DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit
Sebagai Bahan Pakan Alternatif Untuk Ternak”. Tidak lupa penyusun mengucapkan
terimakasih kepada Ir. Budi Ayuningsih, M Si. selaku dosen mata kuliah Bahan Pakan
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
V. LAMPIRAN ...................................................................................... 19
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iv
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1 Gambar Pohon Pemanfaatan Industri Limbah Kelapa
Sawit............................................................................ 4
v
1
PENDAHULUAN
Selain melalui pengolahan, limbah yang dihasilkan dari kebun maupun industri
pengolahan kelapa sawit bermanfaat sebagai pakan ternak terutama ruminansia dan
unggas. Limbah sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yaitu berupa
pelepah dan daun, serta bungkil inti sawit.
1.2 Manfaat Bahan Pakan Alternatif dalam Pemenuhan Nutrien pada Ternak
Ruminansia
Ternak ruminansia seperti sapi mampu mengonsumsi pakan berserat tinggi seperti
hijauan dan konsentrat dalam jumlah yang banyak, dimana bahan pakan tersebut dapat
disediakan oleh industri kelapa sawit. Pengembangan peternakan khususnya ruminansia
pada kawasan perkebunan kelapa sawit dapat memanfaatkan sumber pakan berupa
limbah kelapa sawit, antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat sabut buah
sawit, dan lumpur sawit. Mathius (2008) menyatakan bahwa dengan inovasi teknologi
yang ada, pemanfaatan limbah dan produk samping industri kelapa sawit dapat
meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi potong hingga 72%. Namun
penggunaan limbah perkebunan ini memerlukan perlakuan khusus agar dapat dikonsumsi
ternak dengan maksimal. Peningkatkan kecernaan struktural karbohidrat dapat dilakukan
dengan perlakuan kimiawi (amoniasi), fisik, dan biologis (fermentasi). Contohnya sabut
sawit dapat ditingkatkan pemanfaatannya dengan amoniasi sedangkan lumpur sawit dapat
ditingkatkan penggunaannya dan nilai gizinya dengan fermentasi memakai yeast (ragi)
atau kapang. Amoniasi pakan berserat tinggi dengan urea berhasil meningkatkan kadar N
dan fermentabilitas pakan (Sutardi, 1993; Erika Budiarti, 1998). Pemanfaatan bahan
pakan alternatif untuk ternak diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan produktivitas
ternak.
3
II
PEMBAHASAN
berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses
pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung,
serabut atau serat,sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak
tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial
menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair
berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Jenis limbah kelapa
sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong,
pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping.
Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya terdapat pada Gambar 1. Berikut;
ruminansia, karena kandungan serat kasarnya (Muslim dkk., 2013). Tingkat penggunaan
serat perasan sawit dalam pakan sapi dan kerbau adalah 10- 20%, sedangkan untuk domba
dan kambing 10-15%. Kandungan nutrisi serat perasan sawit adalah BK 91,2%, PK 5,4%,
SK 41,2%, LK 3,5%, abu 5,3%, NDF 84,5%, ADF 69,3% (Batubara, 2003).
Lumpur sawit atau solid merupakan hasil ikutan pengolahan minyak sawit yang
mengandung air cukup tinggi. Lumpur sawit dihasilkan melalui proses pemerasan buah
kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau CPO. Kelemahan solid untuk
pakan adalah tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena solid masih mengandung 1,50%
CPO sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan di tempat terbuka serta mudah
ditumbuhi kapang yang berwarna keputihan. Namun dari hasil pemeriksaan di
laboratorium, kapang tersebut tidak bersifat patogen. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan bahwa solid berpotensi sebagai sumber nutrisi baru untuk ternak dengan
kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak kasar
7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g (Utomo dkk., 1999).
Pada uji preferensi terhadap 25 ekor sapi Madura, solid pada akhirnya sangat disukai,
namun perlu waktu adaptasi 4−5 hari.
Tabel 1 Komposisi limbah yang dihasilkan pada pengolahan minyak sawit (CPO)
disalah satu pabrik di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Komposisi limbah yang dihasilkan pada pengolahan minyak sawit (CPO) di salah satu pabrik di
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Kisaran
produksi
Diskripsi
(%) (t/hari)
Tandan buah segar 100 600 − 700
Crude palm oil 23 138 − 161
Limbah cair 8,50 51 − 59,50
Limbah padat
Tandan buah kosong 16 96 − 112
Serat perasan buah 26 156 − 182
Bungkil inti sawit 4 24 − 28
Cangkang 6 36 − 42
Solid 3 18 − 21
Limbah lain 13,50 81 − 94,40
Sumber: Utomo (2001).
7
7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003 dan energi 154 kal/100 g (Utomo dkk., 1999). Hasil
uji preferensi terhadap 25 ekor sapi Madura, lumpur sawit sangat disukai ternak, dengan
adaptasi 4-5 hari. Untuk meningkatkan nilai gizi lumpur sawit, perlu dilakukan fermentasi
menggunakan yeast Saccaharomyces cereviceae. Agar lebih optimal pemanfaatan limbah
sawit perlu ditambahkan mineral, karena pada umumnya bahan pakan limbah kurang
akan mineral, baik makro maupun mikro. Penambahan mineral dalam bentuk ogaranik
akan lebih bermanfaat karena mempunyai tingkat ketersediaanya yang tinggi, misalnya
Zn-lisinat.
Pemanfaatan solid sebagai pakan ternak diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan
produktivitas ternak. Sapi yang hanya dilepas di padang penggembalaan yang umumnya
hanya ditumbuhi alang-alang tanpa diberi pakan tambahan (konsentrat). Solid sangat
berpotensi sebagai sumber pakan lokal mengingat kandungan nutrisinya cukup memadai,
jumlahnya melimpah, kontinuitas terjamin, terpusat pada satu tempat, murah karena dapat
diminta secara cuma-cuma, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Namun disisi
lain produk samping ini juga memiliki kekurangan yaitu dapat mencemari lingkungan
sekitar sehingga untuk mengatasi hal tersebut, kandungan air dalam lumpur sawit (solid)
tersebut harus dikurangi. Produk hasil pemisahan air dari lumpur sawit (solid)
mengandung bahan kering (BK)14%. Dan kelemahan lumpur sawit lainnya untuk pakan
adalah tidak tahan lama disimpan. Hal ini dikarenakan di dalam lumpur sawit (solid)
mengandung 1.50% CPO sehingga akan berbau tengik apalagi dibiarkan di tempat
terbuka serta akan ditumbuhi kapang atau jamur yang berwarna putih. Salah satu cara
untuk mengawetkan lumpur sawit (solid) sebagai pakan adalah dengan membuat solid
menjadi bentuk blok (dikeringkan). Dengan cara ini selain solid lebih tahan lama, juga
kandungan nutrisinya lebih lengkap karena adanya beberapa bahan pakan lain yang telah
ditambahkan seperti garam mineral untuk meningkatkan palatabilitas untuk ternak yang
memakannya. Pakan solid dalam bentuk blok baik digunakan untuk pakan ruminansia
besar dan kecil.
Kedua, limbah sawit yang sering digunakan sebagai bahan pakan alternatif adalah
pelepah sawit yang merupakan limbah kebun sawit yang cukup banyak tersedia untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif. Menurut Suryani (2016) kandungan gizi
pelepah kelapa sawit terdiri dari bahan kering 97,39%, abu 3,96%, protein kasar 2,23%,
10
serat kasar 47,00%, lemak kasar 3,04%, Neutral Detergent Fibre (NDF) 76,09%, Acid
Detergent Fibre (ADF) 57,56%, hemiselulosa 18,51%, lignin 14,23% dan selulosa
43,00%.
Beberapa hasil penelitan menyatakan bahwa pelepah dan daun sawit dapat
diberikan sebagai pengganti rumput pada ternak domba (Nurhaita dkk., 2008; 2010) dan
pada ternak sapi (Djajanegara dkk., 1999 ; Nurhaita dkk., 2014). Meskipun daun sawit
tersedia cukup banyak, namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak masih sangat
terbatas, sebagian besar masih terbuang atau ditumpuk di bawah batang sawit.
Pemanfaaatan pelepah kelapa sawit sebagai pakan masih sangat terbatas karena tingginya
kandungan lignin dan tingkat kecernaan bahan kering pelepah kelapa sawit hanya
mencapai 45% (Efryantoni, 2012). Kandungan lignin pelepah kelapa sawit mencapai 20%
dari biomassa kering, sehingga merupakan pembatas utama dalam penggunaan pelepah
kelapa sawit sebagai pakan ternak (Rahman dkk., 2011).
Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak pelepah sawit
harus diolah terlebih dahulu. Penggunaan pelepah sawit yang belum diolah tidak dapat
memenuhi kebutuhan ternak, bahkan bila digunakan dalam jumlah banyak dapat
menurunkan performa ternak. Pengolahan secara fisik, kimia dan biologis mampu
meningkatkan nilai gizi dan kecernaan pelepah sawit (Nurhaita dkk., 2007). Cara
pengolahan yang mudah, murah dan ramah lingkungan adalah secara fermentasi dengan
menggunakan MOL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun sawit dan pelepah sawit
yang telah diolah secara amoniasi dan fermentasi dapat dijadikan pengganti 100% rumput
pada pakan ternak domba dan sapi dan memberikan pengaruh yang sama dengan rumput
jika disuplementasi dengan mineral S dan P serta daun ubi kayu (Nurhaita, 2008; Nurhaita
dkk., 2010 dan Nurhaita dkk., 2011).
padatan (4-5 %) dan sisa minyak sebesar 0.5-1 %. Limbah ini biasanya dibuang dan
langsung dialirkan ke sungai sekitar pabrik sehingga menyebabkan gangguan ekologi.
Melihat adanya padatan dan beberapa zat makanan yang terkandung di dalamnya, limbah
ini sebenarnya masih dapat diandalkan potensinya baik sebagai pupuk maupun campuran
pakan ternak (BPS, 2005), sedangkan serat sawit pemnfaatannya sebagai pakan ternak
sapi dapat berfungsi sebagai substitusi rumput gajah sebanyak 50 %, namun bila lebih
dari batas itu akan mengakibatkan selera makan sapi , kecernaan energi , retensi nitrogen
pakan dan pertumbuhan akan terganggu.
Berdasarkan jurnal “Respon Pemberian Blok Suplemen Berbasis Bahan Lokal
Terhadap Pertambahan Bobot Sapi Bali” respon ternak terhadap limbah sawit yang sudah
dilakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu pakan suplemen Blok multinutrien dari
limbah sawit (lumpur sawit /Lam Blok dan serat sawit/ Sam Blok) berbasis bahan pakan
lokal dapat meningkatkan pertambahan bobot badan 0.3 – 0.4 gram/ekor/hari dan
meningkatkan efisiensi ransum.
Beberapa hasil penelitan terdahulu menyatakan bahwa pelepah dan daun sawit
dapat diberikan sebagai pengganti rumput pada ternak domba (Nurhaita dkk. 2008; 2010)
dan pada ternak sapi (Djajanegara dkk., 1999 ; Nurhaita dkk., 2014). Meskipun daun
sawit tersedia cukup banyak, namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak masih sangat
terbatas, sebagian besar masih terbuang atau ditumpuk di bawah batang sawit. Pelepah
sawit merupakan pakan limbah yang berkualitas rendah, nilai gizinya rendah, fraksi
seratnya tinggi, palatabilitas dan kecernaannya rendah. Untuk dapat dimanfaatkan secara
optimal sebagai pakan ternak pelepah sawit harus diolah terlebih dahulu. Penggunaan
pelepah sawit yang belum diolah tidak dapat memenuhi kebutuhan ternak, bahkan bila
digunakan dalam jumlah banyak dapat menurunkan performa ternak. Pengolahan secara
fisik, kimia dan biologis mampu meningkatkan nilai gizi dan kecernaan pelepah sawit
(Nurhaita et al. 2007). Cara pengolahan yang mudah, murah dan ramah lingkungan adalah
secara fermentasi dengan menggunakan MOL. Bahan limbah ini mengandung protein
kasar (PK) 12,63- 17,41%; serat kasar (SK) 9,98-25,79%; lemak kasar (LK) 7,12-
15,15%; energi bruto 3.217-3.454 Kkal/kg dan CPO 1,5% Solid dapat digunakan sebagai
pakan ternak ruminansia (Utomo dan Widjaja, 2004). Pada kondisi umum solid sangat
mudah rusak, berjamur dan berulat, sehingga perlu perlakuan fermentasi untuk
memperpanjang masa simpannya.
12
tubuh, frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Serta mengamati faktor lingkungan
diantaranya suhu udara dan kelembaban.
