BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
menurunkan produksi susu dan kelahiran anak per induk, meningkatkan angka
nutrisi, lingkungan dan faktor-faktor biologi yang dimiliki oleh ternak tersebut.
siklus estrus, lama bunting, birahi pertama setelah beranak, kawin pertama setelah
beranak, waktu kosong (days open), service per conception, jarak beranak
(calving interval) dan penilaian skor kondisi tubuh (SKT) (Santosa et al., 2009).
Skor kondisi tubuh (SKT) atau Body Condition Score (BCS) memiliki
kelompok hewan bentuk tubuh (ukuran), usia, jenis kelamin dan keturunan juga
akan memiliki pengaruh yang kuat pada sistem reproduksi. Ternak yang
mempunyai bobot badan melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut akan
ternak memiliki bobot badan kurang dari ideal akan berdampak pada sistem
2
reproduksi yang akan menyebabkan rendahnya fertilitas ternak karena pada sapi
Skor kondisi tubuh adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh
ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh
dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul, kemudian dapat
dibedakan atas tiga kategori yaitu kurus, sedang dan gemuk. SKT digunakan
untuk pendugaan status nutrisi, mengetahui status reproduksi sapi, menilai status
kesehatan individu ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen
ternak yang rutin. SKT telah terbukti menjadi alat praktis yang penting dalam
menilai kondisi tubuh ternak karena SKT adalah indikator sederhana terbaik dari
cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak dalam periode
Ternak dengan tujuan pembibitan tidak memerlukan kondisi tubuh yang tidak
terlalu gemuk. Ternak yang cocok untuk bibit yang ideal adalah mempunyai nilai
kondisi tubuh ternak nilai 3 atau ternak tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu
kurus. Pemeliharaan kondisi tubuh secara ideal sesuai dengan status fisiologis
laktasi sekaligus untuk mempersiapkan fase laktasi berikutnya. Oleh karena itu,
perhitungan SKT sangat diperlukan untuk mengetahui berapa besar jumlah nutrisi
yang diberikan agar kondisi sapi dalam keadaan optimal saat partus berikutnya
(Kellog 2008).
3
unit kerja dari Dinas Pertanian Provinsi DIY yang mempunyai tugas
pakan ternak dan diagnostik kehewanan. Unit tugas tersebut mempunyai fungsi
evaluasi dan penyusunan laporan program balai, pelaksanaan tugas lain yang
Bagian yang ada di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Penelitian Bibit
Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan adalah : Kepala Balai, Subbagian Tata
bibit dan pakan ternak yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan semen,
ternak bibit dan pakan ternak, seksi diagnostik kehewanan yang memiliki tugas
Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui cara
penilaian skor kondisi tubuh (SKT), penilaian tampilan reproduksi yang meliputi
usia pubertas, siklus estrus, calving interval (CI), service per conception (S/C),
4
conception rate (CR) dan days open (DO), hubungan SKT dengan performa
Manfaat
pengetahuan serta ketrampilan dalam penilaian skor kondisi tubuh pada sapi