PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
Dikarenakan daging merupakan salah satu poduk yang dihasilkan dari petrnakan
yang sangat mudah mengalami kerusakan oleh mikroorganisme perusak maka
diperlukannya penangan dan penyimpanan yang tepat.
C dengan lama
protein, daya ikat air, dan pH yang masih dalam kisaran daging sapi segar
dengan jumlah bakteri yang masi lebih rendah dari batas maksimum jumlah
bakteri yang telah di tentukan sebagai daging sapi yang mutunya baik untuk
dikonsumsi (Rahmawaty, 2006).
b. Pasteurisasi
Proses pasteurisasi sedikit memperpanjang umur simpan produk pangan
dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses
pemanasan. Karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses
pasteurisasi, maka untuk memperpanjang umur simpannya daging yang telah
dipasteurisasi biasanya disimpan di refrigerasi (suhu rendah). Proses
pasteurisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan cara tidak
kontinyu (batch) dan kontinyu.
c. Sterilisasi komersial
Sterilisasi komersial adalah pemanasan pada suhu di atas 100 derajat
Celcius, umumnya sekitar 121,1 derajat Celcius dengan menggunakan uap
air selama waktu tertentu dengan tujuan untuk memusnahkan spora bakteri
patogen termasuk spora bakteri Clostridium botulinum. Pemanasan
sterilisasi komersial sering dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak
asam atau lebih dikenal dengan bahan pangan berasam rendah. Bahan
pangan berasam rendah memiliki pH > 4,5, misalnya seluruh bahan pangan
hewani seperti daging, susu, telur dan ikan serta sayuran seperti buncis dan
jagung. Dengan demikian, sterilisasi komersial ini hanya digunakan untuk
mengolah bahan pangan berasam rendah di dalam kaleng, seperti kornet,
sosis dan sayuran dalam kaleng.
d. Hot filling
a. Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu
refrigerator (4oC). Kelompok mikroorganisme ini yang penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-proteolitik
tipe B dan F.
b. Psikrofilik : suhu optimum 5-15 oC dan dapat tumbuh pada suhu -5-0oC dan
15-20 oC.
c. Mesofilik: suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal gudang.
Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh mikroorganisme
kelompok ini.
d. Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik pada suhu 45-60 oC. Jika
spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu 50 oC,
bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran suhu 5066oC atau pada suhu yang lebih rendah (38oC), bakteri ini disebut fakultatif
termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu 77 oC dan
bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (121 oC selama 60 menit).
Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya pada
makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearothermophilus.
Bakteri
termofilik,
seperti
Bacillus
stearothermophilus
menyebabkan busuk asam (flat sour) pada makanan kaleng berasam rendah
dan B. coagulans pada makanan kaleng asam. Bakteri termofil lainnya, yaitu
Clostridium thermosaccha-rolyticum menyebabkan penggembungan kaleng
karena memproduksi CO2 dan H2. Kebusukan sulfida disebabkan oleh
Clostridium nigridicans.
e. Hyperthermofilik : Mikroba thermofil yang dapat tumbuh pada suhu diatas 80
o
Pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan uap air secara simultan
yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa
panas (Taib G, dkk, 1987).
Metode pengawetan bahan degan cara pengeringan sudah dikenal sejak dulu.
Tujuan dasar daripengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan dengan cara
pemanasan atau termal sampai ketingkat tertentu sehingga kerusakan akibat mikroba
dan reaksi kimia dapat diminmalisasi dengan menjaga kualitas produk kering bahan
tersebut.
Proses pengeringan merupakan suatu proses akhir dari suatu deretan operasi
proses dan setelah pengeringan bahan siap untuk disimpan atau dijual. Berdasarkan
atas proses kontak antara media pengering dengan bahan yang akan dikeringkan,
pengeringan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pengeringan langsung (direct drying)
Pada proses ini bahan yang dikeringkan berhubungan langsung dengan udara
yang dipanaskan.
b. Pengeringan tidak langsung (indirect drying)
Udara panas berhubungan dengan bahan yang dikeringkan melalui perantara,
umumnya berupa dinding-dinding atau tempat meletakkan bahan. Bahan akan
kontak dengan panas secara konduksi.
Secara umum yang metode pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan
pangan termasuk pengeringan pada daging, terdapat dua metode :
a. Pengeringan alami
11
sistem saluran dan baffle sehingga dihasilkan udara yang seragam. (Fellows,
2000).
g.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini dapat diambil kesimpulan yaitu :
Daging merupakan bagian otot skeletal yang aman, layak dan lazim dikonsumsi
manusia, dapat berupa daging segar, daging. Salah satu sifat dari daging adalah
mudah mengalami kerusakan. Daging sangat mudah mengalami kerusakan hal ini di
karenakan adanya aktivitas pada daging atau produk daging proses karena daging
memenuhi keriteria untuk tempat tumbuh dan berkembang nya mikroorganisme
termasuk mikroorganisme perusak. Oleh karna itu perlu dilakukannya proses
penangan dari daging salah satunya dengan proses termal dan juga menggunakan
metode pengeringan.
Perlakuan proses termal adalan metode yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pembusuh dan mikroorganisme toksigenik di dalam daging atau
daging proses. Terdapat beberapa jenis proses pemanasan yang umum diterapkan
dalam proses pengalengan pangan, seperti blansir, pasteurisasi, sterilisasi dan
hotfilling
Mikroorganisme yang terdapat padapat pada produk pangan yang telah menalami
pemanasan dengan proses termal pada umumnya banyak yang mati. Namun terdpat
beberapa jenis bakteri yang dapat bertahan yaitu bakteri jenis thermofilik . Adapun
mekanisme pertahanan mikroba thermofilik terhadap suhu panas ekstrim :
14
a. Terbentuknya Hapanoid
b. Terbentuknya spora
c. Terbentuknya Heat-shock Protein (Hsp)
Semain proses termal yang dapat meningkatkan daya tahan dari daging terdapat
metode pengeringan. Pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan uap air
secara simultan yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas (Taib G, dkk, 1987).
Pengeringan bahan pangan memiliki beberapa metode diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonime.
2010.
Mekanisme
Ketahanan
Mikroba
Terhadap
Suhu Tinggi.
Osmar.
2010.
Sterilisasi
Termal.
http://osch-
gusti.
2012.
Pengeringan
Makanan.
thomas.
2014.
Cara
Membuat
Dendeng
Sapi.
http://www.ilmuternak.com/2014/12/resep-cara-membuat-dendeng-sapi.html.
Diakses pada 28 April 2016
Sutaryo, 2004. Penyimpanan dan Pengawetan Daging. Fakultas PEternakan
Universitas Diponogoro. Semarang
Soeparno. 1992. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University. Yogyakarta
SNI 3932 : 2008. Mutu Karkas dan Daging Sapi
16
Windu
ahmad.
2007.
Pengeringan
https://windubahari.wordpress.com/2007/12/07/pengeringan-daging/.
Daging.
Diakses
17