Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

EVALUASI PERKEMBANGAN USAHATANI KAKAO


DI DESA LODANG KECAMATAN SEKO KABUPATEN
LUWU UTARA

NURCAHYANI
14.023.54.201.077

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Evaluasi perkembangan usahaatani kakao di Desa Lodang


Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara
Nama : Nurcahyani
NIM :1402354201077
Program Sudi : Agribisnis

Palopo, Januari 2017

Menyetujui

Pembimbing

Dr. Ir. Mais Ilsan., M.,P


NIDN: 0918096801
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan dan penulisan proposal ini dengan segenap kelemahan
dan kekurangan.
Proposal yang berjudul “Evaluasi perkembangan usahatani kakao” diajukan
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah metodologi penelitian Fakultas
Pertanian Universitas Andi Djemma Palopo.
Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, penulis banyak mengalami
kendala dan kesulitan, namun karena keinginan dan usaha yang keras serta
bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga segala kendala dan
kesulitan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Walaupun telah diupayakan
semaksimal mungkin namun tidak ada yang sempurna di dunia ini demikian pula
dalam penyusunan proposal ini.
Proses penyelesaian proposal ini sungguh merupakan suatu perjuangan
panjang bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian hingga
penulisan proposal penulis menemui banyak hambatan. Sebagai manusia biasa,
penulis menyadari bahwa keinginan untuk menyelesaikan panulisan ini tidak akan
terwujud tanpa uluran tangan dari berbagai pihak. Namun berkat bantuan,
motivasi, doa dan pemikiran dari berbagai pihak maka hambatan-hambatan
tersebut dapat terlewatkan dengan baik.

Palopo,07 Januari 2017

Nurcahyani
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 8
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
2.1 Kajian Teori ................................................................................. 9

BAB 111 KERANGKA METODE PENELITIAN ..................................... 18

3.1 Kerangka Pikir ............................................................................ 18


3.2 Hipotesis ..................................................................................... 20
3.3. Defenisih Operasional ................................................................. 20
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 21
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 21
4.2. Penentuan Sampel ....................................................................... 21
4.3. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 21
4.4. Teknik Analisis Data................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-

negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas. Tetapi apakah

kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu

pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di

negara-negara berkembang semakin sulit karena sebagian besar sumber kehidupan

warga negara tergantung dari pertanian, maka kesulitan tersebut menjadi

tantangan utama bagi negara juga (Pakpahan, 2004).

Sektor pertanian Indonesia, dimasa ini dan pada masa mendatang masih akan

menghadapi tantangan yang besar, terutama pada subsektor non pangan utama,

seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan dan

perhutanan. Bukan mustahil, produsen komoditas pertanian Indonesia hanya akan

menjadi penonton di rumahnya sendiri, menyaksikan pergulatan para produsen

agribisnis dari negara lain untuk merebut pasar dalam negeri yang sangat potensial

(Gumbira, dkk, 2001).

Spillane (1995) menyatakan bahwa tanaman kakao merupakan tanaman yang

berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan. Untuk dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik, tanaman kakao menghendaki lahan dengan keadaan

tanah dan iklim tertentu. Iklim yang sesuai untuk tanaman kakao adalah iklim

dengan curah hujan cukup dan hujan yang terdistribusi merata sepanjang tahun

(curah hujan rata-rata antara 1500-2500 mm/tahun), dengan bulan kering kurang

dari 3 bulan/tahun, suhu rata-rata antara 15-30 oC, tidak ada angin yang bertiup
kencang (Bahri, 1996). Winarso (2003) mengatakan bahwa sejumlah faktor iklim

dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao.

Pulau Sulawesi merupakan penghasil kakao utama di Indonesia. Sentra kakao

Indonesia lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa

Tenggara Barat, Bali, Kalimantan, Maluku dan Papua. Sementara Sulawesi

Selatan merupakan salah satu propinsi di Pulau Sulawesi panghasil kakao rakyat

terbesar.

Potensi subsektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor dimasa

mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah

perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas

perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik

jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas

perkebunan (Arifin, 2001).

Usahatani yang dijalankan petani adalah usahataninya membentuk suatu

sistem yang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu

kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman

pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga

komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan

disekitarnya (fisik, biologi, sosial budaya). Dari beberapa komoditas yang

diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam

perekonomian keluarga. Sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas

seperti usahatani berbasis kakao.

Tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di

wilayah tersebut. Namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong


rendah. Petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa

pemberian pupuk, pengendalian OPT belum optimal dan pemeliharaan seperti

pemangkasan belum dilaksanakan. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah

banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petani/pengguna belum optimal.

Berdasarkan kondisi sistem usahatani demikian, maka teknologi yang dipilih

adalah teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, seperti

pemangkasan, pemupukan, pengendalian OPT dan perangsang bunga/buah.

Pemilihan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan keinginan

kelompok tani kooperator setelah diidentifikasi masalah dan pemecahan masalah

dengan teknologi tersedia (Anonimous, 2008)

Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat pengembangan dengan

memperluas areal pertanaman, Usaha tanaman cokelat mempunyai arti penting

dalam aspek sosial ekonomi. Sebab sselain sumber devisa Negara, juga

merupakan tempat tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber

penghasilan bagi para petani cokelat, terutama di daerah daerah sentra produksi

(Hatta., 2005)

Kebijakan dasar pembangunan pertanian di era reformasi dan lingkungan

yang serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi, berperan

dalam: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup, (2) mengembangkan

aktivitas ekonomi pedesaan, (3) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang

berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan

kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan
sumbangan besar bagi pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan

mampu sebagai sektor utama penggerak roda perekonomian. Fokus utama

pembangunan pertanian adalah mengarahkan pada upaya pengingkatan

kesejahteraan petani melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh serta

pembangunan wilayah terpadu yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

pedesaan.

Tujuan pembangunan pertanian adalah menghasilkan produk-produk

unggulan berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri

secara saling menguntungkan, memperluas lapangan kerja serta kesempatan

berusaha yang berbasis agroekosistem menuju terwujudnya agroindustri dan

agribisnis yang tangguh. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu sector

pendukung pembangunan pertanian yang perlu ditingkatkan mengingat

perkebunan berperan penting dalam memberikan sumbangan devisa Negara

melalui komoditas ekspornya seperti kopi, lada, kakao, dan lain-lain.

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra

pengembangan dan penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan. Kondisi Iklim

dan kandungan unsur hara tanah sangat cocok untuk tanaman kakao. Hampir di

setiap wilayah di Kabupaten Luwu Utara terdapat tanaman ini. Mulai dari

pegunungan hingga wilayah dataran yang dekat dengan pantai. Masyarakat

terutama petani di kabupaten Luwu Utara mayoritas menggantungkan hidupnya

pada komoditi ini, disamping komoditi kelapa sawit dan tanaman pangan lain.

Tanaman kakao sering dijumpai secara monokultur maupun di tanam di sela-sela

tanaman kelapa dan durian.


Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki

luas lahan pertanian seperti di Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu

daerah penghasil kakao. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan produksi kakao

pada tahun 2003 sebesar 506,30 ton, pada tahun 2004 sebesar 520,17 ton, pada

tahun 2005 sebesar 530,71 ton dan pada tahun 2006 sebesar 534,60 ton dan pada

tahun 2007 sebesar 546,40 ton. Dalam hal ini dapat dilihat terjadi kenaikan yang

cukup signifikan.

Secara umum gambaran tentang penggunaan lahan perkebunan pada tahun

2012 di Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat dari tabel dimana komoditas kakao

menempati urutan pertama dalam penggunaan lahan yaitu seluas 46.184,92 ha.

