 kunjungan. Jumlah kujungan
pencabutan gigi permanen karena kerusakan/sebab lain sebnayak 418 kunjungan.
Jumlah kasus gigi yang dirujuk ke RS sebanyak 4 kasus.
Jumlah kunjungan pelayanan gigi dan mulut yang paling banyak terdapat
pada pencabutan gigi permanen karena kerusakan/sebab lain. Oleh karena itu,
prioritas alat kesehatan yang direncanakan diutamakan pada alat kesehatan yang
digunakan pada pelayanan pencabutan gigi permanen karena kerusakan/sebab
lain. Alat kesehatan yang diprioritaskan pada perencanaan alat kesehatan pada poli
gigi di Puskesmas Wonosari yaitu tang gigi, crier, bein, pinset, kaca mulut, dan
sonde. Jumlah dari masing-masing prioritas alat kesehatan di poli gigi disesuaikan
dengan jumlah kekurangan pada tahap penilaian kebutuhan alat kesehatan.

4.5 Penganggaran Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari.


Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau
pengembangan alat kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan alat kesehatan.
Anggaran untuk alat kesehatan di Puskesmas Wonosari bersumber dari JKN,
APD, dan dana hibah.
Penganggaran alat kesehatan dilakukan dengan melakukan penyusunan
anggaran berdasarkan alat kesehatan di poli gigi yang telah diprioritaskan.
Penganggaran alat kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut

No Uraian Volume Satuan Biaya Jumlah


1 Tang gigi 1 Rp 730.000 Rp 730.000
2 Crier 1 Rp 755.450 Rp 755.450
3 Bein 1 Rp 455.000 Rp 455.000
4 Pinset 2 Rp 120.000 Rp 240.000
5 Kaca mulut 1 Rp 32.000 Rp 32.000
6 Sonde 1 Rp 80.000 Rp 80.000
Total Rp 2. 292.450
Sumber: dikutip dari berbagai sumber di internet.
Pada tabel di atas dapat diketahui harga satuan dan jumlah biaya dari
masing-masing alat kesehatan yang telah direncanakan. Harga yang terdapat
dalam tabel tersebut hanya harga perkiraan yang didapat dari berbagai sumber di
internet. Harga untuk tang gigi sebesar Rp 730.0000. Harga untuk crier sebesar Rp
755.450. Harga untuk bein sebesar Rp 455.000. Harga untuk Pinset sebesar Rp
120.000. Harga untuk kaca mulut sebesar Rp 32.000. Harga untuk sonde sebesar
Rp 80.000. Total harga perencanaan alat kesehatan poli gigi yang terdapat di
Puskesmas Wonosari adalah sebesar Rp 1.417.000.
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Penilaian Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas


Wonosari.
Penilaian kebutuhan alat kesehatan di Puskesmas Wonosari
menggunakan data pelayanan gigi dan mulut selama 1 tahun. Pada data tersebut
diketahui jenis pelayanan apa saja yang dilakukan oleh poli gigi dan alat
kesehatan apa saja yang digunakan untuk melakukan pelayanan. Hasil dari
penilaian kebutuhan alat kesehatan di poli gigi yaitu alat dasar (pinset, kaca mulut,
sonde), semen spatula, ekskavator, contra angel high speed/low speed, mata bor,
tang gigi, cryer, dan bein.
Berdasarkan lampiran Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, hasil dari penilaian kebutuhan alat kesehatan di poli gigi Puskesmas
Wonosari telah sesuai, artinya dari jenis-jenis alat kesehatan pada penilaian
kebutuhan sama dengan jenis-jenis alat kesehatan yang seharusnya terdapat di poli
gigi puskesmas rawat inap sesuai standar permenkes nomor 75 tahun 2014.
Kesesuaian penilaian alat kesehatan dengan Permenkes 75 tahun 2014
tentang Puskesmas dikarenakan pihak Puskesmas telah mengetahui tentang
peraturan tersebut. Pada ruangan poli gigi terdapat dokumen tentang peraturan
menteri tersebut sehingga Puskesmas menaati aturan tersebut. Selain itu, alat
kesehatan untuk pelayanan gigi dan mulut memang sudah baku sebelum
permenkes tersebut ada.

5.2 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan Alat Kesehatan pada Poli Gigi di


Puskesmas Wonosari.
Priotitas pemenuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas
Wonosari menggunakan tingkat utilitas. Berdasarkan Pedoman Pengelolaan
peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan prioritas pemenuhan alat
kesehatan dapat disesuaikan dengan beberapa kriteria seperti: tingkat utilitas,
brand image, pelayanan unggulan, peralatan life support, dan kesiapan bangunan.
Berdasarkan pedoman tersebut dapat dikatakan bahwa prioritas
pemenuhan alat kesehatan di Puskesmas Wonosari khususnya di Poli Gigi masih
belum sesuai. Tingkat utilitas adalah tingkat penggunaan atau pemakaian alat
kesehatan pada pelayanan. Hal ini terkait dengan terhadap banyaknya kebutuhan
peralatan tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan
penghasilan dari Puskesmas.
Belum sesuainya prioritas pemenuhan kebutuhan alat kesehatan pada
Poli Gigi di Puskesmas Wonosari dengan pedoman dikarenakan Puskesmas masih
belum memiliki brand image dan pelayanan unggulan. Brand image dan
pelayanan unggulan saat ini masih belum dilakukan oleh Puskesmas Wonosari
karena Puskesmas masih fokus kepada pelayanan yang sekarang dan masih
terbatasnya dana yang dimiliki oleh Puskesmas Wonosari untuk menambah
pelayanan unggulan. Selain itu, Pedoman Pengelolaan peralatan Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan masih belum diketahui oleh pihak Puskesmas
Wonosari.

5.3 Penganggaran Alat Kesehatan pada Poli Gigi di Puskesmas Wonosari.


Penganggaran alat kesehatan di Puskesmas Wonosari berasal dari dana
JKN, APBD II, dan APBN. Penganggaran menjadi pertimbangan yang penting
dalam suatu perencanaan alat kesehatan. Berdasarkan Pedoman Pengelolaan
peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan anggaran bisa bersumber
dari PNBP, BLU, APBN, APBD, bantuan hibah, dll. Berdasarkan pedoman
tersebut, penganggaran di Puskesmas Wonosari telah sesuai.
Sejak adanya JKN, Puskesmas memiliki keleluasaan sendiri untuk
mengatur dana kapitasi. Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dimanfaatkan
seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebesar 60% dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebesar 40%. Dari 40 % tersebut
dibagi 20% untuk Obat & BHP, 25% untuk Alkes dan Alked, 5% untuk Reagen,
10% Untuk pemeriksaan penunjang, 20% untuk pengadaan modal computer dan
jaringannya, 5% untuk biaya Pemeliharaan, 10% untuk kegiatan biaya cetak,
ATK, Fotocopy dll, 5% untuk meubeler(lemari arsip, meja/kursi pasien tunggu
dll) Seluruh puskesmas di Kabupaten Bondowoso telah menerapkan hal ini
termasuk juga Puskesmas Wonosari dalam hal penganggaran.
Pada proses penyusunan anggaran pada penelitian ini, peneliti
mendapatkan rincian harga satuan alat kesehatan dari berbagai sumber dari
internet. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 17 tahun 2012 yaitu rincian harga
untuk alat kesehatan disesuaikan dengan sistem online e-catalogue . Pada e-
catalogue terdapat nama provinsi, nama alat kesehatan, nama penyedia, harga
satuan terkecil, distributor, dan kontrak payung penyediaan obat. Menurut
penjelasan dari bagian yankes di Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, rincian
harga pada e-catalogue sewaktu-waktu dapat berubah. Jadi, diharapkan untuk
sering mengecek harga alat kesehatan di e-catalogue.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
a. Penilaian kebutuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari
dilakukan dengan mengumpulkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Hasil dari penilaian kebutuhan alat kesehatan telah sesuai standar permenkes
nomor 75 tahun 2014.
b. Prioritas pemenuhan alat kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari
belum sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan cara menilai tingkat utilitas alat
kesehatan. Hasil dari tahap ini didapatkan alat kesehatan yang diprioritaskan
yaitu tang gigi, crier, bein, pinset, kaca mulut, dan sonde.
c. Penganggaran kesehatan pada poli gigi di Puskesmas Wonosari telah sesuai
dengan Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang menggunakan dana JKN, APBD II, dan APBN.

6.2 Saran
a. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso membuat
pedoman tentang perencanaan alat kesehatan di Puskesmas agar setiap
Puskesmas memiliki kesamaan dalam perencanaan alat kesehatan.
b. Diharapkan kepada pihak Puskesmas melakukan pendokumentasian yang lebih
baik lagi yang berkaitan dengan alat kesehatan.
c. Diharapkan bagi Dinas Kesehatan membuat inovasi terkait pelayanan unggulan
di masing-masing puskesmas sehingga alat kesehatan di puskesmas dapat lebih
berkembang dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Bondowoso
dapat terpenuhi melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Chandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI


Press.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

Dahlan S. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2015.


Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

H. Sondakh G, G Massie R. 2015. Proses Perencanaan Pengadaan Kebutuhan


Alat Kesehatan di Unit Kerja Poliklinik Gigi Rumah Sakit Angkatan
Darat Robert Wolter Mongisidi Manado. Jurnal. Diterbitkan. Manado:
Universitas Samratulangi.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes
RI.

Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1190/Menkes/Per/VIII/2010. Jakarta: Kemenkes RI.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Rustiyanto, Ery. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Kepuusan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subagya, H. 1994. Manajemen Logistik. Jakarta: CV. Haji Masagung.


Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Usman dan Akbar. 2006. Pengantar Satistika. Jakarta: Bumi Aksara.


LAMPIRAN:

PANDUAN WAWANCARA

1. Apakah alat kesehatan di Puskesmas ini sudah lengkap? Meliputi apa saja?
2. Metode apa yang dipakai dalam pelaksanaan pengelolaan logistik alat
kesehatan di Puskesmas? Apakah ada ketentuan dari pemkab/dinas keseharan?
3. Jelaskan bagaimana proses perencanaan yang dilaksanakan di dinas kesehatan?
4. Perencanaan kebutuhan alat kesehatan disusun berdasarkan apa saja?
5. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam penganggaran alat kesehatan dan
peralatan?
6. Darimana sumberdana pengadaan alat kesehatan dan peralatan puskesmas?
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS WONOSARI

KEPALA PUSKESMAS WONOSARI


dr.LUKMAN HAKIM,M.MKes
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS WONOSARI
TIM AUDIT INTERNAL
TIM MANAJEMEN MUTU IKE SUNDARIYATI,SKM
TAHUN 2016
Drg.ANDRIANA AYUDATI TATA USAHA
SLAMET SOEPRAPTO,S.Sos

SIS. INFORMASI PKM KEPEGAWAIAN KEUANGAN RUMAH TANGGA


ARIYANTO YULI IRMAWATI YULI IRMAWATI NOVITA A,S.Kep,Ns

B. PENERIMAAN B.PENGELUARAN BENDAHARA JKN PENGURUS BARANG KEBERSIHAN PENJAGA MALAM


TUTIK SUPRAPTI YULI IRMAWATI DYAH SUKONINGSIH,S.Kep,Ns ARIYANTO AHMADI SUHARTO

PENANGGUNGJAWAB UPAYA KESEHATAN


PENANGGUNGJAWAB UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESSENSIAL PENANGGUNGJAWAB
& PERAWATAN KESEHATAN
UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT PENANGGUNGJAWAB JEJARING FASYANKES
MASYARAKAT PENGEMBANGAN
PERORANGAN, KEFARMASIAN, LABORATORIUM AJI INDRIYANI,S.Kep,Ns AMIN TOHARI,S.Kep,Ns HENDRI SUHONO,ST
drg.ANDRIANA AYUDATI

LOKET PENDAFTARAN PROMOSI KESEHATAN UKBM


ENI HARYATI JARINGAN JEJARING
ENY RAHMAN,A.Md.Keb ENY RAHMAN,A.Md.Keb

POLI UMUM KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN JIWA PUSTU LOMBOK KULON PONK.PASAREJO
M.B.MUSTOFA,A.Md.Kep HENDRI SUHONO,ST RETNO SULISTYOWATI HERA K,A.Md.Kep LUCIA DINAR,A.Md.Keb PRAKTEK SWAST
POLI GIGI KIA/KB KESH.GIGI DAN MULUT LIA OCTORIA,A.Md.Keb NING AYU H,A.Md.Kep
Drg.ANDRIANA AYUDATI MESIYAH,A.Md.Keb drg.ANDRIANA AYUDATI
PUSTU TANGSIL WETAN PONK.KAPURAN
POLI KIA/KB GIZI KESH.OLAHRAGA BUDI V,A.Md.Kep ANIS RBM,A.Md.Keb
MESIYAH,A.Md.Keb MAYA MARIYANA,A.Md.Gz WIWIK HIDAYATI FENY S,A.Md.Keb FIEKA AULIA,A.Md.Kep

RAWAT INAP PERKESMAS KESEHATAN INDERA PUSTU BENDOARUM PONK.SBR KALONG


AJI INDRIYANI,S.Kep,Ns AJI INDRIYANI,S.Kep,Ns HERA KUNAINI A,A.Md.KepEDY PRASETIO,S.Kep,Ns ATIKA F,A.Md.Keb
MARIYA S,A.Md.Keb NANIK I,A.Md.Kep
FARMASI UKS/ARU BATTRA
IKE SUNDARIYATI,SKM AMIN TOHARI,S.Kep,Ns HATIJA KARTINI PONK.LOMBOK PONK.TRAKTAKAN
WETAN RISCA O,A.Md.Keb
LABORATORIUM P2M LANSIA RETNO
SITI RAHMI L,A.Md.Kep
M.BISRI MUSTOFA,A.Md.Kep EDY PRASETIO,S.Kep,Ns SULISTYOWATI
M.B.MUSTOFA,A.Md.Kep
PONK.TUMPENG PONK.WONOSARI
UKK NUR ANISAH,A.Md.Keb NENI INDAH S,A.Md.Keb
UGD
FENY SABDANIAH,A.Md.KebAGUSTINA D,A.Md.Kep MUZAEYANATUL,A.Md.Kep
NOVITA A,S.Kep,Ns
KESH.JEMAAH HAJI PONK.JUMPONG PONK.PELALANGAN
RUJUKAN/AMBULANCE
AMIN TOHARI,S.Kep,Ns NURRISKI D,A.Md.Keb HATIJA KARTINI
AGUS SUPRIYADI
HERMANTO A,A.Md.Kep ARIZA F,A.Md.Kep

TB KUSTA DBD MALARIA IMS/HIV ISPA/PNEUMONIA DIARE IMUNISASI SURVEILANS


M.BISRI MUSTOFA,A.Md.Kep DYAH S,S.Kep,Ns BUDI V,A.Md.Kep DYAH S,S.Kep,Ns AMIN TOHARI,S.Kep,Ns LILIK MULYATI,A.Md.Kep LILIK MULYATI,A.Md.Kep NENI INDAH S,A,Md.Keb NENI INDAH S,A,Md.Keb

Anda mungkin juga menyukai