FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013
I
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan diakui sebagai salah satu komoditas pangan yang memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Pada kenyataannya, target kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar
6g/kapita/hari masih jauh dari terpenuhi. Ada sedikitnya sepuluh permasalahan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar gizi
nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sumber
daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul produk nasional, kualitas produk yang
belum standar, efisiensi dan produktivitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum
dimanfaatkan secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan, komitmen
yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran lingkungan.
Bahkan, akhir-akhir ini produk ternak dari luar negeri semakin membanjiri pasar
Indonesia dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Hal ini sangat sulit untuk
dihindari, karena adanya kecenderungan adanya perdagangan bebas dan Indonesia mau tidak
mau harus menghadapinya. Hal ini tentu saja mengancam perkembangan peternakan di
Indonesia. Untuk mengantisipasi terpaan dari luar, peternakan di Indonesia harus mengubah
strategi agar mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing dengan produk luar baik dalam
memperebutkan pasar nasional maupun pasar internasional.
Istilah agribisnis yang terungkap sejauh ini memberikan kesan kepada kita bahwa
agribisnis adalah suatu corak pertanian tertentu dengan jati diri yang berbeda dengan pertanian
tradisional (yang dilakoni mengikuti budidaya yang berakar pada adat istiadat dari komunitas
tradisional) maupun dari pertanian hobi yang tidak mendambakan nilai tambah komersial.
Agribisnis adalah pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional dirancang
untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan barang
dan/atau jasa yang diminta pasar.
Oleh karena itu dalam agribisnis proses transformasi material yang diselenggarakan
tidak terbatas kepada budidaya proses biologik dari biota (tanaman, ternak, ikan) tetapi juga
proses pra-usahatani, pasca panen, pengolahan dan niaga yang secara struktural diperlukan
untuk memperkuat posisi tawar (bargaining) dalam interaksi dengan mitra transaksi di pasar.
Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan pra usahatani, budidaya, pasca panen,
pengolahan, pengawetan dan pengendalian mutu serta niaga perlu terwadahi secara terpadu
dalam suatu sistem agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masing
satuan sub proses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik bagi dirinya
maupun secara keseluruhan atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan,
sehingga membentuk suatu totalitas. Contohnya didalam tubuh manusia terdapa organ-organ
tubuh, antara lain hati, paru-paru, jantung, ginjal, otak, usus dan lain – lain. Setiap organ
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda, namun mempunyai ketergantungan satu dengan
yang lainnya. Bila terdapat salah satu organ yang rusak, maka fungsi tubuh manusia secara
keseluruhan menjadi terganggu (tidak normal).
Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu (a)
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan
sumberdaya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani; (c ) subsistem pengolahan hasil
atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran hasil; (e) subsistem prasarana dan (f) subsistem
pembinaan.
Karakteristik agribisnis tersebut tidak bersifat statis, namu dinamis seiring dengan
perubahan – perubahan pada aspek social, ekonomi, budaya, maupun pendidikan.
Meningkatnya upaya untuk terjadinya liberalisasi ekonomi internasional pada era global ini
mendorong kebijaksanaan deregulasi ekonomi disetiap Negara yang realitasnya semakin
mengurangi intervensi layanan pemerintah pada sector agribisnis. Peranan pemerintah
berubah dari mulanya yang bersifat mengatur (regulating) menjadi mempromosikan
(promoting) serta menciptakan iklim yang kondusif (enabling) bagi perkembangan agribisnis.
Sedangkan pada aspek social budaya juga terus mengalami perubahan terutama kaitannya
dengan perilaku konsumen (consumer behavior). Perubahan cara konsumsi tercermin dengan
adanya pergeseran dari makanan siap saji di rumah tangga ke restoran (fast food restorant,
fried chicken, dan sebagainya). Kemudian dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan
masyarakat terhadap kesehatan dan gizi, telah merubah cara-cara konsumen dalam melakukan
evaluasi terhadap suatu produk berdasarkan: (1) Keamanan pangan (food safety); (2)
Kandungan nutrisi (nutritional attributes); (3) nilai produk (value product); (4) Kemasan
produk (package attributes).
Manajemen agribisnis mengandung pengertian dari 2 (dua) kata, yaitu manajemen dan
agribisnis. Manajemen merupakan seni (art) dan ilmu (science) untuk melaksanakan suatu
rangkaian pekerjaan melalui orang-orang. Menurut Stoner dan Freeman (1989) dalam
Gumbira Sa’id et.al (2001), manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pemanfaatan sumberdaya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut H. Koontz (1982),
memberikan definisi tentang manajemen yaitu proses merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumberdaya yang lain untuk mencapai
organisasi (perusahaan) yang telah ditetapkan. Pengertian manajemen masih banyak yang
didefinisikan oleh para ahlinya, naum secara prinsip semuanya itu mempunyai makna
pengertian yang sama. Sedangkan agribisnis pengertiannya telah diuraikan seperti tersebut
diatas. Dari 2 (dua) kata tersebut apabila dirangkum, maka manajemen agribisnis peternakan
adalah seni dan ilmu untuk melaksanakan rangkaian pekerjaan pada kegiatan-kegiatan
agribisnis peterenakan, sejak dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, sampai dengan evaluasi. Sedangkan kegiatan-kegiatan agribisnis yang dimaksud
adalah meliputi kegiatan penyediaan sarana maupun prasarana produksi, proses produksi,
pengolahan produk primer maupun produk lanjutan (agroindustri), dan pemarasan produk. Di
dalam kegiatan-kegiatan tersebut menyangkut beberapa kegiatan lain yang mempunyai
peranan penting untuk mencapai tujuan agribisnis, yaitu meliputi kegiatan akuntasi keuangan
(analisis finansial),
pengendalian resiko usaha, penerapan teknologi, serta pemanfaatan sumberdaya manusia
maupun lembaga pendukung agribisnis. Dengan demikian sebenarnya agribisnis lebih tepat
dikatakan sebagai bentuk manajerial ekonomi. Manajemen agribisnis peternakan bukan hanya
menjelaskan apa adanya fenomena agribisnis (sebagai ilmu ekonomi pertanian), namun lebih
menekankan bagaimana seharusnya untuk dilakukan. Untuk itulah manajemen agribisnis
peternakan tidak cukup hanya memiliki landasan teori ekonomi akan tetapi juga teori
kewirausahaan yang didalamnya termasuk teori pengambilan keputusan.
Secara skematis mata rantai kegiatan agribisnis dapat digambarkan seperti pada Ilustrasi 1
berikut :
Ke-empat mata rantai atau subsistem tersebut mempunyai ruang lingkup kegiatan
sebagai berikut :
1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi, menyangkut kegiatan – kegiatan pengadaan
dan penyaluran sarana produksi pertanian yang didasarkan pada perencanaan dan
pengelolaannya sehingga sarana produksi tersebut dapat memenuhi criteria 5 tepat (yaitu,
tepat : Waktu, Jumlah, Jenis, Mutu dan Produk). Kegiatan- keiatan ini mempunyai keterkaitan
kebelakang (back ward lingkages) dengan industry-industri hulu.
2. Subsistem Usahatani atau Proses Produksi, menyangkut kegiatan-kegiatan pembinaan
dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemilihan lokasi usahatani, pemilihan komoditas,
pemilihan teknologi, serta pola usahatani.
3. Subsistem Agroindustri atau Pengolahan Hasil, menyangkut kegiatan-kegiatan
pengolahan hasil usahatani yang merupakan keseluruhan kegiatan, mulai dari penanganan
paska panen sampai pada tingkat pengolahan lanjutan hasil pertanian, dengan maksud untuk
menambah added value dari produksi primer. Kegiatan tersebut sangat perlu dilakukan
karena dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dan pada gilirannya tingkat
pendapatan petani ternak juga meningkat.
4. Subsistem Pemasaran, menyangkut kegiatan pemasaran hasil-hasil pertanian ataupun hasil
agroindustri, yang ditujukan untuk peermintaan pasar domestik maupun pasar luar negeri
(ekspor). Produsen bertindak sebagai mata rantai yang pertama, sedangkan konsumen sebagai
mata rantai terakhir. Proses pemasaran komoditas/ produk ternak mengandung beberapa
fungsi yang harus dipahami oleh produsen atau lembaga pemasaran lain yang terkait.
Seringkali fungsi pemasaran tersebut dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak
ditandangi secara baik dan benar.
- Pengangkutan - Resiko
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam membuat sebuah peternakan, salah satunya peternakan komoditas domba maka
maka kita harus menyusun suatu subsistem input dan sarana produksi. Subsistem input dan
sarana produksi merupakan subsistem yang mendukung subsistem budidaya dan subsistem
pengolahan. Subsistem input dan sarana produksi ini sering juga disebut sebagai subsistem
off-farm satu. Input dan sarana produksi digunakan untuk menunjang dalam proses on-farm
(budidaya) dan juga para proses pengolahan.
Fungsi manajemen yang pertama dalam input dan sarana produksi untuk merancang
sebuah peternakan komoditas peternakan domba adalah fungsi perencanaan. Dalam fungsi
perencanaan kita harus merencakan pakan apa yang dibutuhkan, bagaimana hijauan dan
konsentrat yang cocok untuk domba, selain itu kita juga harus merencanakan alat dan mesin
apa saja yang dibutuhkan dalam peternakan komoditas domba ini.
Pakan yang dibutuhkan oleh ternak domba adalah terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar,
baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-
rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan. Hijauan yang diberikan kepada ternak
domba itu terdiri dari rumput raja, rumput gajah, legume, dan daun-daunan. Selain hijauan
ada juga konsentrat, konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat atau makanan
penguat adalah bahan pakan yang tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau
karbohidrat dan rendahnya kadar serat kasar (dibawah 18%). Konsentrat mudah dicerna,
karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber
protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Bahan-bahan untuk membuat
konsentrat terdiri dari jagung, dedak, umbi-umbian, bungkil sawit, polar, dan kedelai. Mesin-
mesin yang digunakan untuk membuat konsentrat terdiri dari mesin cacah super, dan mesin
pengaduk bahan pakan.
Selain itu kita juga membutuhkan alat dan mesin untuk budidaya ternak domba ini.
Peralatan yang digunakan untuk budidaya ternak domba ini adalah mesin kandang sebagai
tempat hidup ternak itu sendiri, lalu ada liquid nitrogen container yang merupakan alat yang
digunakan untuk proses reproduksi domba dengan sistem inseminasi buatan. Lalu yang kedua
ada mesin, mesin yang pertama adalah mesin chooper yang merupakan mesin yang
digunakan untuk mencacah rumput, jadi rumput itu sebelum diberikan kepada ternak harus di
cacah terlebih dahulu agar ternak dengan mudah memakannya. Lalu mesin yang selanjutnya
adalah mesin pencukur bulu, mesin pencukur bulu ini digunakan untuk mencukur bulu
domba, dimana bulu domba ini akan menjadi wool yang dapat digunakan contohnya untuk
membuat sweater. Lalu ada mesin milkiny machine yang merupakan mesin untuk memerah
susu domba, biasa nya digunakan pada peternakan domba etawa.
B. Fungsi Pengorganisasian
Lalu disini juga kita melakukan penyimpanan, penyimpanan disini bias juga
penyimpanan pakan, alat, bahan yang akan digunakan pada proses produksi selanjutnya.
Setelah penyimpanan lalu ada pengalokasian, pengalokasian disini dapat juga pengalokasian
dana yang akan dialokasikan pada proses produksi. Lalu yang terakhir ada pemeliharaan,
pemeliharaan disini dapat juga berupa pemeliharaan pada komoditas ternak domba.
Pemeliharaan terdiri dari perawatan domba, pemberian pakan, mencukur domba (untuk
menghasilkan wool), perawatan kesehatan dan masih banyak lagi.
C. Fungsi Penyusunan
Pengarahan dalam hal ini merupakan pengarahan kepada para tenaga kerja dan
memberi petunjuk dalam bekerja. Pengarahan ini dilakukan untuk agar para tenaga kerja
dapat bekerja dengan sesuai dan teratur dan harapan dari proses pengarahan ini selaini agar
para tenagakerja bekerja dengan sesuai dan teratur tetapi juga agar harapan dari produksi ini
dapat dilakukan secara maksimal dan dapat mencapai target produksi yang telah
direncanakan sebelumnya.
E. Fungsi Pengawasan
Dalam fungsi pengawasan ini pengawasan dilakukan terhadap input pakan dan input
pada mesin dan alat yang digunakan. Proses pengawasan input merupakan hal yang sangat
penting sekali agar kita dapat mengetahui seberapa besar input yang dimasukan dalam suatu
produksi dan kita dapat membandingkannya dengan output yang akan diperoleh di proses
akhir produksi.
Dalam peternakan domba setelah sistem pertama yaitu subsistem input dan sarana
produksi selesai. Kemudian, akan berlanjut pada budi daya serta penggemukan domba dan
kambing hal ini akan sangat berkaitan dengan hasil yang didapat. Semakin baik budi daya
yang dihasilkan maka akan semakin baik pula Products domba akhir. Pertama yang akan
dibahas adalah karakteristik dari berbagai macam domba yang akan diternakan.
Karakteristiknya yaitu :
- Tubuh kecil,
- Jantan: 30-40kg
- Betina: 15-20kg
- Bentuk ekor panjang, lebar, tebal, besar dan semakin ke ujung semakin kecil,
- Warna bulu putih dan ada beberapa berwarna hitam atau kecoklatan
- Jantan: 50-70kg
- Betina: 25-40kg
Tubuh besar,
Betina tidak bertanduk dan jantan bertanduk besar, kokoh, kuat dan melingkar.
Jantan: 60-80kg
Betina: 30-40kg
4. Domba Merino;
Betina tidak bertanduk dan jantan bertanduk besar, kokoh dan kuat.
Jantan: 64-79
Betina: 45-57
5. Domba Suffolk
• Jantan:135-200
• Betina:100-150
6. Domba Dorset
• Jantan dan betina mempunyai tanduk yang melingkar
• Jantan:100-125
• Betina:70-90
Usaha ternak akan dilaksanakan didaerah dataran tinggi atau pegunungan sebab cocok
untuk penggemukan domba .
Pertimbangan yang digunakan adalah transportasi, pasar, suhu, geografis, struktur tanah,
bidang kemiringan tanah, angin, masyarakat sekitar.
Usaha yang akan diupayakan terbilang besar yaitu 1000 ekor domba.
Pola produksinya , membeli bibit pedaging domba yang sudah tersedia stoknya, ataupun
melakukan pembibitan mandiri . Lama bunting domba kisaran 5-6 bulan lamanya, jumlah per
kelahiran 1-4 ekor anak domba, umur dewasa domba jantan dan betina yaitu kurang lebih
satu tahun atau 12 bulan, kisaran bobot domba di Indonesia ketika umur satu tahun yaitu
sama dengan penjelasan sebelumnya.
Untuk ukuran kandang domba dewasa dibutuhkan ukuran 1 meter x 1 meter, sedangkan
bagi anak domba ukuran 1 meter x 0,7 meter.
Jumlah rmput segar yang diberikan kepada domba yaitu 10% dari bobot tubuhnya dan
diberikan 2-3 kali sehari sedangkan pemberian konsentrat yaitu sebesar kurang lebih tiga
kilogram.
Tenaga kerja yang dipekerjakan yaitu pria yang jenis tenaga kerjanya sebagai buruh.
Bentuk organisasi yang dari usaha ternak yang dijalankan adalah kelompok sebab
merupakan usaha ternak dengan skala besar sehingga lebih aman jikalau terjadi kerugian
namun tidak menutup kemungkinan juga usaha yang ternak dijalankan adalah individu.
Pengawasan dalam jadwal kegiatan berupa pemberian jam kerja secara berkala,
pemberian jadwal pakan, menentukan jadwal panen, menentukan jadwal membeli bibit, dll.
A. Fungsi Perencanaan
Setelah mebudidaya ternak maka hasil budidaya tersebut akan diolah menjadi suatu
produk , produk yang dihasilkan sendiri adalah, daging, kulit. Daging sendiri adalah bagian –
bagian yang diambil dari karkas domba. Karkas domba adalah merupakan semua produk
yang dihasilkan dari domba kecuali kepala, kaki,dan tulang. Ada juga kulit domba mentah
basah yang merupakan kulit yang masih segar dan belum diolah secara apapun dan baru
dipisahkan.
Adapun produk yang hasil olahan domba sendiri adalah bedug, daging cornet domba,
dan sate domba bahan input yang dibutuh kan untuk menghasilkan produk olahan adalah
daging mentah segar dan kulit domba yang masih segar.
B. Fungsi Pengorganisasian
C. Fungsi Penyusunan
Penugasan personalia atau individu terhadap kegiatan pengorganisasian pada tiap –
tiap kegiatan/ aktivitas yaitu dengan: penugasan terhadap spesialisai kemampuan terhadap
pekerjanya, penggunaan alat dan mesin, pemilihan daging yang baik.
D. Fungsi Pengarahan
E.Fungsi Pengawasan
Mengawasi setiap sudut kualitas daging yang akan diolah, agar kualitas selalu terjaga
dan terbebas dari bakteri, kemudian pengawasan terhadap jumlah domba yang sudah diolah
apakah sesuai dengan jumlah input, lebih banyak atau lebih sedikit. Pengawasan yang
lainnya yaitu pengawasan terhadap ketajaman pisau terhadap domba yang akan disembelih,
mesin yang akan mengolah domba dan juga pengawasan tenaga kerja agar tidak terjadi
pengangguran tak kentara.
Kamaluddin (2008), Menyatakan bahwa golongan lembaga pemasaran terdiri atas dua yaitu :
Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi, seperti agen dan
perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying broker).
Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang dipasarkan, seperti:
pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir.
Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yang dipasarkan,
seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas transportasi, asuransi
pemasaran, dan perusahaan yang menentukan kualitas produk pertanian (surveyor).
- Input dan sarana produksi adalah satu barang atau jasa primer yang diberikan dalam
subsistem I untuk pengolahan lebih lanjut produk yang diinginkan, Budidaya adalah
proses penggemukan dan pemeliharaan pada domba yang bertujuan untuk
menghasilkan domba yang berkualitas baik budi daya merupakan bagian dari
subsistem II, Pengolahan adalah satu proses penambahan nilai mutu terhadap barang
setengah jadi yang bertujuan untuk menambah nilai saing agar konsumen tertarik
padanya pengolahan merupakan subsistem III, Pemasaran adalah suatu proses usaha
dan tata niaga yang bertujuan untuk memindahkan produk dari produsen ke tangan
konsumen, pemasaran adalah subsistem IV dan kelembagaan merupakan bagian
pendamping dari jalur agrobisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan lain.
- Pada subsistem input dan sarana produksi aplikasinya adalah bibit ternak itu sendiri,
kandang, pakan, inseminator dan tenaga kerja, pada subsistem budi daya aplikasinya
adalah pakan, vaksin, tenaga kerja dsb, pada subsistem pengolahan aplikasinya adalah
pengolahan daging domba untuk menjadi sate, kornet dan daging steak domba, pada
subsistem pemasaran yang digunakan adalah sistem multiple marketing, pada
subsistem kelembagaan lembaga yang menjadi fondasi dalam peternakan domba
adalah perbankan, koperasi dan kelompok profesi ternak domba.
DAFTAR PUSTAKA
http://bangpren.blogspot.com/2012/03/agribisnis-dan-manajemen-agribisnis.html (diakses
pada tanggal 8 Desember 2013, pukul 17.00 WIB)