Anda di halaman 1dari 13

5,78$/ ³./,:21$1´ %$*, 0$6<$5$.

$7 %$7$1*
Oleh:
Ken Widyatwati
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ABSTRACT

The narrative has a meaning and structure. The structure of kinwonan myth is representation
from the society, who to support. Structure or model to become representation from the
society to exist in stage unconscious, and only to be looking for with structuralism Levi-Straus
Analysis. The aim of this research is descriptions of kliwonan Ritual for Batang Society are
component Identification, and the content of myth. This Ritual performs every Jumat Kliwon
day in Javanese Calendar. Time is 14.00-18.00 am. The place is Alun-alun Batang, Central
Java. The content of Exorcism Ritual for Dieng Society is place, time, instrument, ritual
offering, prayer and myth. This myth is jumat kliwon and kliwonan Ritual.

Keyword: Ritual, Kliwonan Ritual Procession.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang contoh yang disertai dengan gerak isyarat
Keanekaragaman kebudayaan pada atau alat bantu pengingat.Sementara itu,
setiap suku bangsa di indonesia John Harold Bruvant menggolongkan folklor
menunjukkan kekayaan kebudayaan dalam tiga kelompok yaitu: (1) folklor lisan,
Nusantara. Masing±masing daerah di (2) folklor sebagian lisan,(3) folklor bukan
Indonasia memiliki corak kebudayaan yang lisan.
berbeda±beda. Untuk mengembangkan 8SDFDUD 7UDGLVLRQDO ´NOLZRQDQ´ EDJL
kebudayaan daerah yang merupakan akar Masyarakat Batang termasuk folklor
dari kebudayaan nasional, Pemerintah sebagian lisan. Di dalamnya terdapat bentuk
memberikan landasan seperti yang tercantum folklor lisan yaitu berupa doa-doa yang
dalam UUD 1945 pasal 32 yang berbunyi GLJXQDNDQ GDODP SURVHVL XSDFDUD ´NOLZRQDQ´
´3HPHULQWDK PHPDMXNDQ .HEXGD\DDQ dan juga terdapat bentuk folklor bukan lisan
1DVLRQDO ,QGRQHVLD´ yang dapat dilihat pada isi
Kebudayaan daerah adalah akar dari komponen,peralatan,perlengkapan dan
kebudayaan nasional. Oleh karena itu SHODNX XSDFDUD DGDW ´.OLZRQDQL´ -LND
kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dilihat dari segi kebudayaan upacara atau
dipertahankan. Salah satu usaha untuk ritual adat merupakan wujud kegiatan religi
mempertahankan kebudayaan daerah adalah atau kepercayaan.Dalam masyarakat Jawa
melalui pelestarian folklor. Folklor sebagai ´.OLZRQDQ´ PHUXSDNDQ UDQJNDLDQ XSDFDUD
sumber informasi kebudayaan daerah tidak adat yang sampai sekarang masih
bisa diabaikan dalam usaha menggali nilai- GLODNVDQDNDQ ´.OLZRQDQ´ DGDODK XSDFDUD
nilai dan keyakinan yang tumbuh dalam adat pada malam jumat kjliwon untuk tolak
suatu masyarakat. Danandjaja (1997:2) bala atau menolak bala yang diselenggarakan
mendefinisikan folklor sebagian kebudayaan masyarakat batang.
suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan Di kalangan masyarakat Jawa yang
turun-temurun, diantara kolektif macam apa masih kental dengan budaya dan mistik
saja, secara tradisional dalam versi terdapat banyak upacara ritual, salah satunya
berbeda,baik dalam bentuk lisan maupun diantaranya adalah upacara ritual
´.OLZRQDQ´ GLNDWDNDQ VHEDJDL ULWXDO NDUHQD adalah suatu tradisi kebudayaan kesenian
dilakukan secara tetap pada waktu tertentu, yang diwariskan secara turun-temurun dari
tidak berubah waktunya dan dilangsungkan tiap generasi. Karena itu pandangan hidup
secara turun-temurun. suatu masyarakat tercermin dalam berbagai
Kata Kliwon berarti: nama pasaran unsur kebudayaan seperti filsafat,
dalam penanggalan Jawa . kepercayaan, kesenian, kesusasatraan, mode
(Purwadarminta,1939:534). Dalam tradisi pakaian dan adat istiadat populer
Jawa kliwonan dikenal dengan konsep lukat (Danandjaja, 1998 : 8). Dari uraian di atas
dengan arti dihapuskan, dibatalkan, maka Folklor dapat didefinisikan sebagai
dilepaskan, dibersihkan, disucikan dari suatu kebudayaan kolektif, yang tersebar dan
segala marabahaya sehingga memperoleh diwariskan secara turun-temurun, diantara
keselamatan(Zoetmulder, 1982: 611-612). kolektif macam apa saja secara tradisional
Kliwonan adalah ritual sakral dengan dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam
tujuan untuk membebaskan, membersihkan bentuk yang lisan maupun disertai contoh
diri dari sesuatu yang dipandang tidak baik dengan gerak isyarat dan alat bantu
atau buruk serta jahat. mengingat (Danandjaja, 1997: 2).
Penelitian ini akan mengupas secara Folklor sebagai salah satu karya
singkat tradisi kliwonan yang hingga kini sastra yang menjadi suatu identitas budaya
masih hidup dalam masyarakat Jawa. daerah mempunyai ciri-ciri atau tanda-tanda
Penelitian ini dimaksudkan untuk pengenal yang bersifat iniversal.
memperoleh gambaran yang lebih jelas Danandjaja (1997: 21)
tentang tradisi kliwonan yang merupakan menggolongkan jenis Folklor dalam tiga
salah satu bentuk dari budaya spiritual, yaitu kelompok berdasarkan tipenya yaitu:
budaya berserah diri, memohon, menyembah 1. Folklor lisan (verbal Folklore) adalah
serta membangun upaya untuk meraih Folklor yang berbentuk murni lisan,
keselamatan hidup yang telah lama menjadi benar-benar dihasilkan secara lisan dan
ciri dalam kehidupan masyarakat Jawa. dituturkan dari mulut ke mulut, yang
termasuk dalam kategori ini antara lain
2. Landasan Teori (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti
Folklor secara etimologis terdiri dari logat, julukan, pangkat tradisional, dan
dua kata dasar yaitu Folk dan lore. Folklor titel kebangsawanan, (b) ungkapan
merupakan pengindonesiaan kata dalam tradisional seperti peribahasa, pepatah,
bahasa Inggris Folklor. Menurut Alan pemeo, (c) pertanyaan tradisional,
Dundes dalam Danandjaya 1997 : 1) folk misalnya teka-teki, (d) puisi rakyat
merupakan istilah kolektif yaitu sekelompok seperti pantun, gurindam dan syair, (e)
orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda,
sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dongeng dan (f) nyanyian rakyat (folk
dibedakan dari kelompok-kelompok sosial song).
lainnya. Namun, yang penting adalah bahwa 2. Folklor sebagian lisan (party verball
kolektif itu memiliki suatu trsdisi yaiyu Folklore) adalah Folklor yang bentuknya
kebudayaan yang merupakan warisan dari merupakan campuran unsur lisan dan
generasi sebelumnya, atau sedikitnya dua bukan lisan. Bentuk-bentuk Folklor yang
generasi yang diakui sebagai pemilik termasuk dalam kelompok ini antara lain:
bersama. (a) kecakapan tradisional, (b) permainan
Sedangkan lore adalah tradisi folk rakyat, (c) adat istiadat, (d) upacara (e)
yaitu sebagaimana kebudayaan yang teater rakyat, (f) tari rakyat dan (g) pesta
diwariskan turun-temurun secara lisan atau rakyat.
