Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN AGRIBISNIS PETERNAKAN KOMODITAS DOMBA DAN KAMBING

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis

Billy Mulyana 200110120063

Muhamad Ramdhan 200110120067

Arie Pratama 200110120077

M. Taufik Suryana 200110120079

Reza Fitra Nugraha 200110120084

Tria Rahayu 200110120085

Arief Mangandar 200110120245

Dinan Hadaina 200110120000

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2013
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komoditas peternakan salah satunya komoditas domba merupakan salah satu
komoditas yang cakupannya luas dalam bidang manajemen dan tidak dapat terpisahkan
sehingga perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas melalui manajemennya. Seperti
kita ketahui bahwa agribisnis terdiri dari sektor hulu ke hilir, melalui subsistem pertama
yaitu input dan sarana produksi ternak subsistem kedua yaitu budi daya ternak
berkelanjutan subsistem ketiga pengolahan hasil ternak subsistem keempat yaitu
pemasaran dan subsistem terakhir yaitu kelembagaan yang terkait.
Untuk memperoleh keuntungan dan profit yang maksimum dibutuhkan kaitan yang
relevan antara kelima subsistem tersebut, sehingga untuk mewujudkan hal tersebut
dibutuhkan syarat dan prasyarat dalam pemenuhna kebutuhan dari setiap subsistem baik
itu berupa barang dan jasa maupun kelembagaan. Sehingga akan tercapai target sesuai
dengan keempat manajemen yang sudah dipelajari yaitu pengorganisasian, pengawasan,
penyusunan, pengarahan bagi perusahaan maupun usaha yang terkait dengan komoditas
peternakan.
1.2 Tujuan
- Mengetahui keterkaitan antara subsistem I, II, III, IV dan V.
- Mengetahui pengertian input dan sarana produksi, budi daya, pengolahan, pemasaran
dan kelembagaan.
- Mengetahui aplikasi secara langsung subsistem I, II, III, IV dan V pada komoditas
domba.
1.3. Identifikasi Masalah
- Bagaimanakah keterkaitan antara subsistem I, II, III, IV dan V.
- Apa pengertian dari sarana produksi, budi daya, pengolahan, pemasaran dan
kelembagaan.
- Aplikasi subsistem apa sajakah yang diterapkan secara langsung subsistem pada
komoditas domba beserta contohnya.

II
TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan diakui sebagai salah satu komoditas pangan yang memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Pada kenyataannya, target kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar
6g/kapita/hari masih jauh dari terpenuhi. Ada sedikitnya sepuluh permasalahan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar gizi
nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sumber
daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul produk nasional, kualitas produk yang
belum standar, efisiensi dan produktivitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum
dimanfaatkan secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan, komitmen
yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran lingkungan.
Bahkan, akhir-akhir ini produk ternak dari luar negeri semakin membanjiri pasar
Indonesia dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Hal ini sangat sulit untuk
dihindari, karena adanya kecenderungan adanya perdagangan bebas dan Indonesia mau tidak
mau harus menghadapinya. Hal ini tentu saja mengancam perkembangan peternakan di
Indonesia. Untuk mengantisipasi terpaan dari luar, peternakan di Indonesia harus mengubah
strategi agar mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing dengan produk luar baik dalam
memperebutkan pasar nasional maupun pasar internasional.

B. PENGERTIAN SISTEM AGRIBISNIS

Istilah agribisnis yang terungkap sejauh ini memberikan kesan kepada kita bahwa
agribisnis adalah suatu corak pertanian tertentu dengan jati diri yang berbeda dengan pertanian
tradisional (yang dilakoni mengikuti budidaya yang berakar pada adat istiadat dari komunitas
tradisional) maupun dari pertanian hobi yang tidak mendambakan nilai tambah komersial.
Agribisnis adalah pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional dirancang
untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan barang
dan/atau jasa yang diminta pasar.
Oleh karena itu dalam agribisnis proses transformasi material yang diselenggarakan
tidak terbatas kepada budidaya proses biologik dari biota (tanaman, ternak, ikan) tetapi juga
proses pra-usahatani, pasca panen, pengolahan dan niaga yang secara struktural diperlukan
untuk memperkuat posisi tawar (bargaining) dalam interaksi dengan mitra transaksi di pasar.
Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan pra usahatani, budidaya, pasca panen,
pengolahan, pengawetan dan pengendalian mutu serta niaga perlu terwadahi secara terpadu
dalam suatu sistem agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masing
satuan sub proses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik bagi dirinya
maupun secara keseluruhan atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan,
sehingga membentuk suatu totalitas. Contohnya didalam tubuh manusia terdapa organ-organ
tubuh, antara lain hati, paru-paru, jantung, ginjal, otak, usus dan lain – lain. Setiap organ
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda, namun mempunyai ketergantungan satu dengan
yang lainnya. Bila terdapat salah satu organ yang rusak, maka fungsi tubuh manusia secara
keseluruhan menjadi terganggu (tidak normal).
Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu (a)
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan
sumberdaya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani; (c ) subsistem pengolahan hasil
atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran hasil; (e) subsistem prasarana dan (f) subsistem
pembinaan.

C. SISTEM AGRIBISNIS PETERNAKAN


Agribinis Peternakan adalah semua kegiatan peternakan yang dimulai dari subsistem
penyediaan sarana produksi ternak, proses produksi (budidaya) ternak, penanganan pasca
panen, pengolahan dan subsistem pemasaran. Sehingga sistem agribisnis peternakan adalah
keterkaitan yang saling mendukung dan tidak boleh terpotong antara kegiatan subsistem
agribisnis satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk suatu totalitas.
Karakteristik Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi paling tua dalam bentuk
intervensi manusia terhadap alam. Ada 5 karakteristik penting dari agribisnis peternakan yang
membedakannya dengan bisnis-bisnis yan lain, yaitu :
1. Keunikan dalam aspek social, budaya dan politik. Agribisnis sebagai bagian dari
peradaban manusia, keberagaman social budaya juga ikut membentuk keberagaman dari
struktur, perilaku dan kinerja dari agribisnis. Keberagaman tersebut tercermin dari sisi
produsen (petani) maupun sisi konsumen. Contoh : Pola konsumsi produk hasil peternakan
bagi masyarakat Aceh tentunya berbeda dengan masyarakat Jawa, dan lain-lain. Sehingga
pendorong berkembangnya teori perilaku konsumen (consumer behavior).
2. Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dari produksi peternakan yang
berbasis biologis. Dalam ilmu genetika diketahui bahwa variasi produksi ternak dipengaruhi
oleh variasi genetik, variasi lingkungan (Iklim makro and mikro), dan variasi interaksi genetik
dengan lingkungannya. Atas dasar tersebut sehingga dikenal berbagai komoditas agribisnis
tropis dan sub tropis, komoditas yang mempunyai toleransi lingkungan (misalnya : ayam
buras, kambing), komoditas spesifik lokasi (misalnya: sapi perah, domba, itik, dll). Variasi
proses biologis ini membuat ketidakpastian, dimana perencanaan tidak dapat dilakukan secara
tepat tentang mutu dari komoditas agribisnis.

3. Keunikan dalam derajat intensitas intervensi politik dari pemerintah. Produk


agribisnis khususnya pangan merupakan kebutuhan dasar (basic needs) dan sering dilihat
sebagai komoditas politik sehingga sering diitervensi oleh politik pemerintah.

4. Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi. Peranan sector agribisnis


peternakan yang penting dalam ekonomi setiap Negara menyebabkan pengembangan
teknologi pada sector agribisnis menjadi salah satu bentuk layanan umum yang disediakan
oleh pemerintah. Di Indonesia misalnya kelembagaan pengembangan teknologi dibidang
agribisnis dibiayai oleh anggaran pemerintah (misalnya : BLTU Ternak Unggul di Indra Puri,
dan lain-lain). Hal ini berbeda dengan industri lain (non agribisnis) yang umumnya dimiliki
dan dibiayai oleh perusahaan yang bersangkutan.

5. Perbedaan struktur persaingan. Satu-satunya sector ekonomi yag paling banyak


pelaku ekonominya, adalah sector agribisnis. Pelaku ekonomi pada sector agribisnis
(produsen, konsumen) umumnya relative kecil-kecil bila dibandingkan dengan besarnya pasar.
Disamping itu hampir semua produk agribisnis mempunyai produk substitusinya. Sumber
protein hewani misalnya, terdapat pada berbagai produk ternak. Kondisi ini tentunya berbeda
dengan struktur pasar industri selain agribisnis yang umumnya berkisar anatara struktur pasar
monopolistic atau monopsonistik hingga ke oligopolistic atau oligopsonistik.

