Anda di halaman 1dari 8

MATERI 7 “VAKSINASI”

1. Tujuan :
1.1 Mengetahui proses penerimaan vaksin
1.2 Mengetahui proses penyimpanan vaksin
1.3 Mengetahui proses membawa vaksin ke kandang
1.4 Mengetahui cara vaksinasi melalui pakan, minum, spray box, tetes mata,
subcutan, intramuscular, tusuk sayap.
1.5 Mengetahui apa saja vaksin yang digunakan pada pemeliharaan ayam broiler.
2. Materi
2.1 Proses penerimaan vaksin
a) Periksa vaksin saat diterima
 Inspeksi produk (botol, kue vaksin, warna dll)
 Recording nomor batch
b) Mematuhi rantai dingin
 Kontrol suhu kulkas dengan thermometer
 Pastikan kulkas hanya untuk tempat vaksin
c) Ruang khusus untuk persiapan vaksin
 Vaksin adalah produk biologis dan harus disiapkan dengan hati-hati
2.2 Proses penyimpanan vaksin
Saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin selalu
terkondisikan 2-8 derajaat celcius. Letakkan vaksin di bagian tengah marina
cooler/ termos es/filopur, baru kemudian beri es batu/ice pack beku/ thermafreeze
beku di sekeliling dan di atas vaksin. Perbandingan vaksin dan es batu sekitar
50% : 50%. Jangan membawa vaksin di dalam plastik karena dikhawatirkan suhu
di dalamnya tidak mencapai 2-8 derajat celcius.
Sebelum diberikan ke ayam, jangan lupakan
proses thawing (meningkatkan suhu vaksin secara bertahap dari suhu 2-80C
menjadi mendekati suhu tubuh ayam/suhu ruang). Hal ini wajib dilakukan untuk
mencegah ayam stres akibat perubahan suhu yang mendadak, dan agar vaksin
mudah terserap di dalam tubuh ayam. Pastikan jangka waktu pemberian vaksin
tepat, yaitu vaksin aktif harus habis diberikan kurang dari 2 jam, sedangkan
vaksin inaktif harus habis dalam waktu 24 jam.
Sebelum digunakan, pastikan kualitas vaksin masih baik dan teregistrasi,
seperti tutup masih tersegel, ada label yang jelas, bentuk tidak berubah dan belum
kadaluarsa. Pastikan dosis vaksin yang diberikan sudah tepat dan benar. Saat
vaksinasi, sebaiknya jangan dilakukan berdekatan dengan pemanas ayam atau
terkena panas matahari langsung, karena suhu panas dapat merusak vaksin.
Selama vaksinasi, vaksin inaktif harus sering dikocok agar homogen antara virus
dan adjuvant-nya.
2.3 Proses membawa vaksin ke kandang
Saat akan dibawa ke kandang, vaksin dimasukkan ke dalam marina
cooler, cold box atau termos es berisi es batu. Posisi yang benar adalah vaksin
dibawah kemudian es batu diatasnya. Hal ini terkait dengan penyebaran suhu
dingin dari atas ke bawah sehingga diharapkan vaksin akan terlindungi.
Perbandingan vaksin dengan es batu minimal 1:1.
2.4 Proses vaksinasi melalui tetes mata, minum, spray , subcutan, intramuscular,
tusuk sayap.
a) Tetes Mata, Hidung atau Mulut
Sebelum digunakan, vaksin perlu dilarutkan ke dalam larutan dapar untuk
menaikkan suhu secara bertahap/thawing dan membangunkan agen infeksi yang
dimati-surikan dalam keadaan kering beku. Saat meneteskan larutan vaksin pada
mata satu tetes tiap ekor, tunggu sampai vaksin betul-betul masuk ke dalam mata
(ayam akan mengejapkan mata berkali-kali) baru dilepaskan. Jika melakukan tetes
hidung, tutup salah satu lubang hidung lain pada saat meneteskan vaksin dan
lepaskan setelah vaksin terhirup. Apabila menggunakan tetes mulut, teteskan satu
tetes larutan vaksin melalui mulut. Pastikan sampai vaksin benar-benar masuk ke
dalam mulut hingga ayam melakukan reflek menelan. Saat vaksinasi, hal yang
perlu diperhatikan yakni cara handling ayam agar vaksinasi tepat. Sekali
memegang maksimal 3 ekor ayam saat vaksinasi.
b) Via air minum
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat vaksinasi melalui air minum, yakni:
 Pastikan air minum yang digunakan untuk melarutkan vaksin bebas
kaporit, desinfektan, ataupun logam (besi, Ca, Mg, dll.) dan memiliki pH
netral. Untuk itu, tambahkan Medimilk 10g/5L atau Netrabil 5g/L air
minum 30 menit sebelum vaksin dilarutkan guna memperbaiki mutu air,
sehingga dapat menjaga agar daya kerja vaksin tetap baik selama
pemberian. Hentikan pemakaian desinfektan melalui air minum 48 jam
sebelum dan sesudah vaksinasi.
 Sesuaikan jumlah air minum dengan kebutuhan selama waktu penggunaan
vaksin aktif (2 jam).
 Pastikan TMA sudah bersih saat melakukan vaksinasi air minum.
Bersihkan piring kerucut dan galon tempat minum dengan menggunakan
lap atau kain kering untuk meminimalkan kotoran yang masuk. Pada
penggunaan nipple drinker dan Tempat Minum Ayam Otomatis
(TMAO), pembersihan saluran pipa air juga harus diperhatikan. Lakukan
pembersihan rutin dengan pengurasan (flushing) pada pipa saluran air
terutama setelah atau sebelum jadwal pengobatan, pemberian vitamin,
desinfeksi air minum dan terutama saat ada jadwal vaksinasi
 Agar hasil vaksinasi melalui air minum optimal sebaiknya vaksinasi
dilakukan pada pagi hari, karena merupakan waktu puncak ayam
beraktivitas dan mengonsumsi air minum serta kondisi cuaca lingkungan
yang relatif masih nyaman.
 Sebelum diberi air minum yang berisi vaksin, ayam sebaiknya puasa
minum terlebih dahulu selama 1-2 jam, tergantung cuaca. Apabila kondisi
lingkungan kandang sangat panas, puasa minum cukup selama 1 jam.
 Sediakan tempat minum dalam jumlah yang cukup dan distribusi merata
agar seluruh ayam dapat minum bersama-sama. Jangan menggunakan
tempat minum dari kaleng. Operator harus mengontrol/memastikan saat
proses vaksinasi sehingga jika ayam tidak bisa mengakses tempat minum
ayam (TMA) maka perlu dibantu dengan mendekatkan ke TMA. Jika
menggunakan nipple drinker maka pastikan larutan vaksin mencapai ujung
nipple dan rangsang ayam untuk minum dengan menekan nipple drinker.
Letakkan TMA berisi vaksin harus di tempat yang teduh, jangan kena
panas dan sinar matahari langsung.
c) Vaksinasi spray
Vaksinasi dengan cara spray tidak memakai larutan dapar sebagai
pelarutnya, larutan dapar digunakan secara khusus untuk vaksinasi dengan secara
tetes mata, hidung atau mulut. Air atau pelarut yang digunakan yaitu cairan
aquades (Aqua Destilata Steril). Boleh juga menggunakan air biasa, hanya saja
harus dipastikan bahwa air tersebut memiliki kualitas yang bagus, diantaranya
tidak mengandung logam berat, tidak sadah (mengandung kadar Ca, Mg yang
tinggi), dll. Selain itu, air itu juga tidak boleh terkontaminasi klorin.
Seluruh isi vial vaksin dilarutkan ke dalam pelarut sampai tercampur rata
dan masukkan ke dalam sprayer dengan hati-hati. Sebaiknya sprayer yang dipakai
hanya untuk vaksinasi. Semua pintu dan lubang ventilasi kandang dapat ditutup
serta kipas angin dimatikan. Ventilasi kandang dibuka kembali dan kipas
dinyalakan lagi 20 – 30 menit setelah selesai penyemprotan.
Vaksinasi spray yang dilakukan pada DOC akan lebih hemat waktu
dibandingkan dengan aplikasi konvensional seperti vaksinasi tetes. Mesin sprayer
juga biasanya dilengkapi dengan penghitung otomatis boks DOC yang sudah
divaksin.
d) Suntikan/Injeksi (Subkutan atau Intramuskuler)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah:
 Vaksinasi suntikan dengan vaksin inaktif, sebelumnya vaksin perlu di-
thawing dengan menggenggam dan menggesekkan ke dua tangan hingga
vaksin tidak berembun.
 Untuk memastikan apakah vaksin tersebut tepat berada dibawah kulit atau
tidak, dapat dengan melihat bekas suntikan, maka vaksin yang
diinjeksikan akan tampak berwarna putih dibawah kulit.
 Penusukkan jarum jangan terlalu dalam untuk mencegah ikut tertusuknya
jaringan di bawah otot.
 Vaksinasi dengan cara suntikan harus dilakukan dengan hati-hati.
Terutama saat handling ayam, menarik kaki ayam, sudut kemiringan
jarum < 45°, penyuntikan tidak tergesa-gesa, dll.
e) Tusuk sayap
Vaksinasi tusuk sayap diberikan untuk vaksin aktif cacar/fowl pox atau
vaksinasi kombinasi AE dan fowl pox. Vaksinasi dilakukan dari bagian dalam
sayap. Sayap direntangkan dan jarum penusuk ditusukkan pada bagian lipatan
sayap yang tipis. Jangan sampai mengenai pembuluh darah, tulang dan urat
daging sayap. Vaksin tidak boleh menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat
vaksinasi. Vaksinasi dinyatakan berhasil jika terdapat radang berbentuk benjolan
dengan diameter 3-5 mm pada lokasi tusukan. Reaksi ini akan muncul 3-7 hari
setelah vaksinasi dan akan sembuh kembali dalam waktu kurang dari 3 minggu.
2.5 Vaksin yang digunakan pada pemeliharaan ayam broiler.
Menurut Rasyaf (2009) bagi usaha ayam broiler dari DOC sampai bisa
panen angka kematian (mortalitas) yang umum berkisar antara 3-5%. Vaksinasi
adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit terutama yang berasal dari virus
seperti Newcastle Disease (ND), Gumboro, Infectious Bronchitis (IB), Avian
Influenza (AI). Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992) yang menyatakan
bahwa vaksin yang biasa digunakan selama pemeliharaan ayam broiler yaitu
vaksin Newcastle Disease (ND) dan gumboro.
MATERI 8 “PENANGANAN LIMBAH”

1. Tujuan :
1.1 Mengetahui metode pembuangan unggas yang mati
1.2 Mengetahui penanganan limbah cair dan limbah padat pada unggas
2. Materi
2.1 Metode Pembuangan Unggas yang Mati
Mortilitas/kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat mortilitas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bobot badan, bangsa, tipe
ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang, vaksinasi
serta penanganan penyakit. Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30%
dari total populasi ternak yang ada (Rasyaf, 2002).
Penanganan ayam mati tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan diluar
karena akan mengganggu kenyamanan penduduk sekitar, maka harus dipilih
lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini
tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran
lingkungan (Hadi, 2001). Untuk mencegah pencemaran lingkungan dan
mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar, bila ada ayam yang mati di dalam
kandang sebaiknya segera disingkirkan dan dibakar (Rasyaf, 2012). Metode
pembuangan unggas yang mati di industri perunggasan yaitu dengan dikubur,
dibakar dan dipotong untuk daur ulang sebagai pakan ternak (Mulyantini, 2010).
2.2 Penanganan Limbah cair dan padat pada Unggas
Limbah harus dimusnahkan atau dijauhkan dari areal produksi. Lokasi
peternakan harus memmpunyai tempat yang nyaman dan tidak terganggu dari
efek limbah peternakan serta menganggu kegiatan produksi serta mencegah
pencermaran lingkungan (Tobing, 2002). Ada beberapa bentuk limbah dalam
peternakan ayam, yaitu limbah padat dan limbah cair. Bentuk limbah padat dari
peternakan ayam adalah kotoran ayam, limbah krsital (kotoran ayam di kandang
postal yang tercampur dengan litter), kerabang telur, bangkai ayam, dan DOC
afkir di unit penetasan. Sementara itu, limbah cair dari peternakan ayam adalah air
bekas pencucian kandang dan peralatan, air bekas sanitasi, dan air minum ayam.
Cara penanganan limbah peternakan ayam dapat dilakukan dengan
membuat saluran pembuangan berbentuk saluran air atau selokan untuk limbah
cair. Cara penanganan limbah cair peternakan ayam yaitu dengan cara membuang
kotoran ayam ke unit pengolahan limbah atau unit cara penanganan limbah. Cara
penanganan limbah peternakan ayam ini di antaranya memasukkan limbah kristal
ke dalam karung kemudian dijual kepada para petani. Cara penanganan limbah
peternakan ayam dengan cara ini menguntungkan kedua belah pihak, baik petani
maupun para peternak ayam. Para petani membeli limbah ini untuk digunakan
sebagai pupuk tanaman sayur dan juga diolah menjadi kompos.
Penanganan limbah padat pada unggas contohnya feses ayam secara baik
perlu dilakukan penanganan agar tidak menyebabkan bau yang menyengat, feses
masih kering dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Untuk penanganan limbah
kerabang telur dilakukan dengan cara dibuang atau dijadikan campuran pakan
itik. Sementara itu, cara penanganan limbah DOC afkir dilakukan dengan cara
memusnahkannya atau dijual untuk pakan ikan lele. Cara penanganan limbah
peternakan ayam dengan cara diolah sangat bermanfaat untuk menekan
pencemaran lingkungan. Cara penanganan limbah peternakan ayam berupa
pengolahan yang dilakukan dengan benar juga akan meningkatkan kualitas dari
limbah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai