Anda di halaman 1dari 19

PRARANCANGAN PABRIK PEKTIN DENGAN PROSES EKSTRAKSI

KAPASITAS
12.000 TON/ TAHUN
( TUGAS PEMILIHAN PROSES PERANCANGAN PABRIK KIMIA)

Disusun Oleh :

1. Prajna Paramitha NIM : 1700020014


2. Reska Putri Wulandari NIM : 1700020025
3. Aulia Afifah NIM : 1700020038
4. Dimas Agung G. NIM : 1700020039

KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Prarancangan Pabrik Pektin
Dengan Proses Ekstraksi Kapasitas 12.000 Ton/ Tahun”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Prarancangan
Pabrik Pektin Dengan Proses Ekstraksi Kapasitas 12.000 Ton/ Tahun” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Konsumsi dunia akan pektin terus meningkat dari waktu ke waktu seiring
meningkatnya kebutuhan manusia. Dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
hingga saat ini Indonesia mengandalkan pektin impor dari mancanegara terutama
Jerman, USA dan Denmark. Sementara pektin memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi yaitu berkisar Rp.200.000-Rp.300.000 per kg. Kebutuhan pektin untuk
industri selama ini banyak diimpor dari negara China, Eropa (Jerman dan
Denmark) serta Amerika. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah impor pektin
diIndonesia dari tahun 2008-2012 secara berurutan yaitu 147,6 ton; 147,3
ton;291,9 ton; dan 240,8 ton(Badan Pusat Statistik, 2012).Menurut penelitian
(Puspitasari, 2017), kebutuhan pektin di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2020 diperkirakan kebutuhan pektin mencapai 1320 ton.

Pektin dapat dimanfaatkan dalam beberapa bidang industri, misalnya pada


industri pangan dan industri farmasi. Dalam industri pangan, pektin berperan
sebagai bahan pokok pembuatan jeli, selai, dan marmalade (Herbstreith dan Fox,
2005).Pektin dalam industri farmasi sebagai agen pembentuk gel, pengental,
penstabil dan pengemulsi (Commite on Food Chemical Codex, 1996). Pektin juga
dapat digunakan sebagai bahan terapi diare, sembelit, dan obesitas (Rowe, et al.,
2006).Di berbagai negara, pektin telah dikenal dan diizinkan penggunaannya
sebagai bahan dasar dalam berbagai industri, baik pangan maupun non pangan,
seperti industri farmasi dan kosmetik, karena kemampuannya dalam mengubah
sifat fungsional produk seperti kekentalan, emulsi, dan gel (Nurviani, 2014)

Sumatera Utara merupakan daerah perkebunan yang cukup potensial.


Kakao merupakan salah satu komoditi andalan Sumatera Utara sebagai penghasil
devisa non – migas. Pemanfaatan tanaman kakao selama ini masih terbatas yaitu
pada bijinya yang yang berkisar antara 16-53 biji tiap buah, sedangkan bagian
lainnya seperti kulit buah dan pulp belum banyak dimanfaatkan. Diperkirakan

1
68,5% dari berat buah segar terbuang manjadi limbah. Buah kakao terdiri dari
73,8% kulit buah, 2% masenta, dan 24,2% biji.(Wikipedia, 2010)
Kulit buah kakao mengandung 6–30 % pektin yang jumlahnya tergantung
dari tingkat kematangan buah kakao tersebut, dimana untuk buah kakao yang
masih mentah kandungan pektin pada kulitnya berkisar 25–30 %, sedangkan
untuk buah kakao yang sudah matang kandungan pektin pada kulitnya berkisar
diantara 6–12 %. Selain itu, tingkat kesegaran kulit buah kakao juga sangat
mempengaruhi kadar pektin yang terkandung di dalam kulit buah kakao, dimana
apabila kulit kakao tersebut sudah lama dipetik dari pohonnya dan sudah rusak
(mengalami pembusukan), maka kandungan pektin di dalam kulit buahnya akan
semakin menurun.(Sukha, 2007)

I.2 Rumusan Masalah


Perumusan Masalah dalam “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pektin dari
Kulit Buah Kakao” adalah bagaimana membuat suatu pra rancangan pabrik
pembuatan pektin dari kulit buah kakao dengan menerapkan disiplin ilmu teknik
kimia dan bagaimana kelayakan pra rancangan pabrik ini untuk dilanjutkan ke
tahap perancangan yang lebih terperinci berdasarkan hasil analisa ekonominya.

I.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pektin dari Kulit
Buah Kakao” adalah untuk menerapkan disiplin ilmu teknik kimia dalam
penentuan kelayakan pra rancangan pabrik pembuatan pektin dari kulit buah
kakao sebagai bekal kompetensi seorang sarjana teknik kimia.

Adapun manfaat dari penulisan “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pektin


dari Kulit Buah Kakao” adalah untuk mengetahui apakah pra rancangan pabrik
pembuatan pektin dari kulit buah kakao layak untuk dilanjutkan ke tahap
perancangan yang lebih terperinci lagi, sehingga pabrik pektin dari kulit kakao
layak untuk didirikan di kemudian hari.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kulit Buah Kakao

Kulit buah kakao merupakan limbah tanaman perkebunan yang perlu


penangganan terutama di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera
Utara. Kulit buah kakao adalah bagian dari buah kakao yang pemanfaatannya
masih terbatas. Umumnya kulit buah kakao dapat dibenamkan kembali kedalam
tanah sebagai penambah unsur hara atau pupuk, bahan bakar dan sumber gas bio.
Selain itu kulit buah kakao juga sering dijadikan pakan ternak karena kandungan
protein dan karbohidratnya cukup tinggi. Padah kulit buah kakao mempunyai nilai
manfaat lebih tinggi yaitu sebagai sumber bahan kimia pektin yang dapat
dilakukan secara ekstraksi.

Kulit buah kakao mengandung air dan senyawa-senyawa lain. Komposisi


kimia kulit buah kakao tergantung pada jenis dan tingkat kematangan buah kakao
itu sendiri. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui komposisi kulit buah
kakao jenis Forastero, yang merupakan jenis mayoritas tanaman kakao di
Indonesia, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. (Riyadi dalam Chahyaditha,
2011)

Tabel 2.1 Komposisi Kulit Kakao (pada basis kering)

Parameter Kandungan (%)


Pektin 12,67
Air 5
Zat padat lainnya 82,33
(Sumber: Riyadi dalam Chahyaditha, 2011)

Kulit buah kakao mengandung cukup banyak pektin jika dibandingkan


dengan sumber-sumber pectin lainnya. Pada tabel 2.2 berikut adalah perbandingan
banyaknya pectin yang terkandung pada beberapa sumber pektin.

Tabel 2.2 Perbandingan Kandungan Pektin pada Beberapa Bahan

3
Bahan Kandungan Pektin (%)
Anggur 0,70 – 0,80
Apel 0,14 – 0,96
Aprikot 0,42 – 1,32
Jeruk 0,25 – 0,76
Kulit Jeruk 10 – 30
Kulit Kakao 6 – 30
Pisang 0,58 – 0,89
Wortel 0,72 – 1,01
(Sumber : Baker dalam Chahyaditha, 2011)

II.2 Pektin

Pektin merupakan polimer dari asam D–galakturonat yang dihubungkan oleh


ikatan α–1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin mengalami
esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut
sebagai asam pektinat atau pektin. Pektin secara alami merupakan bagian dari
tanaman, yaitu jenis koloid yang membentuk jaringan sel rantai panjang, terikat
pada hemiseluosa, α selulosa dan komponen lain.

Gambar 2.1 Struktur atom α – D – Galakturona

II.3 Pemilihan Proses

Prarancangan pabrik pektin ini menggunakan proses ekstraksi dengan


menggunakan larutan HCl 37 %, dengan pertimbangan–pertimbangan sebagai
berikut:

i. Pada umumnya penelitian pektin dari daging kulit buah coklat banyak
menggunakan larutan HCl 37 % untuk mengikat pektin yang terkandung
dalam daging kulit coklat.

4
ii. Dalam proses ekstraksi pektin, pH yang dibutuhkan agar proses
berlangsung sempurna harus berada pada 1,5 – 3,5.
iii. Waktu pemisahan lebih singkat di dalam tangki ekstraksi; dan
iv. Proses penetralan lebih sederhana dan sempurna sehingga produk pektin
yang dihasilkan lebih baik.

