Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN HASIL STUDI KASUS

“PERANAN KORPORASI DALAM PENINGKATAN


PENDAPATAN PETANI PADI”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Sistem Pertanian Berkelanjutan

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (1B)
Dela Rahmalia Marpaung (4442230043)
Elsa Aprilia Dini (4442230052)
Ardelia Wardhana Tan (4442230053)
Muhammad Khalid Awaludien Sulthan (4442230067)
Vira Nurahmayanti (4442230070)
Dellas Dian Nugraha (4442230188)

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karuniaNya sehingga Laporan Hasil Studi Kasus dari Jurnal yang berjudul
“Peranan Korporasi dalam Peningkatan Pendapatan Petani Padi” yang
merupakan Tugas Kelompok yang dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Sebagaimana telah diketahui laporan ini adalah sebagai Learning
Product (hasil belajar). Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
terhadap masing-masing tim penulis bekerja dan pembaca sebagai
pembelajaran mengenai korporasi tani di Indonesia.
Penyusun berterima kasih kepada Dr. Abdul Hasyim Sodiq, S.P., M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah sistem pertanian berkelanjutan, juga
berterima kasih pula kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan, dan juga kepada orang tua yang selalu mendoakan serta
memberikan bantuan secara materil. Penyusun juga menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh
karenanya, penyusun memohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Kritik,
saran, dan masukan dari pembaca dapat disampaikan kepada penyusun agar
tercapai kesempurnaan pada laporan ini. Terima kasih atas perhatiannya dan
semoga laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Serang, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Tujuan.................................................................................................4
1.3. Manfaat...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah ................................................................................................6
2.2. Komoditi dan Core Bisnis Utamanya.................................................6
2.3. Peran Korporasi dalam Adopsi dan Pengembangan Spesifik Lokasi
............................................................................................................9
2.4. Manfaat Anggota Ikut Korporasi .....................................................17
2.5. Kelemahan Koorporasi Tani............................................................19
2.6. Gapoktan Tani Mulus Mengikuti Kegiatan Korporasi Kementerian
Pertanian...........................................................................................23
2.7. Konsep Pemberdayaan .....................................................................24
2.8. Mekanisme Pemberdayaan Petani ....................................................25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................26
3.2 Saran.................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................30
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembangunan pertanian sampai saat ini masih merupakan bagian sector utama
dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kondisi ini sangat berkaitan dengan
potensi dan kondisi wilayah yang mayoritas masyarakatnya masih hidup dengan
mengandalkan nusaha di bidang pertanian (Biro Perencanaan. 2013). Dalam proses
pembangunan tersebut tentu banyak hal yang harus diperhatikan, mulai dari
ketersediaan anggaran pembangunan, dukungan wilayah dan lingkungannya,
sumberdaya manusia, peralatan dan juga yang paling menentukan adalah teknologi
dan pendekatan yang digunakan. Sesuai dengan dengan fungsinya, keberadaan dan
efektivitas teknologi sangat didambakan oleh petani dan pengusaha pertanian untuk
peningkatan produksi dan efisiensi usaha yang mereka lakukan. Dengan teknologi
yang tepat dan efektif serfta efisien, petani bisa memperoleh hasil dan pendapatan
yang lebih tinggi, sekaligus berperan dalam meningkatkan produksi nasional secara
global (Moehar Daniel, 2016).
Pendapatan petani bisa ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan produksi
dan meningkatkan nilai tambah produk. Untuk mewujudkan hal tersebut,
Kementerian Pertanian membentuk kegiatan korporasi pertanian. Salah satu yang
ikut kegiatan korporasi pertanian adalah Gapoktan Tani Mulus di Kabupaten
Indramayu. Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui pelaksanaan kegiatan korporasi
dan berapa peningkatan pendapatan yang diterima anggota. Untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan mempergunakan analisis deskriptif dan berapa besar
peningkatan pendapatan anggota mempergunakan analisis anggaran parsial.
Penelitian dilakukan awal tahun 2021 dengan hasil penelitian dalam hal
pelaksanaan korporasi pertanian antara lain: (i) untuk membentuk kelembagaan
membutuhkan proses dan waktu, (ii) Korporasi Tani Mulus berhasil membangun
jaringan produk beras dari hulu ke hilir, (iii) menjaga hubungan dalam bentuk
kesepakatan perjanjian disetiap jaringan. Anggota yang ikut kegiatan korporasi
mengalami peningkatan pendapatan perhektarnya sebesar Rp. 4.985.000. Peranan
korporasi bisa ditingkatkan lagi dengan cara: (i) mengoptimalkan pemanfaatan

1
lahan sawah dalam area korporasi, (ii) meningkatkan pengolahan gabah dengan
meningkatkan jumlah anggota yang meminjam ke korporasi dan (iii) meningkatkan
pendapatan korporasi dengan membeli RMU.
Kebutuhan pangan setiap tahun akan mengalami peningkatan mengikuti
penambahan jumlah penduduk. Disisi lain lahan untuk menghasilkan tanaman
pangan mengalami penurunan akibat pengalihan fungsi lahan. Luas garapan lahan
yang semakin berkurang akan menyebabkan terjadi penurunan pendapatan petani.
Untuk itu dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun
2017 Presiden RI mengingatkankan jangan biarkan petani bekerja sendiri, tetapi
bekerjalah secara berkelompok yang dimulai dari pembentukan kelompok tani,
gabungan kelompok tani dan akhirnya bentuklah korporasi petani. Pal et.al (2003)
mengemukakan bahwa korporasi petani merupakan upaya untuk mengumpulkan,
menyatukan dan mengonsolidasikan petani dalam pelaksanaan kegiatan bersama
untuk kepentingan petani.
Korporasi petani merupakan sesuatu yang baru dalam proses pembangunan
pertanian Indonesia. Gagasan dan terobosan ini ditetapkan untuk diterapkan
diseluruh Nusantara melalui Keputusan Menteri Pertanian No.18 tahun 2018
tentang pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani (Kementan.
2018). Korporasi petani akan melahirkan para petani professional yang berorientasi
keuntungan dalam pengelolaan dan pengembangan usahanya. Peran dari lembaga
ini semakin hari semakin dibutuhkan, terutama dalam upaya peningkatan motivasi
dan profesionalitas petani. Disadari bahwa Lembaga petani (Kelompok Tani,
Gabungan kelompok Tani, Koperasi Pertanian dan lainnya), yang selama sebagai
pelaku utama dalam proses pembangunan pertanian belum mampu meningkatkan
posisi tawar petani. Sampai saat ini petani baik sebagai individu maupun sebagai
kesatuan dalam Lembaga, masih mempunyai posisi tawar yang lemah. Begitu juga
halnya dalam proses peningkatan produksi, yang masih berjalan lamban dan tidak
signifikan (Jannah et al, 2022).
Sasaran utama yang akan menjadi fokus dari tulisan ini adalah bagaimana
merekayasa kumpulan petani menjadi sebuah “korporasi”. Lembaga ini yang akan
menjalankan roda usaha dari asset yang dikuasai oleh korporasi tersebut. Rencana
gagasan atau ketetapan ini diambil karena belajar dari pengalaman pembangunan

2
masa lalu. Sangat banyak program dan kegiatan terobosan yang telah dilakukan
oleh pemerintah, baik mengenai pengembangan sistem usahatani, budidaya
komoditas, pengembangan desa terpadu, pengembangan kelompok tani, kelompok
usaha agribisnis, Inbis dan banyak lagi lainnya. Semuanya sampai saat ini belum
mampu memperkuat posisi tawar petani dan sekaligus juga belum mampu
mensejahterakan sebagian petani. Kondisi petani sampai saat ini belum banyak
berubah, masih berada dalam posisi tawar yang sangat lemah, yang selalu menjerit
bila muncul gejala dan kebijakan pemerintah yang tidak memihak mereka.
Kelemahan yang berulang adalah tidak fokus dan tidak intensifnya, serta tidak
konsisten dan tidak berkelanjutannya pembinaan yang dilakukan, terutama dalam
pembinaan kelompok tani. Kesannya sampai saat ini kelompok tani hanyalah
sebuah lembaga untuk memudahkan pertanggungjawaban anggaran pembangunan
dimana petani berkumpul untuk mendapatkan ilmu, keterampilan, mendapatkan
bantuan sehingga dianggap menjadi petani yang maju. Sementara mayoritas
anggota kelompok tersebut kehidupannya tidak beranjak menjadi lebih baik,
apalagi sejahtera
Menurut Susetiawan (2000) berkembangnya korporasi sangat dipengaruhi dari
keaktifan anggota dalam menyampaikan kepentingan secara ekonomi. Oleh karena
itu petani harus selalu didorong untuk menjadi pelaku utama dalam usaha
memperoleh akses ke kegiatan ekonomi (Setiani.2018). Gatzweiler et.al. (2001) dan
Rahmadanih et.al. (2018) meyakini bahwa perkembangan korporasi akan mampu
mewujudkan kelembagaan ekonomi petani di kawasan pertanian. Sektor pertanian
khususnya pada tanaman padi, kelembagaan ekonomi yang perlu diperhatian
adalah: ketersediaan input produksi, pengolahan hasil dan pemasaran (Asngari.
2001). Selain itu hal lainnya yang perlu diperhatikan menurut Aristo (2004) dan
Solihin (2006) adalah: peningkatan efisiensi produksi, keragaman dan kualitas
produk serta nilai tambah melalui proses adaptasi, integrasi dan pengambangan
iptek.
Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan
untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dan menghasilkan
output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna
(Peterson et.al.2003). Beberapa indikator untuk melihat keberhasilan kelembagaan

3
menurut Anantanyu (2009) antara lain: (i) berjalannya fungsi dan peran dari
masing-masing struktur yang ada dalam organisasi kelembagaan, (ii) tidak
menonton dan dalam menjalan kelembagaan ada inovasi baik dari sisi manajemen
maupun dari produk yang dihasilkan dan (iii) keberlanjutan kelembagaan dengan
bertambahnya anggota dan mitra kerja. Berdasarkan indikator tersebut, maka tujuan
tulisan adalah: (i) mengidentifikasi pelaksanaan kegiatan korporasi dan (ii) manfaat
apa yang diterima khususnya dalam peningkatan pendapatan petani peserta
program koorporasi di Kabupaten Indramayu.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari usaha koorporasi tani Gapoktan Tani mulus yaitu:
1. Meningkatkan nilai tambah serta daya saing wilayah dan komoditas pertanian
untuk berkelanjutan ketahanan pangan nasional
2. Memperkuat sistem usaha tani secara utuh dalam satu manajemen kawasan
3. Memperkuat kelembagaan petani dalam mengakses informasi, tekonologi,
prasarana, dan sarana publik, permodalan serata pengolahan dan pemasaran

1.3 Manfaat
Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) yaitu suatu organisasi dalam sektor
pertnian yang terdiri dari kelompok-kelompok para petani yang memiliki satu
tujuan atau target yang sama, manfaat Gapoktan dalam petanian yaitu dapat
mengetahui suatu program Gapoktan dalam memajukan ekonomi di masyarakat
agar apa yang di kerjakan sesuai dengan program yang telah dibuat secara seksama
dengan para gapoktan. Lalu Gapoktan mengertahui langkah-langkah dalam
memajukan ekonomi pada Masyarakat luas untuk pemasaran dan sarana publik,
pengolahan dan pemasaran agar bisa di kenal oleh Masyarakat luas, sehingga
ekonomi Masyarakat maju. (Masrul et al., 2022)
Manfaat petani ikut menjadi anggota korporasi khususnya dalam budidaya padi
yaitu Pinjaman biaya untuk usahatani. Pinjaman tersebut nanti dibayar dalam
bentuk gabah pada saat panen. Gabah tersebut dibeli korporasi dengan harga lebih
tinggi Rp 300/kg dibandingkan harga gabah dipasaran pada saat itu. Sampai
sekarang korporasi sudah memberikan pinjaman buat usaha budidaya ke 40%

4
anggota dan Kegiatan pendampingan teknologi budidaya berupa pemakaian benih
unggul pengaturan pemakaian air, bagi anggota yang tidak memiliki pompa air
dapat menyewa ke korporasi dengan biaya sewa pompa air per hektar per musim
sebesar 200 kg gabah serta pengawalan dalam proses pemilihan dan penentuan
dosis pupuk dan obat-obatan untuk mengendalikan hama penyakit.
Kegiatan pendampingan budidaya padi menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi gabah kering panen khususnya pada musim hujan tahun 2021.
Peningkatan produktivitas GKP rata-rata bisa mencapai 1,15 ton per hektar.
Produktivitas perhektar untuk anggota rata-rata 8,35 ton GKP sedangkan petani
yang tidak ikut anggota korporasi rata-rata produktivitasnya 7,2 GKP.
Peningkatan produktivitas disebabkan karena petani mengikuti teknologi
budidaya yang dianjurkan. Teknologi itu diantaranya: (i) pengalihan dari pemakaian
pupuk urea bersubsidi ke pupuk urea tidak bersubsidi. Pemakaian pupuk Urea
bersubsidi sebanyak 200 kg dengan harga per kilogramnya Rp 2.250 menjadi pupuk
Urea non subsidi sebanyak 50 kg dengan harga Rp. 6.000 perkilogramnya. (ii)
penggantian jenis pupuk NPK yang biasa dipergunakan petani ke pupuk NPK
Kujang.
Pada korporasi bagi para petani Gapokan Tani Mulus terdapat manfaat berupa
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dilakasanakan pada saat Rapat Anggota
tahuna (RAT). Pada Kegiatan RAT sendiri dapat juga dimanfaatkan sebagai diskusi
antara pengurus dengan anggota dalam menentukan suatu kegiatan tahunan yang
berikutnya.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/ot.160/4/2007 tentang
pedoman pembinaan kelembagaan petani, Gapoktan manfaat pada kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk memajukan skala
ekonomi serta efisiensi usaha. Penyediaan sarana produksi untuk terus
memproduksi sesuai keinginan, pertanian, peningkatan terutama pada peningkatan
pada lahan pertanian dikarenkan seiring dengan berjalannya waktu pertanian
berkelanjutan di perkirakan akan mengalami persaingan wilayah, permodalan,
atau perluasan usaha tani untuk para petani dan kelompok tani dari sektor
hulu dan hilir, serta peningkatan kerjasama dan pemasaran produk.

5
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Sejarah

Tani Mulus awalnya merupakan kelembagaan kelompok tani yang


dibentuk pada tahun 2007. Kelembagaan kelompok Tani Mulus berkembang
menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan) pada tahun 2010. Selanjutnya pada
tahun 2012 gapoktan Tani Mulus membentuk koperasi yang sudah ada
legalisasinya. Legalisasinya dalam bentuk akte pendirian yang dikeluarkan oleh
notaris pada tanggal 5 Januari 2012. Pada tahun 2020 koperasi berusaha mengajak
beberapa koperasi yang lain untuk bergabung dalam satu korperasi yang lebih
besar. Tetapi hal ini tidak mudah dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya:
Kewajiban setoran modal usaha untuk kepemilikan saham dan sulit membagi
kepemilikan saham yang adil.
Tetapi pada awal tahun 2021 Koorporasi berhasil membina hubungan atau
bermitra dengan PT Kirana Investasi Nusantara. Pada awal bulan Maret 2021
disepakati untuk menjadikan koorporasi menjadi sebuah perusahaan dengan
alternatif namanya menjadi: PT. Tani Mulus Emas, PT Mitra Bumi Abadi atau
diberi nama PT Tani Mulus Jaya. Usaha yang dijalankan adalah usaha
penggilingan dan produk yang diperjual-belikan adalah beras dengan nama Tani
Mulus. Untuk kepemilikan saham disepakati 75 milik koorporasi, 45 milik PT
KIN, 15 milik team profesional dan 15 milik perorangan. Satu saham nominalnya
Rp 1.000.000. Kesepakatan tersebut sedang diajukan ke notaris untuk
mendapatkan legalitas. Perkembangan kelembagaan mengakibatkan
berkembangnya jumlah anggota dan aktivitas yang dijalankan.

2.2 Komoditi dan Core Bisnis Utamanya


Pendapatan petani bisa ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan produksi
dan meningkatkan nilai tambah produk. Untuk mewujudkan hal tersebut,
Kementerian Pertanian membentuk kegiatan korporasi pertanian. Salah satu yang
ikut kegiatan korporasi pertanian adalah Gapoktan Tani Mulus di Kabupaten
Indramayu. Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui pelaksanaan kegiatan

6
korporasi dan berapa peningkatan pendapatan yang diterima anggota. Untuk
mengetahui pelaksanaan kegiatan mempergunakan analisis deskriptif dan berapa
besar peningkatan pendapatan anggota mempergunakan analisis anggaran parsial.
Penelitian dilakukan awal tahun 2021 dengan hasil penelitian dalam hal
pelaksanaan korporasi pertanian antara lain: Untuk membentuk kelembagaan
membutuhkan proses dan waktu, Korporasi Tani Mulus berhasil membangun
jaringan produk beras dari hulu ke hilir, Menjaga hubungan dalam bentuk
kesepakatan perjanjian disetiap jaringan.
Anggota yang ikut kegiatan korporasi mengalami peningkatan pendapatan
perhektarnya sebesar Rp. 4.985.000. Peranan korporasi bisa ditingkatkan lagi
dengan cara: Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah dalam area korporasi
Meningkatkan pengolahan gabah dengan meningkatkan jumlah anggota yang
meminjam ke korporasi dan Meningkatkan pendapatan korporasi dengan membeli
RMU. Dalam menjalankan organisasinya Korporasi Gapoktan Tani Mulus sudah
menjalankan kerjasama dengan beberapa institusi, Nama dan peranan dari
institusi tersebut adalah:
a. Kementerian Pertanian
Peranan Kementerian Pertanian dalam Korporasi Tani Mulus dimulai pada
tahun 2019 dalam bentuk pemberian satu unit mesin pecah kulit. Setelah itu
berlanjut di tahun 2020 dengan pemberian bantuan benih padi. Tujuan
pemberian benih padi selain untuk meningkatkan produktivitas, juga untuk
memperkenalkan varietas unggul baru (VUB) produksi Kementerian Pertanian.
Benih padi yang diberikan ada dua jenis, yang pertama varietas Mekonga
(60%) dan varietas Inpari 32 (40%). Benih padi tersebut diberikan kepada
korporasi sebanyak 250 ton atau 25 kg perhektar.

b. BUMN Agro Solution


BUMN Agro Solution diberi kepercayaan oleh Kementerian Pertanian
untuk melakukan pendampingan budidaya padi anggota korporasi.
Pendampingan dalam bentuk sekolah lapang dengan beberapa point penting
kegiatannya adalah: Mempergunakan alat sampel tanah untuk mengetahui
kandungan hara, Mempergunakan pupuk Urea non Subsidi sebanyak 50 kg

7
dalam satu hektar dan pemakaian pupuk NPK Kujang sebanyak 200 kg perha,
Mengunakan obat Anggrek dalam menambah nutrisi tanaman dan
Mempergunakan pompa air bagi lahan yang jauh dari sumber air.
c. Pengusaha RMU
Kerjasama dengan pengusaha RMU dilakukan karena korporasi belum
mempunyai mesin penggilingan yang memadai. Mesin yang dimiliki sekarang
baru hanya mesin pemecah kulit yang diperoleh dari Kementerian Pertanian.
Agar mengurangi biaya transportasi, maka dipilih pengusaha RMU yang
berada dalam satu kecamatan yang sama. Anggota yang mempergunakan jasa
mesin pemecah kulit akan dikenakan biaya sebesar Rp 2.500 per 1 kwintal
gabah. Apabila dilanjutkan ke proses penggilingan menjadi beras, maka
anggota akan ditambahkan biaya sebesar Rp 50 per satu kilogram beras.
Bekatul dan menir hasil penggilingan merupakan kepunyaan RMU. Kemitraan
dengan RMU menyebabkan korporasi tidak mendapatkan pendapatan
tambahan dalam bentuk hasil bekatul dan menir. Setiap 1 kwintal gabah bisa
didapatkan 4 kg menir dan 12 kg bekatul. Harga jual menir Rp 5.000 perkilo
dan harga jual bekatul Rp 3.500 perkilo.
d. Pemasaran
Pemasaran beras dilakukan melalui suatu perjanjian kerjasama dan
salah satunya dengan PT. Caracas Global Mandiri. Beberapa point penting
dalam kesepakatan kerjasama beras itu antara lain: ruang lingkup pekerjaan,
nilai pekerjaan, hak dan kewajiban, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, force
mejeure, sanksi dan ketentuan penutup. Beras yang dijual korporasi terdiri dari
beras premium, beras merah, beras hitam dan beras Japonica. Beras dijual
dalam kemasan 1 kg, 5 kg, 10 kg, 25 kg dan 50 kg. Beras tersebut di jual ke:
Retailer (Yogya Departemen Store, Transmart), Market plaace (Blibli) dan
Mitra perusahaan (Food Station, PI Pangan, CV Mutiara Bumi, PT Caracas dan
PT Sitompul).
e. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang membantu korporasi dalam memberikan
bantuan pinjaman modal usaha pertanian adalah Bank Sinar Mas dan Bank
BNI. Pola kemitraan yang dibangun adalah pola chanelling. Mekanisme

8
peminjaman dimulai dari anggota mengisi formulir Rencana Anggara Biaya
yang diperlukan ke korporasi. Dalam pengajuan pinjaman tersebut disertai
melengkapai persyaratan berupa: Fotocopy KTP, KK, buku nikah dan
Aanggunan dalam bentuk surat kepemilikan lahan atau surat sewa lahan bagi
yang tidak punya lahan, STNK atau AJB. Persyaratan tersebut kemudian
dibawa oleh pengurus korporasi ke perbankan ditambah dengan SKU (Surat
Keterangan Usaha) yang dikeluarkan oleh korporasi. Setelah disetujui, khusus
untuk anggunan dikembalikan lagi ke pihak korporasi untuk disimpan. Rata-
rata pinjaman yang diberikan untuk garapan seluas satu hektar adalah Rp
12.500.000. Pinjaman yang terkecil senilai Rp 2.500.000 dan yang terbesar
sampai saat ini sejumlah Rp 50.000.000. Waktu pinjaman (tenor) hanya satu
musim atau selama 6 bulan. Bunga pinjaman perbulan sebesar 1,5%. Bunga
pinjaman tersebut terdiri dari 1 % untuk pengelola dan 0,5% untuk pihak
perbankan.
f. Lembaga Unicorn
Gapoktan Tani Mulus membuat perjanjian kesepahaman dengan PT
Desa Tech Nusantara pada tanggal 17 April 2014. Perjanjian berisikan
kesepakatan dalam perusahaan membantu korporasi membuat aplikasi dalam
smart phone. Apliksi tersebut dinamai Sistem Manajemen Informasi Korperasi
(SMIK) yang dapat diakses dengan cara mendownload di play store. Beberapa
hal penting yang diinformasikan dalam HP tersebut antara lain: informasi
tentang kegiatan yang dilakukan, berita tentang budidaya sampai kepada posisi
pinjaman setiap anggota.

2.3 Peran Korporasi dalam Adopsi dan Pengembagan Teknologi Spesifik


Lokasi
Di dalam sebuah kawasan yang dibangun akan berinteraksi tiga kegiatan
sekaligus yaitu usahatani dengan sistemnya, teknologi sebagai gandengannya dan
petani dan atau lembaganya sebagai motor penggerak. Disamping tiga komponen
tersebut ada satu komponen lagi yang berperan aktif tetapi berada di luar, yaitu para
pembina, pendamping, tenaga ahli dan apparat pemerintah yang akan selalu
mendampingi, membina dan memperhatikan serta memfasilitasi agar petani dan

9
lembaganya betul-betul mampu memainkan peran sebagai motor penggerak sistem
usahatani dan potensi-potensi usaha yang ada di dalam kawasan tersebut dengan
memanfaatkan teknologi yang tersedia. Sinergitas dan keberlanjutan serta
komitmen dan kinerja dari empat komponen ini akan sangat menentukan
keberhasilan dalam pembangunan kawasan pertanian yang berbasis korporasi.
Selama ini system tersebut belum berjalan dengan baik, karena pemegang peran
utama yaitu petani dan lembaganya belum memainkan peran yang seharusnya
mereka lakukan. Dalam menjalankan usahanya petani masih berjalan sendiri-
sendiri sementara Lembaga tidak berperan dalam memutuskan kegiatan yang
diterapkan. Jelas, ada sub system yang terputus, sehingga wajar kalau dampak dari
pembangunan pertanian sebelum ini belum maksimal.
Dengan ditetapkannya program terobosan Kementerian Pertanian, Korporasi
Petani melalui Permentan No.18 Tahun 2018, proses pembangunan Pertanian
diharapkan akan menjadi lebih lancar, lebih efektif dan lebih efisien. Harapan dan
keberhasilan ini tentu sangat bergantung kepada pelaksanaan kegiatan
pembangunan di lapang, terutama yang berkaitan dengan partisipasi dan aktivitas
petani serta pengarahan dan pendampingan dari pemerintah dan yang
berkepentingan, tetapi sampai saat ini belum ada berita atau pernyataan tentang
kisah sukses pembangunan korporasi yang telah berjalan. Salah satu contoh adalah
pembangunan Korporasi Petani dalam persiapan Penas Tani di Kota Padang pada
tahun 2019. Pembangunan Korporasi Petani sudah berjalan dengan baik tetapi tidak
berlanjut karena Penas Tani diundur pelaksanaannya karena Pandemi covid 19.
Seyogyanya pembangunan ini bisa membuktikan bahwa Korporasi Petani memang
merupakan instrument yang paling tepat dalam upaya pembangunan pertanian
kedepan. Karena mampu meningkatkan produktivitas, produksi, pendapatan petani
dimana posisi tawar petani meningkat dan punya daya saing. Berikut diuraikan
peran dan fungsi korporasi petani dalam peningkatan produksi dan posisi tawar
petani yang berdaya saing.
a) Pendekatan
Pendekatan yang paling tepat dalam membangun Korporasi Petani
adalah secara partisipatif, dimana petani diposisikan ikut sebagai
subjek dalam pembagunan diri dan lembaganya. Dengan pendekatan

10
ini petani merasa dihargai dan bisa menumbuhkan semangat serta
motivasi untuk meningkatkan kapasitas pribadi dan lembaga untuk
kemajuan bersama. Proses awal ini sangat menentukan keberhasilan
dalam pendirian dan pemberdayaan korporasi petani kedepan.
Kemahiran dan pengalaman dari pendamping serta tenaga ahli sangat
diperlukan, terutama dalam sosialisasi dan pencerahan serta
pemahaman akan makna, fungsi dan potensi yang ada pada korporasi.
Daya Tarik, potensi serta efektivitas dari korporasi akan sangat
mempengaruhi minat dan motivasi petani, terutama yang akan dipilih
menjadi pengurusnya.
b) Pengurus Korporasi Tani
Sudah sangat dipahami oleh semua pihak bahwa kunci kemajuan
sebuah usaha itu terletak pada manajemen. Dan keberhasilan
manajemen sangat tergantung kepada figure dan talenta pemimpinnya.
Pengurus Korporasi Petani merupakan sosok yang akan memegang
peranan sentral dan menentukan Lembaga professional ini. Oleh karena
itu dalam pemilihan pengurus harus dikawal secara ketat oleh Pembina
dan tenaga ahli pendamping agar memperoleh kandidat yang tepat.
Dalam hal ini, para Pembina dan tenaga ahli pendamping harus
memulai dari awal untuk melihat calon-calon pengurus dari anggota
korporasi secara mendalam. Baik dari segi kecakapan, perhatian dan
aktivitas sebagai pelayan petani, kemampuan berkomunikasi, serta
kejujuran dan rasa tanggung jawab. Kelima hal ini merupakan factor
pokok sebagai dasar penilaian, sehingga pada waktu pemilihan bisa
sedikit mengarahkan atau intervensi tetapi tidak kentara.
Titik kritis pengurus terletak ditangan pengurus inti yang terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Disamping pengurus inti ini, yang
tidak kalah pentingnya adalah peran dari Badan pengawas yang berada
diluar pengurus. Sesuai namanya, Badan pengawas berfungsi untuk
mengawasi jalannya operasional korporasi, sama seperti Badan
Pengawas pada kepengurusan Koperasi. Jabatan-jabatan ini harus
dipegang oleh personal yang tepat yang loyal, cakap, berdedikasi

11
tinggi, mempunyai keterampilan, jujur dan penuh tanggung jawab.
Dalam hal ini bukan berarti jabatan lainnya tidak penting, sama
tugasnya tetapi berbeda tanggung jawabnya. Jika korporasi tidak
mempunyai tenaga seperti kriteria yang diinginkan, maka bisa diseleksi
dan diangkat tenaga millennial dari luar petani anggota. Umpamanya
anak petani yang berpendidikan tinggi, pintar, loyal dan mempunyai
kemampuan komunikasi yang mumpuni. Atau tenaga dari luar petani
yang dibayar untuk memimpin korporasi sesuai dengan tujuan
pembangunannya secara professional dan bertanggung jawab. System
penggajian bisa diatur dan disepakati sesuai dengan potensi yang
dimiliki, sebaiknya proporsional dengan kinerja dan keuntungan
korporasi. Dalam hal tenaga ahli pendamping dan Pembina harus aktif
dalam membimbing petani dan pengurus lainnya untuk melakukan
kesepakatan dengan tenaga professional yang digaji. Prosedur dan
keputusan ini harus dimasukan kedalam Anggaran Dasar dan anggaran
Rumah Tangga. Sebaiknya jangan memaksakan diri untuk memilih
petani yang ada untuk menjadi pengurus utama sementara tidak ada
personal yang dipandang cakap. Bisa juga tetap dipilih pengurus inti
dari petani yang ada tetapi pembina dan tenaga pendamping harus
bekerja keras untuk mendampingi agar Lembaga ini berjalan sesuai
dengan skenario awalnya. Tetapi bila pengurus inti tersebut tidak bisa
ditingkatkan kemampuan dan loyalitas serta tanggung jawabnya maka
harus disiapkan pengganti yang jauh lebih baik. Sebaiknya tenaga
professional dari luar petani, karena kepentingannya di korporasi hanya
untuk memajukan dan meningkatkan skala usaha dan pendapatan
korporasi. Karena semakin baik korporasinya dan semakin tinggi
keuntungan korporasi maka pendapatan pengurus akan semakin besar.
c) Peran Pengurus
Dalam korporasi, yang dikategorikan sebagai pengurus inti adalah
Ketua, Sekretaris dan bendahara ditambah dengan Ketua badan
Pengawas. Kalau korporasi sudah besar dan banyak kesibukan maka
untuk Sekretaris dan Bendahara bisa ditambah tenaga bantuan jika

12
dibutuhkan. Kemudian untuk operasional lapang dipilih tenaga (petani)
yang dipandang tepat, menguasai dan bertanggung jawab untuk
bidangnya masing-masing. Kepala-kepala bidang ini bertanggung
jawab dengan kamajuan korporasi yang dibidanginya. Mereka sangat
menentukan keberhasilan korporasi secara menyeluruh. Bidang-bidang
yang akan berperan antara lain usahatani, usaha pengolahan hasil, usaha
industri rumah tangga, usaha sarana produksi, usaha alsintan, usaha
koperasi, dan banyak lainnya sesuai dengan potensi. Bila bidang usaha
cukup banyak maka perlu dibentuk Divisi Usaha agar tidak tumpang
tindih dalam operasional lapang dan administrasi.
Divisi yang diperkirakan akan berkembang adalah Divisi Usaha
Pertanian (usahatani sesuai dengan potensi), Divisi Usaha Industri
(pengolahan hasil, industry rumah tangga dan lainnya), Divisi Usaha
Jasa (Alsintan, asset lainnya), Divisi Usaha Pelayanan (Koperasi,
Warung Serba Ada dan lainnya). Jumlah Divisi dan Bidang sangat
tergantung dengan kebutuhan dan potensi Kawasan. Secara umum, ada
5 (lima) peran utama dari pengurus Korporasi yang harus dibina dan
didampingi oleh Tenaga Ahli sampai korporasi bisa berjalan mandiri,
yaitu peningkatan kualitas sumberdaya petani anggota ; penguatan
organisasi ; peningkatan produksi dan keuntungan ; penggalangan
Kerjasama dan kemitraan ; penguatan modal dan pengembangan usaha.
Muara semuanya adalah korporasi yang merupakan Lembaga
professional, setingkat Perseroan Terbatas milik petani. Korporasi
seperti inilah yang diharapkan tumbuh dan berkembang sehingga bisa
menjadi “mitra” pemerintah dalam pembangunan pertanian. Artinya,
petani nantinya tidak lagi merupakan binaan pemerintah, tetapi sudah
beralih fungsi dan status menjadi mitra pemerintah.
d) Penguatan Kualitas SDM Anggota
Kualitas sumberdaya manusia petani merupakan Langkah awal dan
tidak akan berhenti selama korporasi berjalan, baik sebagai anggota
maupun sebagai pengurus. Karena mereka semua akan menentukan
keberhasilan korporasi dalam membangun pertanian. Banyak cara yang

13
bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM, terutama selama
proses operasional pada bidang masing-masing. Bimbingan teknis dan
pelatihan merupakan sarana yang resmi untuk beberapa pengurus dan
petani yang harus diikutkan. Tanpa Pendidikan (Moehar Daniel.
2011.a), pelatihan dan praktek lapang yang selalu dilakukan, sulit
diharapkan kualitas sdm akan meningkat. Dalam hal ini juga perlu
dilakukan pengawasan dan evaluasi minimal setiap enam bulan sekali.
Petani yang tidak mempunyai wawasan yang luas dan pengetahuan
yang memadai tidak akan mudah menerima masukan yang berupa
pembaharuan seperti “teknologi” dan sistem operasi Lembaga.
Sementara teknologi dan sistem operasional lembaga tersebut
merupakan kata kunci dan “titik ungkit” dari kemajuan petani dan
korporasinya. Tanpa teknologi yang tepat dan benar serta system kerja
yang terstruktur dan penuh disiplin maka kemajuan tidak akan tercapai.
e) Penguatan Organisasi
Tatakelola lembaga juga berperan besar dalam menentukan
keberhasilan korporasi dalam membangun pertanian, minimal di
kawasannya. Oleh karena itu system organisasi harus dijalankan
dengan disiplin sesuai dengan target dan tujuan yang dicapai. Semua
aktivitas tentu tidak boleh melanggar atau bertentangan dengan
AD/ART yang telah ditetapkan. Kejelian dan kepiawaian pengurus
serta perhatian dari Badan Pengawas sangat dibutuhkan untuk
meluruskan jalannya system operasional, agar organisasi tetap kuat dan
mantap. Evaluasi kinerja sendiri merupakan Langkah awal yang efektif
untuk meluruskan jalannya organisasi, sebelum diaudit dari luar. Setiap
langkah dan keputusan yang diambil pimpinan tentu sudah merupakan
kesepakatan Bersama, agar tidak terjadi keslahapahaman antar
pengurus.
f) Peningkatan Produksi dan Keuntungan
Produksi dan keuntungan korporasi merupakan salah satu sentral
penilaian kinerja pengurus. Pengurus inti harus memperhatikan dan
mengawasi serta selalu mengevaluasi jalannya semua usaha dibawah

14
korporasi. Kerjasama antar pengurus dan bidang-bidang usaha harus
terjalin sedemikian rupa sehingga tidak ada kesalahan dan
penyelewengan dalam penerapan rencana. Semua bidang usaha harus
didalami oleh pengurus inti.
g) Penggalangan Kerjasama dan Kemitraan
Sehubungan dengan pencapaian tujuan korporasi, maka petani juga
harus menjalin Kerjasama dengan para pelaku ekonomi lainnya yang
berkaitan. Terutama para pengusaha terkait, pedagang dan pelaku
industry pengolahan hasil. Kerjasama dan kemitraan ini akan sangat
menentukan bagi keberlanjutan usaha dan perkembangannya. Karena
sebagai pelaku ekonomi korporasi harus siap untuk bersaing, karena
daya saing inilah yang akan menentukan posisi tawar korporasi.
Kerjasama dan mitra yang sangat dibutuhkan adalah para pemasok
sarana produksi, sekalipun nantinya korporasi sudah bisa menghasilkan
sendiri sebagian sarana produksi yang dibutuhkan. Begitu juga halnya
dengan Kerjasama dalam pemasaran produk produk yang dihasilkan,
baik dengan konsumen langsung maupun dengan para pedagang
terkait. Suatu saat bila korporasi sudah besar dan berkembang besar
kemungkinan korporasi mampu menggalang perjanjian kontrak dengan
para konsumen. Karena dengan system kontrak fluktuasi harga bisa
diatasi, motivasi peningkatan produksi tetap terjaga karena harus
menyediakan produk sesuai perjanjian dan keuntungan yang diperoleh
juga lebih terjamin dan berkelanjutan.
h) Penguatan Modal dan Pengembangan Usaha
Setelah korporasi berkembang dan beroperasi secara stabil, pengurus
harus mempunyai inisiatif untuk mengembangkan usaha yang telah
ada, termasuk juga membangun usaha baru yang diperkirakan efektif
dan sesuai dengan dukungan sumberdaya Kawasan. Kegiatan ini tentu
akan membutuhkan penguatan modal yang juga harus diupayakan.
Dalam hal perhitungan dan Analisa usaha harus tajam agar tidak
mengalami kerugian dan usahanya mati sebelum berkembang. Analisis
dalam pengembangan dan pembangunan usaha baru harus tajam dan

15
penuh perhitungan serta pertimbangan. Keputusan ini harus dputuskan
tidak hanya oleh pengurus sendiri tetapi harus berdasarkan kesepakatan
dan persetujuan seluruh anggota. Tentu saja harus dilaksanakan Rapat
anggota Tahunan karena azas korporasi sama persis dengan azas
koperasi dimana suara tertinggi terletak ditangan anggota. Usaha baru
yang dibangun harus melibatkan para anggota, baik yang aktif dalam
usahatani maupun keluarga anggota. Karena tujuan usaha adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan anggota.
Satu hal lagi yang perlu menjadi perhatian terutama bagi Pembina dan
pengurus korporasi adalah potensi usaha dan penempatan orang
(anggota) yang akan mengelola usaha tersebut. Kredibilitas, integritas,
kemauan, kemampuan serta kejujuran harus jadi patokan pertama,
karena orang yang diangkat atau ditunjuk akan mengembang amanah
orang banyak, serta amanah untuk dirinya sendiri (berkaitan dengan
usaha ekonomi). Yang penting semua anggota harus ditawari
kesempatan untuk menjalankan usaha untuk peningkatan ekonomi
keluarganya dan korporasi. Secara perlahan tetapi pasti korporasi yang
dibangun lama-lama akan mengarah menjadi sebuah “Holding
Company” atau Perseroan Terbatas yang mempunyai banyak cabang
atau anak usaha. Kondisi inilah yang menjadi sasaran utama pendirian
korporasi dimana akan terwujud peningkatan produktivitas,
peningkatan pendapatan petani, peningkatan cabang usaha,
pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat dalam kawasan,
serta terwujudnya “kesejahteraan petani”.
i) Petani Mitra Pemerintah
Pada waktu korporasi sudah berkembang menguasai lahan usaha
minimal sesuai Kawasan pertanian yang telah ditetapkan maka peran
korporasi dan petani akan meningkat sebagai “mitra” pemerintah.
Sebelumnya petani selalu menjadi “binaan” pemerintah di sini setiap
kebutuhan terutama sarana produksi selalu menunggu bantuan. Bahkan
kadang-kadang ada yang memanfaatkan kelompok tani sebagai umpan

16
untuk mendapatkan bantuan, kalau tidak ada bantuan maka usahatani
yang dilakukan sangat tidak efektif. Kondisi sudah berkembang
sedemikian rupa sehingga proses peningkatan produktivitas dan
produksi tidak berjalan kalau pemerintah tidak menganggarkan dana
yang besar untuk membantu petani. Adalah hal yang wajar bila
pemerintah membantu petani, karena itu adalah konsekuensi
pembangunan. Tetapi yang tidak layak adalah bantuan yang diberikan
selalu dilakukan setiap tahun, sehingga ada petani yang selalu
mendapat bantuan setiap tahun. Perkembangan ini menyebabkan Dinas
atau instansi terkait selalu menganggarkan pengadaan sarana produksi
setiap tahunnya. Tidak ada perubahan yang terjadi karena kondisi
tersebut sudah menjadi rutinitas.
Secara perlahan tetapi pasti anggaran belanja pemerintah untuk
membantu petani bisa turun bila korporasi petani bisa dibangun dan
diwujudkan disetiap Kawasan pertanian yang telah ditetapkan. Karena
korporasi bisa dijadikan mitra bagi pemerintah dalam kegiatan
pembangunan pertanian, terutama dalam proses peningkatan produksi
dan diversifikasi usaha. Pemerintah cukup membantu kelengkapan
fasilitas dan infrasturkur, pinjaman modal dengan bunga rendah serta
pembinaan dan pengawasan. Dengan posisi tawar yang kuat, petani
bukan lagi sosok yang lemah dan tergolong kelas ekonomi bawah,
tetapi sudah menjadi pengusaha pertanian yang professional yang
sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya. Kondisi inilah yang menjadi
cita-cita dari penetapan Kawasan pertanian dan program
pengembangannya berbasis berbasis korporasi petani.

2.4 Manfaat Anggota Ikut Korporasi


Manfaat Anggota Ikut Korporasi, Manfaat petani ikut menjadi anggota
korporasi khususnya dalam budidaya padi adalah:
1. Pinjaman biaya untuk usaha tani. Pinjaman tersebut nanti dibayar dalam bentuk
gabah pada saat panen. Gabah tersebut dibeli korporasi dengan harga lebih
tinggi Rp 300/kg dibandingkan harga gabah dipasaran pada saat itu. Sampai

17
sekarang korporasi sudah memberikan pinjaman buat usaha budidaya ke 40%
anggota.
2. Kegiatan pendampingan teknologi budidaya berupa pemakaian benih unggul ;
pengaturan pemakaian air, bagi anggota yang tidak memiliki pompa air dapat
menyewa ke korporasi dengan biaya sewa pompa air per hektar per musim
sebesar 200 kg gabah serta pengawalan dalam proses pemilihan dan penentuan
dosis pupuk dan obat-obatan untuk mengendalikan hama penyakit.
Kegiatan pendampingan budidaya padi menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi gabah kering panen khususnya pada musim hujan tahun 2021.
Peningkatan produktivitas GKP rata-rata bisa mencapai 1,15 ton per hektar.
Produktivitas perhektar untuk anggota rata-rata 8,35 ton GKP sedangkan petani
yang tidak ikut anggota korporasi rata-rata produktivitasnya 7,2 GKP.
Peningkatan produktivitas disebabkan karena petani mengikuti teknologi
budidaya yang dianjurkan. Teknologi itu diantaranya: Pengalihan dari
pemakaian pupuk urea bersubsidi ke pupuk urea tidak bersubsidi. Pemakaian
pupuk Urea bersubsidi sebanyak 200 kg dengan harga per kilogramnya Rp
2.250 menjadi pupuk Urea non subsidi sebanyak 50 kg dengan harga Rp. 6.000
perkilogramnya. Penggantian jenis pupuk NPK yang biasa dipergunakan petani
ke pupuk NPK Kujang.

Selain adanya perubahan dosis dan jenis pupuk, pada pemakaian obat-obatan
juga mengalami penambahan dosis dan jenis. Penambahan khususnya untuk
herbisida dan insektisida masing-masing sebanyak 1 liter. Sedangkan
penambahan jenis obat-obatan pada peningkatan nutrisi tanaman dengan
mempergunakan nama obat Anggrek sebanyak 1 liter.

Tambahan biaya lainnya yang harus dikeluarkan oleh anggota korporasi adalah
biaya bunga pinjaman. Maksimal pinjaman bagi yang menggarap lahan satu
hektar sebesar Rp 12.500.000. Bunga yang diberikan sebesar 1,5% perbulan
atau 9 persen permusim. Artinya peminjam akan membayar bunga dalam setiap
musim sebesar Rp. 1.125.000. Meskipun terjadi penambahan biaya karena
mengadopsi teknologi anjuran budidaya padi dan adanya kewajiban membayar
bunga pinjamam. Tetapi dengan adanya peningkatan produksi dan pembedaan
harga jual gabah ke korporasi menyebabkan petani yang ikut korporasi bisa

18
mendapatkan keuntungan dalam satu hektar lebih sebesar Rp. 4.985.000 bila
dibandingkan petani yang tidak ikut kegiatan korporasi.

2.5 Kelemahan Korporasi Tani


Mayoritas petani didaerah penelitian masih belum mencapai pendapatan
yang sesuai dengan kebutuhan keluarga untuk sekali musim panen. Produksi padi
terus mengalami fluktuasi, beberapa tahun ini cenderung terlihat meningkat,
namun diharapkan juga sejalan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan
petani didaerah penelitian, diikuti pula dengan begitu banyaknya berbagai
persoalan yang harus diselesaikan. Dalam hal ini uluran tangan pemerintah daerah
sangat diperlukan untuk membantu petani dalam merumuskan strategi pendapatan
petani. Petani sebagai pelaku usahatani harus menghadapi tantangan dan masalah
yang begitu banyak mulai dari sektor budidaya, sarana produksi dan lainnya. Perlu
adanya percepatan perbaikan dari pemerintah daerah melalui peran kebijakan,
bantuan dukungan, serta peran penyuluhan pertanian dalam mengaktifkan
kerjasama antar kelompok tani.

Melalui wadah diskusi melalui kelompok tani, berbagai persoalan petani


dapat diselesaikan dengan mudah. Untuk membangun keberhasilan usahatani,
sangat sulit jika harus mengandalkan pada petani itu sendiri, tetapi perlu
kerjasama antar pemerintah melalui penyuluh pertanian dengan pelaku usahatani
yaitu petani dilapangan. Petani lebih menggantungkan curah hujan untuk mengairi
lahan, Kurangnya penerapan irigasi ditingkat petani dan ditambah lagi tidak
meratanya pola musim tanam ke beberapa daerah yang sulit sekali mendapatkan
kebutuhan air. Kendala untuk ketersediaan air juga menghambat pola musim
tanam petani, apalagi rata-rata penanaman padi pola lahan tadah hujan, yang
kebutuhan airnya mengharapkan air hujan. Penerapan irigasi yang belum merata
pada tingkat petani dilapangan, menjadi tantangan terbesar pemerintah daerah
dalam merumuskan strategi untuk meningkatkan pendapatan petani. Dengan
melihat begitu banyak kompleksitas permasalahan yang sangat urgent di tingkat
petani, baik itu internal dan ekternal yang menjadi tantangan pemerintah daerah
untuk merumuskan suatu kebijakan.

19
Masalah Internal Petani, Dari hasil penelitian lapangan didapatlah
beberapa masalah internal petani yang telah ditelah ditentukan berdasarkan
jawaban rata-rata responden dengan wawancara dan observasi langsung yaitu:
Kualitas Lahan, Kualitas lahan yang baik, sangat sesuai untuk melalukan
usahatani menjadi modal utama bagi petani untuk terus meningkatkan
produksi. Hal ini menjadi modal utama petani dan salah satu faktor pendukung
keberhasilan usahatani.

Motivasi, Rata-rata petani dilapangan ada motivasi atau harapan yang


begitu besar yang terus mendorong untuk meningkatkan produksinya.
Kebutuhan keluarga dan tanggung jawab besar membuat petani terus
melakukan perbaikan- perbaikan dengan optimal pada usahataninya.
Pengalaman Rata-rata petani dilapangan, sudah begitu lama dalam melakukan
usahatani yang dilakukan mulai turun temurun yang telah menjadi bagian dari
kearifan lokal di daerah penelitian. Pekerjaan sebagai petani merupakan mata
pencaharian utama dalam memenuhi sandang pangan keluarga.

Adopsi Teknologi Rata-rata perilaku adopsi petani dilapangan dalam


hal teknologi sangat baik. Pemerintah daerah telah melakukan dukungan
melalui subsidi bantuan traktor atau alat berat lainnya untuk mendukung proses
pengolahan tanah yang dilakukan pelaku usahatani. Dukungan ini sangat
membantu mayoritas petani kecil didaerah penelitian.

Dosis Pupuk, Dengan kecilnya modal petani, membuat petani tidak


maksimal dalam penggunaan pupuk dengan ketentuan dosis yang dibutuhkan
sesuai rekomendasi pemupukan diperlukan tanaman. Rata- rata petani
dilapangan, kekurangan modal sangat berdampak pada pengurangan
penggunaan pupuk didaerah penelitian.

Modal, Untuk menghasilkan suatu produksi yang maksimal, sangat


diperlukan modal yang cukup untuk melaksanakan proses kegiatan usahatani.
Rata-rata petani didaerah penelitian memiliki modal yang minim sehingga sulit
bagi pelaku usahatani untuk memaksimalkan produksinya, karena adanya
kebutuhan terhadap input produksi yang harus dipenuhi dan faktor biaya
lainnya.

20
Keterbatasan Lahan Petani, jumlah luas lahan di beberapa daerah
penelitian yang banyak mengalami alih fungsi lahan pertanian baik itu berubah
fungsi menjadi tanaman komersil maupun bangunan fisik lainnya. Laju alih
fungsi ini juga akan berdampak pada fluktuasi jumlah produksi secara
menyeluruh di Kabupaten Labuhan Batu. Perilaku Kelompok Tani Perilaku
kerjasama ditingkat petani yang belum optimal. Dengan adanya wadah
kelembagaan petani melalui kelompok tani, seharusnya menjadi jembatan bagi
petani dalam penyelesaian berbagai persoalan masalah yang dihadapi dengan
prinsip gotong royong memalui kearifan lokal.

Masalah Eksternal Petani, Dari hasil penelitian lapangan didapatlah


beberapa masalah internal petani yang telah ditelah ditentukan berdasarkan
jawaban rata-rata responden dengan wawancara dan observasi langsung yaitu,:
Stok bibit dan pupuk Rata-rata petani, tidak mengalami kesulitan mendapatkan
ketersediaan bibit dan pupuk. Akses untuk bibit dan pupuk mudah untuk
didapatkan, dengan tersedianya beberapa kios atau toko yang menyediakan
kebutuhan petani. Selain itu ada juga program pemerintah daerah terkait
bantuan saprodi melalui kelompok tani di daerah penelitian.

Akses kredit, permasalahan kekurangan modal menjadi faktor utama


dalam menghambat keberhasilan petani. Kebanyakan dari petani
mengutamakan modal sendiri untuk membeli keperluan dan kebutuhan proses
kegiatan usahatani, mulai dari input produksi sampai panen. Akses kredit
menjadi pintu peluang kesempatan bagi petani untuk menutupi kekurangan
modal. Agar kebutuhan input produksi dapat dimaksimalkan yang akan
berdampak pada keberhasilan peningkatan produksi usahatani.

Bantuan Saprodi, Dengan begitu banyaknya masalah ditingkat petani,


pemerintah daerah memberikan dukungan melalui pelaksanaan program
bantuan saprodi. Dukungan bantuan ini dapat mengurangi beban bagi petani,
sehingga menjadi kesempatan bagi petani sekaligus menambah motivasi petani
dalam meningkatkan produksi usahataninya.

