Disusun oleh :
FERDIANSYAH 224110257
FAKULTAS PERTANIAN
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Pengertian Kelembagaan Pertanian..........................................................3
2.2 Jenis-Jenis Kelembagaan Pertanian...........................................................4
2.3 Peran Kelembagaan Pertanian................................................................10
2.4 Peran Kelembagaan Pertanian dalam Pembangunan..........................11
BAB III...................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelembagaan pertanian di Indonesia baik formal maupun
nonformal seharusnya memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, peningkatan produksi dan pendapatan,
serta kesejahteraan petani. Namun kinerjanya belum maksimal yang
dicirikan oleh masih sulitnya akses petani terhadap pelayanan lembaga-
lembaga pertanian, yaitu lembaga penyuluhan, lembaga penelitian,
lembaga pelatihan dan lembaga pendidikan yang ada termasuk akses
pemasaran. Akibatnya produktivitas pertanian dan pendapatan petani
relatif rendah.
Keadaan ini disebabkan oleh peran antara Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan, Balai Penelitian, dan Penyuluhan belum terkoordinasi
dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan kelembagaan pertanian yang
mampu memberikan kekuatan bagi petani dalam posisi tawar yang tinggi.
Kelembagaan pertanian dalam hal ini mampu memberikan jawaban atas
permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak
diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan
kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi
pertanianatau output selama ini belum disertai dengan meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam
usahataninya. Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum mampu meraih
nilai tambah yang rasional sesuai skala usahatani terpadu (integrated
farming system). Oleh karena itu persoalan membangun kelembagaan
(institution) di bidang pertanian dalam pengertian yang luas menjadi
semakin penting, agar petani mampu melaksanakan kegiatan yang tidak
hanya menyangkut on farm bussiness saja, akan tetapi juga terkait erat
dengan aspek-aspek off farm agribussinessnya (Tjiptoherijanto, 1996).
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pertanian?
2. Apa saja jenis kelembagaan pertanian?
3. Bagaimana peran kelembagaan pertanian?
4. Bagaimana manfaat kelembagaan dalam pertanian?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelembagaan pertanian
2. Untuk mengetahui jenis kelembagaan pertanian
3. Untuk mengetahui peran kelembagaan pertanian
4. Untuk mengetahui manfaat kelembagaan dalam pertanian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
agribisnis di pedesaan berupa kelompok tani, gabungan kelompok
tani dan koperasi (Suradisastra, 2008).
b. Kelembagaan pemerintah pertanian adalah yang dimiliki oleh
negara baik di tingkat nasional, kabupaten atau kota, kecamatan
dan desa atau kelurahan berbentuk kelembagaan penyuluhan,
pelatihan, penelitian dan permodalan.
c. Kelembagaan swasta pertanian adalah sebuah perusahaan bisnis
yang dimiliki oleh organisasi non-pemerintahan. Kegiatan yang
dilakukan untuk membantu petani dalam usaha tani sayuran
organik meliputi pengadaan sarana produksi, pemasaran (Anonim,
2011d).
4
anggotanya. Kelembagaan pertanian yang saat ini berkembang di
pedesaan adalah kelompok tani (POKTAN) dan
GabunganKelompoktani (GAPOKTAN). Berdasarkan pengertian yang
sudah dipaparkan diatas, berikutmerupakan macam-macam kelembagaan
pertanian:
1. Kelembagaan petani, berupa kelompok tani, gaungan kelompok
tani dan koperasi.
2. Kelembagaan pemerintah, berbentuk kelembagaan penyuluhan
baik dItingkatnasional,kabupaten/kota, kecamatan dan
desa/kelurahan.
3. Kelembagaan swasta, bergerak di bidang pengadaan
sarana produksi, keuangan dan pengangkutan
4. Kelembagaan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
bergerak dibidang pengujian dan penyuluhan.