II.4 Karakteristik Bahan

II.4.1 Kulit Buah Kakao

Bentuk : Padatan berwarna coklat kekuningkuningan.

Densitas : 1.467 kg/m3

Titik Didih : 159 oC

Kapasitas panas : 0,539 kkal/kg.oC (pada 25 oC)

II.4.2 Air [ H2O ]

Berat molekul : 18 kg/kmol

Densitas : 997,0479 kg/m³

Titik didih : 100 °C

Spesifik gravity : 1

Kapasitas panas : 75,28 J/mol.K (pada 25 oC)

Viskositas : 0,8937 mPa.s (pada 25 oC)

II.4.3 Isopropil Alkohol [ (CH3)2CHOH ]

Berat molekul : 60,1 kg/kmol

Densitas : 778,45 kg/m³

Titik didih : 82,3 °C

Spesifik gravity : 0,785 (pada 20 oC)

Kapasitas panas : 154 J/mol.K (pada 20 – 25 oC)

Viskositas : 2,3703 mPa.s (pada 20 oC)

5
II.4.4 Asam Klorida [ HCl ]

Berat molekul : 36,5 kg/kmol


Densitas : 1.180 kg/m³
Titik didih : 110 °C
Spesifik gravity : 1,2
Kapasitas panas : 0,191 kkal/kg.oC (pada 25 oC)
Viskositas : 1,9 mPa.s (pada 25 oC)

II.5 Karakteristik Produk (Pektin dari Kulit Kakao)

Bentuk : Bubuk berwarna putih kecoklatan

Golongan : High Methoxyl Pectin (kadar metoksil tinggi)

Derajat Jel (USA SAG) : 150 ± 5

Derajat esterifikasi : 67 %

Kadar air : 2 %

Kadar galakturonat : 70 %

Kadar abu : 2,1 %

Densitas : 1.526 kg/m3

Spesifik gravity : 0,65

6
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Deskripsi Proses

Proses pembuatan pektin dari kulit kakao ini dilakukan dengan cara
mengekstraksi pektin dari kulit kakao dengan menggunakan pelarut asam. Dimana
pelarut asam yang dipilih adalh asam klorida (HCl) dengan alasan pada beberapa
penelitian tentang ekstraksi pektin dari kulit kakao, pelarut asam klorida ini
merupakan pelarut yang paling tinggi yield-nya, paling rendah konsentrasi pelarut
optimumnya dan kualitas pektin yang dihasilkannya lebih baik daripada ekstraksi
pektin dari kulit buah kakao dengan pelarut lainnya. Selain itu, asam klorida juga
merupakan pelarut yang mudah dicari dan persediaannya masih sangat tercukupi
di pasar industri. (Riyadi, 2003)

Pektin yang telah terekstraksi akan diendapkan dengan larutan isopropil


alkohol. Isopropil dipilih karena beberapa penelitian menyatakan bahwa larutan
pengendap pektin yang paling efektif dan efisien adalah isopropil alkohol.
Walaupun harganya lebih mahal dan persediaannya tidak berlimpah di pasar
industri nasional, namun hal tersebut tidak menjadi masalah jika dibandingkan
dengan kemampuan larutan ini mengendapkan pektin yang telah terekstraksi.
Untuk mengendapkan pektin, larutan isopropil alkohol juga tidak memerlukan
bantuan senyawa lain sehingga pektin yang terendapkan merupakan endapan
pektin murni yang harganya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pektin
yang terikat sebagai garam, misalnya Pektin-A1 dan Pektin-Ca. (International
Pectin Producers Association, 2010)

III.2 Uraian Proses

Dalam prarancangan pabrik pektin dengan proses ekstraksi tahapan operasi


meliputi beberapa proses :

1. Proses Persiapan Bahan Baku (Kulit Kakao)


2. Proses Ekstraksi

7
3. Proses Filtrasi
4. Proses Vaporasi
5. Proses Pengendapan
6. Proses Pengeringan
7. Proses Destilasi Campuran Isopropil Alkohol

III.2.1 Proses Persiapan Bahan Baku (Kulit Kakao)

Kulit kakao kering diangkat dari gudang (G-111) dengan menggunakan


beltconveyor (BC-112) menuju ke crusher (SR-110). Di dalam crusher kulit
kakaodihancurkan dan dihaluskan hingga ukuran 205 µm. Kulit kakao yang sudah
halusdiangkut menuju ekstraktor (EX-210) dengan menggunakan screw conveyor
(SC-113).

III.2.2 Proses Ekstraksi

Kulit kakao halus kemudian diekstraksi secara kontiniu selama 60 menit


padasuhu 70 °C dan tekanan 1 atm dengan menggunakan pelarut HCl 0,73% yang
dipompa dari tangki pencampuran HCl (M-213) dengan perbandingan massa
kulitkakao halus dengan massa larutan HCl sebesar 1 : 5. Pada tahap ekstraksi ini,
terjadipelepasan molekul pektin dari kulit kakao yang telah halus dan kemudian
terlarut didalam larutan dengan nilai konversi 80 % (Rachmawan dkk, 2005).
Seperti yangterlihat pada reaksi berikut ini :

Kulit Kakao Halus-Pektin(s) + HCl(aq) + H2O(l)Pektin(aq) + Cake Kulit


Kakao-Pektin(s) + HCl(aq) + H2O(l)

III.2.3 Proses Filtrasi

Hasil ekstraksi yang berupa ekstrak dan refinat dimasukkan ke dalam


rotarydrum vacuum filter (RDVF-220) untuk memisahkan filtrat dengan cake
kulit kakao.Setelah dipisahkan, cake kulit kakao (yang terdiri dari serat kasar,
theobromine,antosianin, protein dan mineral) dimasukkan ke dalam bak
penampungan (BP-222)untuk dijual sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak,
sedangkan filtratnyadipompakan ke dalam vaporizer (V-310).

8
III.2.4 Proses Vaporasi

Di dalam vaporizer, filtrat dipanaskan sampai suhu 110°C untuk menguapkan


HCl dan sebagian airnya. Hal tersebut dilakukan untuk memekatkan larutan
pektin hingga volume larutan pektin akhirnya akan sebanyak ½ dari volume
larutan pektin semula. Larutan pektin yang telah pekat dan merupakan produk
bawah dari vaporizer kemudian dipompakan menuju sebuah cooler (E-316) untuk
menurunkan suhunya dan akan diproses lebih lanjut pada tahapan berikutnya.
Produk atas vaporizer yang berupa uap dari campuran HCl dan air dilewatkan
melalui sebuah kondensor (E-312) untuk menurunkan suhu dan merubah fasanya
menjadi cair kembali dan kemudian disimpan di tangki penampungan (TT-314)
untuk kemudian digunakan kembali sebagai pelarut pada proses ekstraksi.

III.2.5 Proses Pengeringan

Pektin yang dihasilkan masih mengandung banyak air, sehingga


selanjutnyadikeringkan di dalam rotary dryer (RD-340) sampai kandungan airnya
2% denganmenggunakan steam sebagai media pengeringan. Pektin yang sudah
kering kemudiandiangkut menggunakan screw conveyor (SC–343) ke dalam
tangki penampunganproduk (TT-344).

III.2.6 Proses Destilasi Campuran Isopropil Alkohol

Filtrat yang meninggalkan unit filtrasi ke – dua (RDVF-330)


merupakancampuran dari isopropil alkohol dengan larutan pektin yang tidak
terendapkan.Untuk mendapatkan cairan Isopropil Alkohol kembali, dilakukan
proses destilasisederhana pada campuran tersebut dengan kondisi operasi 85oC
(titik didih isopropylalkohol), 1 atm, yang dilakukan di dalam tangki destilasi
(TD-350). Produk atas daritangki destilasi yang merupakan uap dari isopropil
alkohol, diturunkan suhunya dandiubah fasanya menjadi cair dengan
melewatkannya pada sebuah kondensor (E-352)dan kemudian memompakannya
kembali menuju tangki penyimpanan isopropylalkohol (TT-354) untuk digunakan
kembali dalam proses penggumpalan pectin selanjutnya.

