Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TANOTO STUDENT RESEARCH AWARD

PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK


PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL PEKTIN

Diusulkan oleh:
Khalimatu Syakdiah
Fauziah Nasution
Zahratul Hayati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2017
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tanoto Student Research Award ............................................ ii


Daftar Isi..................................................................................................................... iii
Ringkasan ................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 4
BAB III BAHAN DAN METODE ............................................................................ 8
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 8
3.2 Peralatan ......................................................................................................... 8
3.2.1 Alat ........................................................................................................ 8
3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 8
3.3 Prosedur Ekstraksi Pektin ............................................................................... 8
3.3.1 Persiapan Kulit Kakao ........................................................................... 8
3.3.2 Ekstraksi Pektin ..................................................................................... 9
3.3.3 Penggumpalan ....................................................................................... 9
3.3.4 Pencucian/Pemurnian Pektin Basah ...................................................... 9
3.3.5 Pengeringan Pektin ................................................................................ 9
3.3.6 Karakterisasi Pektin............................................................................... 10
3.3.6.1 Kadar Air .................................................................................. 10
3.3.6.2 Kadar Abu ................................................................................. 10
3.3.6.3 Berat Ekivalen........................................................................... 10
3.3.6.4 Kandungan Metoksil ................................................................. 10
3.3.6.5 Kadar Galakturonat ................................................................... 10
3.4 Prosesur Pembuatan Cangkang Kapsul .......................................................... 11
3.4.1 Pembuatan Cangkang Kapsul ................................................................ 11
3.4.2 Pengukuran Viskositas .......................................................................... 11

iii
3.4.3 Analisis Spesifikasi Cangkang Kapsul .................................................. 11
3.4.4 Analisis Waktu Hancur/Disintegrasi ..................................................... 12
3.4.5 Analisis Kadar Air Kapsul .................................................................... 12
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13
BAB V JUSTIFIKASI ANGGARAN ....................................................................... 14
BAB VI JADWAL PELAKSANAAN ...................................................................... 16
BAB VII BIODATA PENELITI ............................................................................... 17

iv
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi hasil perkebunan yang


cukup besar. Salah satu potensi hasil perkebunan yang cukup besar yaitu buah
kakao yang menempatkan Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ke-3
di dunia. Kulit buah kakao merupakan limbah yang banyak dihasilkan pada
pengolahan buah kakao yang dapat mencemari lingkungan sehingga dibutuhkan
pemanfaatan yang optimal. Pemanfaatan kulit buah kakao yaitu dengan
mengambil bagian pektinnya. Dengan ketersediaan bahan baku kulit buah kakao
yang melimpah dan trend kebutuhan pektin untuk berbagai industri di dalam
negeri yang semakin meningkat, maka industri pektin kulit kakao sangat
prospektif untuk dikembangkan. Salah satu pemanfaatan pektin pada bidang
farmasi yaitu sebagai bahan baku dalam pembuatan cangkang kapsul. Cangkang
kapsul komersial umumnya berasal dari gelatin tulang sapi, ikan atau babi.
Alternatif pengganti gelatin dari bahan non hewani dapat diperoleh dari
polisakarida seperti pektin. Kebutuhan akan kapsul yang halal dengan bahan baku
yang murah dan ketersediaan bahan baku yang berlimpah menjadi alasan
dalam pemanfaatan pektin dari kulit buah kakao sebagai bahan baku pembuatan
cangkang kapsul. Selain lebih murah dan halal, cangkang kapsul dari pektin juga
bersifat biodegradable.

Kata kunci: Cangkang kapsul, Kulit buah kakao, Pektin

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara produsen kakao ke-3 terbesar di dunia. Buah
kakao (Theobroma cacao. L) terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 %
biji sehingga dapat dikatakan bahwa limbah utama pengolahan buah kakao adalah
kulit (cangkangnya) (Wulan, 2001).
Suwardi (1978) menyatakan bahwa kandungan gizi kulit buah kakao lebih
baik dibandingkan dengan limbah perkebunan lainnya seperti pucuk tebu, kulit
kopi, dan lain-lain. Kulit buah kakao mengandung ±19% protein; 6,2% lemak dan
16% serat kasar (Wulan, 2001).
Pada saat panen, umumnya petani memanen biji kakao untuk diolah menjadi
cokelat, dan menghasilkan limbah kulit buah kakao yang cukup banyak.
Keberadaan limbah tersebut sering kali tidak dimanfaatkan secara baik dan
kadang dibiarkan begitu saja menjadi sampah pertanian. Limbah kulit buah kakao
yang dihasilkan dalam jumlah banyak akan menjadi masalah jika tidak ditangani
dengan baik karena produksi limbah padat ini mencapai lebih dari 60% dari total
produksi buah (Wulan, 2001).
Sampai saat ini pemanfaatan kulit buah kakao di perkebunan-perkebunan
besar adalah sebagai pupuk tanaman dengan cara ditimbun di sela-sela tanaman
kakao. Namun ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk
memanfaatkan kulit buah kakao antara lain sebagai pakan ternak (Supadiyo,
1980), pembuatan tepung (Supriyanto, 1989 dan Muttaqin, 1996), dan pembuatan
ekstrak pektin (Noor Endah, 1990) (Wulan, 2001).
Pektin merupakan suatu komponen serat yang terdapat pada lapisan lamella
tengah dan dinding sel primer tumbuhan. Sifat penting pektin adalah
kemampuannya membentuk gel. Saat ini pemanfaatan senyawa pektin bertambah
luas, yaitu sebagai bahan baku berbagai produk farmasi antara lain sebagai bahan
suspensi, adsorben, emulsi serta bahan pembentuk gel dalam sediaan tablet
(Wulan, 2001).

1
Kebutuhan pektin dalam beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan
semakin berkembangnya industri pangan, obat-obatan dan lainnya. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh dari impor karena sampai saat ini di
Indonesia belum ada yang memproduksi pektin. Pemanfaatan kulit kakao untuk
memperoleh pektin merupakan peluang menambah pendapatan sekaligus
mengurangi limbah, di samping itu juga akan menghemat devisa karena impor
pektin berkurang. (Listyati, 2015).
Kapsul merupakan bahan yang sangat penting dalam pengemasan sediaan obat
(Sahilah et al. 2012). Cangkang kapsul komersial umumnya terbuat dari
bahan gelatin yang berasal dari babi atau sapi, sumber gelatin tersebut
menjadi masalah untuk kalangan tertentu terkait kehalalannya. Alternatif
sumber gelatin
dapat diperoleh dari ikan dan unggas, akan tetapi volume gelatin yang dihasilkan
relatif kecil sehingga diperlukan alternatif pengganti gelatin dari bahan non
hewani seperti polisakarida (Suryani et al. 2009, Fonkwe et al. 2003, Depkes RI
1995). Polisakarida seperti pati, karagenan, alginat, pektin dan gum arab
dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuat cangkang kapsul pengganti gelatin
(Christi, 2015).
Alternatif pengganti gelatin dari bahan non hewani dapat diperoleh dari
polisakarida seperti pektin. Kebutuhan akan kapsul yang halal dengan bahan baku
yang murah dan ketersediaan bahan baku yang berlimpah menjadi alasan
dalam pemanfaatan pektin dari kulit buah kakao sebagai bahan baku pembuatan
cangkang kapsul. Selain lebih murah dan halal, cangkang kapsul dari pektin juga
bersifat biodegradable.

1.2 Tujuan penelitian


- Untuk memanfaatkan kulit buah kakao dan meningkatkan nilai ekonomis
kulit buah kakao
- Untuk memanfaatkan pektin dari kulit buah kakao sebagai bahan baku
pembuatan cangkang kapsul
- Untuk membuat cangkang kapsul non-gelatin yang lebih murah,
biodegradable dan halal

2
1.3 Manfaat penelitian
- Meningkatnya nilai ekonomis kulit buah kakao dengan pemanfaatan kulit
kakao yang tidak terpakai
- Menghasilkan pektin dari kulit buah kakao yang dapat mengurangi jumlah
impor pektin di Indonesia
- Menghasilkan cangkang kapsul non gelatin yang lebih murah, biodegradable
dan halal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki areal perkebunan kakao terluas ke-3 di dunia setelah


Pantai Gading. Pada tahun 2012, luas lahan perkebunan kakao mencapai
1.774.463 Ha dengan produksi 740.513 ton. Potensi besar dari buah kakao
adalah semua komponen dari buah kakao dapat diolah menjadi berbagai produk
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan bernilai ekonomi. Nasrullah dan
Ella (1993) menyebutkan komposisi buah kakao memiliki perbandingan 74 %
kulit buah, 24 % biji dan 2 % plasenta. Pada umumnya petani hanya menjual
produk primernya berupa biji kakao yang merupakan 21-24% bagian dari buah
kakao sebagai pendapatan utama dari usaha tani kakao, sedangkan bagian kulitnya
yang merupakan komponen terbesar dari buah kakao pemanfaatannya belum
optimal sehingga menjadi limbah di kebun dan dapat menjadi sumber hama dan
penyakit (Listyati, 2015).
Kulit kakao mengandung protein 9,69%, glukosa 1,16%, sukrosa 0,18%,
pektin 5,30%, dan theobromin 0,20% (Opeke, 1984). Sedangkan menurut Erika
(2013) pektin yang terkandung pada kulit kakao antara 2-10% (Listyati, 2015).
Salah satu pemanfaatan kulit cokelat ini adalah dengan mengambil
bagian pektinnya. Pektin merupakan komponen tambahan penting dalam
industri pangan, kosmetika, dan obat-obatan, karena kemampuannya dalam
mengubah sifat fungsional produk pangan seperti kekentalan, emulsi, gel.
Selain digunakan sebagai gelling agents, senyawa pektin juga berfungsi
sebagai dehydrating agents, emulsyng agents, dan protective colloids sehingga
penggunaan pektin makin meningkat baik sebagai bahan baku industri pangan
maupum industri non pangan (Edahwati, 2016).
Pektin adalah senyawa alami yang dapat ditemukan dalam dinding sel
primer tanaman, khususnya disela-sela selulosa dan hemiselulosa yang fungsinya
sebagai perekat antara dinding sel satu dengan dinding sel lainnya. Senyawa
pektin dapat dirasakan saat mengupas buah kakao yaitu zat yang terasa lengket
di tangan. Bagian dari tanaman yang banyak kandungan pektinnya adalah bagian

4
buah dan kulit buah. Pemanfaatan kulit kakao untuk memproduksi pektin belum
ada karena umumnya masih dalam skala laboratorium (Listyati, 2015).
Sumber pektin di Indonesia sebenarnya cukup banyak dan tersedia
melimpah tetapi selama ini Indonesia masih mengimpor pektin dari manca negara,
terutama Denmark dan Jerman untuk keperluan bahan tambahan pada industri
pangan, obat dan kosmetik. Semakin berkembangnya industri yang memerlukan
pektin sebagai bahan tambahan, maka kebutuhannya semakin meningkat
sehingga sudah saatnya pektin diproduksi di dalam negeri (Listyati, 2015).
Pada kulit buah kakao terkandung pektin antara 6-30%, jumlahnya
dipengaruhi oleh tingkat kematangan dan kesegaran buah kakao. Jika buah kakao
masih mentah kandungan pektin pada kulitnya berkisar 25– 30 %, sedangkan
untuk buah kakao yang sudah matang kandungan pektin pada kulitnya berkisar
diantara 6–12%. Tingkat kesegaran kulit buah kakao sangat mempengaruhi kadar
pektin yang terkandung. Apabila buah kakao sudah lama dipetik dari pohon dan
kulit buahnya sudah rusak atau mengalami pembusukan, maka kandungan pektin
di dalam kulit buahnya akan semakin menurun (Sukha, 2007 dalam Listyati,
2015).
Menurut Sriamomsak (2013) berdasarkan kadar metoksilnya dibedakan 2
jenis pektin yaitu pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi (7-9%) dan
pektin yang mempunyai kadar metoksil rendah (3–6%). Kadar metoksil pektin
memiliki peranan penting dalam menentukan sifat fungsional larutan pektin, dapat
mempengaruhistruktur, dan tekstur dari gel pectin. Pektin kering yang telah
dimurnikan berupa kristal berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda
sesuai dengan kandungan metoksilnya (Towaha, 2016).
Pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi larut dalam air dingin,
sedangkan pektin bermetoksil rendah larut dalam alkali dan asam oksalat.
Kelarutan pektin dalam air ditentukan oleh jumlah gugus metoksil, distribusinya,
dan bobot molekulnya. Secara umum, kelarutan akan meningkat dengan
menurunnya bobot
molekul dan meningkatnya gugus metil ester. Namun pH, suhu, jenis pektin,
garam, dan zat organik seperti gula juga mempengaruhi kelarutan pektin (Towaha,
2016).

5
Mutu pektin terlihat dari jumlah kandungan metoksilnya, bila
kandungan metoksilnya 2,3 sampai 4,5 % termasuk pektin metoksil rendah.,
dan bila kandungan metoksilnya lebih dari 7,12 % termasuk pektin metoksil
tinggi. Karena kandungan metoksil pada pektin ini akan mudah menjadi bentuk
jelly, merupakan sifat penting dari pektin (Susilowati, 2013).
Watson et al. (2012) mengemukakan senyawa pektin dari pulpa dan kulit
buah kakao mempunyai mutu setara dengan pektin dari jeruk maupun apel yang
beredar di pasaran. Senyawa pektin dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit
kanker usus dan hiperlipidemia (kelebihan lemak dalam darah) (Towaha, 2016 ).
Proses pembuatan pektin dari kulit buah kakao dapat dilakukan dengan
cara ekstraksi. Tahapan proses pembuatan pektin secara umum meliputi persiapan
bahan baku, ekstraksi, penggumpalan, pemurnian dan pengeringan. Waktu
ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis pektin
menjadi asam galakturonat. Pada kondisi asam, ikatan glikosidik gugus metil
ester dari pektin cenderung terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat
(Smith dan Bryant, 1968 Semakin lama ekstraksi akan meningkatkan laju
reaksi hidrolisis protopektin sehingga kadar galakturonat yang dihasilkan juga
semakin meningkat. Salah satu yang menentukan mutu pektin adalah kadar
galakturonat. Semakin tinggi nilai kadar galakturonat, maka mutu pectin
semakin tinggi. Kelompok asam tersebut bisa dalam bentuk asam bebas,
metil ester, garam sodium, kalium, kalsium atau ammonium, dan dalam
beberapa kelompok pektin amida (Erika, 2013).
Karakteristik pektin yang baik berdasarkan IPPA (2002) dan Food
Chemical Codex (1996) adalah memiliki kadar air maksimum 10%, berat ekivalen
600-800 mg, kandungan metoksil tinggi jika >7,12%, bermetoksil rendah jika 2,5-
7,12%. Kadar asam galakturonat minimal 35% (Fitria, 2013).
Dengan ketersediaan bahan baku kulit kakao yang melimpah dan trend
kebutuhan pektin untuk berbagai industri di dalam negeri yang semakin
meningkat, maka industri pektin kulit kakao sangat prospektif untuk
dikembangkan. Hasil penelitian Elvira dan Erika (2014), menunjukkan
pemanfaatan limbah buah kakao yang berupa kulit kakao segar sebanyak 20 kg

6
menjadi 2,68 kg tepung pektin dapat memberikan keuntungan secara ekonomi
terhadap petani Rp 339.700,- per bulan (Listyati, 2015).
Pada bidang farmasi, pektin digunakan sebagai campuran obat–obatan
seperti obat diare, disentri, radang usus besar, obat luka, haemostatik agent,
pengganti plasma darah. Penggunaan pektin dimaksudkan untuk memperlambat
absorbsi beberapa jenis obat-obatan tertentu di dalam tubuh sehingga dapat
memperpanjang masa kerja suatu obat (Listyati, 2015).
Kapsul merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi tertua dalam sejarah
yang telah dikenal oleh orang Mesir kuno. Jenis kapsul ada dua yaitu kapsul
cangkang keras dan kapsul cangkang lunak. Kapsul cangkang keras merupakan
suatu bentuk sediaan yang umum digunakan dan telah diperkirakan sekitar 60
miliar cangkang kapsul digunakan setiap tahun untuk produk farmasi (Suptijah,
2012).
Bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan kapsul pada industri
farmasi yaitu gelatin. Kapsul gelatin cangkang keras digunakan sebagai obat
kapsul komersial. Data dari Gelatin Manufacturers of Europe pada tahun 2005,
produksi gelatin dunia terbesar berasal dari bahan baku kulit babi yakni 44,5%
(136.000 ton), kedua dari kulit sapi 27,6% (84.000 ton), ketiga dari tulang 26,6%
(81.000 ton) dan sisanya berasal dari selainnya 1,3% (4.000 ton) (Harianto et al.
2008 dalam Suptijah, 2012).
Data menunjukkan sebagian besar gelatin berasal dari sapi dan babi, hal
tesebut membatasi konsumen vegetarian, Muslim, Yahudi, dan Hindu yang tidak
dapat mengkonsumsinya (Fonkwe et al.2005). Asal bahan baku geatin tersebut
juga memiliki risiko kontaminasi virus yang menyebabkan penyakit bovine
spongiform encephalopathy (BSE), foot and mouth disease (FMD), dan swine
influenza (Eveline et al.2011). Ku et al. (2010) menyatakan bahwa kapsul gelatin
memiliki beberapa kekurangan antara lain memiliki reaktivitas terhadap
komponen pengisi, terdapat interaksi dengan polimer anion dan kation.
Kekurangan lain dari kapsul gelatin yaitu kelarutan gelatin dalam air mengurangi
pelepasan obat lambat dari penghancuran cangkang kapsul (Suptijah, 2012).

7
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi Penelitian


Metode penelitian adalah metode eksperimental yaitu dilakukan di
Laboratorium. Proses ektraksi pektin dilakukan di Laboratorium Fitokimia,
karakterisasi tepung pektin dilakukan di Laboratorium Penelitian dan proses
pembuatan cangkang kapsul serta uji disolusi cangkang kapsul dilakukan di
Laboratorium Farmasi Fisik

3.2 Peralatan
3.2.1 Alat
Alat disintegration tester, alat mikrometer, aluminium foil, buret,
brookfield viscometer, cawan porselen, desikator, jangka sorong, kain
saring, neraca analitik, oven, penggiling (blender), pisau stainless steel,
tanur
3.2.2 Bahan
Aquades, amonium oksalat, asam oksalat , etanol 96 %, etanol 98 %,
gliserin, HCl, indikator fenol merah, kulit buah kakao, larutan dapar fosfat,
natrium klorida, natrium metabisulfit, NaOH, titanium oksida, pewarna
sintetik

3.3 Prosedur Ekstraksi Pektin


Menurut Erika (2013) proses ekstraksi pektin dari kulit buah kakao adalah
sebagai berikut:
3.3.1 Persiapan Kulit Kakao
Buah kakao dicuci dengan air keran untuk menghilangkan tanah, pasir,
dan kotoran. Buah kakao dipotong terbuka menjadi dua bagian dan biji
kakao dipisahkan dari dari kulitnya. Kulit buah kakao dipotong dadu dengan
ketebalan sekitar 0,5 cm dengan menggunakan pisau stainless steel yang
bertujuan untuk memudahkan proses pengeringan dan penggilingan. Kulit
kakao direndam dalam larutan natrium metabisulfit pada suhu 70 oC selama 15

8
menit untuk meminimalisir reaksi pencoklatan. Selanjutnya potongan kulit
kakao ditempatkan pada aluminium foil dan dikeringkan dalam oven
pengering selama 12 jam pada temperature 40 ° C. Tahapan akhir yaitu
kakao kering digiling menjadi serpihan dengan menggunakan penggiling
(grinder).

3.3.2 Ekstraksi Pektin


Ekstraksi dilakukan melalui kondisi lama dan pH ekstraksi yang
berbeda. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan amonium oksalat 2,5%
selama 60 dan 120 menit pada pH 2,6; 3,6; dan 4,6. Sebanyak 25 g kulit
kakao kering dilarutkan dalam 250 mL amonium oksalat pada temperature 85
°C. Larutan asam oksalat 10% digunakan untuk menurunkan pH sampai
kondisi pH ekstraksi yang diinginkan sesuai dengan perlakuan. Setelah proses
ekstraksi dihentikan, bubur kulit kakao disaring dengan menggunakan kain
saring dan diperas sampai filtrat keluar sebanyak mungkin.

3.3.3 Penggumpalan
Filtrat pektin yang diperoleh kemudian digumpalkan dengan
menambahkan 750 mL etanol 96 % (1:3) dan dibiarkan selama 18 jam.
Endapan pektin basah disaring dengan kain tipis halus dan ditekan dengan
tangan sebanyak mungkin.

3.3.4 Pencucian/ Pemurnian Pektin Basah


Pektin basah kemudian dimurnikan dengan dicuci tiga kali dengan etanol
96% (setiap kali 100 mL etanol), dan kemudian pektin basah dimurnikan lebih
lanjut dengan 50 mL etanol 98 %.

3.3.5 Pengeringan Pektin


Pektin basah hasil pemurnian kemudian dikeringkan menggunakan oven
vakum pada suhu 40 °C selama 6 jam. Pektin tersebut kemudian digiling
dengan menggunakan blender sampai diperoleh ukuran partikel 8 mesh. Sampel

9
kemudian dianalisis untuk sifat fisikokimia memenuhi prosedur analitis
umumnya standar.

3.3.6 Karakterisasi pektin


Menurut Octarya (2014) proses karakterisasi pektin adalah sebagai berikut:
3.3.6.1 Kadar air
Kadar air ditentukan dengan cara yaitu sebanyak satu gram pektin
dikeringkan di dalam oven pada suhu 100ºC selama 4 jam. Selanjutnya
didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap.

3.3.6.2 Kadar abu


Cawan porselin dikeringkan di dalam tanur pada suhu 600ºC kemudian
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebagai wadah. Satu gram pektin
ditimbang di dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya.
Pengabuan
dilakukan dalam tanur pada suhu 600ºC selama 3 – 4 jam. Abu yang telah
diperoleh didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh
bobot konstan.

3.3.6.3 Berat ekivalen


Pektin sebanyak 0.5 gram dibasahi dengan 5 ml etanol dan dilarutkan
dalam 100 ml aquades berisi satu gram NaCl. Larutan hasil campuran
tersebut dititrasi perlahan-lahan dengan 0.1 N NaOH memakai indikator fenol
merah sampai terjadi perubahan menjadi merah kekuningan yang bertahan
sedikitnya 30 detik.

3.3.6.4 Kandungan metoksil


Larutan dari penentuan BE ditambah 25 ml larutan 0.25 N NaOH,
dikocok dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar dalam keadaan
tertutup. Selanjutnya ditambahkan 25 ml larutan 0.25 N HCl dan dititrasi
dengan larutan 0.1 N NaOH dengan indikator fenol merah sampai titik akhir
seperti pada penentuan BE.

10
3.3.6.5 Kadar galakturonat
Kadar galakturonat dihitung dari μek (miliekivalen) NaOH yang
diperoleh dari penentuan BE dan kandungan metoksil.
3.4 Prosedur pembuatan cangkang kapsul
Menurut Suptijah (2012) proses pembuatan cangkang kapsul adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Pembuatan cangkang kapsul
Sebanyak 100 mL akuades dipanaskan kemudian titanium dioksida
sebanyak 0,5 g ditambahkan, setelah tercampur lalu pektin (3, 4, 5 dan 6 g)
dimasukkan. Larutan kemudian diaduk hingga rata, setelah larutan tercampur
dengan sempurna gliserin sebanyak 1 mL dan pewarna sintetik ditambahkan
kemudian diaduk kembali. Larutan yang telah jadi didinginkan hingga suhunya
sekitar 60-55°C, lalu cetakan kapsul bagian penutup dicelupkan sedalam 2,5 cm
dan untuk pencetak kapsul bagian badan dicelupkan sedalam 3 cm. Kapsul yang
telah dicelupkan kemudian diputar/dibalikkan agar tidak ada yang menetes,
selanjutnya dikeringkan dengan oven suhu 60°C selama 3-4 jam.

3.4.2 Pengukuran viskositas


Larutan pektin pembentuk cangkang kapsul diukur menggunakan brookfield
viscometer. Suhu yang digunakan untuk pengukuran viskositas yaitu 55°C dan
60°C, suhu tersebut merupakan suhu dilakukannya pencetakan cangkang kapsul.

3.4.3 Analisis spesifikasi cangkang kapsul


Spesifikasi cangkang kapsul yang diamati yaitu panjang, diameter,
ketebalan, berat, dan volume. Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul
dilakukan untuk badan cangkang kapsul dan tutup cangkang kapsul. Pengukuran
ketebalan dan berat satuan kapsul dilakukan terhadap kapsul secara utuh,
sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang kapsul
karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang kapsul
sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Panjang dan diameter kapsul diukur
menggunakan jangka sorong. Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan

11
alat mikrometer. Pengukuran dilakukan lima kali untuk masing-masing sampel,
satu kali di pusat dan empat kali di parameter sekitarnya, kemudian diambil rata-
ratanya. Berat cangkang kapsul ditimbang menggunakan neraca analitik.
Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan menggunakan buret dengan cara
cangkang kapsul diisi dengan air sampai meniskus atas air menyentuh ujung
kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul.

3.4.4 Analisis Waktu Hancur/Disintegrasi


Analisis waktu hancur kapsul dilakukan menggunakan alat disintegration
tester. Sebanyak satu kapsul dimasukkan pada masing-masing tabung dari
keranjang, kemudian satu cakram dimasukkan pada setiap tabung, lalu semua
tabung ditutup, kemudian alat dijalankan. Rangkaian keranjang bergerak secara
vertikal sepanjang sumbunya tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan
sumbu dari posisi vertikalnya. Air yang digunakan memiliki suhu 37°C sebagai
media. Media yang digunakan pada penelitian ini berupa HCl 0,1 N dengan suhu
37°C. Keranjang diangkat dan semua kapsul diamati pada akhir batas waktu
seperti yang tertera dalam monografi (semua kapsul harus hancur sempurna),
apabila satu atau dua kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12
kapsul lainnya (tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur).

3.4.5 Analisis Kadar Air Kapsul


Analisis kadar air dilakukan dengan penguapan menggunakan oven. Tahap
pertama yang dilakukan adalah mengeringkan cawan porselen pada suhu 102-
105°C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih 15
menit, kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam cawan
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 102-105°C selama 17 jam, lalu
cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga diperoleh bobot konstan.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Erika, C. (2013). Ekstraksi Pektin dari Kulit Kakao (Theobroma cacao L.)
Menggunakan Amonium Oksalat. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia. Vol. 5, no. 2, hh. 1-5.

Fitria, V. (2013). Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi dari Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Listyati, D. (2015). Peluang Peningkatan Pendapatan Petani dari Kulit Buah


Kakao. Sirinov. 3: 3; 145– 156.

Octarya, Z, Ramadhani, A. (2014). Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari


Limbah Kulit Semangka Menggunakan Ekstrak Enzim Aspergillus niger.
Jurnal Agroteknologi. Vol. 4, no. 2, hh. 27 – 31.

Susilowati, Munandar S, Edahwati L, Harsini T. (2013). Ekstraksi Pektin dari


Kulit Buah Coklat dengan Pelarut Asam Sitrat. Jurnal. Vol. 11, no.1, hh.
27-30.

Towaha, J. (2016). Diversifikasi Produk Kakao sebagai Bahan Baku Biofarmaka.


Bunga Rampai: Inovasi Teknologi Bioindustri Kakao.

Wulan, S.N. (2001). Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao


(Theobroma cacao, L) sebagai Sumber Zat Pewarna (Β-Karoten). Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol. 2, no. 2, hh. 22-29.

13
BAB V
JUSTIFIKASI ANGGARAN

1. Peralatan Penunjang
Justifikasi HargaSatuan
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian (Rp)
Alat-alat gelas Keperluan - - Rp. 600.000
penelitian
Pisau Stainless Persiapan 3 Rp. 20.000 Rp. 60.000
steel bahan
Alumunium Pembungkus 2 Rp. 30.000 Rp. 60.000
Foil
Blender Keperluan 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
penyiapan
bahan
wadah Keperluan 2 Rp. 150.000 Rp. 300.000
penyimpanan penelitian
ekstrak
Jangka Keperluan 1 Rp. 800.000 Rp. 800.000
sorong penelitian
pH meter Keperluan 1 Rp. 300.000 Rp. 300.000
penelitian
Kain Keperluan 3 Rp. 20.000 Rp. 60.000
penyaring penelitian
Alat Keperluan 1 Rp. 950.000 Rp. 950.000
mikrometer penelitian
SUB TOTAL (Rp) Rp. 3.430.000

2. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian (Rp)
Kulit buah Keperluan - Rp. 200.000 Rp. 200.000
kakao penelitian
Natrium Keperluan 1 kg Rp. 100.000 Rp. 100.000
metabisulfit penelitian
Ammonium Keperluan 100 g Rp. 5500/g Rp. 550.000
oksalat 2,5% penelitian
Asam oksalat Keperluan 500 g Rp. 20.000/kg Rp. 10.000

14
10% penelitian
Etanol (pa) Keperluan 5L Rp. 455.000/L Rp. 2.275.000
96% penelitian
Gliserin Keperluan 200 ml Rp. 25.000/ Rp. 50.000
penelitian 100 ml
HCl (p) Keperluan 4L Rp. 50.000/ Rp. 400.000
penelitian 500ml
Indikator fenol Keperluan 500 ml Rp. 60.000/ Rp. 300.000
merah penelitian 100ml
Larutan Dapar Keperluan 2L Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000
Fosfat penelitian
NaCl Keperluan 250 g Rp.2000/g Rp. 500.000
penelitian
NaOH Keperluan 250 g Rp. 3000/g Rp. 750.000
penelitian
Titanium Keperluan 50 g Rp. 5000/g Rp. 250.000
Oksida penelitian
Aquades Keperluan 15 L Rp. 9000 Rp. 135.000
penelitian
Detergen Keperluan 2 Rp. 25.000 Rp. 50.000
penelitian
Disinfektan Keperluan 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000
penelitian
Kertas Keperluan 7 Rp. 8000 Rp. 56.000
perkamen penelitian
Plastik dan Keperluan 1 Rp.15.000 Rp. 15.000
karet penelitian
Tissue Keperluan 5 Rp. 15.000 Rp. 75.000
penelitian
Kertas pH Keperluan 1 Rp. 90.000 Rp. 90.000
indikator penelitian
Kertas saring Keperluan 2 Rp. 10.000 Rp. 20.000
penelitian
Hand wash Keperluan 1 Rp. 20.000 Rp. 20.000
peneliti
SUB TOTAL (Rp) Rp. 7.946.000

15
3. Perjalanan
Justifikasi HargaSatuan
Material Kuantitas Keterangan
Perjalanan (Rp)
Perjalanan Memilih 6 kali Rp. 100.000 Rp.
dari rumah ke bahan yang (3 /orang 1.800.000
tempat baik orang)
pengambilan digunakan
bahan dan untuk
pembelian penelitian
alat yang
diperlukan
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.800.000

4. Lain-lain
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantitas Keterangan
Perjalanan (Rp)
Biaya Komunikasi - - Rp. 250.000
komunikasi dengan
(pulsa) pembimbing,
dan tim

Dana Penyusunan - Rp. 400.000 Rp. 400.000


pembuatan laporan
laporan
Dana Keperluan 3 Lab Rp. 300.000 Rp. 900.000
penyewaan penelitian
tempat
penelitian
P Pengiriman Keperluan - - Rp. 100.000
laporan akhir penelitian

Biaya tak Keperluan - - Rp. 300.000


terduga penelitian

SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.950.000


Total (Keseluruhan) Rp. 15.126.000

16
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 4 bulan dengan rincian
jadwal sebagai berikut:

Waktu Kegiatan
No Jenis kegiatan (Bulan)
1 2 3 4 5
1 Pembelian dan pengumpulan alat dan
bahan
2. Persiapan alat dan bahan yang perlukan
3. Pembuatan ekstrak pektin
4. Karakterisasi ekstrak pektin
5. Pembuatan cangkang kapsul
6. Karakterisasi cangkang kapsul
7. Penyusunan laporan akhir
8. Pengiriman laporan akhir

17
BAB VII
BIODATA PENELITI

Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Khalimatu Syakdiah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501090
5 Tempat dan Tanggal Lahir Melati II, 19 Januari 1997
6 E-mail khalimatusyakdiah@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 0852 7709 9442

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD No.106837 SMPN 1 SMA N 1
Melati II Perbaungan Perbaungan
Jurusan Umum Umum IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah
1 - - -
2 - - -
3 - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 20 besar finalis PEMA Fakultas Pertanian USU 2016
LKTIN Agriculture
Fair
2 - - -
3 - - -

Semua data yang saya isikan dan cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

18
Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Fauziah Nasution
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501129
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kabanjahe, 26 Agustus 1996
6 E-mail Fauziyyah34@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 085359642602

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Swasta SMP Negeri 1 SMA Negeri 1 Kualuh
Yayasan Perguruan Kualuh Hulu Huliu
Keluarga
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah
1 - - -
2 - - -
3 - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Juara II OSN Kimia
Olahraga Kabupaten Labuhanbatu 2013
Tingkat Kabupaten
Utara
2 Juara II Cerdas Cermat Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Tingkat Kabupaten Olahraga Kabupaten Labuhanbatu
dalam rangka Hari Utara
2013
Pendidikan Nasional

3 Juara II LTTK tingkat Dinas Koperasi Sumatera Utara


wilayah V Sumatera 2013
Utara

20
Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Zahratul Hayati
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program studi S-1 Farmasi
4 NIM / NIDN 141501212
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bangkinang, 25 Juni 1996
6 E-mail zahrasiara@gmail.com
7 Nomor telepon / HP 085359642602

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD SMP Uswatun MAN 2 Model
Muhammadiyah Hasanah PTSM Pekanbaru
029 Kuok Padangpanjang
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah
1 - - -
2 - - -
3 - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 Medali Perak Kementerian Agama RI
Kompetisi Sains
2014
Madrasah Cabang
Biologi
2 PEMA FF USU
Tim Terbaik Debat
Kefarmasian GFI USU 2016

3 Juara 1 MTQ USU LPTQ USU


2016
Cabang Fahmil Qur’an

22

Anda mungkin juga menyukai