Karakteristik agribisnis tersebut tidak bersifat statis, namu dinamis seiring dengan
perubahan – perubahan pada aspek social, ekonomi, budaya, maupun pendidikan.
Meningkatnya upaya untuk terjadinya liberalisasi ekonomi internasional pada era global ini
mendorong kebijaksanaan deregulasi ekonomi disetiap Negara yang realitasnya semakin
mengurangi intervensi layanan pemerintah pada sector agribisnis. Peranan pemerintah
berubah dari mulanya yang bersifat mengatur (regulating) menjadi mempromosikan
(promoting) serta menciptakan iklim yang kondusif (enabling) bagi perkembangan agribisnis.
Sedangkan pada aspek social budaya juga terus mengalami perubahan terutama kaitannya
dengan perilaku konsumen (consumer behavior). Perubahan cara konsumsi tercermin dengan
adanya pergeseran dari makanan siap saji di rumah tangga ke restoran (fast food restorant,
fried chicken, dan sebagainya). Kemudian dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan
masyarakat terhadap kesehatan dan gizi, telah merubah cara-cara konsumen dalam melakukan
evaluasi terhadap suatu produk berdasarkan: (1) Keamanan pangan (food safety); (2)
Kandungan nutrisi (nutritional attributes); (3) nilai produk (value product); (4) Kemasan
produk (package attributes).

D. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Manajemen agribisnis mengandung pengertian dari 2 (dua) kata, yaitu manajemen dan
agribisnis. Manajemen merupakan seni (art) dan ilmu (science) untuk melaksanakan suatu
rangkaian pekerjaan melalui orang-orang. Menurut Stoner dan Freeman (1989) dalam
Gumbira Sa’id et.al (2001), manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pemanfaatan sumberdaya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut H. Koontz (1982),
memberikan definisi tentang manajemen yaitu proses merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumberdaya yang lain untuk mencapai
organisasi (perusahaan) yang telah ditetapkan. Pengertian manajemen masih banyak yang
didefinisikan oleh para ahlinya, naum secara prinsip semuanya itu mempunyai makna
pengertian yang sama. Sedangkan agribisnis pengertiannya telah diuraikan seperti tersebut
diatas. Dari 2 (dua) kata tersebut apabila dirangkum, maka manajemen agribisnis peternakan
adalah seni dan ilmu untuk melaksanakan rangkaian pekerjaan pada kegiatan-kegiatan
agribisnis peterenakan, sejak dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, sampai dengan evaluasi. Sedangkan kegiatan-kegiatan agribisnis yang dimaksud
adalah meliputi kegiatan penyediaan sarana maupun prasarana produksi, proses produksi,
pengolahan produk primer maupun produk lanjutan (agroindustri), dan pemarasan produk. Di
dalam kegiatan-kegiatan tersebut menyangkut beberapa kegiatan lain yang mempunyai
peranan penting untuk mencapai tujuan agribisnis, yaitu meliputi kegiatan akuntasi keuangan
(analisis finansial),
pengendalian resiko usaha, penerapan teknologi, serta pemanfaatan sumberdaya manusia
maupun lembaga pendukung agribisnis. Dengan demikian sebenarnya agribisnis lebih tepat
dikatakan sebagai bentuk manajerial ekonomi. Manajemen agribisnis peternakan bukan hanya
menjelaskan apa adanya fenomena agribisnis (sebagai ilmu ekonomi pertanian), namun lebih
menekankan bagaimana seharusnya untuk dilakukan. Untuk itulah manajemen agribisnis
peternakan tidak cukup hanya memiliki landasan teori ekonomi akan tetapi juga teori
kewirausahaan yang didalamnya termasuk teori pengambilan keputusan.
Secara skematis mata rantai kegiatan agribisnis dapat digambarkan seperti pada Ilustrasi 1
berikut :
Ke-empat mata rantai atau subsistem tersebut mempunyai ruang lingkup kegiatan
sebagai berikut :
1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi, menyangkut kegiatan – kegiatan pengadaan
dan penyaluran sarana produksi pertanian yang didasarkan pada perencanaan dan
pengelolaannya sehingga sarana produksi tersebut dapat memenuhi criteria 5 tepat (yaitu,
tepat : Waktu, Jumlah, Jenis, Mutu dan Produk). Kegiatan- keiatan ini mempunyai keterkaitan
kebelakang (back ward lingkages) dengan industry-industri hulu.
2. Subsistem Usahatani atau Proses Produksi, menyangkut kegiatan-kegiatan pembinaan
dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemilihan lokasi usahatani, pemilihan komoditas,
pemilihan teknologi, serta pola usahatani.
3. Subsistem Agroindustri atau Pengolahan Hasil, menyangkut kegiatan-kegiatan
pengolahan hasil usahatani yang merupakan keseluruhan kegiatan, mulai dari penanganan
paska panen sampai pada tingkat pengolahan lanjutan hasil pertanian, dengan maksud untuk
menambah added value dari produksi primer. Kegiatan tersebut sangat perlu dilakukan
karena dapat meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dan pada gilirannya tingkat
pendapatan petani ternak juga meningkat.
4. Subsistem Pemasaran, menyangkut kegiatan pemasaran hasil-hasil pertanian ataupun hasil
agroindustri, yang ditujukan untuk peermintaan pasar domestik maupun pasar luar negeri
(ekspor). Produsen bertindak sebagai mata rantai yang pertama, sedangkan konsumen sebagai
mata rantai terakhir. Proses pemasaran komoditas/ produk ternak mengandung beberapa
fungsi yang harus dipahami oleh produsen atau lembaga pemasaran lain yang terkait.
Seringkali fungsi pemasaran tersebut dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak
ditandangi secara baik dan benar.

Fungsi pemasaran komoditas / produk ternak adalah :


- Pembelian dan pengumpulan - Pengolahan

- Penjualan dan pendistribusian - Pembiayaan

- Pengangkutan - Resiko

- Penyimpanan - Informasi Pasar

5. Subsistem Jasa Lembaga Penunjang Agribisnis, juga sangat diperlukan bagai


pengembangan usahatani ternak, misalnya pengembangan lembaga keuangan, pengembangan
institusi sumberdaya manusia, pengembangan organisasi ekonomi petani ternak,
pengembangan funngsi penelitian dan lain-lain. Hal ini karena keberadaan lembaga-lembaga
tersebut untuk melaksanakan fungsinya secara total dan proporsional bagi kepentingan petani
(khususnya petani ternak) untuk menuju penerapakn sistem agribisnis. Untuk itu eksistensi
dan peranan lembaga tersebut idealnya dalam kondisi optimal.
Banyak pendapat tentang batasan atau ruang lingkup agribisnis, tergantung pada unit dan
tujuannya. Dari pendapat-pendapat yang ada, pengertian lengkap oleh Davis dan Goldberg,
Sonka and Hudson, Farrel and Funk (Harling, 1995 dalam Saragih, 2001), yaitu
“Agribusiness included all operation involved in the manufacture and distribution of farm
supplies; production operations on the farm; the storage, processing and distribution of farm
commodities made from them, trading (wholesaler, retailer), customer to it, all non farm nd
institution serving them”. Dengan demikian suatu sistem agribisnis yang lengkap terdiri atas :
(1) subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan industri dan
perdagangan yang menghasilkan sarana produksi usahatani seperti pembibitan (semen-beku,
DOC, final stock, hibrida, benih unggul), agrokimia (pakan, obat-obatan, vaksin, pupuk,
pestisida), agro-otomotif (trktor, mesin-mesin pertanian), agrimekanik; (2) Subsistem
usahatani (on farm agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi
usaha tani untuk menghasilkan produk pertanian primer (farm product, missal : susu sapi,
telur, daging, padi, buah-buahan, dll); (3) Subsistem agribisnis hilir (down-stream
agribusiness) yakni kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk
olahan (intermediate or finished product, misalnya : susu parterurisasi, youghurt, keju,
mentega, bakso, telur omega 3, dan sebagainya) beserta perdagangan/ pemasarannya
(wholesaler, retailer) dan konsumennya; dan (4) Subsistem jasa penunjang (Agro-institution
and agro-service) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti : lembaga
keuangan (perbankan), infrastruktur, koperasi, litbang, pendidikan/ latihan, penyuluhan,
konsultasi,dan lainnya.

BAB III

PEMBAHASAN

Komoditas : Domba dan Kambing

Pembahasan Domba akan dibahas menurut jalur Agribisnis :

- Subsistem Pertama (Input dan Sarana Produksi)

- Subsistem Kedua (Budidaya)


- Subsistem Ketiga (Pengolahan)

- Subsistem Keempat (Pemasaran)

- Subsistem Kelima (Kelembagaan)

3.1. SUBSISTEM INPUT DAN SARANA PRODUKSI TERNAK


A. Fungsi Perencanaan

Dalam membuat sebuah peternakan, salah satunya peternakan komoditas domba maka
maka kita harus menyusun suatu subsistem input dan sarana produksi. Subsistem input dan
sarana produksi merupakan subsistem yang mendukung subsistem budidaya dan subsistem
pengolahan. Subsistem input dan sarana produksi ini sering juga disebut sebagai subsistem
off-farm satu. Input dan sarana produksi digunakan untuk menunjang dalam proses on-farm
(budidaya) dan juga para proses pengolahan.

Fungsi manajemen yang pertama dalam input dan sarana produksi untuk merancang
sebuah peternakan komoditas peternakan domba adalah fungsi perencanaan. Dalam fungsi
perencanaan kita harus merencakan pakan apa yang dibutuhkan, bagaimana hijauan dan
konsentrat yang cocok untuk domba, selain itu kita juga harus merencanakan alat dan mesin
apa saja yang dibutuhkan dalam peternakan komoditas domba ini.