Sarana pembangunan benteng air asin, Adanya kehadiran pemerintah


daerah dalam menyelesaikan berbagai persoalan petani, dengan pembangunan

21
benteng air asin di beberapa daerah penelitian, untuk mengantisipasi masuknya
air laut ke lahan petani. Program ini sangat berdampak bagi keberhasilan petani,
sebab air asin yang masuk kelahan petani akan mengakibatkan kematian bibit
di lahan petani.

Gejolak harga input produksi, Kenaikan harga kebutuhan input


produksi akan berdampak pada kelancaran proses kegiatan usahatani. Rata-rata
petani di daerah penelitian, tidak akan siap apabila terjadi kenaikan harga input
produksi, disebabkan modal petani yang belum optimal. Hal ini membuat
petani akan lebih memilih mengefisiensikan input produksinya, sehingga akan
berdampak juga dengan hasil produksi yang belum optimal.

Curah Hujan, Rata-rata petani didaerah penelitian lebih


menggantungkan kebutuhan air untuk lahan padinya dengan mengharapkan air
hujan. Kurangnya alternatif penerapan irigasi dilahan. Petani ini juga menjadi
faktor terbukanya pintu kegagalan bagi petani, sehingga menambah urutan
masalah bagi terkendalanya keberhasilan usahatani.

Serangan hama penyakit, Tingginya resiko serangan hama dan


penyakit, menjadi hal yang menakutkan bagi petani. Perlu adanya kehadiran
penyuluh untuk memberikan arahan dan informasi, terkait berbagai solusi
untuk penyelesaian masalah. Dengan melakukan pencegahan-pencegahan
preventif untuk menghindari resiko kegagalan panen, baik itu melalui
percobaan penelitian maupun mengaktifkan kerjasama antar kelompok tani
untuk melakukan kegiatan bergotong royong menyelesaikan masalah.

Tenaga kerja luar keluarga, Rata-rata didaerah penelitian, umur petani


itu diatas 40 tahun keatas. Perubahan sosial dimasyarakat yang semakin terus
berkembang dan semakin berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja
sebagai petani. Ditambah lagi kearifan lokal dimasyarakat yang semakin
mengalami perubahan, dengan tidak begitu banyaknya didalam keluarga petani
yang memilih hidupnya untuk bertani. Sehingga akan sulit untuk mendapatkan
tenaga kerja dalam keluarga, sehingga rata-rata petani didaerah penelitian
memilih untuk mencari tenaga kerja dari luar keluarga. Masalah ini akan

22
menambah biaya petani, karena tingginya patokan upah tenaga kerja dari
keluarga.

2.6 Gapoktan Tani Mulus Mengikuti Kegiatan Korporasi Kementerian


Pertanian
Penelitian dilakukan di Desa Mundakjaya Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) karena
Korporasi Gapoktan Tani Mulus merupakan salah satu gapoktan yang ikut
kegiatan Korporasi Kementerian Pertanian. Diskusi dengan pengurus dilakukan
secara FGD dengan memfokuskan pada pengalaman dalam mengelola korporasi.
Wawancara ke anggota dilakukan secara langsung dengan mempergunakan
kuesioner. Petani yang diwawancari sebanyak 30 orang yang terdapat di
Kecamatan Lelea, Cikedung dan Teris.

Gapoktan Tani Mulus mengikuti kegiatan korporasi dari Kementerian


Pertanian pada tahun 2020. Tugas utama dalam kegiatan korporasi yaitu Gapoktan
Tani Mulus harus bisa mengkonsolidasikan petani beserta lahannya dalam satu
kesatuan manajemen. Petani yang ikut menjadi anggota korporasi harus
memenuhi persyaratan, yaitu: Berlokasi dalam wilayah kawasan korporasi, yaitu
Kecamatan Cikedung, Terisi dan Lelea. Keberadaan ini di presentasikan dari
kepemilikan KTP, Mempunyai lahan garapan minimal 1.400 meter. Untuk
kondisi sekarang ada anggota yang memiliki lahan seluas 35 ha, Membayar
simpanan pokok sebesar Rp. 100.000.

Petani yang ikut kegiatan korporasi sebanyak 20.175 orang yang tersebar di 56
kelompok tani di Kecamatan Cikedung, 46 kelompok tani di Kecamatan Terisi
dan 44 kelompok tani di Kecamatan Lelea. Jumlah lahan sawah yang diusahakan
seluas 10.000 ha atau 8,6% dari total luas lahan sawah yang ada di Kabupaten
Indramayu. Sementara luas wilayah Kabupaten Indramayu berdasarkan data
Kabupaten Indramayu Dalam Angka pada tahun 2020 seluas 2.099,42 km2 dan
dari luasan wilayah tersebut 115.894 ha merupakan lahan sawah. Luas lahan
sawah di Kecamatan Terisi 4.199 ha, Cikedung 4.875 ha, Lelea 4.998 ha.

23
2.7 Konsep Pemberdayaan
Permasalahan yang dihadapi petani pada umumnya adalah lemah dalam hal
permodalan. Akibatnya tingkat penggunaan saprodi rendah, inefisien skala usaha
karena umumnya berlahan sempit, dan karena terdesak masalah keuangan posisi
tawar-menawar ketika panen lemah. Selain itu produk yang dihasilkan petani relatif
berkualitas rendah, karena umumnya budaya petani di pedesaan dalam melakukan
praktek pertanian masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga
(subsisten), dan belum berorientasi pasar. Selain masalah internal petani tersebut,
ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan,
intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna
mendorong usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar. Meskipun
tidak bisa berbasis teknologi tinggi, tetapi landasan sektor pertanian yang kokoh
diperlukan dalam memacu pertumbuhan perekonomian pedesaan. Pemacuan
perekonomian pedesaan lambat laun bisa menyelesaikan persoalan-persoalan di
desa3 . Berdasarkan permasalahan dan pemahaman kondisi eksternal petani yang
demikian, maka dari beberapa model usahatani, cooperative farming dapat
digunakan sebagai alternatif untuk meminimasi kelemahan yang dihadapi petani
padi dan palawija.
Model cooperative farming merupakan model pemberdayaan petani melalui
kelompok, dengan melakukan rekayasa sosial, ekonomi, teknologi, dan nilai
tambah. Rekayasa sosial dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan tani,
penyuluhan, dan pengembangan SDM. Rekayasa ekonomi dilakukan dengan
pengembangan akses permodalan untuk pengadaan saprodi dan akses pasar.
Rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan pencapaian kesepakatan teknologi
anjuran dengan kebiasan petani. Terakhir, rekayasa nilai tambah dilakukan melalui
pengembangan usaha off farm yang terkoordinasi secara vertikal dan horizontal.

24
2.8 Mekanisme Pemberdayaan Petani
Kolaborasi antara petani, pihak swasta, dan pemerintah dalam membangun
pertanian tanaman pangan khususnya padi dan palawija merupakan suatu proses
integrasi aspek ekonomi, ekologi, dan sosial budaya masyarakat. Kolaborasi
tersebut telah membangun social capital dengan suatu lingkaran sinergi antar
stakeholder cooperative farming dalam mencapai tujuan usaha.
Lembaga keuangan dari pihak swasta akan menginvestasikan modal kepada
produsen saprodi, yaitu pupuk dan benih. Selanjutnya produsen saprodi akan
menyediakan pupuk dan benih bagi petani yang dikoordinasikan pengelola dengan
kantor/pusat kegiatan di penggilingan padi milik kelompok, digunakan anggota
untuk berusahatani. Ketika panen, para anggota melakukan pascapanen terpadu di
penggilingan padi. Apabila pascapanen sudah tuntas, produk dipasarkan oleh
swasta mitra pemasaran. Mitra pemasaran permodalannya ditunjang oleh
perbankan. Secara periodik cooperative farming diawasi dan dievaluasi kelayakan
usahanya oleh investor. Pemerintah secara aktif berperan sebagai fasilitator
kemitraan, sekaligus katalisator komunikasi antara petani dengan pihak swasta.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membentuk sebuah kelembagaan membutuhkan proses dan waktu yang
panjang. Lamanya waktu kelembagaan tersebut sangat dipengaruhi dari terjaganya
beberapa faktor kepentingan. Hal yang sama juga terlihat dari proses pembentukan
Korporasi Gapoktan Tani Mulus yang selalu berevolusi. Proses pembentukan
pertama dimulai dari pembentukan kelompok informal dalam bentuk kelompok
tani, kemudian berubah menjadi gabungan kelompok tani. Kemudian kelempok tani
yang sifatnya informal, diganti dengan kelompok tani formal. Hal ini
direpresentasikan dari perubahan lembaga gapoktan menjadi koperasi pada tahun
2012. Pada tahun 2020 koperasi tersebut berubah legalitas menjadi lembaga
korporasi dan di rencanakan pada tahun 2021 Korporasi Tani Mulus akan menjadi
Perusahaan Terbatas (PT).
Tani Mulus awalnya merupakan kelembagaan kelompok tani yang dibentuk
pada tahun 2007. Kelembagaan kelompok Tani Mulus berkembang menjadi
gabungan kelompok tani (Gapoktan) pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2012
gapoktan Tani Mulus membentuk koperasi yang sudah ada legalisasinya.
Legalisasinya dalam bentuk akte pendirian yang dikeluarkan oleh notaris pada
tanggal 5 Januari 2012. Pada tahun 2020 koperasi berusaha mengajak beberapa
koperasi yang lain untuk bergabung dalam satu korperasi yang lebih besar. Tetapi
hal ini tidak mudah dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya: Kewajiban setoran
modal usaha untuk kepemilikan saham dan sulit membagi kepemilikan saham yang
adil.
Faktor kepentingan dari sisi lembaga yang dibangun Korporasi Tani Mulus
terlihat dari usaha dalam membangun jaringan. Pembangunan jaringan ini
direpresentasikan dalam bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama dengan pihak
lain. Perjanjian kerjasama kegiatan itu dimulai dari penyediaan benih padi,
pendampingan budidaya, penerapan anjuran teknologi dalam meningkatkan
produktivitas, pengolahan produk (RMU), pemasaran produk, pinjaman modal