9
III.3 Neraca Massa Total

Proses akan dirancang dengan kapasitas produksi sebesar 12.000 ton/tahun,


dengan waktu produksi selama 330 hari/tahun, rate produksi sebesar 1.515,15
kg/jam, yield produksi sebanyak 9,9505 % (dari perhitungan alur mundur) dan
bahan baku, kulit kakao, yang dibutuhkan sebanyak 15.226,94 kg/jam.

III. 4 Neraca Massa Tiap Alat Utama dan Deskripsinya

III.4.1 Ekstraktor

Ekstraktor berfungsi sebagai tempat ekstraksi kulit kakao, berbentuk


silinder tegak dengan tutup atas berbentuk ellipsoidal, berbahan konstruksi
stainlees steel , berjumlah 1 (satu) unit. Dengan kondisi operasi : 90 oC ; 1
atm dan basis perhitungan 1 jam. Massa Campuran (m) = 91.361,65 =
91.361,65 kg/ .Densitas (ρ) = 1.076,307 kg/m3 = 67,19164 lb/ft3.Volume
(VC) = 84,88 m3.

Tabel III.4.1 Neraca Massa Total Ekstraktor (EX–210)

Keluar
Masuk (kg/jam)
Komponen (kg/jam)

Alur 4 Alur 7 Alur 8

Pektin * 1.929,25 0,00 385,85

Pektin terekstraksi 0,00 0,00 1.543,40

Air 761,35 75.578,93 76.340,27

Padatan 12.536,34 0,00 12.536,34

HCl 0,00 555,78 555,78

Jumlah 15.226,94 76.134,71 91.361,65

III.4.2 Rotary Drum Vacuum Filter 1

10
Sebagai alat untuk memisahkan filtrat pektin dengan cake kulit kakao.
Kondisi operasi : 90oC ; 1 atm. Menggunakan jenis Pompa
Sentrifugaldenganbahan konstruksi berupa Commercial Steel. Berjumlah 1
(unit)

Tabel III.4.2 Neraca Massa Total Rotary Drum Vacuum Filter (RDVF-220)

Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)


Komponen
Alur 7 Alur 8 Alur 9

Pektin* 385,85 385,85 0,00

Pektin terekstraksi 1.543,40 28,25 1.515,15

Air 76.340,27 1.397,37 74.942,90

Padatan 12.536,34 12.536,34 0,00

HCl 555,78 10,17 545,61

Jumlah 91.361,65 14.357,99 77.003,66

III.4.3 Vaporizer

Fungsi : Menurunkan suhu dan mengubah fasa produk atas. Vaporizer


dari fasa uap ke fasa cair. Jenis : 1 – 2 Shell and Tube. Jumlah : 1 Unit. Fluida
Panas : Larutan HCl. Fluida Dingin : Air Pendingin.

Tabel III.4.3 Neraca Massa Total Vaporizer (V-310)

Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)


Komponen
Alur 9 Alur 10 Alur 12

Pektin terekstrasi 1.515,15 0,00 1.515,15

Air 74.942,90 37.198,64 37.744,25

11
HCl 545,61 545,61 0,00

Jumlah 77.003,66 37.744,25 39.259,41

III.4.4 Mixer

Fungsi : Sebagai tempat mencampur larutan pektin dengan larutan pengendap


(Isopropil Alkohol). Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal.
Bahan konstruksi : Stainless Steel. Jumlah : 1 (satu) unit. Kondisi operasi : 30
oC ;1 atm. Waktu tinggal : 2 jam. Laju alir massa campuran = 42.289,71 kg/jam.
Densitas campuran = 1003,5 kg/m3. Volume campuran = 84,28 m3.

Tabel III.4.4 Neraca Massa Total Mixer (M–320)

Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)


Komponen
Alur 13 Alur 14 Alur 15

Pektin** 0,00 0,00 30,30

Endapan Pektin 1.515,15 0,00 1.484,85

Air 37.744,25 0,00 37.744,25

Isopropil Alkohol 0,00 3.030,30 3.030,30

Jumlah 39.259,41 3.030,30 42.389,71

III.4.5 Rotary Drum Vacuum Filter 2

Fungsi : Sebagai alat untuk memisahkan endapan pektin dengan larutan


pengendap dan air. Jenis : Pompa Sentrifugal. Bahan konstruksi : Commercial
Steel. Jumlah : 1 (satu) unit. Kondisi operasi : 30 oC ; 1 atm.

