NURCAHYANI
14.023.54.201.077
Menyetujui
Pembimbing
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan dan penulisan proposal ini dengan segenap kelemahan
dan kekurangan.
Proposal yang berjudul “Evaluasi perkembangan usahatani kakao” diajukan
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah metodologi penelitian Fakultas
Pertanian Universitas Andi Djemma Palopo.
Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, penulis banyak mengalami
kendala dan kesulitan, namun karena keinginan dan usaha yang keras serta
bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga segala kendala dan
kesulitan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Walaupun telah diupayakan
semaksimal mungkin namun tidak ada yang sempurna di dunia ini demikian pula
dalam penyusunan proposal ini.
Proses penyelesaian proposal ini sungguh merupakan suatu perjuangan
panjang bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian hingga
penulisan proposal penulis menemui banyak hambatan. Sebagai manusia biasa,
penulis menyadari bahwa keinginan untuk menyelesaikan panulisan ini tidak akan
terwujud tanpa uluran tangan dari berbagai pihak. Namun berkat bantuan,
motivasi, doa dan pemikiran dari berbagai pihak maka hambatan-hambatan
tersebut dapat terlewatkan dengan baik.
Nurcahyani
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu
Sektor pertanian Indonesia, dimasa ini dan pada masa mendatang masih akan
menghadapi tantangan yang besar, terutama pada subsektor non pangan utama,
agribisnis dari negara lain untuk merebut pasar dalam negeri yang sangat potensial
berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan. Untuk dapat tumbuh dan
tanah dan iklim tertentu. Iklim yang sesuai untuk tanaman kakao adalah iklim
dengan curah hujan cukup dan hujan yang terdistribusi merata sepanjang tahun
(curah hujan rata-rata antara 1500-2500 mm/tahun), dengan bulan kering kurang
dari 3 bulan/tahun, suhu rata-rata antara 15-30 oC, tidak ada angin yang bertiup
kencang (Bahri, 1996). Winarso (2003) mengatakan bahwa sejumlah faktor iklim
dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao.
Indonesia lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa
Selatan merupakan salah satu propinsi di Pulau Sulawesi panghasil kakao rakyat
terbesar.
perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik
jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas
sistem yang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu
kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman
pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga
diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam
dalam aspek sosial ekonomi. Sebab sselain sumber devisa Negara, juga
penghasilan bagi para petani cokelat, terutama di daerah daerah sentra produksi
(Hatta., 2005)
yang serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang
berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan
kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan
sumbangan besar bagi pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan
pedesaan.
unggulan berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra
dan kandungan unsur hara tanah sangat cocok untuk tanaman kakao. Hampir di
setiap wilayah di Kabupaten Luwu Utara terdapat tanaman ini. Mulai dari
pada komoditi ini, disamping komoditi kelapa sawit dan tanaman pangan lain.
luas lahan pertanian seperti di Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu
daerah penghasil kakao. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan produksi kakao
pada tahun 2003 sebesar 506,30 ton, pada tahun 2004 sebesar 520,17 ton, pada
tahun 2005 sebesar 530,71 ton dan pada tahun 2006 sebesar 534,60 ton dan pada
tahun 2007 sebesar 546,40 ton. Dalam hal ini dapat dilihat terjadi kenaikan yang
cukup signifikan.
2012 di Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat dari tabel dimana komoditas kakao
menempati urutan pertama dalam penggunaan lahan yaitu seluas 46.184,92 ha.
Luas areal tanaman perkebunan saat ini mencapai 69.267,15 ha, dengan perincian
terakhir mengalami pasang surut. Peningkatan luas lahan tidak seiring dengan
peningkatan produksi. Luas lahan mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga
2010 namun pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan. Sementara
produktifitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012.
Tabel 2. Data luas areal, produksi dan jumlah petani tanaman kakao di Kabupaten
Luwu Utara pada tahun 2008 sebesar 56.187,69 ha dengan produksi 20.175,77 ton
kemudian luas areal meningkat pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 56.238,69 ha
dengan produksi tahun 2009 sebesar 21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar
32.648,75 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 luas lahan kakao mengalami penurunan
yang cukup drastis menjadi 51.246,74 ha dengan produksi 33.185,89 dan tahun
memiliki luas lahan dan produksi terbanyak di Kabupaten Luwu Utara. Meskipun
Kabupaten Luwu Utara layak dikembangkan atau tidak, perlu dilakukan penelitian
yang lebih mendalam, dengan menganalisis kondisi setiap faktor yang terkait
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diajukan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:
Utara?
Utara?
penelitian
usahataninya
kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program.
Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria atau
pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat
dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti atau kejadian adalah kenyataan
yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang
Sutjipta (2009) mengatakan lima ciri dalam evaluasi adalah (1) kualitas:
apakah program baik atau tidak baik, kualitas isi program, kegiatan pendidik,
menyulitkan atau membebani masyarakat, sesuai dengan tingkat teknis, sosial dan
ekonomis masyarakat, (3) keefektifan : seberapa jauh tujuan tercapai, (4) efisiensi
: penggunaan sumber daya dengan baik, dan (5) kegunaan (importance): kegunaan
pribadi;
Tetapi jika factor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama
unsure hara mikro dan hormone alami, faktor iklim dan cuaca, factor hama dan
Devisio :Spermatophyta
Klas :Dycotiledon
Ordo :Malvales
Famili :Sterculiaceae
Genus :Theobroma
oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.
(UPP), Perkebunan Inti Rakyat (PIR) , Perkebunan Besar (PB) dan pola Swadaya.
berperan dalam upaya pengendalian hama PBK dan percepatan perluasan adopsi
kakao tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan
penelitian dan pengembangan hasil penelitian. Berikut ini akan diuraikan secara
dengan target rehabilitas 2% per tahun, peremajaan 0,5% per tahun dan perluasan
areal 2,5% per tahun diperkirakan mencapai Rp 3,87 triliun. Selanjutnya untuk
tahun dan perluasan areal 1,5% per tahun diperlukan biaya mencapai Rp 12,85
triliun. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk rehabilitasi, peremajaan dan
2005).
perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada
tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian
pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun
1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui
hlm.89).
tanaman memasuki tahun ke-10 sampai tahun ke-15, kemudian akan menurun
Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis Bulk/Hibrida. Jenis ini agak tahan
lama dibandingkan jenis Fine/ Flavour Cacao. Hal ini untuk menunjang program
Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan dinyatakan
terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasil yang
didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan yang diperoleh
pada saat ini adalah lebih besar dari pada saat yang akan datang atau
output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak
a. Akar
kakao bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao
b. Batang
kakao yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan batang utama sebelum
c. Daun
Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun
berkisar 25-34 cm dan lebarnya 9-12 cm. Mulut daun (stomata) terletak pada
bagian bawah permukaan daun. Daun yang tumbuh pada ujung-ujung tunas
biasanya berwarna merah dan disebut flush daun, permukaan seperti sutera.
Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi warna hijau dan
permukaannya kasar .
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip
dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun hijau tua tergantung pada
d. Bunga
Jumlah bunga kakao mencapai 5000-12000 per pohon per tahun, tetapi
jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar satu persen saja. Bunga
kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (calyx) sebanyak 5
helai, dan benang sari (androecium) sejumlah 10 helai, diameter bunga 1,5 cm.
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang terdapat
pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap
kultivarnya. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm), daun mahkota
panjang 6-8 mm, terdiri atas bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang
e. Buah
Buah kakao berupa benih yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah
mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada
bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika
sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda
f. Biji
beragam, yaitu 20-50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji
disusun oleh dua kutiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel
pada poros lembaga. Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih,
Salah satu permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya kakao adalah
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman kakao dapat
Tanaman kakao merupakan tanaman yang mudah diserang hama dan penyakit.
penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Harga adalah suatu nilai tukar dari
posisi kakao itu sendiri di pasar. Petani hanya bisa menjual produk kakao ke
c. Transportasi
bahwa terjadi peningkatan atau perkembangan luas areal untuk pertanian kakao di
Desa Teteuri lima tahun terakhir tahun 2009-2013. Perkembangan luas areal
adalah 17 ha atau 36,17% dan peningkatan hasil produksi selama 5 tahun terakhir
Kakao Di Desa Padang Raya Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara. Hasil
areal untuk pertanian kakao di Desa Padang Raya lima tahun terakhir, tahun2011-
2015. Perkembangan luas areal 76 ha atau 9,18 % dan peningkatan produksi lima
Evaluasi dan monitoring perlu dilakukan untuk mengkaji apakah suatu proyek
atau usaha layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan apakah mampu
Seko Kabupaten Luwu Utara juga harus memperhatikan alam, dalam hal ini
kondisi iklim dan tanah apakah cocok dan sesuai dengan komoditi tersebut.
Melalui pengolahan yang baik, produk kakao tidak hanya dipasarkan dalam
bentuk bahan mentah, melalui proses tertentu maka biji kakao akan diolah
kebentuk yang lebih lanjut dan akan membuat semakin tinggi harga kakao di
daerah penelitian, hal ini tentu saja akan berdampak baik bagi petani kakao di
daerah penelitian. Produk kakao tersebut juga membutuhkan pemasaran hal ini
karena itu perlu disiasati bagaimana mengelolah masalah tersebut agar tidak
ekonomi. Adapun metode yang digunakan adalah metode ROI, metode ini
perlu dilihat kelayakannya, apakah layak atau tidak layak dari segi ekonomi
maupun finansial (Syafri Harahap, 2008). Adapun metode ROI ini menggunakan
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑋 100
Usahatani kakao
Upaya-Upaya
3.2 Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah dan tujuan penelitian yang telah
Penerimaan, jumlah modal ( dalam hal ini sama dengan biaya produksi) jmlah
kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program.
Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dalam program. Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria atau
pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat
dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti atau kejadian adalah kenyataan
yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang
perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada
tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian
pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun
1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui
penggunaan
BAB IV
METODE PENELITIAN
Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara pada bulan juli-agustus 2018, untuk
usahataani kakao, mengetahui layak atau tidak layak untuk dikembangkan dan
kakao di Desa Lodang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara. Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani kakao yang
mendapat program bantuan dari pemerintah. Penentuan jumlah (besar) sampel dan
petani di daerah penelitian sebanyak 115 petani kakao. Besarnya sampel ini
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi
terkait : Kantor Pertanian Kecamatan Seko, Kantor Kecamatan Seko, serta
gejala atau persoalan untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak untuk
modal (dalam hal ini sama dengan biaya produksi), jumlah pendapatan (selisih
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑋 100%
Keterangan :
Laba awal : Modal atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu
Laba bersih : Keuntungan bersih atas penjualan atau jumlah laba yang diterima
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kakao Luwu Utara, 2012. Data Tanaman
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Luwu Utara. 2012. Data Luas Areal, Produksi
dan Jumlah Tanaman Kakao di Kabupaten Luwu Utara. BPS Luwu Utara.
Jemmy rinaldi., Anna parianti., Siti jahro., 2013. Faktor factor yang
Soehardjo, dkk, 2009. Kakao. PTPN IV. Bah Jambi. Pematang Siantar. Jambi