26
usaha serta informasi kegiatan yang dilaksanakan korporasi bisa dilihat melalui
handphone.
Faktor kepentingan di sisi anggota direpresentasikan dari manfaat yang
diterima. Petani yang ikut kegiatan korporasi mendapatkan manfaat dari sisi
pinjaman modal usaha, kemudahan dalam mendapatkan input produksi, kemudahan
dalam memasarkan hasil panen, peningkatan produksi panen karena mengikuti
anjuran teknologi yang ditawarkan oleh korporasi. Peningkatan produktivitas dan
harga yang dibeli korporasi lebih tinggi dibandingkan harga pasaran menyebabkan
terjadinya peningkatan pendapatan anggota sebesar Rp 4.985.000 perhektar.
Korporasi petani merupakan sesuatu yang baru dalam proses pembangunan
pertanian Indonesia. Gagasan dan terobosan ini ditetapkan untuk diterapkan
diseluruh Nusantara melalui Keputusan Menteri Pertanian No.18 tahun 2018
tentang pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani (Kementan.
2018). Korporasi petani akan melahirkan para petani professional yang berorientasi
keuntungan dalam pengelolaan dan pengembangan usahanya. Peran dari lembaga
ini semakin hari semakin dibutuhkan, terutama dalam upaya peningkatan motivasi
dan profesionalitas petani. Disadari bahwa Lembaga petani (Kelompok Tani,
Gabungan kelompok Tani, Koperasi Pertanian dan lainnya), yang selama sebagai
pelaku utama dalam proses pembangunan pertanian belum mampu meningkatkan
posisi tawar petani.
Pengembangan Kawasan pertanian berbasis korporasi petani merupakan
keputusan pemrintah Indonesia yang ditetapkan melalui Kepmentan No.18 Tahun
2018. Korporasi petani diharapkan akan menjadi penggerak peningkatan
produktivitas usaha pertanian dan mampu mewujudkan kesejahteraan petani.
Dengan merujuk hasil penelitian dan beberapa referensi terkait dilakukan analisis
manfaat dan peran dari korporasi tersebut dalam proses pembangunan Kawasan
pertanian. Kata kunci keberhasilan dalam pembangunan dan pemberdayaan
korporasi petani terletak di tangan para Pembina dan tenaga ahli sebagai
pendamping, minimal sampai korporasi bisa menjalankan usaha dan roda
organisasi secara professional dan mandiri. Korporasi petani tidak bisa dilepas
begitu saja setelah dibentuk seperti halnya pembentukan kelompok tani dan
Lembaga petani lainnya. Pendampingan dan pemberdayaan harus dilakukan

27
intensif sehingga korporasi menemukan wujudnya yang sesuai dan mandiri. Pada
saat korporasi sudah stabil dan bisa menjadi sebuah perusahaan milik petani dengan
banyak cabang usaha sesuai potensi kawasannya maka petani akan berubah status
dari binaan pemerintah menjadi mitra pemerintah.
Pendapatan petani bisa ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan produksi dan
meningkatkan nilai tambah produk. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian
Pertanian membentuk kegiatan korporasi pertanian. Salah satu yang ikut kegiatan
korporasi pertanian adalah Gapoktan Tani Mulus di Kabupaten Indramayu. Tulisan
ini bertujuan ingin mengetahui pelaksanaan kegiatan korporasi dan berapa
peningkatan pendapatan yang diterima anggota. Untuk mengetahui pelaksanaan
kegiatan mempergunakan analisis deskriptif dan berapa besar peningkatan
pendapatan anggota mempergunakan analisis anggaran parsial. Penelitian
dilakukan awal tahun 2021 dengan hasil penelitian dalam hal pelaksanaan korporasi
pertanian di antaranya untuk membentuk kelembagaan membutuhkan proses dan
waktu, Korporasi Tani Mulus berhasil membangun jaringan produk beras dari hulu
ke hilir, menjaga hubungan dalam bentuk kesepakatan perjanjian disetiap jaringan.
Anggota yang ikut kegiatan korporasi mengalami peningkatan pendapatan
perhektarnya sebesar Rp. 4.985.000. Peranan korporasi bisa ditingkatkan lagi
dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah dalam area korporasi,
meningkatkan pengolahan gabah dengan meningkatkan jumlah anggota yang
meminjam ke korporasi dan meningkatkan pendapatan korporasi dengan membeli
RMU.

3.2 Saran
Kinerja korporasi Tani Mulus masih bisa ditingkatkan apabila mau
mengoptimalkan peluang-peluang yang ada. Beberapa peluang itu antara lain:
meningkatkan konsolidasi lahan dari 10.000 ha menjadi 14.072 ha (total jumlah
lahan sawah di kecamatan Lelea, Cikedung dan Terisi), meningkatkan jumlah
anggota peminjam dari 40% menjadi 65% dan terakhir 100%. Dengan
meningkatnya anggota yang meminjam berarti gabah yang dikelola korporasi
semakin bertambah dan melengkapi fasilitas RMU sendiri, dengan tujuan bisa

28
menambah pendapatan korporasi. Penambahan pendapatan dari proses
penggilingan padi khususnya menjual hasil menir dan bekatul.

29
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, E., K., Permana, D., Warman, R., Daniel, M. 2022. Analisis Peran
Korporasi Petani dalam Pembangunan Kawasan Pertanian. Jurnal Pertanian
Agros. Vol. 24 (3): 1500-1511
Darwis, V., Muslim, C. 20223. Peranan Korporasi dalam Pendapatan Petani Padi.
Journal of Food System and Agribusiness (JoFSA). Vol. 7 (1): 43-52
Kementan. 2018. Kementan Siapkan Strategi Peningkatan Produksi Pangan.
https://katadata.co.id/berita/2018/12/06/kementan-siapkan-strategi-
peningkatan-produksipangan-di-2019
Moehar Daniel. 2016. Pemberdayaan Kelembagaan Pilihan Efektif Untuk Ciptakan
Kesejahteraan Petani. Bagian dari Buku Potensi Teknologi Spesifik Lokasi
Untuk Kesejahteraan Petani. Kristal Multi Media. Buklittinggi.
Biro Perencanaan. 2013. Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013-
2045: Pertanian Bioindustri Berkelanjutan: Solusi Pembangunan Indonesia
Masa Depan. Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian, Jakarta. 184 hlm.
Susetiawan. 2000. Perubahan Paradigma Pembangunan. Bahan Pembelajaran TOT
Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi 17-23 Nopember 2000.
Setiani, C. 2018. Model Pemberdayaan Kelembagaan UPJA dalam Mendukung
Pertanian Modern di Jawa Tengah. Makalah disampaikan pada acara Temu
Teknis Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Balitban
Pertanian, tanggal 6 Desember 2018 di Ungaran, Jawa Tengah.
Gatzweiler F, Sipiläinen S, Bäckman T, Zellei A. 2001. Analysing institutions,
policies, & farming systems for sustainable agriculture in central and eastern
european countries in transition. CEESA Discussion Paper No. 2/5/2001.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Lampiran 2. Dokumentasi


pengerjaan laporan hasil studi foto kelompok
kasus

Anda mungkin juga menyukai