MODUL
Manajemen Agribisnis
KELEMBAGAAN
tradisional
seperti
organisasi
KELEMBAGAAN
1) Rumah tangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan
hortikultura; 2) Kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani, dan 3) kelembagaan
usaha dalam bentuk perusahaan budidaya tanaman pangan dan hortikultura.
3) Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan hasil ini dapat
dibedakan antara lain: 1) Kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen
meliputi: Usaha jasa perontokan, Usaha pengemasan, sortasi, grading yang dilakukan
oleh pedagang dan sebagainya; 2) Kelembagaan usaha di bidang pengolahan
(agroindustri) seperti perusahaan penggilingan industri tepung tapioka, industri
kecap, dan sebagainya; 3) Kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk
mengatasi masalah pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sangat
mendesak, dimana ketersediaan pangan tidak mencukupi sementara untuk
memperolehnya masyarakat relatif tidak memiliki daya beli.
4)
KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN
tinggi
b)
c)
d)
e)
f)
b)
c)
d)
KELEMBAGAAN
tersebut yaitu :
A.
KELEMBAGAAN
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
D. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas
kekeluargaan.
Organisasi
Buruh
Sedunia
(Intemational
Labor
Organization/ILO), dalam resolusinya nomor 127 yang dibuat pada tahun
1966, membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
KELEMBAGAAN
menentukan, dan harus ada persamaan bagi semua jenis kelamin dalam
keanggotaan.
7. Manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite atau panitia yang
dipilih secara berkala.
8. Presentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi
pendidikan.
9. Perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering disajikan
kepada para anggota.
Undang-undang Capper-Volstead tahun 1922 merupakan undang-undang
koperasi yang paling menonjol diantaranya karena UU tersebut member kepastian
hak-hak pengusaha tani untuk mengorganisasi pasar dan hasil secara kolektif selama
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Asosiasi/koperasi
menyelenggarakan
sekurang-kurangnya
setengah
dari
bisnisnya dalam hubungan para anggotanya.
b) Tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak suara atau
asosiasi membatasi dividen tidak lebih dari 8 persen.
Fungsi dari didirikannya koperasi anatara lain yaitu:
1) Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia.
2) Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia.
3) Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia.
4) Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan
koperasi
Selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas, koperasi di dalam pendiriannya
juga memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi dari koperasi itu antara lain
yaitu :
1) Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia.
2) Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.
3) Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.
Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat
beberapa penggolongan dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan
antara lain yaitu menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya, koperasi dibedakan
menjadi empat macam sebagai berikut.
a) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari,
misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak goreng),
barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil), barang-barang pembantu
keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain). Tujuan koperasi
konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi
dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.
b) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi
organisasi maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang dan jasajasa. Dengan demikian, dapat meningkatakan taraf kesejahteraan anggota. Orangorang tersebut adalah kaum buruh dan kaum pengusaha. Misalnya Peternak Sapi
Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi Pertanian.
Page 8 of 13
KELEMBAGAAN
3. Pola Kemitraan
A. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama
dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran
masing-masing, dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling
menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan
misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama,
kesediaan untuk berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu.
Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih.
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).
c. Adanya
pihak-pihak tersebut
Inti Plasma
Page 9 of 13
KELEMBAGAAN
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar
bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanakan
pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan
pemasaran hasil produksi.
2. Subkontrak
Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari
produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada besarnya kebergantungan
pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar. Hal tersebut dapat
berdampak negatif terhadap kemandirian dan keuntungan yang diperoleh oleh
pengusaha kecil. Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil melalui pola subkontrak ini
adalah dalam hal :
a. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen.
b. Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku.
c. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau manajemen.
d. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang digunakan.
e. Pembiayaan.
3. Dagang Umum
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha
menengah atau usaha besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha
kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha
besar mitranya.
4. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah
atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merk dan
saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan disertai
bantuan dan bimbingan manajemen.
Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola waralaba ini telah
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1997 tentang
waralaba. Di dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat pengaturan
khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang menentukan sebagai
berikut :
a. Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas usahanya
dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha
kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba
untuk usaha yang bersangkutan.
b. Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara
waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota propinsi
hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.
5. Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi
hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar
mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama-sama
menjadi perantara dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan menengah atau
besar (prisipal). Namun, secara hukum berbeda karena mempunyai karakteristik dan
Page 10 of 13
KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN
Page 12 of 13
KELEMBAGAAN
REFERENSI
Hendrojogi. 1998. Koperasi : Azas-azas, Teori dan Praktek. PT. Grafindo Persada.
Jakarta.
Silvana Maulidah, 2010. Koperasi Pertanian. Jurusan Sosek Pertanian UB. Malang
W. David Downey & Steven P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi kedua.
Penerbit Erlangga
PROPAGASI
1. Mengapa Kelembagaan menjadi sebuah hal penting dalam mengelola usaha
agribisnis? Sebut dan jelaskan peranan koperasi pertanian dalam sistem
agribisnis
2. Sebutkan contoh riil model kemitraan petani agribisnis, Jelaskan dan buat
kesimpulan
3. Jelaskan kelebihan dan kelemahan model kemitraan dalam agribisnis
Page 13 of 13