Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TRADISI DAN BUDAYA KABUPATEN BATANG

Disusun Oleh:

Nama : Dzikriyatul Fauziyah


Kelas : XII TBU 1
No. Absen : 06
Mapel : Sejarah

SMK AL-MUSYAFFA’ KENDAL

Tahun Pelajaran 2022/2023

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1


A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................................1
BAB II SEJARAH DAN TRADISI KABUPATEN BATANG .......................................2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya dan kebudayaan merupakan bagian dari tradisi, dimana budaya
merupakan suatu kebiasaan yang telah dihasilkan manusia pada kehidupannya dan
diwariskan serta berkembang pada suatu anggota masyarakat maupun sekelompok
orang tertentu secara turun temurun dari generasi ke generasi. Budaya berkembang
secara unik, hal tersebut disebabkan karena pola hidup yang berbeda antarmasyarakat
tertentu yang menyebabkan terbentuknya suatu kebiasaan yang disebut dengan
budaya. Kebudayaan dapat dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap
tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya, karena
terdapat nilai-nilai positif di dalam budaya. Antara lain seperti nilai religi, nilai
pengetahuan, nilai seni, nilai sosial, dan nilai ekonomi.

B. Tujuan
Tujuan dari disusunya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan kebutuhan siswa, guru, dan masyarakat umum terhadap Tradisi
dan Budaya di Kabupaten Batang.
2. Menyusun Makalah Tradisi dan Budaya di Kabupaten Batang untuk siswa.
3. Mendeskripsikan hasil validasi Makalah Tradisi dan Budaya di Kabupaten
Batang.

1
BAB II
SEJARAH DAN TRADISI KABUPATEN BATANG

Sejarah Kabupaten Batang


Kabupaten Batang merupakan kota kecil yang terletak di bagian pantai utara pulau
Jawa. Kabupaten Batang memiliki 15 Kecamatan, dari yang berada di pantura hingga yang
berada di dataran tinggi. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Batang memiliki potensi
kekayaan lokal yang mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain namun kurang dikenali oleh
masyarakat. Berhubung buku buku bacaan digunakan untuk materi ajar pembelajaran bahasa
Jawa di Kabupaten Batang, maka budaya yang akan dibuat terdapat dua belas dari Kecamatan
Batang, Tulis, Wonotunggal, danKecamatan Blado, hal tersebut sudah mewakili beberapa
budaya yang ada di Kabupaten Batang. Sebut saja kliwonan, lomban, nyadran, grebeg
legenonan, jamasan pusaka, khaul Syeh Maulana Maghribi, baritan, minggon jatinan,
munggah molo, ngeduk lemah, sumbangan desa Candi, maupun kirab pusaka Kyai Abirawa
yang dilaksanakan untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Batang yang lahir pada 8 April
1966. Budaya-budaya tersebut masih ada hingga saat ini karena adanya proses pelestarian dan
pemertahahan terhadap budaya yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan adanya pelaksanaan
suatu budaya di Kabupaten Batang dapat meningkatkan pendapatan daerah dalam segi
pariwisata dengan banyaknya pengunjung yang datang menyaksikan.
Menurut kamus Kawi-Indonesia karangan Prof. Drs. Wojowasito, Batang berarti : (1)
Plataran, (2) Tempat yang dipertinggi, (3) Dialahkan, (4) Kata bantu bilangan. Dalam bahasa
Indonesia (juga bahasa Melayu) berarti sungai, dalam kamus jawa- Indonesia karangan
Prawiroatmojo berarti terka, tebak. Atas dasar arti kata tersebut diatas maka dalam hubungan
alami yang ada dilokasi yang ada disekarang ini maka yang agak tepat adalah: plataran
(platform) yang agak ketinggian dibandingkan dengan dataran disekitarnya maupun bila
dilihat dari puncak pegunungan di sekitarnya juga bila dipandang dari laut jawa.
Menurut legenda yang sangat populer, Batang berasal dari kata = Ngembat - Watang
yang berarti mengangkat batang kayu. Hal ini diambil dari peristiwa kepahlawanan Ki Ageng
Bahurekso, yang dianggap dari cikal bakal Batang. Adapun riwayatnya diungkapkan sebagai
berikut:
Konon pada waktu Mataram mempersiapkan daerah-daerah peratanian untuk
mencukupi persediaan beras bagi para prajurit Mataram yang akan mengadakan penyerangan
ke Batavia, Bahurekso mendapat tugas membuka hutan Roban untuk dijadikan daerah
pesawahan. Hambatan dalam pelaksanaan tesebut ternyata cukup banyak. Para pekerja
penebang hutan banyak yang sakit dan mati karena konon diganggu oleh jin, setan peri
prayangan, atau siluman-siluman penjaga hutan Roban, yang dipimpin raja mereka
Dadungawuk. Namun berkat kesaktian Bahurekso, raja siluman itu dapat dikalahkan dan
berakhirlah gangguan-gangguan tersebut walaupun dengan syarat bahwa para siluman itu