Tabel A.5 Neraca Massa Total Rotary Drum Vacuum Filter 2 (RDVF–330)

12
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 15 Alur 16 Alur 17

Pektin** 30,30 0,00 30,30

Endapan Pektin 1.484,85 1.484,85 0,00

Air 37.744,25 152,61 37.591,65

Isopropil alkohol 3.030,30 12,25 3.0180,05

Jumlah 42.289,71 1.649,71 40.640,00

III.4.6 Tangki Destilasi

a. Neraca Massa Masuk

Alur 17

Air = 37.591,65 kg/jam

Isopropil alkohol = 3.018,05 kg/jam

Pektin** = 30,30 kg/jam +

= 40.640,00 kg/jam

b. Neraca Massa Keluar

Alur 18

Diinginkan hanya 2 % Air yang menguap dan hanya 2 % Isopropil Alkohol


yang tidak teruapkan. Dengan asumsi tidak ada Pektin yang terdapat pada

produk atas tangki destilasi, maka,

Air = (100 – 2) % × 37.591,65 kg/jam


= 36.839,81 kg/jam

13
Isopropil Alkohol = 2 % × 3.018,05 kg/jam
= 60,36 kg/jam
Pektin = 30,30 kg/jam
Alur 19
Air = (37.591,65 – 36.839,81) kg/jam
= 751,83 kg/jam
Isopropil Alkohol = (3.018,05 – 60,36) kg/jam
= 2.957,69 kg/jam

III.4.7 Rotary Dryer

Fungsi : Untuk mengurangi kadar air pada produk pektin. Jenis : Counter
current rotary dryer. Bahan konstruksi : Carbon steel SA – 283 grade C. Jumlah: 1
(satu) unit. Kondisi operasi:Temperatur udaramasuk, TG1 = 100 oC = 212 oF. Laju
umpan masuk, = 1.649,71 kg/jam = 3.636,98 lb/jam. Densitas campuran, ρcamp =
1003,5 kg/m3 = 62,65 lb/ft3. Temperatur umpan masuk, TS1 = 30 oC = 86 oF. Laju
alir produk, SS = 1.515,15 kg/jam = 3.340,3 lb/jam. Temperatur produk keluar, TS2
= 60 oC = 140 oF. Tipe= Direct head rotary dryer. Udara pengering yang
dibutuhkan, Gs = 388,71 kg/jam = 856,9 lb/jam

Tabel III.4.7 Neraca Massa Total Rotary Dryer (RD–340)

Masuk Keluar (kg/jam)


Komponen
Alur 21 Alur 22 Alur 23

Endapan Pektin 1.484,85 0,00 1.484,85

Air 152,61 122,31 30,30

Isopropil Alkohol 12,25 12,25 0,00

Jumlah 1.649,71 134,56 1.515,15

14
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan banyaknya penggunaan pektin di Indonesia yang menggunakan


pektin import maka proses perancanganan pabrik ini dibuat untuk meminimalisir
penerimaan dan penggunan pektin import dan meningkatkan penggunaan bahan
baku yang ada di Indonesia sendiri.

IV.2 Saran

Dengan adanya pembuatan proses peancangan pabrik ini dapat membantu


penggunaan bahan-bahan asli Indonesia dan mengurangi penggunaan barang
import.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2010. Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Kakao. Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, USU : Medan.

Tanjung, A., Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pektin Dari Kulit Buah Kakao
Dengan Kapasitas Produksi 5.000 Ton/Tahun.

Rachmawan, dkk. 2005. Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Kulit Buah
Kakao. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia : Bogor.

Saputra, A., Hutomo, G.S. and Rahim, A., EKSTRAKSI PEKTIN POD HUSK
KAKAO SECARA KERING MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA PADA
BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN. AGROTEKBIS, 5(6).

WAYAHNINGTYAS, P., 2013. Produksi Pektin Dari Tepung Kulit Buah Kakao
(Theobroma cacao L.) Dengan Variasi Pengukusan Dan Jenis Pelarut
Asam (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai