Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Reproduksi merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan

keuntungan usaha peternakan sapi perah. Inefisiensi reproduksi dapat

menimbulkan berbagai kerugian pada usaha peternakan sapi perah seperti

menurunkan produksi susu dan kelahiran anak per induk, meningkatkan angka

pengafkiran ternak, memperlambat perbaikan genetik, meningkatkan biaya

replacement dan biaya inseminasi buatan (Anggraeni, 2011). Performans

reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain manajemen, kesehatan,

nutrisi, lingkungan dan faktor-faktor biologi yang dimiliki oleh ternak tersebut.

Faktor yang dapat mencerminkan performans reproduksi ternak sapi meliputi

siklus estrus, lama bunting, birahi pertama setelah beranak, kawin pertama setelah

beranak, waktu kosong (days open), service per conception, jarak beranak

(calving interval) dan penilaian skor kondisi tubuh (SKT) (Santosa et al., 2009).

Skor kondisi tubuh (SKT) atau Body Condition Score (BCS) memiliki

hubungan dengan reproduksi ternak, seperti kesuburan, kebuntingan, proses

kelahiran, laktasi, semua akan mempengaruhi sistem reproduksi. Berbagai

kelompok hewan bentuk tubuh (ukuran), usia, jenis kelamin dan keturunan juga

akan memiliki pengaruh yang kuat pada sistem reproduksi. Ternak yang

mempunyai bobot badan melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut akan

mengalami gangguan reproduksi dan penyakit metabolisme, sebaliknya apabila

ternak memiliki bobot badan kurang dari ideal akan berdampak pada sistem
2

reproduksi yang akan menyebabkan rendahnya fertilitas ternak karena pada sapi

perah keberhasilan reproduksi sangat mempengaruhi keberhasilan produksi susu

(Budiawan et al., 2015).

Skor kondisi tubuh adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh

ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh

dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul, kemudian dapat

dibedakan atas tiga kategori yaitu kurus, sedang dan gemuk. SKT digunakan

untuk pendugaan status nutrisi, mengetahui status reproduksi sapi, menilai status

kesehatan individu ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen

ternak yang rutin. SKT telah terbukti menjadi alat praktis yang penting dalam

menilai kondisi tubuh ternak karena SKT adalah indikator sederhana terbaik dari

cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak dalam periode

apapun (Susilorini et al., 2007).

Penilaian SKT ternak yang ideal tergantung pada tujuan pemeliharaan.

Ternak dengan tujuan pembibitan tidak memerlukan kondisi tubuh yang tidak

terlalu gemuk. Ternak yang cocok untuk bibit yang ideal adalah mempunyai nilai

kondisi tubuh ternak nilai 3 atau ternak tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu

kurus. Pemeliharaan kondisi tubuh secara ideal sesuai dengan status fisiologis

laktasi sekaligus untuk mempersiapkan fase laktasi berikutnya. Oleh karena itu,

perhitungan SKT sangat diperlukan untuk mengetahui berapa besar jumlah nutrisi

yang diberikan agar kondisi sapi dalam keadaan optimal saat partus berikutnya

(Kellog 2008).
3

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Penggembangan Bibit, Pakan

Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK), merupakan salah satu

unit kerja dari Dinas Pertanian Provinsi DIY yang mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang pengembangan bibit,

pakan ternak dan diagnostik kehewanan. Unit tugas tersebut mempunyai fungsi

sebagai penyusunan program balai, pengembangan semen, pengembangan pakan

ternak, penyelenggaraan ketatausahaan, pengembangan ternak bibit, pelaksanaan

diagnosa dan surveilans, pengendalian mutu produk asal hewan, pelaksaan

evaluasi dan penyusunan laporan program balai, pelaksanaan tugas lain yang

diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.

Bagian yang ada di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Penelitian Bibit

Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan adalah : Kepala Balai, Subbagian Tata

Usaha yang memiliki tugas melaksanakan kearsipan, keuangan, kepegawaian,

penggelolaan barang, kerumahtanggaan, kehumasan, kepustakaan, serta

penyusunan program dan laporan kinerja, seksi pengembangan semen, ternak

bibit dan pakan ternak yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan semen,

ternak bibit dan pakan ternak, seksi diagnostik kehewanan yang memiliki tugas

melaksanakan diagnosa dan surveilans serta pengendalian mutu produk asal

hewan, kelompok jabatan fungsional.

Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui cara

penilaian skor kondisi tubuh (SKT), penilaian tampilan reproduksi yang meliputi

usia pubertas, siklus estrus, calving interval (CI), service per conception (S/C),
4

conception rate (CR) dan days open (DO), hubungan SKT dengan performa

reproduksi, mengetahui berbagai macam gangguan reproduksi pada sapi perah

serta cara penanganannya.

Manfaat

Tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi, menambah

pengetahuan serta ketrampilan dalam penilaian skor kondisi tubuh pada sapi

perah, mengetahui hubungan antara skor kondisi tubuh dengan keberhasilan

reproduksi, gangguan reproduksi serta cara penanganannya sehingga mampu

meningkatkan efisiensi reproduksi dan produktifitas sapi perah.

Anda mungkin juga menyukai