melalui suatu contoh yang disertai dengan 3. Folklor bukan lisan (non verbal foklore)
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat adalah folklor yang bentuknya memang
(Danandjaja 1997: 1-2) dengan kata lain lore bukan lisan. Genre ini dibedakan menjadi
dua sub kelompok, yaitu kelompok benda-benda pusaka tersebut maka mereka
folklor bukan lisan material dan melaksanakan upacara ritual.
immaterial. Bentuk folklor bukan lisan Upacara ini bersifat religius magis
yang material antara lain (a) arsitektur yang dalam pelaksanaannya mempunyai
rakyat misalnya rumah adat, (b) syarat ketat dan harus dipenuhi oleh
kerajinan tangan rakyat misalnya pakaian masyarakat yang mempunyai hajat dan ritual
adat dan asesori tubuh khas daerah (c) dari upacara tersebut. Menurut
makanan dan minuman tradisional, dan Koentjaraningrat (1984) upacara yang
(d) obat-obatan tradisional sedangkan dianggap keramat memiliki empat wujud
yang immaterial adalah (a) gerak isyarat pokok yaitu (1) wujud yang bersifat fisik
tradisional (gesture), (b) bunyi-bunyian yang tampak dalam wujud sesaji, pakaian,
isyarat seperti kentongan untuk pelaku upacara dan perlengkapan lain yang
komunikasi dan (c) musik rakyat. menyertai prosesi upacara, (2) perilaku
pemeran upacara (3) wujud konkrit,
Folklor sebagai suatu kebudayaan maksudnya dalam setiap upacara adat
tradisional dan milik suatu masyarakat terdapat perilaku terhadap benda atau materi
tertentu berfungsi sebagai: (1) sistem yang mengandung harapan, ide atau makna
proyeksi yaitu sebagai alat pencerminan pesan tertentu yang disampaikan masyarakat.
angan-angan kolektif, (2) alat pengesahan Sedangkan wujud yang ke (4) adalah nilai
pranata-pranata dan lembaga-lembaga budaya yaitu gagasan-gagasan atau ide-ide
kebudayaan, (3) alat pendidikan anak dan (4) yang tertanam dalam jiwa manusia sejak dini
alat pemaksa dan pengawas agar norma- dalam proses sosialisasi dan menjadi
norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh landasan bagi kelangsungan hidup.
anggota kolektifnya (Danandjaja, 1997 : 19). Sistem upacara keagamaan
Selain fungsi pokok di atas masih mengandung empat komponen pokok atau
terdapat fungsi-fungsi lain yang penting utama yang harus ada dalam rangkaian
untuk dipahami yaitu: (1) sebagai penebal upacara yaitu (1) tempat pelaksanaan
emosi keagamaan, (2 ) sistem khayalan suatu upacara, (2) saat atau waktu pelaksanaan
kolektif yang berasal dari halusinasi upacara (3) benda-benda pusaka dan
seseorang yang sedang mengalami gangguan perlengkapan alat-alat upacara dan (4) orang-
jiwa dalam bentuk makhluk-makhluk gaib, orang yang bertindak sebagai yang
(3) untuk pendidikan anak atau remaja yang melaksanakan upacara (Koentjaraningrat,
bersumber dari kepercayaan masyarakat, (4) 1985). Selain tempa komponen utama
sebagian penjelasan yang dapat diterima tersebut di atas dalam upacara adat terdapat
akan suatu folk terhadap gejala alam yang juga kombinasi dari berbagai macam unsur
sangat sukar dimengerti sehingga sangat seperti berdoa, bersujud, bersaji, berkorban,
menakutkan agar dapat diupayakan makan bersama, menari, menyanyi,
penanggulangannya dan (5) untuk berprosesi, berseni, berpuasa, bertapa
menghibur orang yang mengalami musibah bersemedi, (Koentjaraningat 1985 : 240).