Luas areal tanaman perkebunan saat ini mencapai 69.267,15 ha, dengan perincian

jenis komoditi pada Tabel sebagai berikut

Tabel 1. Data tanaman perkebunan di Kabupaten Luwu Utara tahun 2012

Komoditi Luas Produksi Produktifitas Petani

(Ha) (Ton) (Kg/Ha) (KK)

Kakao 46.184,92 32.691,51 700,40 28.702

Kelapa 14.644,48 84.670,32 8.403,30 7.322

Sawit 2.882,69 3.608,26 1.318,62 1.111

Kelapa 202,75 159,10 961,11 204

Dalam 923,50 925,68 1.217,88 1.126

Kopi Arabika 78,95 52,41 907,11 255

Kopi Robbusta 273,50 141,57 560,53 668

Lada 1.487,40 10.414,45 9.258,38 744

Vanili 93,22 23,61 409,76 42

918,00 79.959,89 38.428,67 1.689


Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara (2012).

Perkembangan tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara dalam 5 tahun

terakhir mengalami pasang surut. Peningkatan luas lahan tidak seiring dengan

peningkatan produksi. Luas lahan mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga

2010 namun pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan. Sementara

produktifitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012.

Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 2. Data luas areal, produksi dan jumlah petani tanaman kakao di Kabupaten

Luwu Utara tahun 2008 – 2012.

Tahun Luas Produksi Produktifitas Petani

(Ha) (Ton) (Kg/ Ha ) ( KK)

2008 56.187,69 20.175,77 0,36 43.336

2009 56.238,69 21.324,99 0,38 43.315

2010 56.238,69 32.648,75 0,58 43.315

2011 51.246,74 33.185,89 0,65 35.110

2012 46.184,92 32.691,51 0,70 28.702

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara (2012).

Pada Tabel di atas menunjukkan luas areal tanaman kakao di Kabupaten

Luwu Utara pada tahun 2008 sebesar 56.187,69 ha dengan produksi 20.175,77 ton

kemudian luas areal meningkat pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 56.238,69 ha

dengan produksi tahun 2009 sebesar 21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar

32.648,75 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 luas lahan kakao mengalami penurunan

yang cukup drastis menjadi 51.246,74 ha dengan produksi 33.185,89 dan tahun

2012 menjadi 46.184,92 ha dengan produksi 32.691,51 ton.


Usahatani kakao di Kecamatan Seko merupakan salah satu daerah yang

memiliki luas lahan dan produksi terbanyak di Kabupaten Luwu Utara. Meskipun

usahatani perkebunan kakao masih belum merata diusahakan di Kabupaten Luwu

Utara, perlu dianalisis, dievaluasi perkembangannya apakah usahatani tersebut

layak diusahakan atau tidak. Untuk mengetahui apakah perkebunan kakao di

Kabupaten Luwu Utara layak dikembangkan atau tidak, perlu dilakukan penelitian

yang lebih mendalam, dengan menganalisis kondisi setiap faktor yang terkait

dengan pengelolaan perkebunan kakao.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diajukan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah perkembangan luas lahan dan produksi usahatani kakao

selama 5 tahun terakhir di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu

Utara?

2. Apakah ada masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan

produksi usahatani kakao di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu

Utara?

3. Apakah usahatani kakao tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan di

Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara?

4. Apakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam

usahatani kakao di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin di capai pada penelian ini yaitu:


1. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan dan produksi usahatani kakao

selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian

2. Untuk mengetahui masalah masalah yang di hadapi petani dalam

pengembangan usahatani kakao di daeraht penelitian

3. Untuk mengetahui apakah usahatani kakao layak atau tidak layak di

kembangkan di daerah penelitian

4. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi usahatani kakao di daerah

penelitian

1.4 Manfaat Penelitia

Adapun manfaat yang ingin di capai adalah sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran dan informasi bagi petani kakao dalam menjalankan

usahataninya

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku kebijakan, baik pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat dalam pengembangan usaha budidaya kakao.

3. Memberi pengaruh positif terhadap evaluasi perkembangan usahatani kakao

di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis


2.1.1 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai

kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program.

Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria atau

pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat

dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti atau kejadian adalah kenyataan

yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang

dibentuk dengan membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009).

Sutjipta (2009) mengatakan lima ciri dalam evaluasi adalah (1) kualitas:

apakah program baik atau tidak baik, kualitas isi program, kegiatan pendidik,

media yang digunakan, penampilan pelaksana program, (2) kesesuaian

(suitability) : pemenuhan kebutuhan dan harapan masyarakat. Program tidak

menyulitkan atau membebani masyarakat, sesuai dengan tingkat teknis, sosial dan

ekonomis masyarakat, (3) keefektifan : seberapa jauh tujuan tercapai, (4) efisiensi

: penggunaan sumber daya dengan baik, dan (5) kegunaan (importance): kegunaan

bagi masyarakat yang ikut terlibat dalam program.

Evaluasi yang efektif dapat dinilai dari beberapa kriteria yaitu :

a. Memiliki tujuan evaluasi yang didefinisikan dengan jelas;

b. Pengukuran dilakukan dengan saksama menggunakan alat ukur yang valid;


c. Evaluasi dilakukan seobyektif mungkin yaitu bebas dari penilaian yang bersifat

pribadi;

d. Kriteria yang digunakan sebagai standar harus spesifik;

e. Evaluasi harus menggunakan metode ilmiah yang pantas sehingga memiliki

nilai kepercayaan yang tinggi;

f. Evaluasi harus dapat mengukur perubahan yang terjadi; dan

g. Evaluasi harus bersifat praktis.

2.1.2 Tanaman Kakao

Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan berprospek menjanjikan.

Tetapi jika factor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama

unsure hara mikro dan hormone alami, faktor iklim dan cuaca, factor hama dan

penyakit tanaman, serta factor pemeliharaan lainnya tidak di perhatikan maka

tingkat produksi dan kualitas akan rendah (Soeharjo., 2009)

Berikut adalah taksonomi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) :

Devisio :Spermatophyta

Klas :Dycotiledon

Ordo :Malvales

Famili :Sterculiaceae

Genus :Theobroma

Spesies :Theobroma cacao L

Perkembangan kakao di Indonesia sudah dilaksanakan cukup lama baik

oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.

Dalam upaya meningkatkan produksi kakao sekaligus peningkatan pendapatan

petani maupun masyarakat, pemerintah telah mengembangkan berbagai pola


pengembangan perkebunan yang dibiayai dari APBN dan bantuan luar Negeri

(BLN) antara lain melalui proyek-proyek pola Unit Pelayanan Pengembangan

(UPP), Perkebunan Inti Rakyat (PIR) , Perkebunan Besar (PB) dan pola Swadaya.

Untuk pengembangan agribisnis kakao kedepan, kegiatannya akan lebih banyak

mengandalkan inisiatif petani melalui pola swadaya. Pemerintah diharapkan lebih

berperan dalam upaya pengendalian hama PBK dan percepatan perluasan adopsi

teknologi budidaya maju untuk melaksanakan program pengembangan agribisnis

kakao tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan

investasi peningkatan produktivitas kebun, biaya pengendalian hama PBK,

investasi pengembangan sistem usahatani terpadu, dan pengembangan industri

hilir kakao serta pembangunan infrastruktur pendukungnya termasuk kegiatan

penelitian dan pengembangan hasil penelitian. Berikut ini akan diuraikan secara

singkat berbagai kebutuhan biaya tersebut. Kebutuhan biaya untuk pengembangan

agribisnis kakao periode tahun 2005-2010 khusus untuk peningkatan produksi

dengan target rehabilitas 2% per tahun, peremajaan 0,5% per tahun dan perluasan

areal 2,5% per tahun diperkirakan mencapai Rp 3,87 triliun. Selanjutnya untuk

periode 2010-2015 dengan target rehabilitas 3% per tahun, peremajaan 1% per

tahun dan perluasan areal 1,5% per tahun diperlukan biaya mencapai Rp 12,85

triliun. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk rehabilitasi, peremajaan dan

perluasan kebun kakao 2005-2025 mencapai Rp 16,72 triliun dengan (Deptan,

2005).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman

perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada

tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian
pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun

1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui

penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid (Sunanto,1992

hlm.89).

Tanaman kakao diperkirakan akan mengalami puncak produksi pada umur

tanaman memasuki tahun ke-10 sampai tahun ke-15, kemudian akan menurun

pada tahun-tahun berikutnya. Hingga saat ini pengembangan jenis cokelat

Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis Bulk/Hibrida. Jenis ini agak tahan

lama dibandingkan jenis Fine/ Flavour Cacao. Hal ini untuk menunjang program

pengembangan coklat di Indonesia (Tumpal, dkk, 2003). Studi kelayakan pada

hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatugagasan usaha tentang

kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilakukan (Najiyanti

dan Danarti, 2001)

Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan dinyatakan

terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasil yang

diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang

diperlukan. Pengukuran ini dinamakan kriteria investasi. Tiap kriteria investasi

didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan yang diperoleh

pada saat ini adalah lebih besar dari pada saat yang akan datang atau

kebalikannya, disebut time preference (Gray dkk, 2009).

Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis

akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek

pertanian yang diusulkan. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasikan


perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik

sebelum perencanaan proyek atau tahap awal pelaksanaan (Makmur, 2009.).

Teknologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang,

memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak

manusia (Daniel, 2009).

Berikut adalah morfologi tentang kakao, yaitu sebagai berikut :

a. Akar

Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar

kakao bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao

yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak

menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak

jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang

menyerupai akar tunggang.

b. Batang

Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 cm dari pangkal batangnya

pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih

pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya tanaman

kakao yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan batang utama sebelum

menumbuhkan cabang-cabang primer.

c. Daun

Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun

berkisar 25-34 cm dan lebarnya 9-12 cm. Mulut daun (stomata) terletak pada

bagian bawah permukaan daun. Daun yang tumbuh pada ujung-ujung tunas
biasanya berwarna merah dan disebut flush daun, permukaan seperti sutera.

Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi warna hijau dan

permukaannya kasar .

Bentuk helai daun bulat memanjang (ablongus) ujung daun meruncing

(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip

dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging

daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun hijau tua tergantung pada

kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun

licin dan mengkilap.

d. Bunga

Jumlah bunga kakao mencapai 5000-12000 per pohon per tahun, tetapi

jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar satu persen saja. Bunga

kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5

helai, dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai, diameter bunga 1,5 cm.

Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang terdapat

pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap

kultivarnya. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm), daun mahkota

panjang 6-8 mm, terdiri atas bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang

(claw) dan biasanya terdapat dua garis merah.

e. Buah

Buah kakao berupa benih yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah

mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada

bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari

kulit buah. Buah yang demikian akan berbunyi bila digoncang.


Warna buah kakao sangat beragam tetapi pada dasarnya hanya ada dua

macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika

sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda

berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange).

f. Biji

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya

beragam, yaitu 20-50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji

disusun oleh dua kutiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel

pada poros lembaga. Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih,

rasanya sama manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan.

Adapun yang menjadi masalah-masalah dalam perkembangan usahatani

kakao adalah sebagai berikut

a. Serangan hama dan penyakit

Salah satu permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya kakao adalah

serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman kakao dapat

mengakibatkan turunnya hasil panen atau bahkan kematian pada tanaman.

Tanaman kakao merupakan tanaman yang mudah diserang hama dan penyakit.

Hama merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang disebabkan oleh

serangga, tungau, mamalia yang kehadirannya sangat merugikan tanaman induk.

Sedangkan penyakit adalah organisme pengganggu tumbuhan yang disebabkan

mikroorganisme berupa jamur atau virus yang bersifat merugikan.

a. Harga yang relatif rendah

Harga merupakan penentu keberhasilan suatu pemasaran karena harga

menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan


produk maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan

penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi

keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Harga adalah suatu nilai tukar dari

produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.

b. Kurangnya pengetahuan petani tentang informasi pasar

Petani kurang mengetahui bagaimana pasar yakni, mengenai harga kakao,

posisi kakao itu sendiri di pasar. Petani hanya bisa menjual produk kakao ke

pedagang pengumpul.Harga yang ditentukan biasanya relatif murah petani harus

mau menerima harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul.

c. Transportasi

Sarana transportasi dan komunikasi yang akan memudahkan petani


bersentuhan dengan dunia luar seperti pasar. Informasi yang menyangkut
kebijakan pemerintah dapat digunakan petani sebagai bahan pertimbangan dalam
usahatani. Perkembangan dunia seperti teknologi dan komunikasi sosial lainnya,
akan memudahkan petani sebagai pengelolah usahatani. Petani dalam
melaksanakan usahatani tidak akan hidup terasing dalam keterbatasan dan
ketidaktahuan.
c. Modal
Modal merupakan unsur pokok usahatani yang penting. Menurut
pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor
produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang,
yaitu produksi pertanian.