Beberapa lembaga lainnya yaitu :
1. Kelembagaan Penelitian dan Pengujian
Pada tingkat lokal, kelembagaan ini dikenal sebagai
petak pengujian lokal (localverification trials) yang mana
pelaksanaannya dilakukan oleh penyuluh, petani maju dan
ataupegiag lembaga swadaya masyarakat (LSM). Fungsi
kelembagaan penelitian dan penyuluhanantara lain yaitu
melakukan pengujian tentang:
a. Efektifitas sarana produksi
b. Alternatif teknik budidaya tanaman
c. Efektivitas peralatan/mesin pertanian
2. Kelembagaan Penyuluhan
Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan
non formal bagi keluargapetani yang bertujuan membantu petani
dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan,mengembangkan
perubahan sikap yang lebih positif dan membangun kemandirian
dalammengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan pertanian sebagai
5
perantara dalam proses alihteknologi maka tugas utama dari
pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses
belajar,menyediakan informasi teknologi, informasi input dan harga input-
output serta informasi pasar(Badan SDM Pertanian, 2003). Berdasarkan
Undang-Undang No.16 Tahun 2006, Kelembagaanpenyuluhan adalah
lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan
fungsimenyelenggarakan penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan terdiri
atas:
a. Kelembagaan penyuluhan pemerintah,
b. Kelembagaan penyuluhan swasta,
c. Kelembagaan penyuluhan swadaya.
3. Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa subsistem penyediaan sarana
produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini
mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan
sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani
memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan
tepat produk. Sedangkan dalam penyediaan peralatan dan bahan pertanian
didapat dari koperasi desa maupun toko pertanian berupa cangkul, sabit,
pupuk, benih, dan bibit serta peralatan lain yang mendukung.
Kelembagaan sarana produksi dapat dibedakan antara lain:
a. Produsen Saprodi
Kelembagaan saran produksi ini ada yang berfungsi sebagai
produsen atau perusahaan yang bergerak di bidang industri pupuk
seperti PT Pusri, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk
Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer.
Produsen pupuk tersebut menghasilkan pupuk Urea, SP-36, dan ZA.
Selain dari produsen pupuk, ada pula perushaan yang memproduksi
pestisida (sebagaiformulator) dan produsen penghasil pupuk alternatif
seperti pupuk Pelengkap Cair (PPC), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), dan
sebagainya. Selain itu terdapat pula kelembagan yang bergerak di
bidang produksi benih, baik BUMN seperti PT Sang Hyang Seri dan
6
PT Pertani, maupun perusahaan swasta penghasil benih sepertiPT
BISI, PT CArgil, PT Pionir dan sebagainya.
b. Distributor / penyalur saprodi
Kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang distribusi/
penyaluran sarana produksi ini cukup banyak jumlahnya, baik yang
berstatus sebagai perusahaan BUMN maupun swasta dan koperasi /
KUD. Kelembagaan ini tersebar di sentra-sentra produksi tanaman
pangan dan holtikultura di daerah. Di tingkat pedesaan kelembagaan
ini berwujud sebagai kios- kios sarana produksi dan tempat pelayanan
koperasi (TPK) yang berfungsi sebagai pengecer sarana produksi
langsung kepada petani selaku konsumen.
c. Asosiasi
Untuk mengkoordinasikan kegiatan baik di bidang produksi
maupun distribusi sarana produksi, biasanya beberapa kelembagaan
usaha membentuk asosiasi. Di bidang produksi ada asosiasi produsen
pupukIndonesia (APPI) yang meliputi produsen pupuk perusahaan
BUMN, sedang di bidang ekspor/impor adaasosiasi niaga pupuk
Indonesia (ANPI) yang merupakan wadah bagi eksportir/importir
pupuk.
4. Kelembagaan Jasa Keuangan
Kelembagaan jasa keuangan bertindak sebagai perantara transaksi
keuangan antara pemilik uang (dana) dan pihak yang membutuhkan uang
(dana). Berdasarkan jenis lembaganya, dibagi menjadi 2, yaitu bank dan
non bank. Berdasarkan statusnya, terdapat 3 jenis lembaga keuangan di
Indonesia yaitu lembaga formal, semi formal, dan non formal.
a. Formal : merupakan lembaga yang keberadaannya telah mempunyai
payung hukum (Undang-Undang). Contoh : Perbankan
b. Semi Formal : merupakan lembaga non pemerintah yang membantu
para pengusaha kecil dalam mengakses modal agar lebih mudah.
Contoh : Koperasi simpan pinjam, pegadaian dll.
c. Non formal: lembaga keuangan tidak berpatung hukum yang
menyalurkan dana dengan cara langsung maupun tidak langsung
7
mengunakan surat-surat berharga dengan tujuan memberikan investasi
kepada perusahan-perusahaan. Pada lembaga jasa keuangan formal dan
semi formal sama-sama harus memiliki badan hukum yang jelas, karena
berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan nasabah dalam
melakukan transaksi keuangan dan diawasi oleh OJK, sedangkan
lembaga keuangan non formal, tidak memiliki badan hukum yang jelas
bahkan hanya berdiri sendiri tanpa aturan.
5. Kelembagaan Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk
pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas
dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran
muncul sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk
yang diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya. Peran lembaga
pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen
memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya
margin pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran social, ekonomi, dan
sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan kelompok tani
(poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan ekonomi
petani (koperasi tani).
1. Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan suatu kumpulan orang–orang tani yang
terikat secara informal dalam kebutuhan bersama serta didalam
pengaruh lingkungan dan pimpinan seorang kontak tani. Kelompokan
tani terdiri dari sekumpulan petani yang mempunyai kepentingan
bersama dalam usaha tani. Adapun alasan terbentuknya kelompok Tani
sebagai berikut :
a. dikembangan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.
8
b. Untuk memanfaatkan secara lebih optimal semua sumber daya
yang tersedia
c. Adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk
terkait yang harus diamalkan kepada kelompok tani.
Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai
salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui
pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Dengan adanya kelompok
tani maka para petani dapat bersama – sama memecahkan permasalahan
baik berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan
pemasaran hasil.
2. Gapoktan atau Gabungan
Kelompok Tani Adalah organisasi yang memperkuat kelembagaan
petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah terhadap petani akan
terfokus dengan sasaran yang jelas. Gapoktan merupakan lembaga yang
menjadi lembaga gerbang yang menjadi penghubung petani satu desa
dengan lembaga – lembaga diluarnya. Gapoktan diharapkan berperan
untuk fingsi – fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemasaran produk
pertanian. Ada beberapa peran Gabungan kelompok tani ( Gapoktan )
yaitu sebagai berikut:
a. Gapoktan dibebankan untuk peningkatan kebutuhan pangan tingkat
lokal.
b. Gapoktan difungsikan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang
terbangun.
c. Gapoktan dianggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP)
sehingga dapat menerima dana penguat modal yaitu dana pinjaman
yang dapat digunakan untuk membeli gabah petani pada saat panen
raya sehingga harga gabah tidak terlalu jatuh.
3. Koperasi Tani Adalah organisasi Ekonomi Petani yang berwatak sosial,
beranggotakan orang atau badan hukum yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan
dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas
ganda (the duel identity of the member) yaitu anggota sebagai pemilik dan
9
sekaligus pengguna jasa koperasi (user own orientid firm). Badan usaha
koperasi merupakan badan usaha yang didirikan, dimodali, dibiayai,
diaturdan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggota. Modal koperasi
merupakan simpanan pokok dan simpanan wajib dan simpanan sukarela
cadangan dan hibah. Peran Koperasi Tani Dalam Membangun
Perekonomian tentu memiliki peran penting bagi setiap lembaga dan
anggota yang menjalankannya untuk membangun perekonomian. Berikut
adalah beberapa peran dari koperasi Tani :
a) Meningkatkan Taraf Hidup, Kegiatan koperasi dapat meningkatkan
penghasilan para anggota koperasi. Ini berarti sekaligus meningkatkan
taraf hidup masyarakat tani.
b) Mempersatukan & mengembangkan Daya Usaha, Koperasi pertanian
merupakan kekuatan yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
bersama.
c) Menyelenggarakan kehidupan ekonomi
6. Kemitraan Antar Lembaga Dan Manfaatnya
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Kemitraan juga merupakan usaha alternatif yang dapat menjadi jalan
keluar dalam mengeliminasikesenjangan antara usaha kecil dan menengah
dengan usaha besar. Dengan adanya beberapa kelembagaan yang
dikembangkan oleh banyak pihak, perlu dikembangkan kemitraan antara
instansi pemerintah dan masyarakat (publc private partnership), yaitu
perjanjian/kontrak kerjasama antara lembaga publik dan sektor swasta
yang memungkinkan partisipasi masyarakat. Kemudian, kemitraan dapat
dilakukan juga untuk kegiatan-kegiatan seperti: konseptualisasi dan
keaslian proyek, perancangan (design), perencanaan finansial dan
pembiayaan, konstruksi, operasional, pemeliharaan, dan pengelolaan
program
10
2.3 Peran Kelembagaan Pertanian
Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat
bersaing dalam melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup petani itu sendiri. Peran kelembagaan pertanian bagi petani
antara lain: (a) menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh petani (sarana
produksi), (b) meningkatkan posisi tawar menawar petani dalam kegiatan
ekonomi, sehingga dapat mengurangi kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh
petani (Anonim, 2012c). Adapun peran kelembagaan pertanian secara spesifik
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Sebagai wadah petani untuk mengemukakan pendapat, keinginan,
masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis
(Rusmono, 2012).
2) Memenuhi pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan
berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Syahyuti, 2011).
3) Saluran pemasaran yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau
Penyampaian barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen
(Setyowati, 2008).
4) Menghasilkan teknologi pertanian dalam upaya memecahkan masalah-
masalah petani dan pengguna lainnya (Adnyana, 1999).
5) Menganalisis situasi-situasi yang sedang dihadapi oleh petani dan
melakukan perkiraan ke depan, menemukan masalah, memperoleh
pengetahuan atau informasi guna memecahkan masalah, mengambil
keputusan dan petani menghitung besarnya risiko atas keputusan yang
diambilnya (Erna, 2011).
6) Menunjang pertanian terutama yang berhubungan dengan benih, pupuk,
pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).
7) Menghimpun dana secara langsung dari masyarakat atau petani dan fungsi
pembiayaan di Indonesia meliputi bank pemerintahan, bank swasta
maupun lembaga keuangan non bank (Batubara, 2007).
8) Membantu menekan hilangnya hasil panen, peningkatan nilai produk dan
memperlancar hasil pertanian dari petani kemudian pemasaran yaitu suatu
11
proses distribusi dari petani hingga produsen tingkat pasar bahkan sampai
ke tangan konsumen (Lesmana, 2009)
Perkembangan saat ini memperlihatkan banyaknya asosiasi maupun
paguyuban petani tumbuh dan berkembang secara mandiri. Meskipun pendekatan
kelembagaan telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian dan
pedesaan, namun kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat
untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk
pemberdayaan yang lebih mendasar. Kelembagaan ke depannya, diharapkan dapat
berperan sebagai aset komunitas masyarakat desa yang partisipatif.
Pengembangan kelembagaan mestilah dirancang sebagai upaya untuk peningkatan
kapasitas masyarakat itu sendiri sehingga menjadi mandiri (Syahyuti, 2011).
a) Pertumbuhan ekonomi
Anjloknya pertumbuhan ekonomi terjadi disektor pertanian,
perikanan, dan kehutanan. Meski demikian dalam PDRB pada tahun
2014 – 2017 seluruh sektor ekonomi mencatat pertumbuhan yang
positif dalam pertumbuhan ekonomi sektor yang paling berkontribusi
terhadap PDRB adalah sector pertanian.
b) Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan Masyarakat khususnya masyarakat petani di sektor
perkebunan diukur dari peningkatan produksi hasil pertanian
perkebunan. Oleh karena itu untuk menjaga kestabilan produk
pertanian perkebunan di masa yang akan datang maka perlu
ditingkatkan peran dan fungsi lembaga penyuluhan terutama sumber
daya manusi penyuluh pertanian. Karena pembangunan pertanian tidak
12
terlepas dari kinerja serta partisipasi penyuluh yang mampu
memberikan sumbangsi baik secara teori mapun pada teknisnya di
lapangan kepada petani. Sehingga petani bekerja atas arahan dan
bimbingan dari para penyuluh sebagai fasilitator. Agar masyarakat bisa
mandiri dalam hal pemeliharaan dan pengelolaan hasil-hasil produksi.
Meningkatnya produksi perkebunan bergantung pada pola
pemeliharaan yang intens apalagi komoditi sperti kakao dan kopi yang
perlu di perhatikan lebih serius lagi.
c) Peningkatan Produksi Pertanian Perkebunan
Kontribusi penyuluhlah yang dibutuhkan dalam menjaga kestabilan
hasil-hasil produk perkebunan diberbagai komoditi. Untuk mengetahui
pembangunan pertanian ditinjau dari aspek produksi perkebunan,
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Penurunan
produksi ini tentu bukan menjadi prestasi bagi pemerintah dalam
menjadikan sektor pertanian perkebunan sebagai salah satu sektor yang
memiliki kontribusi besar dalam pembangunan pertanian dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi ini harus dievaluasi
peran dan fungsi penyuluh di sektor perkebunan untuk lebih
dimaksimalkan lagi. Penyuluh pertanian harus lebih memperhatikan
lagi petani yang ada di sektor perkebuan untuk kelangsungan serta
meningkatakan pembangunan pertanian. Kontribusi lembaga
penyuluhan pertanian yang sangat dibutuhkan oleh petani sehingga
dapat membantu petani dalam melakukan pengelolaan usahataninya
sampai petani itu mandiri, karna kita tau bahwa tanaman perkebunan
adalah tanaman tahunan sehingga dibutuhkan pengetahuan yang cukup
untuk menjaganya.
13
pembangunan pertanian. Tidak meratanya peran dan fungsi lembaga penyuluhan
pertanian dapat mempengaruhi hasil usahatani terutama di sektor perkebunan.
Banyaknya penyuluh perkebunan yang di alihkan fungsinya ke penyuluh tanaman
pangan dan hortikultura sehingga kuantitas penyuluh perkebunan semakin minim
dan inilah menjadi masalah utama bagi penyuluh perkebunan sehingga tidak
maksimalnya menjalankan peran dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian
perkebunan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari,
oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan
kepentingan petani, mencakup kelompok tani, gabungan kelompok tani,
asosiasi komoditas pertanian, dan dewan komoditas pertanian nasional.
Jenis-jenis kelembagaan yaitu diantaranya kelembagaan petani,
kelembagaan pemerintah, kelembagaan swasta dan kelembagaan lembaga
swadaya masyarakat. Lembaga lainnya yaitu kelembahaan penelitian dan
pengujian, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan penyedia sarana produksi,
kelembagaan jasa keuangan, dan kelembagaan pemasaran.
3.1
15
DAFTAR PUSTAKA
Studocu. 2020. Model Kelembagaan Pertanian.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-
hidayatullah-jakarta/kebijakan-dan-kelembagaan-pertanian/model-kelembagaan-
pertanian/45240386
16