2
harus mendapatkan bagian dari hasil panen tersebut. Demikianlah hutan Roban sebelah barat
ditebang seluruhnya. Tugas kini tinggal mengusahakan pengairan atas lahan yang telah dibuka
itu.
Tetapi pada pelaksanaan sisa pekerjaan inipun tidak luput dri gangguan maupun
halangan-halangan. Gangguan utama adalah dari raja siluman Uling yang bernama Kolo
Dribikso. Bendungan yang telah selesai dibuat untuk menaikkan air sungai dari Lojahan yang
sekarang bernama sungai Kramat itu selalu jebol karena dirusak oleh anak buah raja Uling.
Mengetahui hal itu Bahurekso langsung turun tangan, Semua anak buah raja Uling yang
bermarkas disebuah Kedung sungai itu diserangnya. Korban berjatuhan di pihak Uling,
Merahnya semburan-semburan darah membuat air kedung itu menjadi merah kehitaman
"gowok . Jw", maka kedung tersebut dinamakan Kedung Sigowok. Raja Uling marah melihat
anak buahnya binasa. Dengan pedang Swedang terhunus ia menyerang Bahureksa. Karena
kesaktian pedang Swedang tersebut, Bahureksa dapat dikalahkan. Siasat segera dilakukan.
Atas nasehat ayahandanya Ki Ageng Cempaluk. Bahureksa disuruh masuk kedalam Keputren
kerajaan Uling, untuk merayu adik sang raja yang bernama Dribusowati seorang putri siluman
yang cantik. Rayuan Bahureksa berhasil. Dribusawati mau mencurikan pedang pusaka milik
kakaknya itu, dan diserahkan kepadanya. Dengan pedang Swedang ditangan, dengan mudah
raja Uling di kalahkan, dengan demikian maka gangguan terhadap bendungan sudah tidak
pernah terjadi lagi. Tetapi bukan berarti hambatan-hambatan sudah tidak ada lagi.
Tenyata air bendungan itu tidak selalu lancar alirannya. Kadang-kadang besar,
kadang-kadang kecil, bahkan tidak mengalir sama sekali. Setelah diteliti ternyata ada batang
kayu (watang) besar yang melintang menghalangi aliran air. Berpuluh puluh orang disuruh
mengangkat memindah watang tersebut, tetapi sama sekali tidak berhasil. Akhirnya
Bahurekso turun tangan sendiri. Setelah mengheningkan cipta, memusatkan kekuatan dan
kesaktiannya, watang besar itu dapat dengan mudah diangkat dan dengan sekali embat
patahlah watang itu. Demikianlah peristiwa ngembat watang itu terjadilah nama Batang dari
kata ngem Bat wa Tang (Batang). Orang Batang sendiri sesuai dialeknya menyebut
"Mbatang".

Tradisi di Kabupaten Batang


a. Ritual Kliwonan Bagi Masyarakat Batang
Upacara kliwonan merupakan upacara ruwatan bagi anak balita yang sakitsakitan
di Batang Jawa Tengah. Upacara mitoni ini diawali dengan
guling, membuang baju kotor,memamdikan,sawuran,berdoa,makan bersama. dengan
tujuan membersihkan dan menjauhkan anak dari mara bahaya yang mengancam,
segala malapetaka, bencana dan kejahatan. Sehingga anak akan memperoleh
keselamatan kesehatan dan kebahagiaan.

3
Waktu upacara atau ritual biasanya dirasakan sebagai saat-saat yang penting dan
gawat, penuh dengan daya gaib. Daya gaib yang berbahaya itu harus ditolak dan
dijaga lewat pelaksanaan upacara atau ritual. Upacara kliwonani dilaksanakan setiap
malam Jumat Kliwon. Tempat upacara kliwonan alun-alun kota Batang Jawa Tengah.
Peserta upacara kliwonan terdiri dari: orang tua, anak yang akan diruwat, tetua adat,
kyai, sanak saudara, masyarakat sekitar.
Tujuan dari membuat Sesaji adalah untuk memperoleh daya magis dan aura dari
sesaji serta daya keramat dari sesaji yang dibuat. Semua upacara ritual bertujuan untuk
mencapai keselamatan, kebahagiaan dan ketentraman bagi masyarakat pelaku ritual
tersebut.
Inti dari pelaksanaan Prosesi upacara kliwonan ini adalah untuk membuang segala
bencana, kejahatan dan malapetaka sehingga anak memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan, sekaligus untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi warga
masyarakat. Dengan melakukan upacara ini orangtua dan anak akan merasa tenang,
ayem tentrem. Berdoa adalah suatu unsur yang selalu ada dalam setiap upacara
keagamaan yang ada didunia. Doa pada mulanya adalah ucapan keinginan dari
manusia yang diminta kepada para leluhurnya, dan juga ucapan hormat kepada para
leluhur, baru kemudian memohon kepada Tuhan lewat doa.

b. Tradisi Minggon Jatinan


Data yang dapat diambil dari narasumber tentang penelitian mengenai tradisi
Minggon Jatinan, antara lain sebagai berikut :
• Didirikan oleh organisasi yang
Awal didirikannya Tradisi Minggon bernama Madrasah
Jatinan Bisnis
• Diresmikan pada tanggal 22 April

2018
• Tujuan : - Pemberdayaan UMKM

- Kampanye lingkungan

Perbedaan dengan Tradisi lain yang ada di Tradisi Minggon Jatinan murni
Kabupaten Batang sebagai event pengembangan budaya
sedangkan tradisi Kliwonan
mengandung unsur foklor di
dalamnya.
Pengaruh Positif Bagi Masyarakat • Meningkatkan perekonomian
Kabupaten Batang UMKM di Kabupaten Batang
• Membuka lapangan pekerjaan

4
yang berguna untuk pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Batang
• Menjadi sarana ilmu pengetahuan

tentang kuliner dan mainan


tradisional
• Menjadi sarana untuk mengasah

kreativitas
karena sering diadakan event
berhadiah

Tradisi-tradisi yang sejak lama diwariskan oleh masyarakat Indonesia kini


mulai memudar. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor utama
yaitu karena adanya globalisasi. Globalisasi inilah yang membuat banyak sekali
budaya luar yang dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Apabila kita sebagai
masyarakat tidak bisa memilah budaya tersebut dengan baik tentunya akan
merugikan masyarakat Indonesia sendiri. Budaya dan tradisi Indonesia pun akan
punah seiring berjalannya waktu. Dibutuhkan inovasi-inovasi baru untuk
mengembangkan budaya Indonesia yang mulai punah ini.
Perkembangan era ekonomi kreatif memberikan peluang sekaligus menjadi
tantangan bagi individu dan masyarakat untuk melahirkan berbagai kreativitas di
berbagai bidang (Musthofa & Gunawijaya, 2015). Kabupaten Batang membuat satu
inovasi untuk membuat suatu tradisi yang akan diselenggarakan secara terus-
menerus. Tradisi tersebut bernama tradisi Minggon Jatinan. Tradisi ini diberina nama
Minggon Jatinan yaitu karena diselenggarakan pada hari Minggu dan bertempat di
Hutan Kota Rajawali yang mayoritas vegetasinya yaitu berupa pohon jati.
Minggon Jatinan secara resmi dibuka pada tanggal 22 april 2018. Tradisi ini
diselenggarakan setiap Minggu pukul 06.00 pagi hingga pukul 11.00 siang dan
bertempat di Hutan Kota Rajawali Batang. Tradisi Minggon Jatinan diselenggarakan
dengan tujuan agar wisatawan lebih mengenal tentang kuliner dan budaya-budaya
yang ada mulai punah. Minggon Jatinan merupakan destinasi wisata halal tourism
dimana kuliner yang ada di Minggon Jatinan merupakan kuliner yang 100% halal.
Kuliner yang ditawarkan pada tradisi ini yaitu jajanan tradisonal yang mulai sulit
untuk ditemukan pada zaman sekarang ini. Jajanan tersebut disediakan di sebuah
lincak-lincak dan variasinya yaitu putu, pecel, dawet, aneka macam bubur dan sate-
satean, setup, wedang ronde, dan tentunya serabi kalibeluk khas Batang.

5
Pemkab Batang mengajak pengusaha-pengusaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) untuk menyemarakkan program ini. Tradisi ini diselenggarakan dan
digalakkan oleh Madrasah Bisnis yang didirikan oleh Nurrohman Assayyidi.
Madrasah Bisnis merupakan suatu management yang mendirikan sekolah bisnis
untuk UMKM sekitar wilayah Kabupaten Batang. Madrasah Bisnis sendiri
menangani beberapa usaha khususnya di bidang kuliner. Mekanisme persiapannya
dilakukan oleh anggota Madrasah Bisnis dari mulai penataan meja dan lincak untuk
tempat berjualan pedagang-pedagang hingga persiapan koin kreweng untuk alat
pembayaran di 3 kasir yang sudah disediakan. Minggon jatinan sendiri memiliki
suatu gudang untuk menyimpan barang-barang yang digunakan pada tradisi ini
sehingga Hutan Kota Rajawali sudah dipastikan rapih dan bersih sebelum dan
sesudah tradisi Minggon Jatinan dilaksanakan. Tujuan awal didirikannya tradisi
Minggon Jatinan yaitu untuk pemberdayaan UKM dan kampanye lingkungan. Dalam
perkembangan dunia pariwisata saat ini, salah satu jenis pariwisata di Indonesia yang
disukai adalah pariwisata berdasarkan lingkungan (Satrio, 2019). Kampanye
lingkungan yang dijelaskan di sini bermaksud bahwa Minggon Jatinan menjadi
pelopor untuk penyelenggaraan pameran kuliner yang berada di hutan kota sesuai
dengan dasar tema Visit Batang 2022 yaitu back to nature. Tradisi Minggon Jatinan
juga sebagai alat pemberdayaan Hutan Kota Rajawali yang tadinya sepi akan
pengunjung kini ramai karena diselenggarakannya Tradisi Minggon Jatinan.
Kalangan masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya yang berbau
mistik dan supranatural terdapat banyak upacara ritual yang diselenggarakan, salah
satu contohnya adalah upacara ritual ”Kliwonan” (Widyatwati, 2014). Berbeda
dengan tradisi kliwonan yang berbentuk foklor, tradisi

6
Minggon Jatinan pure untuk mengangkat tradisi pada jaman dulu. Kegiatan Minggon
Jatinan sebagai upaya pemerintah daerah memamerkan usaha makanan tradisonal
yang selama ini sudah mulai punah. Tradisi Minggon Jatinan juga upaya
pengembangan program Visit Batang 2022 yang merupakan salah satu program
kunjungan dengan tema Heaven of Asia untuk back to nature sehingga Minggon
Jatinan merupakan pameran makanan tradisional yang dikemas tanpa meninggalkan
nuansa alamnya. Tradisi Minggon Jatinan memiliki nilai sosial ekonomi di
dalamnya. Istilah sosial ekonomi di sini membawa kita kepada persoalan yang saling
berkaitan. Pertama, manusia mahluk bersahabat atau mahluk sosial tidak bisa hidup
menyendiri, seperti dalam ungkapan klasik inggris yang terkenal ‘No Men Is An
Island’ artinya; tidak ada manusia seperti sebuah pulau yang hidup menyendiri.
Kedua, manusia adalah mahluk ekonomi yang mana manusia tidak mungkin hidup
tanpa mekan dan minuman secara gambalangnya sosio ekonomi bertujuan untuk
menggali persoalan ekonomi dan sosial pada masyarakat (Zunaidi, 2013).
Keunikan dari tradisi ini yaitu pada alat pembayaran yang berupa koin
kreweng yang terbuat dari tanah liat. Satu koin kreweng senilai dengan uang
Rp.2000,00. Para wisatawan yang hendak membeli jajanan tradisional yang ada di
Minggon Jatinan harus menukarkan uangnya dengan koin kreweng yang sudah
disediakan pada tiga kasir yang berada di depan pintu masuk pasar Minggon Jatinan.
Selain keunikan tadi, para penjual yang ada di pasar Minggon Jatinan mengenakan
caping dan pakaian adat tradisional khas Jawa Tengah. Pedagang laki-laki
mengenakan surjan dan untuk pedagang wanita mengenakan pakaian batik. Tradisi
Minggon Jatinan juga mengemas budaya Indonesia lainnya, yaitu edukasi kampung
dolanan dimana terdapat beberapa mainan tradisional yang terdiri atas bakiak,
enggrang, gangsing, dan mainan tradisional lainnya. Keuntungan dari permainan
tradisional yaitu memerlukan daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi dan
melibatkan pemain yang relatif banyak sehingga perlu adanya kerja sama yang dapat
merekatkan interaksi sosial antar pengunjung di tradisi Minggon Jatinan (Kunci,
2013). Suasana keunikan inilah yang dapat menarik wisatawan lokal maupun luar

Kabupaten Batang.

7
Kegiatan promosi yang efektif merupakan hal yang sangat esensial dalam
pengembangan pariwisata di suatu daerah (Betari Avinda, Sudiarta, & Oka Karini,
2016). Kemajuan teknologi yang sedang marak saat inipun membantu penyebaran
info tentang Minggon Jatinan. Hal ini yang tentu saja dapat membuat masyarakat luas
mengenal dan tertarik untuk datang pada kegiatan Minggon Jatinan sehingga dapat
mendongkrak wisatawan yang berkunjung pada tradisi Minggon Jatinan. Minggon
Jatinan sendiri memiliki akun pada salah satu media sosial Instagram dengan nama
akun @minggonjatinan. Terlihat terdapat beberapa komentar pada status, cerita,
ataupun kiriman yang disebarkan lewat aplikasi media sosial menunjukkan bahwa
banyak sekali masyarakat yang tertarik untuk hadir pada tradisi ini. Tidak hanya
menjajakan kuliner tradisional, Minggon Jatinan juga membuat program-program
inovasi atau event kebudayaan lainnya, salah satu program tersebut yaitu perlombaan
pembuatan vlog berhadiah dengan hashtag #5krewengdapetapa. Program ini
diinginkan dapat menambah penyebaran info terkait Minggon Jatinan dan promosi
program Visit Batang 2022.
Responden yang sudah melakukan wawancara dengan peneliti juga
mengatakan bahwa Minggon Jatinan merupakan awal permulaan yang baik untuk
peningkatan perekonomian Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) yang ada di
Kabupaten Batang. Wisatawan yang hadir pada tradisi Minggon Jatinan tidak
dapat dihitung sedikit. Perbandingan yang didapatkan dari wisatawan lokal dan
wisatawan dari luar Kabupaten Batang yaitu 80:20 untuk Minggu-Minggu biasa dan
untuk masa-masa liburan didapatkan perbandingan 50:50 untuk wisatawan lokal dan
wisatawan dari luar Kabupaten Batang. Terlaksanakanya tradisi ini dapat dipastikan
program Visit Batang yang menjadi dasar inovasi ini berjalan dengan sukses.
Diperkirakan omset yang masuk bisa mencapai Rp. 50.000.000,00 hingga Rp.
100.000.000,00 lebih dalam satu kali gelaran tradisi Minggon Jatinan. Omset
tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa yang bisa diraih oleh tradisi ini.
Minggon Jatinan menjadi salah satu peluang untuk peningkatan perekonomian
Kabupaten Batang karena adanya pemasukan yang begitu besarnya. Nasib pengusaha
Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Kabupaten Batang juga tentu akan
tersejahterakan dengan ikut serta dalam tradisi Minggon Jatinan.

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis kebutuhan guru, siswa, dan masyarakat umum menginginkan
buku bacaan budaya yang berisi tentang unsur pengetahuan mengenai lingkungan
sekitar, menggunakan ragam bahasa ngoko. Selain itu pula buku berisi bacaan yang
jelas, rinci, dan mudah dipahami. Adapun prototipe yang dihasilkan dalam Makalah ini
berupa kumpulan bacaan mengenai budaya di Kabupaten Batang. Pemilihan budaya
berdasarkan dengan angket yang telah disebar, selain itu dalam penyusunan buku
bacaan menggunakan wujud kebudayaan sebagai suatu wujud interaksi antarmanusia
dan sebagai hasil karya manusia yang menghasilkan suatu benda, yang antara lain
Sejarah dan tradisi di Kabupaten Batang terdapat kilwonan, minggon jatinan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kunci, K. (2013). Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal
Pendidikan Karakter, (1), 87–94. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1290

Vaan, Baal J. (1987). Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia

https://berita.batangkab.go.id/?p=1&id=9158

https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6251739/sejarah-kabupaten-batang-jawa-tengah-
dikenal-sejak-zaman-sriwijaya

10

Anda mungkin juga menyukai