Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

“PENGOLAHAN DAN PEMBUATAN BUNGKIL KEDELAI”

Oleh :
Kelas A
Kelompok 6

ALDI 200110180096
THANIA WINANDITA APSARI 200110180098
FATIMAH AZZAHRA 200110180099
SITI ASHILA NUR HASYA 200110180100
NATASHA RAMANDA ADITYA 200110180124

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat

dan hidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Teknologi Pakan.

Makalah dengan judul “Pengolahan dan Pembuatan Bungkil Kedelai” disusun

dalam rangka memenuhi tugas Teknologi Pakan Program Studi Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Jatinangor, 13 Oktober 2020


ii

DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Kegunaan .......................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

III PEMBAHASAN .................................................................................... 5

3.1 Pengolahan Bungkil Kedelai ............................................................ 5


3.2 Pembuatan Bungkil Kedelai ............................................................. 6
IV PENUTUP ............................................................................................. 9

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 9


4.2 Saran ................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 10
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan pakan ternak sumber protein nabati yang efisien. Kedelai

merupakan sumber protein yang baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral

dan serat. Bungkil kedelai (Soyabean Meal) merupakan salah satu bahan baku

utama dalam pembuatan pakan ternak untuk ternak ruminansia seperti unggas.
Bungkil kedelai juga merupakan salah satu bahan yang sangat baik bagi ternak

karena kadar protein dalam bungkil kedelai mencapai 50%. Bungkil kedelai ialah

produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah di ekstraksi minyaknya secara

mekanis atau secara kimia. Bungkil kedelai digunakan sebagai pakan ternak akrena

memiliki kandungan proteinnya yang tinggi dan asam amino yang lengkap.

Kandungan nutrisi yang dimiliki oleh bungkil kedelai cukup baik terutama

bagi ternak, adanya teknologi pengolahan untuk mengolah limbah yang dihasilkan
dari kedelai tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak maka

pemanfaatan limbah kedelai untuk dijadikan bungkil menjadi alteratif yang baik

dengan kandungan nutrisi yang dimilikinya. Faktor lain seperti memiliki

kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-

rata 0,63%, seperti biji kedelai tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih

tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya, kandungan niacin tidak

tinggi, kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya dapat

menjadi alasan untuk proses pembuatan bungkil kedelai sebagai pakan ternak.
2

1.2 Tujuan

1). Mengetahui bagaimana pengolahan pada bungkil kedelai.

2). Mengetahui bagaimana pembuatan pada bungkil kedelai.

1.3 Kegunaan

Mahasiswa dapat memberikan informasi tentang pengolahan dan pembuatan

bungkil kedelai serta kandungan yang terdapat pada bungkil kedelai untuk

menunjang proses pembuatan pakan


3

II

TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil kedelai merupakan sisa hasil dari proses pembuatan minyak


kedelai, yang telah melalui proses secara mekanis maupun secara kimia. Bungkil
kedelai merupakan sisa dari hasil proses pengolahan kedelai yang sudah diambil
minyaknya sehingga hanya tersisa bungkilnya yang masih mempunyai nilai gizi
yang cukup untuk ternak (Mathius dan Sinurat, 2001). Bungkil kedelai bias
digunkana sebagau salah satu campuran bahan pakan karena dilihat dari kandungan
proteinnya cukup tinggi. Sehingga bungkil kedelai menjadi sumber protein yang
baik bagi hewan ternak, mengingat kandungan proteinnya berkisar antara 40 - 48%
dan energi metabolismenya 2330 kkal/kg. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal
sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994).

Bungkil kedelai bisa dijadikan sebagai pakan alternatif untuk hewan ternak.
Kandungan protein yang tinggi menyebabkan bungkil kedelai termasuk ke dalam
klasifikasi bahan pakan sumber protein. Namun, bungkil kedelai ini mempunyai
keterbatasasn karena kandungan asam amino methionin (Mochammad, 2014)
Bungkil kedelai biasanya berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa
hambar serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Bungkil kedelai merupakan
bahan yang penting untuk menyusun ransum pakan dengan kandungan antara lain
protein kasar (PK) 39,6%, lemak kasar (LK) 14,3%, serat kasar (SK) 2,8%,
karbohidrat 29,5%, abu 5,4% dan air 8,4% (Hartadi et al., 1993). Protein kasar yang
terdapat di dalam bungkil kedelai cukup tinggi, sehingga pemberian bungkil
kedelai yang berlebihan akan membawa dampak negative bagi hewan ternak itu
sendiri.

Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan dan pembuatanya.


Proses pembuatan bungkil kedelai dapat dilakaukan melalui beberapa tahapan
4

seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan (Boniran, 1999).


Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin dalam bungkil kedelai.
Pembuatan bungkil kedelai untuk pakan ternak dilakukan dengan beberapa tahapan,
pertama pemilihan kedelai yang baik, lalu perebusan kedelai, kemudian pengupasan
kulit, dan melakukan proses pengeringan serta penggilingan (Harris dan Karmas,
1989).
5

III

PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Bungkil Kedelai

Salah satu produk olahan kedelai yang melalui metode non fermentasi adalah
bungkil kedelai. Bungkil Kedelai adalah limbah dari produksi minyak kedelai.
Sebagai bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai
kandungan protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan
protein bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang
kedelai juga macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai
dikenal sebagai sumber protein dan energi (Nazilah 2004).

Adapun kandungan nutrisi bungkil kedelai yaitu dengan PK 48%, LK 0,51%,


SK 0,41%, Ca 0,41%, Fosfor 0,67% dan Energi Metabolisme sebesar 2290 kkal/kg
(Scott, 1982).

Berikut merupakan pengolahan bungkil kedelai :

1. Pemilihan Kedelai
Biji kedelai terdiri dari lapisan kulit 7,3%, kotiledon 90,3%, dan
hipokotil 2,4%. Tidak semua dari biji-biji kedelai tersebut bagus untuk
dijadikan pakan ternak. Bahan dasar berupa biji kedelai yang berkualitas
tinggi. Ciricirinya antara lain berukuran besar, tidak cacat, dan warnanya
seragam. Lakukan pemilihan biji kedelai ini dengan sebaik-baiknya. Kalau
ada biji kedelai yang rusak/pecah, sampah, atau benda asing sebaiknya
dibuang. Semua biji kedelai terpilih lantas direndam di air bersih selama 8-
16 jam.
2. Perebusan Kedelai
Tujuan dari perebusan ini supaya membuat tekstur biji kedelai yang
semula sangat keras menjadi lunak. Sehingga kulit ari yang membungkus
6

lapisan dagingnya pun dapat dikupas dengan mudah. Biji kedelai direbus
dengan suhu yang terus dijaga supaya tetap konstan. Lama waktu perebusan
yang paling baik adalah 5 jam dengan suhu air rebusan mencapai 600℃.
3. Pengupasan Kulit
Pengupasan kulit ari biji kedelai yang telah direbus bisa dilakukan
secara manual atau menggunakan mesin pengupas khusus. Kerugian dari
pengupasan secara tradisional yaitu waktu dan tenaga yang dibutuhkan
sangat banyak serta kualitas hasil kupasan pun tidak maksimal. Untuk itu
sangat disarankan memakai mesin pengupas kulit kedelai untuk meningkat
kualitas dan kuantitas pengupasannya. Mesin ini bekerja dengan sistem
gesek. Kulit yang sudah terlepas lantas dipisahkan dari daging
menggunakan air yang mengalir.
4. Proses Pengeringan
Kebanyakan orang Indonesia masih sangat bergantung pada sinar
matahari untuk mengeringkan bungkil kedelai. Meskipun praktis dan
gampang dikerjakan, tetapi prosesnya sangat bergantung terhadap kondisi
cuaca. Begitu pula saat musim penghujan datang, aktivitas penjemuran ini
menjadi sangat terganggu. Solusinya ialah mesin pengering (oven) yang
memungkinkan anda dapat mengeringkan kedelai setiap waktu dengan suhu
yang bisa diatur sesuka hati (Ali, 2006).
5. Penggilingan
Proses penggilingan ini akan menghasilkan sari pati berupa minyak
kedelai mentah yang perlu diolah lebih lanjut. Sedangkan sisanya berupa
bungkil kedelai yang dapat kita manfaatkan sebagai pakan untuk binatang
ternak.
3.2 Proses Pembuatan Bungkil Kedelai
Pembuatan bungkil kedelai melalui beberapa tahap meliputi
pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan (Boniran,1999). Bungkil
kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12% (Hutagalung,1999).
7

1. Pengambilan lemak
Proses pengambilan minyak atau lemak kacang kedelai dengan cara
ekstraksi. Menurut Ketearen (2008), ekstraksi merupakan cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu
rendering (dry rendering dan wet rendering, mechanical expression dan
solvent extraction.
Menurut Ketaren (2008), rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak
dengan kadar air tinggi. Penggunaan panas bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung didalamnya. Penggerjaan rendering dibagi dalam dua cara yaitu
wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering
dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses.
Sedangkan dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air
selama proses berlangsung.
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara kestraksi minyak atau
lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini
dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak
tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan
terlebih dahulu sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.
Perlakuan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan
penggilingan serta tempering atau pemasakan. Ada dua cara dalam
pengepresan mekanis yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan
Pengepresan berulir (hidrolic pressing). Pada cara hydraulic pressing, biji
digiling, dipanaskan, dibungkus kain, lalu ditempatkan pada tempat
pengepresan. Cara hidrolic pressing memerlukan perlakuan terlebih dahulu
terdiri dari proses pemasakan atau tempering (Puspita, 2016). Proses
pemasakan berlangsung pada temperatur 240ºF dengan tekanan sekitar 15-
8

20 ton/inch2 . Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar
2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung
minyak sekitar 4-5 persen.
Solvent extraction adalah proses ekstraksi dengan melarutkan
minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil
dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 % atau lebih rendah, dan
mutu minyak yang dihasilkan menyerupai hasil dengan cara expeller
pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.
Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi
dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasolin karbon disulfida,
karbon tetraklorida, benzene dan n-heksana (Ketaren, 2008).
2. Proses pemanasan
Kedelai mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang
dapat mengganggu pertumbuhan unggas, zat anti nutrisi tersebut dapat
rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan sebagai pakan
unggas. Proses pemanasan dilakukan dengan cara perebusan. Tahap
perebusan kedelai dilakukan untuk melunakkan tekstur keras pada biji
kedelai. Tujuannya agar kulit ari pada lapisan daging kedelai bisa dikupas
dengan cepat dan mudah. Lama waktu perebusan yang paling baik adalah 5
jam dengan suhu air rebusan mencapai 600℃.
3. Proses penggilingan
Hasil gilingan kedelai dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
minyak kedelai dengan melakukan pengolahan lebih lanjut. Dari pembuatan
minyak kedelai dihasilkan bungkil kedelai tanpa kulit dengan kadar protein
40-50%. Bungkil ini dapat dibuat tepung, isolate dan konsentrat protein
kedelai. Karena sifat fungsional yang baik, produk-produk tersebut banyak
digunakan dalam industri sebagai bahan formulasi berbagai makanan.
9

IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada pengolahan bungkil kedelai, hal pertama yang harus dilakukan
pemilihan bungkil kedelai yang baik dan tidak cacat, selanjutnya dilakukan
perebusan dengan selama 5 jam dengan suhu 600℃, lalu dilanjutkan dengan
pengupasan kulit yang langsung dilakukan pengeringan dengan menggunakan
cahaya matahari atau mesin oven, setelah di keringkan proses yang terakhir adalah
melakukan penggilingan. Lalu bagian pembuatannya dengan 3 tahap yaitu proses
pengambilan lemak, proses pemanasan, dan proses penggilingan

4.2 Saran

Pada saat proses pengolahan harus diperhatikan adalah suhu dan waktu

yang dilakukan dalam proses perendaman dan pengeringan, selain itu faktor cuaca

juga mempengaruhi kualitas bungkil kedelai.


10

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Ahmad Jakfar. 2006. Karakteristik Sifat Fisik Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa
dan Bungkil Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Boniran, S. 1999. Quality control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak.
Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop. American
Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. hlm. 2-7.
Harris, R. S. dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah: S. Achmadi. ITB – Press, Bandung
Hartadi, H., Soedomo, R., Allen, D. F. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia.UGM Press, Yogyakarta.
Hutagalung, R.I.1999.Definisi dan Standar Bahan Baku Pakan.Kumpulan Makalah
Feed Quality Management Workshop. American Soybean Asssociation dan
Balai Penelitian Ternak. Halaman 2-13.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. Diakses pada 10 Oktober 2020.
Mathius, I.W. & Sinurat, A.P. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Konvensional
Untuk Ternak. Balai Penelitian Ternak Bogor, Bogor.
Nazilah, R. 2004. Kajian Interaksi Sifat Fisik dan Kimia Bahan Pakan Serta
Kecernaan Lemak pada Kambing. Skripsi Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hlm. 1-48
Puspita Yoan Ayu. 2016. Proses Pengambilan Minyak Kedelai (Glycine Max)
Menggunakan Alat Press Hidrolik dengan Variabel Suhu Pemanasan Awal
dan Tekanan Pengepresan. Laporan Tugas Akhir. Universitas Diponegoro.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Wahyuni, I.M.D., A. Muktiani dan M.Christianto. 2014. Penentuan Dosis Tanin
dan Saponin untuk Defaunasi dan Peningkatan Fermentabilitas Pakan. JITP.
3(3). Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai