Diusulkan oleh:
Khalimatu Syakdiah
Fauziah Nasution
Zahratul Hayati
iii
3.4.3 Analisis Spesifikasi Cangkang Kapsul .................................................. 11
3.4.4 Analisis Waktu Hancur/Disintegrasi ..................................................... 12
3.4.5 Analisis Kadar Air Kapsul .................................................................... 12
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13
BAB V JUSTIFIKASI ANGGARAN ....................................................................... 14
BAB VI JADWAL PELAKSANAAN ...................................................................... 16
BAB VII BIODATA PENELITI ............................................................................... 17
iv
RINGKASAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kebutuhan pektin dalam beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan
semakin berkembangnya industri pangan, obat-obatan dan lainnya. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh dari impor karena sampai saat ini di
Indonesia belum ada yang memproduksi pektin. Pemanfaatan kulit kakao untuk
memperoleh pektin merupakan peluang menambah pendapatan sekaligus
mengurangi limbah, di samping itu juga akan menghemat devisa karena impor
pektin berkurang. (Listyati, 2015).
Kapsul merupakan bahan yang sangat penting dalam pengemasan sediaan obat
(Sahilah et al. 2012). Cangkang kapsul komersial umumnya terbuat dari
bahan gelatin yang berasal dari babi atau sapi, sumber gelatin tersebut
menjadi masalah untuk kalangan tertentu terkait kehalalannya. Alternatif
sumber gelatin
dapat diperoleh dari ikan dan unggas, akan tetapi volume gelatin yang dihasilkan
relatif kecil sehingga diperlukan alternatif pengganti gelatin dari bahan non
hewani seperti polisakarida (Suryani et al. 2009, Fonkwe et al. 2003, Depkes RI
1995). Polisakarida seperti pati, karagenan, alginat, pektin dan gum arab
dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuat cangkang kapsul pengganti gelatin
(Christi, 2015).
Alternatif pengganti gelatin dari bahan non hewani dapat diperoleh dari
polisakarida seperti pektin. Kebutuhan akan kapsul yang halal dengan bahan baku
yang murah dan ketersediaan bahan baku yang berlimpah menjadi alasan
dalam pemanfaatan pektin dari kulit buah kakao sebagai bahan baku pembuatan
cangkang kapsul. Selain lebih murah dan halal, cangkang kapsul dari pektin juga
bersifat biodegradable.
2
1.3 Manfaat penelitian
- Meningkatnya nilai ekonomis kulit buah kakao dengan pemanfaatan kulit
kakao yang tidak terpakai
- Menghasilkan pektin dari kulit buah kakao yang dapat mengurangi jumlah
impor pektin di Indonesia
- Menghasilkan cangkang kapsul non gelatin yang lebih murah, biodegradable
dan halal
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
buah dan kulit buah. Pemanfaatan kulit kakao untuk memproduksi pektin belum
ada karena umumnya masih dalam skala laboratorium (Listyati, 2015).
Sumber pektin di Indonesia sebenarnya cukup banyak dan tersedia
melimpah tetapi selama ini Indonesia masih mengimpor pektin dari manca negara,
terutama Denmark dan Jerman untuk keperluan bahan tambahan pada industri
pangan, obat dan kosmetik. Semakin berkembangnya industri yang memerlukan
pektin sebagai bahan tambahan, maka kebutuhannya semakin meningkat
sehingga sudah saatnya pektin diproduksi di dalam negeri (Listyati, 2015).
Pada kulit buah kakao terkandung pektin antara 6-30%, jumlahnya
dipengaruhi oleh tingkat kematangan dan kesegaran buah kakao. Jika buah kakao
masih mentah kandungan pektin pada kulitnya berkisar 25– 30 %, sedangkan
untuk buah kakao yang sudah matang kandungan pektin pada kulitnya berkisar
diantara 6–12%. Tingkat kesegaran kulit buah kakao sangat mempengaruhi kadar
pektin yang terkandung. Apabila buah kakao sudah lama dipetik dari pohon dan
kulit buahnya sudah rusak atau mengalami pembusukan, maka kandungan pektin
di dalam kulit buahnya akan semakin menurun (Sukha, 2007 dalam Listyati,
2015).
Menurut Sriamomsak (2013) berdasarkan kadar metoksilnya dibedakan 2
jenis pektin yaitu pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi (7-9%) dan
pektin yang mempunyai kadar metoksil rendah (3–6%). Kadar metoksil pektin
memiliki peranan penting dalam menentukan sifat fungsional larutan pektin, dapat
mempengaruhistruktur, dan tekstur dari gel pectin. Pektin kering yang telah
dimurnikan berupa kristal berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda
sesuai dengan kandungan metoksilnya (Towaha, 2016).
Pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi larut dalam air dingin,
sedangkan pektin bermetoksil rendah larut dalam alkali dan asam oksalat.
Kelarutan pektin dalam air ditentukan oleh jumlah gugus metoksil, distribusinya,
dan bobot molekulnya. Secara umum, kelarutan akan meningkat dengan
menurunnya bobot
molekul dan meningkatnya gugus metil ester. Namun pH, suhu, jenis pektin,
garam, dan zat organik seperti gula juga mempengaruhi kelarutan pektin (Towaha,
2016).
5
Mutu pektin terlihat dari jumlah kandungan metoksilnya, bila
kandungan metoksilnya 2,3 sampai 4,5 % termasuk pektin metoksil rendah.,
dan bila kandungan metoksilnya lebih dari 7,12 % termasuk pektin metoksil
tinggi. Karena kandungan metoksil pada pektin ini akan mudah menjadi bentuk
jelly, merupakan sifat penting dari pektin (Susilowati, 2013).
Watson et al. (2012) mengemukakan senyawa pektin dari pulpa dan kulit
buah kakao mempunyai mutu setara dengan pektin dari jeruk maupun apel yang
beredar di pasaran. Senyawa pektin dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit
kanker usus dan hiperlipidemia (kelebihan lemak dalam darah) (Towaha, 2016 ).
Proses pembuatan pektin dari kulit buah kakao dapat dilakukan dengan
cara ekstraksi. Tahapan proses pembuatan pektin secara umum meliputi persiapan
bahan baku, ekstraksi, penggumpalan, pemurnian dan pengeringan. Waktu
ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis pektin
menjadi asam galakturonat. Pada kondisi asam, ikatan glikosidik gugus metil
ester dari pektin cenderung terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat
(Smith dan Bryant, 1968 Semakin lama ekstraksi akan meningkatkan laju
reaksi hidrolisis protopektin sehingga kadar galakturonat yang dihasilkan juga
semakin meningkat. Salah satu yang menentukan mutu pektin adalah kadar
galakturonat. Semakin tinggi nilai kadar galakturonat, maka mutu pectin
semakin tinggi. Kelompok asam tersebut bisa dalam bentuk asam bebas,
metil ester, garam sodium, kalium, kalsium atau ammonium, dan dalam
beberapa kelompok pektin amida (Erika, 2013).
Karakteristik pektin yang baik berdasarkan IPPA (2002) dan Food
Chemical Codex (1996) adalah memiliki kadar air maksimum 10%, berat ekivalen
600-800 mg, kandungan metoksil tinggi jika >7,12%, bermetoksil rendah jika 2,5-
7,12%. Kadar asam galakturonat minimal 35% (Fitria, 2013).
Dengan ketersediaan bahan baku kulit kakao yang melimpah dan trend
kebutuhan pektin untuk berbagai industri di dalam negeri yang semakin
meningkat, maka industri pektin kulit kakao sangat prospektif untuk
dikembangkan. Hasil penelitian Elvira dan Erika (2014), menunjukkan
pemanfaatan limbah buah kakao yang berupa kulit kakao segar sebanyak 20 kg
6
menjadi 2,68 kg tepung pektin dapat memberikan keuntungan secara ekonomi
terhadap petani Rp 339.700,- per bulan (Listyati, 2015).
Pada bidang farmasi, pektin digunakan sebagai campuran obat–obatan
seperti obat diare, disentri, radang usus besar, obat luka, haemostatik agent,
pengganti plasma darah. Penggunaan pektin dimaksudkan untuk memperlambat
absorbsi beberapa jenis obat-obatan tertentu di dalam tubuh sehingga dapat
memperpanjang masa kerja suatu obat (Listyati, 2015).
Kapsul merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi tertua dalam sejarah
yang telah dikenal oleh orang Mesir kuno. Jenis kapsul ada dua yaitu kapsul
cangkang keras dan kapsul cangkang lunak. Kapsul cangkang keras merupakan
suatu bentuk sediaan yang umum digunakan dan telah diperkirakan sekitar 60
miliar cangkang kapsul digunakan setiap tahun untuk produk farmasi (Suptijah,
2012).
Bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan kapsul pada industri
farmasi yaitu gelatin. Kapsul gelatin cangkang keras digunakan sebagai obat
kapsul komersial. Data dari Gelatin Manufacturers of Europe pada tahun 2005,
produksi gelatin dunia terbesar berasal dari bahan baku kulit babi yakni 44,5%
(136.000 ton), kedua dari kulit sapi 27,6% (84.000 ton), ketiga dari tulang 26,6%
(81.000 ton) dan sisanya berasal dari selainnya 1,3% (4.000 ton) (Harianto et al.
2008 dalam Suptijah, 2012).
Data menunjukkan sebagian besar gelatin berasal dari sapi dan babi, hal
tesebut membatasi konsumen vegetarian, Muslim, Yahudi, dan Hindu yang tidak
dapat mengkonsumsinya (Fonkwe et al.2005). Asal bahan baku geatin tersebut
juga memiliki risiko kontaminasi virus yang menyebabkan penyakit bovine
spongiform encephalopathy (BSE), foot and mouth disease (FMD), dan swine
influenza (Eveline et al.2011). Ku et al. (2010) menyatakan bahwa kapsul gelatin
memiliki beberapa kekurangan antara lain memiliki reaktivitas terhadap
komponen pengisi, terdapat interaksi dengan polimer anion dan kation.
Kekurangan lain dari kapsul gelatin yaitu kelarutan gelatin dalam air mengurangi
pelepasan obat lambat dari penghancuran cangkang kapsul (Suptijah, 2012).
7
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.2 Peralatan
3.2.1 Alat
Alat disintegration tester, alat mikrometer, aluminium foil, buret,
brookfield viscometer, cawan porselen, desikator, jangka sorong, kain
saring, neraca analitik, oven, penggiling (blender), pisau stainless steel,
tanur
3.2.2 Bahan
Aquades, amonium oksalat, asam oksalat , etanol 96 %, etanol 98 %,
gliserin, HCl, indikator fenol merah, kulit buah kakao, larutan dapar fosfat,
natrium klorida, natrium metabisulfit, NaOH, titanium oksida, pewarna
sintetik
8
menit untuk meminimalisir reaksi pencoklatan. Selanjutnya potongan kulit
kakao ditempatkan pada aluminium foil dan dikeringkan dalam oven
pengering selama 12 jam pada temperature 40 ° C. Tahapan akhir yaitu
kakao kering digiling menjadi serpihan dengan menggunakan penggiling
(grinder).
3.3.3 Penggumpalan
Filtrat pektin yang diperoleh kemudian digumpalkan dengan
menambahkan 750 mL etanol 96 % (1:3) dan dibiarkan selama 18 jam.
Endapan pektin basah disaring dengan kain tipis halus dan ditekan dengan
tangan sebanyak mungkin.
9
kemudian dianalisis untuk sifat fisikokimia memenuhi prosedur analitis
umumnya standar.
10
3.3.6.5 Kadar galakturonat
Kadar galakturonat dihitung dari μek (miliekivalen) NaOH yang
diperoleh dari penentuan BE dan kandungan metoksil.
3.4 Prosedur pembuatan cangkang kapsul
Menurut Suptijah (2012) proses pembuatan cangkang kapsul adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Pembuatan cangkang kapsul
Sebanyak 100 mL akuades dipanaskan kemudian titanium dioksida
sebanyak 0,5 g ditambahkan, setelah tercampur lalu pektin (3, 4, 5 dan 6 g)
dimasukkan. Larutan kemudian diaduk hingga rata, setelah larutan tercampur
dengan sempurna gliserin sebanyak 1 mL dan pewarna sintetik ditambahkan
kemudian diaduk kembali. Larutan yang telah jadi didinginkan hingga suhunya
sekitar 60-55°C, lalu cetakan kapsul bagian penutup dicelupkan sedalam 2,5 cm
dan untuk pencetak kapsul bagian badan dicelupkan sedalam 3 cm. Kapsul yang
telah dicelupkan kemudian diputar/dibalikkan agar tidak ada yang menetes,
selanjutnya dikeringkan dengan oven suhu 60°C selama 3-4 jam.
11
alat mikrometer. Pengukuran dilakukan lima kali untuk masing-masing sampel,
satu kali di pusat dan empat kali di parameter sekitarnya, kemudian diambil rata-
ratanya. Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.
Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan buret dengan cara
cangkang kapsul diisi dengan air sampai meniskus atas air menyentuh ujung
kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.
12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Erika, C. (2013). Ekstraksi Pektin dari Kulit Kakao (Theobroma cacao L.)
Menggunakan Amonium Oksalat. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia. Vol. 5, no. 2, hh. 1-5.
Fitria, V. (2013). Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi dari Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
13
BAB V
JUSTIFIKASI ANGGARAN
1. Peralatan Penunjang
Justifikasi HargaSatuan
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian (Rp)
Alat-alat gelas Keperluan - - Rp. 600.000
penelitian
Pisau Stainless Persiapan 3 Rp. 20.000 Rp. 60.000
steel bahan
Alumunium Pembungkus 2 Rp. 30.000 Rp. 60.000
Foil
Blender Keperluan 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
penyiapan
bahan
wadah Keperluan 2 Rp. 150.000 Rp. 300.000
penyimpanan penelitian
ekstrak
Jangka Keperluan 1 Rp. 800.000 Rp. 800.000
sorong penelitian
pH meter Keperluan 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
penelitian
Kain Keperluan 3 Rp. 20.000 Rp. 60.000
penyaring penelitian
Alat Keperluan 1 Rp. 950.000 Rp. 950.000
mikrometer penelitian
SUB TOTAL (Rp) Rp. 3.430.000
14
10% penelitian
Etanol (pa) Keperluan 5L Rp. 455.000/L Rp. 2.275.000
96% penelitian
Gliserin Keperluan 200 ml Rp. 25.000/ Rp. 50.000
penelitian 100 ml
HCl (p) Keperluan 4L Rp. 50.000/ Rp. 400.000
penelitian 500ml
Indikator fenol Keperluan 500 ml Rp. 60.000/ Rp. 300.000
merah penelitian 100ml
Larutan Dapar Keperluan 2L Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000
Fosfat penelitian
NaCl Keperluan 250 g Rp.2000/g Rp. 500.000
penelitian
NaOH Keperluan 250 g Rp. 3000/g Rp. 750.000
penelitian
Titanium Keperluan 50 g Rp. 5000/g Rp. 250.000
Oksida penelitian
Aquades Keperluan 15 L Rp. 9000 Rp. 135.000
penelitian
Detergen Keperluan 2 Rp. 25.000 Rp. 50.000
penelitian
Disinfektan Keperluan 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000
penelitian
Kertas Keperluan 7 Rp. 8000 Rp. 56.000
perkamen penelitian
Plastik dan Keperluan 1 Rp.15.000 Rp. 15.000
karet penelitian
Tissue Keperluan 5 Rp. 15.000 Rp. 75.000
penelitian
Kertas pH Keperluan 1 Rp. 90.000 Rp. 90.000
indikator penelitian
Kertas saring Keperluan 2 Rp. 10.000 Rp. 20.000
penelitian
Hand wash Keperluan 1 Rp. 20.000 Rp. 20.000
peneliti
SUB TOTAL (Rp) Rp. 7.946.000
15
3. Perjalanan
Justifikasi HargaSatuan
Material Kuantitas Keterangan
Perjalanan (Rp)
Perjalanan Memilih 6 kali Rp. 100.000 Rp.
dari rumah ke bahan yang (3 /orang 1.800.000
tempat baik orang)
pengambilan digunakan
bahan dan untuk
pembelian penelitian
alat yang
diperlukan
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.800.000
4. Lain-lain
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantitas Keterangan
Perjalanan (Rp)
Biaya Komunikasi - - Rp. 250.000
komunikasi dengan
(pulsa) pembimbing,
dan tim
16
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 4 bulan dengan rincian
jadwal sebagai berikut:
Waktu Kegiatan
No Jenis kegiatan (Bulan)
1 2 3 4 5
1 Pembelian dan pengumpulan alat dan
bahan
2. Persiapan alat dan bahan yang perlukan
3. Pembuatan ekstrak pektin
4. Karakterisasi ekstrak pektin
5. Pembuatan cangkang kapsul
6. Karakterisasi cangkang kapsul
7. Penyusunan laporan akhir
8. Pengiriman laporan akhir
17
BAB VII
BIODATA PENELITI
Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Khalimatu Syakdiah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501090
5 Tempat dan Tanggal Lahir Melati II, 19 Januari 1997
6 E-mail khalimatusyakdiah@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 0852 7709 9442
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD No.106837 SMPN 1 SMA N 1
Melati II Perbaungan Perbaungan
Jurusan Umum Umum IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014
Semua data yang saya isikan dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
18
Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Fauziah Nasution
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501129
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kabanjahe, 26 Agustus 1996
6 E-mail Fauziyyah34@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 085359642602
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Swasta SMP Negeri 1 SMA Negeri 1 Kualuh
Yayasan Perguruan Kualuh Hulu Huliu
Keluarga
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014
20
Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Zahratul Hayati
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501212
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bangkinang, 25 Juni 1996
6 E-mail zahrasiara@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 085359642602
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD SMP Uswatun MAN 2 Model
Muhammadiyah Hasanah PTSM Pekanbaru
029 Kuok Padangpanjang
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014
22