Anda di halaman 1dari 15

PERAN KOPERASI DALAM

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

OLEH : MARTINA, S.P., M.Si

AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
a. Konsep Kelembagaan Agribisnis

• berupa tradisi baru yang cocok dengan tuntutan industrialisasi


atau organisasi yang mampu menghasilkan ragam produk yang
Kelembagaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan
komparatif atau keunggulan kompetitif.

Pembangunan kelembagaan merupakan suatu proses untuk memperbaiki kemampuan


suatu lembaga dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia secara efektif. Namun
demikian kelembagaan dalam perkembangannya masih belum memiliki kapasitas
manajerial yang memadai . Hal ini disebabkan karena:
1. Kelembagaan petani masih belum berorientasi usaha produktif;
2. Akses terhadap kelembagaan keuangan/perbankan rendah;
3. Kelembagaan petani belum mampu melayani kebutuhan pengembangan agribisnis
bagi anggotanya; dan
4. Kelembagaan petani belum mampu menghubungkan dengan sumber sumber
teknologi.
Kelembagaan pertanian  pada masyarakat pedesaan
yang masih bersahaja terkait erat dangan kegiatan
ekonomi masyarakat tradisional.

Secara terperinci revitalisasi kelembagaan


pertanian meliputi :

Peningkatan kualitas SDM

Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian yang


mampu mengentuh langsung kebutuhan petani dengan melibatkan
petani secara lebih aktif lagi.

Meningkatakan kualitas menejeman koperasi yang ada khususnya


kualitas SDM para pengurus dan manajer dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani.
Meningkatkan koordinasi peran lembaga keuangan dengan
lembaga penyuluhan, sarana produksi, sarana koperasi untuk
meningkatkan pelayanan kepada petani secara optimum.

Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan


informasi pertanian.

Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional


seperti organisasi lumbung desa dan pengairan.

Meningkatkan kemandirian organisasi petani


• dapat dipahami sebagai
norma atau kebiasaan yang
terstruktur dan terpola serta
di praktekkan terus menerus
Kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan
agribisnis anggota masyarakat yang
terkait erat dengan
penghidupan dari bidang
pertanian di masyarakat
b. Bentuk kelembagaan dalam sistem
agribisnis
2. Kelembagaan
Usaha
Tani/Produksi

3.Kelembagaan
1.
Pasca Panen
Kelembagaan
dan
Sarana
Pengolahan
Produksi Kelembagaan Hasil
Agribisnis

5. Kelembagaan
4. Kelembagaan
Jasa Layanan
Pemasaran Hasil
Pendukung
1. Kelembagaan Sarana Produksi

Kelembagaan sarana produksi merupakan Kelembagaan ini pada


kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang umumnya melakukan usaha
produksi, penyediaan dan penyaluran sarana dalam produksi,
produksi perdagangan/pemasaran
seperti: BUMN, Koperasi Unit Desa (KUD) dan sarana produksi seperti
usaha perdagangan swasta. pupuk, pestisida, dan benih
yang diperlukan petani.

a. Produsen Saprodi
Kelembagaan sarana produksi ini ada yang berfungsi sebagai produsen atau perusahaan
yang bergerak dibidang industri pupuk.
b. Distributor/penyalur saprodi
Kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang distribusi/penyaluran sarana produksi ini
cukup banyak jumlahnya, baik yang berstatus sebagai perusahaan BUMN maupun
swasta dan koperasi/KUD. Kelembagaan ini tersebar di semua-sentra produksi tanaman
pangan dan hortikultura di daerah.
c. Asosiasi
Untuk mengkoordinasi kegiatan baik dibidang produksi maupun distribusi sarana
produksi, biasanya beberapa kelembagaan usaha membentuk asosiasi.
2. Kelembagaan Usaha Tani/Produksi

 Kelembagaan agribisnis yang


bergerak di bidang usaha tani/ produksi

1. Rumah tangga petani sebagai unit usaha


terkecil di bidang tanaman pangan dan
hortikultura

2. Kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani

3. kelembagaan usaha dalam bentuk perusahaan


budidaya tanaman pangan dan hortikultura.
3. Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil

 Kelembagaan yang terkait dengan pasca


panen dan pengolahan hasil
Kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen meliputi:
Usaha jasa perontokan, Usaha pengemasan, sortasi, grading yang
dilakukan oleh pedagang dan sebagainya

Kelembagaan usaha di bidang pengolahan (agroindustri) seperti


perusahaan penggilingan industri tepung tapioka, industri kecap, dan
sebagainya

Kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk mengatasi masalah


pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sangat
mendesak, dimana ketersediaan pangan tidak mencukupi sementara
untuk memperolehnya masyarakat relatif tidak memiliki daya beli.
4. Kelembagaan Pemasaran Hasil
Kelembagaan Bidang pemasaran hasil
pemasaran meliputi Pertanian dapat juga
kelembagaan yang bertugas
terkait dalam sistem menyelenggarakan
tataniaga hasil pembinaan, fasilitasi dan
pertanian sejak lepas pengembangan
dari produsen sampai penanganan pasca
ke konsumen panen, pengolahan,
pemasaran hasil
Contoh dari kelembagaan pertanian tanaman
pemasaran tersebut pangan, hortikultura dan
adalah asosiasi pemasaran
peternakan
hasil tanaman pangan dan
hortikultura.
5. Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung
Diantara banyak kelembagaan jasa pendukung ada beberapa yang dianggap penting, antara
lain:
a. Kelembagaan di Bidang Permodalan
 Kelembagaan ini juga sangat bervariasi mulai dari perbankan, Dana Ventura, maupun
dana dari penyisihan keuntungan BUMN. Kelembagaan permodalan ini menyediakan modal
bagi sektor agribisnis baik berbasis komersial maupun menyalurkan kredit program yang
pada umumnya diskemakan oleh pemerintah.
b. Kelembagaan di Bidang Penyediaan Alat, mesin dan kendaraa
 Wujud kelembagaan ini berupa perusahaan/industri pembuatan dan perakitan alsintan
baik skala besar maupun skala menengah dan kecil, termasuk usaha perbengkelan yang
melakukan perakitan dan pembuat alsintan sederhana yang tersebar di daerah.
c. Kelembagaan Aparatur
 Kelembagaan aparatur yang melaksanakan fungsi pelayanan/penyuluhan adalah Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain dari kelembagaan
penyuluhan, ada pula kelembagaan aparatur yang memiliki fungsi pengaturan dan
pembinaan antara lain adalah organisasi pemerintah baik di pusat dan di tingkat provinsi
serta instansi terkait; serta Dinas Pertanian dan Instansi terkait di tingkat kabupaten.
C. Peran Koperasi dalam Kelembagaan
Agribisnis
• Salah satu bentuk kelembagaan agribisnis
adalah Koperasi

 tujuan awal pembentukan dari koperasi adalah untuk meningkatkan


produksi pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani
 Pemberdayaan petani dalam kelembagaan koperasi, merupakan suatu
bentuk alternatif dari model pembangunan masyarakat pedesaan
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sebagian
besar bermatapencarian sebagai petani/buruh tani. Koperasi yang
dimaksud disebut sebagai koperasi pertanian.
Koperasi dapat berperan dalam
kelembagaan agribisnis :
Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar mereka
baik dalam memasarkan hasil produksi maupun dalam pengadaan input
produksi yang dibutuhkan.

memberikan jaminan keuntungan bagi anggota baik dari segi sosial dan
ekonomi

Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah


melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan paska panen
sehubungan dengan perubahan permintaan pasa

Dalam hal mekanisme pasar tidak menjamin terciptanya keadilan,


koperasi dapat mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk
anggotanya
5
• Dengan penyatuan sumber daya para petani dalam sebuah koperasi, para
petani lebih mudah dalam menangani risiko yang melekat pada produksi
pertanian, seperti: pengaruh iklim, heterogenitas kualitas produksi dan
sebaran daerah produksi

• Dalam wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudah berinteraksi

6
secara positif terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan
kualitas SDM mereka. Oleh karena itu, agar pengembangan kelembagaan
ekonomi petani dapat berjalan denganbaik dan sesuai dengan tujuan untuk
itu diperlukan adanya sosialisasi mengenai perkoperasian.

7
• koperasi juga akan membangun petani dan masyarakat pedesaan yang
memiliki kualitas sumberdaya manusia unggulan yang mencakup pada
peningkatan ke-ahli-an dan keterampilan (bisnis dan organisasi),
pengetahuan, dan pengembangan jiwa kewirausahaan petani itu sendiri
d. Kesimpulan
• Kelembagaan agribisnis dan koperasi
merupakan wadah dan fasilitator dalam
menjamin keberlangsungan kegiatan
pertanian yang lebih, misalnya dalam hal
pengadaan kebutuhan produksi petani, jasa
konsultasi, dan meningkatkan bargaining
power yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.

Anda mungkin juga menyukai