Dari hasil percobaannya peneliti menjelaskan bahwa jumlah subtitusi pelepah
sawit yang berbeda di dalam pakan ternak sapi perah selama penelitian tidak berpengaruh
nyata terhadap suhu rektal, suhu permukaan tubuh dan suhu tubuh sapi perah. Suhu rektal
selama perlakuan pemberian pelepah sawit berkisar antara 38-39 derajat Celsius. Akan
tetapi substitusi pelepah sawit dalam jumlah yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
denyut jantung sapi perah. Denyut jantung yang didapatkan pada substitusi 75 persen
pelepah sawit di dalam hijauan (72,15 kali per menit) lebih besar dibandingkan dengan
kontrol (66,05 kali per menit), 25 persen (70,92 kali per menit) dan 50 persen (69,26 kali
per menit). Tingginya frekuensi deyut nadi, dapat disebabkan tingginya beban panas dari
dalam dan luar tubuh. Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan proses fermentasi di
dalam rumen lebih lambat, sehingga panas yang dihasilkan dari energi untuk proses
metabolisme tubuh lebih kecil dan berpengaruh terhadap peningkatan denyut nadi. Hal
ini dikarenakan salah satu fungsi protein adalah untuk menyediakan energi bagi proses
metabolisme tubuh. Peneliti ini menjelaskan bahwa substitusi pelepah sawit segar yang
telah dicacah dalam persentase yang berbeda dalam pakan ternak tidak mempunyai
pengaruh nyata terhadap laju respirasi. Kenaikan nilai laju respirasi yang terjadi
merupakan reaksi sapi terhadap perubahan suhu lingkungannya dan berdampak terhadap
naiknya produksi panas di dalam tubuh ternak. Respon fisiologis (suhu tubuh, detak
jantung, laju respirasi, suhu rektal kecuali detak jantung) tidak dipengaruhi oleh
perlakuan perbedaan jumlah subtitusi pelepah sawit dan secara umum masih normal.
Respon fisiologis secara umum mengalami peningkatan dan penurunan mengikuti
perubahan kondisi lingkungan dimana kondisi lingkungan selama penelitian cenderung
panas dengan cekaman stress ringan sampai dengan sedang.
Menurut Andi (2020) dalam percobaannya memberikan pakan komplit kepada
ternak kambing, kambing memberikan respon yang baik terhadap pakan komplit seperti
di indikasikan dengan taraf konsumsi, pertambahan bobot badan dan efisiensi
penggunaan ransum yang tergolong tinggi. Teknologi pakan komplit tergolong praktis
dan dapat diproduksi dalam skala industri, maka teknologi ini berpotensi sebagai faktor
pendorong berkembangnya sistem produksi kambing yang lebih intensif. Dengan
demikian, dapat diharapkan terjadinya perubahan struktur pengusahaan kambing yang
14
selama ini didominasi oleh usaha peternakan rakyat ke arah peternakan yang berskala
ekonomi dengan orientasi komersial. Namun, terdapat kendala dalam formula ransum
pakan komplit berbasis limbah sawit ini, menurut Andi (2020) belum adanya industri
pabrik pakan ruminansia dan belum terbentuknya hubungan yang sinergis dan saling
menguntungkan antara penghasil sumber pakan (perkebunan kelapa sawit) dengan
industri pakan ternak ruminansia. Sehingga menyebabkan kualitas dan kuantitas pakan
ruminansia di hilir belum stabil dan kontinu tersedia, padahal berpeluang menciptakan
usaha produksi ternak ruminansia kecil yang lebih komersial untuk memacu produktivitas
ternak.
III
KESIMPULAN
3.1 Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak nabati
berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan di
Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
3.2 Potensi limbah kelapa sawit salah satunya adalah sebagai pakan ternak, seperti
pada limbah sawit bagian bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah
kosong, dan solid dikarenakan mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi
dibanding limbah lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar
4.230 kkal/kg.
3.3 Proses pengolahan limbah sawit salah satunya adalah dapat dengan cara
fermentasi, beberapa bahan yang dapat digunakan pada proses ferementasi limbah
sawit yaitu dengan EM4 dan bioaktivator rumen.
3.4 Pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan ternak cukup banyak digunakan,
dikarenakan limbah sawit mempunyai nutrisi lebih tinggi dibandingkan limbah
lainnya. Limbah sawit yang sering digunakan sebagai bahan pakan alternatif ada
dua, yaitu solid atau lumpur sawit dan pelepah sawit.
3.5 Respon ternak terhadap pakan asal limbah sawit berbeda-beda bergantung pada
pengolahannya. Beberapa respon ternak antara lain, meningkatkan palatabilitas,
meingkatkan efisiensi pakan, dan meningkatkan PBB.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L dan S. Purwati. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga Pengembangan Sumber
Daya Peternakan (INDICUS). Makassar.
Andi. 2020. Pakan Komplit Kambing Berbasis Limbah Sawit. Retrieved from Trobos
Livestock: http://troboslivestock.com/detail-berita/2020/08/01/85/13315/pakan-
komplit-kambing-berbasis-limbah-sawit
Ardiansyah. 2014. Perubahan Kandungan Nutrisi Pelepah dan Daun Sawit Melalui
Fermentasi dengan Kapang Phanerochaete chrysosporium. Jurnal Penelitian
Universitas Taman Siswa. Padang.
Badan Pusat Statistik. 2005. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan
aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Djaenudin, D., H. Subagio, dan S. Karama. 1996. Kesesuaian lahan untuk pengembangan
peternakan di beberapa propinsi di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner, Cisarua 7−8 November 1995. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 165−174.
Djajanegara, A. B., Sudaryanto. M., Winugroho dan A. R. A. Karto. 1999. Potensi produk
kebun kelapa sawit untuk pengembangan usaha ternak ruminansia. Laporan
APBN 1998/1999. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor.
Eria Budiarti L. 1998. Peningkatan Mutu Pod Kakao melalui Amoniasi dengan Urea
dan Biofermentasi dengan Phanerochaete chysosporium Serta Penjabarannya
ke dalam Formulasi Ransum Ruminansia. Disertasi, Program Pascasarjana IPB.
Bogor.
17
Elisabeth, J., dan S. P. Ginting. 2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit
sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Prosidng Lokakarya Nasional:
Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9 - 10 September 2003. P. 110
119.
Haq, Muayyidul, Shultana Fitra, Sylvia Madusari, Danie Indra Yama. 2018. Potensi
Kandungan Nutrisi Pakan Berbasis Limbah Pelepah Kelapa Sawit Dengan
Teknik Fermentasi. Universitas Muhammadiyah : Jakarta.
IPB. (2018). Peneliti IPB :Diberi Pelepah Sawit Begini Respon Fisiologi Sapi FH.
Retrieved from Fakultas Peternakan IPB University:
http://fapet.ipb.ac.id/direktori/2016-06-08-01-43-33/berita/883-peneliti-ipb-
diberi-pelepah-sawit-begini-respon-fisiologi-sapi-fh
Ketaren, P.P. 1986. Bungkil inti sawit dan ampas minyak sawit sebagai pakan ternak.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8(4−6): 10−11.
Mandiri. 2012. Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan. Jurnal Nasional. Jakarta.
Nurhaita, N. Jamarun, R. Saladin, L Warly dan Mardiati Z. 2007. Efek beberapa metoda
pengolahan limbah daun kelapa sawit terhadap kandungan gizi dan kecernaan
secara in-vitro. J. Ilmu Ilmu Pertanian Indonesia No 2: 139- 144.
Nurhaita, N Jamarun, L Warly, dan M, Zain. 2010. Kecernaan Ransum Domba Berbasis
Daun Sawit Teramoniasi Yang Disuplementasi Sulfur, Fosfor, Dan Daun Ubi
Kayu. Jurnal Media Peternakan. Vol 33 No 3.
Pasaribu, T., A.P. Sinurat, J. Rosida, T. Purwadaria, dan T. Haryati. 1998. Pengkayaan
gizi bahan pakan inkonvensional melalui fermentasi untuk ternak unggas. 2.
Peningkatan nilai gizi lumpur sawit melalui fermentasi. Edisi Khusus Kumpulan
Hasil-hasil Penelitian Peternakan Tahun Anggaran 1996/1997. Buku III:
Penelitian Ternak Unggas. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1979. The Book of Tempeh. Profesional Edition. Harper
and Row Publishing. New York Hagerstown, San Fransisco, London, A New Age
Fodds Study Center Book.
Utomo, B.N., E. Widjaja, S. Mokhtar, S.E. Prabowo, dan H. Winarno. 1999. Laporan
Akhir Pengkajian Pengembangan Ternak Potong pada Sistem Usaha Tani
Kelapa Sawit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya,
Palangkaraya.
Utomo, N.U. 2001. Potential of Oil Palm SolidWastes as Local Feed Resource for Cattle
in Central Kalimantan, Indonesia. MSc. Thesis, Wageningen University, The
Netherlands.
Utomo, B.N. dan E. Widjaja. 2004. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai
sumber nutrisi ternak ruminansia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 23(1):22-28. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Zega, A. D., I. Badarina, dan Hidayat. 2017. Kualitas Gizi Fermentasi Ransum
Konsentrat Sapi Pedaging Berbasis Lumpur Sawit dan Beberapa Bahan Pakan
Lokal dengan Bionak dan EM4 (skripsi). Universitas Bengkulu. Bengkulu.
19
LAMPIRAN
1. Lampiran PembagianTugas
No Nama NPM Pembagian Tugas
1 VERINA 200110170072 Pembahasan 5 + kesimpulan
FITRIANI
2 AFIFA 200110170099 Pembahasan 1 + editor
NURAININGSIH
3 NAUFAL VIDI 200110170109 Pembahasan 2 + Cover + daftar isi
ERLANGGA
4 DITY ASA 200110170289 Pembahasan 3 + kata pengantar +
PRIYASTOMO pendahuluan 1.1
5 FARADINA 200110170263 Pembahasan 4 +daftar pustaka +
SERIDA PUTRI pendahuluan 1.2