Pakan yang dibutuhkan oleh ternak domba adalah terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar,
baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-
rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan. Hijauan yang diberikan kepada ternak
domba itu terdiri dari rumput raja, rumput gajah, legume, dan daun-daunan. Selain hijauan
ada juga konsentrat, konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat atau makanan
penguat adalah bahan pakan yang tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau
karbohidrat dan rendahnya kadar serat kasar (dibawah 18%). Konsentrat mudah dicerna,
karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber
protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Bahan-bahan untuk membuat
konsentrat terdiri dari jagung, dedak, umbi-umbian, bungkil sawit, polar, dan kedelai. Mesin-
mesin yang digunakan untuk membuat konsentrat terdiri dari mesin cacah super, dan mesin
pengaduk bahan pakan.
Selain itu kita juga membutuhkan alat dan mesin untuk budidaya ternak domba ini.
Peralatan yang digunakan untuk budidaya ternak domba ini adalah mesin kandang sebagai
tempat hidup ternak itu sendiri, lalu ada liquid nitrogen container yang merupakan alat yang
digunakan untuk proses reproduksi domba dengan sistem inseminasi buatan. Lalu yang kedua
ada mesin, mesin yang pertama adalah mesin chooper yang merupakan mesin yang
digunakan untuk mencacah rumput, jadi rumput itu sebelum diberikan kepada ternak harus di
cacah terlebih dahulu agar ternak dengan mudah memakannya. Lalu mesin yang selanjutnya
adalah mesin pencukur bulu, mesin pencukur bulu ini digunakan untuk mencukur bulu
domba, dimana bulu domba ini akan menjadi wool yang dapat digunakan contohnya untuk
membuat sweater. Lalu ada mesin milkiny machine yang merupakan mesin untuk memerah
susu domba, biasa nya digunakan pada peternakan domba etawa.

B. Fungsi Pengorganisasian

Dalam pengorganisasian yang pertama harus dilakukan yaitu perencanaan persediaan,


perenaan persediaan merupakan perencanaan persediaan alat, pakan, dan bibit ternak, dan
juga dalam hal ini harus diperhatikan juga mengenai pengadaan atau pembelian alat yang
berfungsi dan menunjang dalam produktivitas ternak domba.

Lalu disini juga kita melakukan penyimpanan, penyimpanan disini bias juga
penyimpanan pakan, alat, bahan yang akan digunakan pada proses produksi selanjutnya.
Setelah penyimpanan lalu ada pengalokasian, pengalokasian disini dapat juga pengalokasian
dana yang akan dialokasikan pada proses produksi. Lalu yang terakhir ada pemeliharaan,
pemeliharaan disini dapat juga berupa pemeliharaan pada komoditas ternak domba.
Pemeliharaan terdiri dari perawatan domba, pemberian pakan, mencukur domba (untuk
menghasilkan wool), perawatan kesehatan dan masih banyak lagi.

C. Fungsi Penyusunan

Dalam fungsi penyusunan disini terdapat penyusunan personalia terhadap pengawasan,


yaitu berupa pemberian petunjuk kepada personalia terhadap kesesuaian di bidang masing-
masing pekerja. Jadi dalam hal ini para atasan memberikan pembekalan dan pembekalan
kepada kepala personalia untuk memberikan petunjuk-petunjuk mengenai apa saja yang
menjadi indikator para personalia dalam mengawasi para pekerja agar tercipta nya suatu
keserasian terhadap kesesuain di bidangnya.
D. Fungsi Pengarahan

Pengarahan dalam hal ini merupakan pengarahan kepada para tenaga kerja dan
memberi petunjuk dalam bekerja. Pengarahan ini dilakukan untuk agar para tenaga kerja
dapat bekerja dengan sesuai dan teratur dan harapan dari proses pengarahan ini selaini agar
para tenagakerja bekerja dengan sesuai dan teratur tetapi juga agar harapan dari produksi ini
dapat dilakukan secara maksimal dan dapat mencapai target produksi yang telah
direncanakan sebelumnya.

E. Fungsi Pengawasan

Dalam fungsi pengawasan ini pengawasan dilakukan terhadap input pakan dan input
pada mesin dan alat yang digunakan. Proses pengawasan input merupakan hal yang sangat
penting sekali agar kita dapat mengetahui seberapa besar input yang dimasukan dalam suatu
produksi dan kita dapat membandingkannya dengan output yang akan diperoleh di proses
akhir produksi.

3.2. SUBSISTEM BUDIDAYA

Dalam peternakan domba setelah sistem pertama yaitu subsistem input dan sarana
produksi selesai. Kemudian, akan berlanjut pada budi daya serta penggemukan domba dan
kambing hal ini akan sangat berkaitan dengan hasil yang didapat. Semakin baik budi daya
yang dihasilkan maka akan semakin baik pula Products domba akhir. Pertama yang akan
dibahas adalah karakteristik dari berbagai macam domba yang akan diternakan.
Karakteristiknya yaitu :

C. Ciri –ciri khas domba Indonesia :

1. Domba Ekor Kurus;

- Tubuh kecil,

- Ekor kecil dan tipis,

- Betina tidak bertanduk dan jantan bertanduk kecil dan melingkar.

- Jantan: 30-40kg
- Betina: 15-20kg

2. Domba Ekor Gemuk;

- Bentuk ekor panjang, lebar, tebal, besar dan semakin ke ujung semakin kecil,

- Jantan dan betina tidak bertanduk.

- Warna bulu putih dan ada beberapa berwarna hitam atau kecoklatan

- Jantan: 50-70kg

- Betina: 25-40kg

3. Domba Priangan (Garut);

Tubuh besar,

Daun telinga kecil dan kokoh,

Bulu cukup banyak,

Betina tidak bertanduk dan jantan bertanduk besar, kokoh, kuat dan melingkar.

Jantan: 60-80kg

Betina: 30-40kg

4. Domba Merino;

Panjang bulu mencapai 10 cm,

Betina tidak bertanduk dan jantan bertanduk besar, kokoh dan kuat.

Jantan: 64-79

Betina: 45-57

5. Domba Suffolk

• Persentase daging 55-65 % dari bobot badan

• Jantan:135-200

• Betina:100-150

6. Domba Dorset
• Jantan dan betina mempunyai tanduk yang melingkar

• Jantan:100-125

• Betina:70-90

Usaha ternak akan dilaksanakan didaerah dataran tinggi atau pegunungan sebab cocok
untuk penggemukan domba .

Pertimbangan yang digunakan adalah transportasi, pasar, suhu, geografis, struktur tanah,
bidang kemiringan tanah, angin, masyarakat sekitar.

Usaha yang akan diupayakan terbilang besar yaitu 1000 ekor domba.

Pola produksinya , membeli bibit pedaging domba yang sudah tersedia stoknya, ataupun
melakukan pembibitan mandiri . Lama bunting domba kisaran 5-6 bulan lamanya, jumlah per
kelahiran 1-4 ekor anak domba, umur dewasa domba jantan dan betina yaitu kurang lebih
satu tahun atau 12 bulan, kisaran bobot domba di Indonesia ketika umur satu tahun yaitu
sama dengan penjelasan sebelumnya.

Untuk ukuran kandang domba dewasa dibutuhkan ukuran 1 meter x 1 meter, sedangkan
bagi anak domba ukuran 1 meter x 0,7 meter.

Jumlah rmput segar yang diberikan kepada domba yaitu 10% dari bobot tubuhnya dan
diberikan 2-3 kali sehari sedangkan pemberian konsentrat yaitu sebesar kurang lebih tiga
kilogram.

Tenaga kerja yang dipekerjakan yaitu pria yang jenis tenaga kerjanya sebagai buruh.

Bentuk organisasi yang dari usaha ternak yang dijalankan adalah kelompok sebab
merupakan usaha ternak dengan skala besar sehingga lebih aman jikalau terjadi kerugian
namun tidak menutup kemungkinan juga usaha yang ternak dijalankan adalah individu.

Pengorganisasian dalam manajemen pakan, kandang, pemeliharaan, bibit, sarana dan


prasarana serta pemasaran maupun mencari lembaga permodalan ataupun tenaga kerja

Pengarahan berupa memberikan petunjuk terhadap standar kerja, contoh bagaimana


memberikan pakan yang baik terhadap domba ataupun bagaimana cara memelihara domba
yang baik.

Pengawasan terhadap proses produksi yaitu mengawasi cara pemeliharaan, pemberian


pakan, mengawasi tenaga kerja . Pengawasan dalam penggunaan input dan produksi meliputi
pengeluaran dan pemasukan keuangan, biaya pakan, biaya sewa, biaya pajak, biaya tenaga
kerja, biaya pembayaran listrik dan air.

Pengawasan dalam jadwal kegiatan berupa pemberian jam kerja secara berkala,
pemberian jadwal pakan, menentukan jadwal panen, menentukan jadwal membeli bibit, dll.

3.3. SUBSISTEM PENGOLAHAN

A. Fungsi Perencanaan

Setelah mebudidaya ternak maka hasil budidaya tersebut akan diolah menjadi suatu
produk , produk yang dihasilkan sendiri adalah, daging, kulit. Daging sendiri adalah bagian –
bagian yang diambil dari karkas domba. Karkas domba adalah merupakan semua produk
yang dihasilkan dari domba kecuali kepala, kaki,dan tulang. Ada juga kulit domba mentah
basah yang merupakan kulit yang masih segar dan belum diolah secara apapun dan baru
dipisahkan.

Adapun produk yang hasil olahan domba sendiri adalah bedug, daging cornet domba,
dan sate domba bahan input yang dibutuh kan untuk menghasilkan produk olahan adalah
daging mentah segar dan kulit domba yang masih segar.

Teknologi yang digunakan dalam pengolahan untuk menghasilkan daging domba


adalah teknologi mesin pemotong domba dan pencacah daging domba, tempat pemotongan
domba yaitu di Rumah Pemotongan Domba, alat yang digunakan dalam pemotongan adalah
pisau, golok dan kampak. Ada juga mesin pemotong domba sendiri adalah semi automatic
meat slicer, full automatic meat slicer, dan fresh meat slicer. Mesin yang digunakan untuk
produk lanjut (pengolahan) domba adalah mesin pencacah domba.

B. Fungsi Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian sendiri dalam bentuk kelompok karena dalam keorganisasian


produk tidak dapat dilaksanakan sendiri perlu orang – orang yang ahli di bidang masing
masing untuk menghasilkan suatu produk yang baik.

C. Fungsi Penyusunan
Penugasan personalia atau individu terhadap kegiatan pengorganisasian pada tiap –
tiap kegiatan/ aktivitas yaitu dengan: penugasan terhadap spesialisai kemampuan terhadap
pekerjanya, penggunaan alat dan mesin, pemilihan daging yang baik.

D. Fungsi Pengarahan

Memberikan petunjuk mengenai pelaksanaan kegiatan – kegiatan pengorganisasian


yaitu dengan memberikan petunjuk bagi karyawan atau pelaku kegiatan tersebut mengenai
cara kerja alat atau teknis penggunaan alat.

E.Fungsi Pengawasan

Mengawasi setiap sudut kualitas daging yang akan diolah, agar kualitas selalu terjaga
dan terbebas dari bakteri, kemudian pengawasan terhadap jumlah domba yang sudah diolah
apakah sesuai dengan jumlah input, lebih banyak atau lebih sedikit. Pengawasan yang
lainnya yaitu pengawasan terhadap ketajaman pisau terhadap domba yang akan disembelih,
mesin yang akan mengolah domba dan juga pengawasan tenaga kerja agar tidak terjadi
pengangguran tak kentara.

3.4. SUBSISTEM PEMASARAN

Kamaluddin (2008), Menyatakan bahwa golongan lembaga pemasaran terdiri atas dua yaitu :

1. Menurut Penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan


Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

 Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi, seperti agen dan
perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying broker).
 Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang dipasarkan, seperti:
pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir.
 Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yang dipasarkan,
seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas transportasi, asuransi
pemasaran, dan perusahaan yang menentukan kualitas produk pertanian (surveyor).

2. Berdasarkan Keterlibatan dalam Proses Pemasaran


Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, lembaga pemasaran terdiri dari:
 Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani.
Tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak
pembelian.
 Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari
beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan
komoditi yang dibeli tengkulak dari petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi pemasaran seperti pengangkutan.
 Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran maka
jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh
lembaga pemasaran yang disebut pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan
fungsi distribusi komoditi kepada agen dan pedagang pengecer.
 Agen penjual, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang dipasarkan, dengan
membeli komoditi dari pedagang besar dalam jumlah besar dengan harga yang realtif
lebih murah.
 Pengecer (retailers), merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan
konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat
komersil. Artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh produsen dan
lemabaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dengan aktivitas pengecer dalam
menjual produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu perusahaan menguasai
proses produksi sampai ke pengecer.
Seluruh lembaga-lembaga pemasaran tersebut dalam proses penyampaian produk dari
produsen ke konsumen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran.
Arus pemasaran (saluran pemasaran) yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam
sekali, misalnya:

 Produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir


 Produsen – tengkulak – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer –
konsumen akhir
 Produsen – tengkulak – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir
 Produsen – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir.

Hubungan antar lembaga-lembaga tersebut akan membentuk pola-pola pemasaran yang


khusus. Pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari
petani ke konsumen akhir disebut sistem pemasaran (Kamaludiin, 2008).

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan adalah:

 Mengkombinasikan beberapa jenis barang tertentu


 Melaksanakan jasa-jasa eceran untuk barang tersebut
 Menempatkan diri sebagai sumber barang-barang bagi konsumen
 Menciptakan keseimbangan antara harga dan kualitas barang yang diperdagangkan
 Menyediakan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen
 Melaksanakan tindakan-tindakan dalam persaingan (Kamaluddin, 2008).

3.5. SUBSISTEM KELEMBAGAAN


Dalam subsistem kelembagaan, lembaga yang paling banyak berperan dalam pengembangan
komoditas domba dan kambing adalah lembaga :
1. Lembaga Koperasi
Dalam koperasi, sistem kelembagaan ini akan menyematkan banyak produksi susu di
dalamnya sehingga komoditas yang paling berperan adalah kambing perah. Kambing
perah yang sudah menghasilkan susu kambing kemudian akan di kembangbiakan dalam
peternakan skala kecil atau sedang. Ketika hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan
(hasil susu) maka produk susu tersebut akan dijual kepada koperasi, dan koperasi ini yang
akan mengolah lebih lanjut menjadi produk yang siap untuk dipasarkan. Keuntungan dari
koperasi adalah pembayaran kepada peternak secara berkala (ketika susu kambing sudah
dihasilkan), keuntungan lainnya adalah para peternak tidak perlu pikir panjang dan
bingung dalam mencari pasar untuk menjual produk susu kambingnya. Namun koperasi
sendiri memiliki kelemahan, kelemahan yang pertama adalah yang menetapkan harga
susu kambing itu sendiri bukan dari pihak peternak namun dari koperasi itu sendiri,
sehingga kadang peternak mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
2. Perbankan
Perbankan merupakan lembaga yang memberikan modal baik secara penuh, kredit,
sebagian maupun sesuai dengan ekspektasi para peternak. Perbankan sekalipun sulit
dikaitkan dengan peternakan, namun perbankan sangat erat kaitannya dengan modal dan
input yang akan diolah dan dibudidaya oleh para peternak sehingga perbankan memiliki
komitmen untuk mengembangkan peternakan kecil rakyat dengan swadaya.
3. Kelompok Profesi
Kelompok profesi juga memiliki manifestasi yang besar dalam dunia peternakan
khususnya dalam menyediakan ilmu pengetahuan dan cara menggunakan teknologi yang
tepat khususnya dalam peternakan domba dan kambing. Profesi ini dikembangkan atas
dasar keprihatinan para peternak terhadap keterbatasan pengetahuan dalam meningkatkan
produktivitas ternak, sehingga dibentuklah kelompok dan gabungan antara satu peternak
dengan peternakan yang lainnya. Dengan bergabungnya para peternak diharapkan para
peternak dapat menyediakan teknologi baru dan inovasi baru dalam pemanfaatan ternak
domba khususnya.
BAB IV
KESIMPULAN
- Dari hasil praktikum manajemen agrobisnis yang telah kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa antara subsistem I, II, III, IV dan V terjadi keterkaitan di
dalamnya, termasuk keterkaitan dalam pengolahan barang mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang yang siap dipasarkan, keterkaitan lainnya adalah proses
budi daya tanpa adanya input dan sarana produksi maka tidak akan ada objek yang
akan dibudidayakan.

- Input dan sarana produksi adalah satu barang atau jasa primer yang diberikan dalam
subsistem I untuk pengolahan lebih lanjut produk yang diinginkan, Budidaya adalah
proses penggemukan dan pemeliharaan pada domba yang bertujuan untuk
menghasilkan domba yang berkualitas baik budi daya merupakan bagian dari
subsistem II, Pengolahan adalah satu proses penambahan nilai mutu terhadap barang
setengah jadi yang bertujuan untuk menambah nilai saing agar konsumen tertarik
padanya pengolahan merupakan subsistem III, Pemasaran adalah suatu proses usaha
dan tata niaga yang bertujuan untuk memindahkan produk dari produsen ke tangan
konsumen, pemasaran adalah subsistem IV dan kelembagaan merupakan bagian
pendamping dari jalur agrobisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan lain.

- Pada subsistem input dan sarana produksi aplikasinya adalah bibit ternak itu sendiri,
kandang, pakan, inseminator dan tenaga kerja, pada subsistem budi daya aplikasinya
adalah pakan, vaksin, tenaga kerja dsb, pada subsistem pengolahan aplikasinya adalah
pengolahan daging domba untuk menjadi sate, kornet dan daging steak domba, pada
subsistem pemasaran yang digunakan adalah sistem multiple marketing, pada
subsistem kelembagaan lembaga yang menjadi fondasi dalam peternakan domba
adalah perbankan, koperasi dan kelompok profesi ternak domba.

DAFTAR PUSTAKA

http://bangpren.blogspot.com/2012/03/agribisnis-dan-manajemen-agribisnis.html (diakses
pada tanggal 8 Desember 2013, pukul 17.00 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Agribisnis (diakses pada tanggal 8 Desember 2013, pukul 17.30


WIB)

Anda mungkin juga menyukai