2.2 Telaah penelitian Terdahulu


Berdasarkan Penelitian Amir, 2014 “Evaluasi Usahatani Kakao”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan usahatani kakao di Desa Teteuri

Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara. Hasil penelitiannya menunjukan

bahwa terjadi peningkatan atau perkembangan luas areal untuk pertanian kakao di
Desa Teteuri lima tahun terakhir tahun 2009-2013. Perkembangan luas areal

adalah 17 ha atau 36,17% dan peningkatan hasil produksi selama 5 tahun terakhir

sebesar 8.580 kg atau 36,68

Berdasaarkan penelitian Fitriani (2016), Evaluasi Perkembangan Usahatani

Kakao Di Desa Padang Raya Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa terjadi peningkatan dan perkembangan luas

areal untuk pertanian kakao di Desa Padang Raya lima tahun terakhir, tahun2011-

2015. Perkembangan luas areal 76 ha atau 9,18 % dan peningkatan produksi lima

tahun terakhir sebesar 54,05 kg atau 681,63%


BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir

Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk mengkaji apakah suatu proyek

atau usaha layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan apakah mampu

memberikan profit dan benefit untuk daerah yang mengalami pengembangan

tersebut. Namun pengembangan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena

banyak faktor yang mempengaruhinya

Kakao sebagai komoditi yang ingin dikembangkan di Desa Lodang Kecamatan

Seko Kabupaten Luwu Utara juga harus memperhatikan alam, dalam hal ini

kondisi iklim dan tanah apakah cocok dan sesuai dengan komoditi tersebut.

Melalui pengolahan yang baik, produk kakao tidak hanya dipasarkan dalam

bentuk bahan mentah, melalui proses tertentu maka biji kakao akan diolah

kebentuk yang lebih lanjut dan akan membuat semakin tinggi harga kakao di

daerah penelitian, hal ini tentu saja akan berdampak baik bagi petani kakao di

daerah penelitian. Produk kakao tersebut juga membutuhkan pemasaran hal ini

membantu pengembangan produksi usahatani kakao di daerah penelitian.

Masalah dan upaya mengatasi masalah tersebut merupakan bagian yang

penting dalam pengembangan usahatani kakao di Kabupaten Luwu Utara, oleh

karena itu perlu disiasati bagaimana mengelolah masalah tersebut agar tidak

menyulitkan pengembangan usahatani kakao tersebut.

Suatu usaha layak dikembangkan apabila dapat meningkatkan pendapatan

ekonomi. Adapun metode yang digunakan adalah metode ROI, metode ini

menjelaskan bagaimana produksi suatu usahatani tersebut, meliputi jumlah


penerimaan, jumlah modal (dalam hal ini sama dengan biaya produksi), jumlah

pendapatan (selisih antara penerimaan dengan biaya produksi). Usahatani kakao

perlu dilihat kelayakannya, apakah layak atau tidak layak dari segi ekonomi

maupun finansial (Syafri Harahap, 2008). Adapun metode ROI ini menggunakan

formula sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑋 100

Usahatani kakao

Perkembangan usahatani Masalah masalah dalam


kakao perkembangan usahatani kakao
 Luas lahan  Serangan hama dan
 Produksi Usahatani penyakit
 Harga yang relative rendah
 Kurangnya pengetahuan
petani tentang informasi
pasar
 Transportasi yang tidak
memadai
Layak Tidak Layak  Modak yang terbatas

Upaya-Upaya
3.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang, masalah dan tujuan penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Penerimaan, jumlah modal ( dalam hal ini sama dengan biaya produksi) jmlah

pendapatan (selisih antara penerimaan dengan biaya produksi), layak di

kembangkan di daerah penelitian.

3.3 Defenisih Operasional

Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai

kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program.

Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria atau

pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat

dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti atau kejadian adalah kenyataan

yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang

dibentuk dengan membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman

perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada

tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian

pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun

1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui

penggunaan
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian akan di laksanaakan di Desa Lodang

Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara pada bulan juli-agustus 2018, untuk

mengetahui perkembangan luas lahan produksi usahatani kakaao lima tahun

terakhir, mengetahui masalah masalah yang di hadapi petani dalam perkembangan

usahataani kakao, mengetahui layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan

upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah usahatani kakao.

4.2 Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani

kakao di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara. Adapun sampel

dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani kakao yang

mendapat program bantuan dari pemerintah. Penentuan jumlah (besar) sampel dan

penetapan sampel dilakukan secara simple random sampling. Jumlah populasi

petani di daerah penelitian sebanyak 115 petani kakao. Besarnya sampel ini

ditentukan secara purposive yaitu sebanyak 30 orang petani

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani

kakao di Desa Lodang Kecamatan Seko dengan menggunakan kuesioner yang

telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi
terkait : Kantor Pertanian Kecamatan Seko, Kantor Kecamatan Seko, serta

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.4 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis

secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui perkembangan luas

tanam produksi usahatani kakao selama 5 tahun terakhir, masalah-masalah yang

dihadapi dalam perkembangan usahatani kakao dan upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengatasi masalah. selama usahtani kakao dianalisis dengan menggunakan

metode analisis deskriptif, kualitatif yang berfungsi menerangkan keadaan,

gejala atau persoalan untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak untuk

dikembangkan. Menggunakan metode yaitu metode ROI yang menjelaskan

bagaimana produksi suatu usahatani tersebut, meliputi jumlah penerimaan, jumlah

modal (dalam hal ini sama dengan biaya produksi), jumlah pendapatan (selisih

antara penerimaan dengan biaya produksi).

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑋 100%

Keterangan :

Laba awal : Modal atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu

usaha baik berupa uang atau tenaga kerja (keahlian).

Laba bersih : Keuntungan bersih atas penjualan atau jumlah laba yang diterima

setelah adanya pemotongan pajak.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kakao Luwu Utara, 2012. Data Tanaman

Perkebunan Luwu Utara. BPS Luwu Utara.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Luwu Utara. 2012. Data Luas Areal, Produksi

dan Jumlah Tanaman Kakao di Kabupaten Luwu Utara. BPS Luwu Utara.

Fitriani.,2016.Evaluasi perkembangan usahatani kakao di kecamatan Seko. Skripsi

tidak diterbitkan:Palopo. Program Sarjana. Universitas Cokroaminoto.

Iswanu priharsant., Junaedi muhidong., Nixia tenriawaru., 2013.Kinerja program

pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Luwu Utara. (online).

http.//www jurnal com. (pdf) Diakses 07 januari 2017

Jemmy rinaldi., Anna parianti., Siti jahro., 2013. Faktor factor yang

mempengaruhi produksi kakao pada Perkebunan rakyat di bali:

pendekatan stochastic frontier. Jurnal SEPA. (online). Vol.10,No.1. ISSN

: 1829-9946. http//www e-jurnal com. Diakses 07 januari2017

La ode safuan., Aminuddin mane kendari., MMuhammad natsir.,2013. Evaluasi

kesesuaian lahan tanaman kakao (theobroma cacaol.) Berdasarkan analisis

data iklim menggunakan aplikasi sistem informasi geografi. Jurnal

Agroteknus (online).Vol.3, No.2. ISSN: 2087-7706. http// www e-jurnal

com. Diakses 07 januari 2017

Salmawati FM, 2015. Usahatani Kakao dan Tingkat kesejahteraan Petani di

Kelurahan Mawa Kecamatan Sendana Kota Palopo. Sarjana Program

Studi Agribisnis, UNCP.

Soehardjo, dkk, 2009. Kakao. PTPN IV. Bah Jambi. Pematang Siantar. Jambi

Anda mungkin juga menyukai