(Danandjaja, 1997: 170). Berdasarkan dari uraian di atas
Masyarakat Jawa selain percaya unsur-unsur yang terdapat dalam Prosesi
pada Tuhan, mereka juga percaya pada roh- uacara tradLVLRQDO ´.OLZRQDQ´ DGDODK
roh leluhur dan kekuatan magis yang bersesaji, (2) berdoa, (3)siraman, (4) makan
terdapat pada alam sekitar maupun benda- bersama.
benda pusaka yang dimiliki. Kekuatan magis Bersesaji atau Sajen adalah
yang terkandung pada alam sekitar dan memberikan sajian berupa makanan,
benda-benda pusaka tersebut diyakini dapat minuman dan perlengkapannya pada benda-
memberikan keseimbangan dan keselamatan benda pusaka atau tempat-tempat yang
hidup. Untuk menjaga kekuatan magis dan dianggap keramat untuk mendapatkan
daya supranatural dari alam sekitar dan keselamatan dan kekuatan magis dari benda-
benda pusaka atau roh-roh leluhur yang reportasi mengenai peristiwa yang dulu
terdapat di tempat-tempat yang dianggap terjadi, berupa kisah dewa-dewa dan dunia
keramat. ajaib, tetapi memberikan kepada kelakuan
Berdoa adalah memohon manusia, merupakan pedoman bagi
keselamatan, kebahagiaan, rahmat dari kebijaksanaan manusia.
Tuhan dan roh para leluhur yang terdapat di Menurut Renne Wellek dan Austin
sekitar lingkungan dan tempat tinggal. Warren (1989: 88) mitos adalah naratif
Siraman adalah memandikan peserta cerita, yang dikontraskan dengan wacana
upacara dengan air kembang staman (bunga dialektis, eksposisi. Dalam artian yang lebih
tiga warna) oleh tetua adat diiringi dengan luas mitos berarti cerita-cerita anonim
doa agar memperoleh keselamatan dunia mengenai asal mula alam semesta dan nasib
akhirat.Hal ini dilakukan agar kekuatan serta tujuan hidup, biasanya hal-hal itu
magis yang terkandung dalam upacara berupa kisah-kisah atau dongeng yang
siraman dan sesaji tersebut dapat memancar biasanya diberikan oleh suatu masyarakat
dan memberikan pengaruh baik serta kepada anak-anak yang sifatnya mendidik.
keselamatan pada masyarakat yang ikut Keberadaan suatu mitos tidak
dalam ritual tersebut terlepas dari fungsinya terhadap masyarakat
Makan bersama adalah salah satu pendukungnya Fungsi mitos dalam Van
wujud dari penyatuan kekuatan magis dari Peursen (1978: 38-41) adalah (l) untuk
roh para leluhur dengan pelaku upacara dan menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan
masyarakat sekitar lokasi upacara. ajaib yang ada dalam dongeng maupun
Di balik pelaksanaan Prosesi Ritual upacara mistis, (2) memberikan pengetahuan
Mitoni tersebut apabila dikaji lebih dalam, tentaQJ GXQLD PLVDOQ\D WHQWDQJ ´NRVPRJRQGL
mengandung banyak makna simbolis. Makna DQG WKHRJRQL´ PHPEHULNDQ MDPLQDQ SDGD
tersebut dapat diungkap dari berbagai masa kini arti peristiwa semula, yang seolah-
perlengkapan upacara (uba rampe), sampai olah dapat ditampilkan kembali, baik dalam
dengan doa-doa, sesaji-sesaji yang bentuk cerita, maupun gerakan (tarian)
dipergunakan dalam upacara tersebut. dalam suatu konteks tertentu.
Bahkan perilaku yang ditujukan oleh pelaku Menurut Levi Strauss (1974: 229)
upacara itupun mempunyai makna simbolis. mitos dianggap sebagai perjanjian dalam
Menurut Levi Strauss (1974: 254), masyarakat, karena mitos dapat memberikan
mitos adalah sesuatu yang sama dengan informasi tentang pemikiran masyarakat dan
cerita, dapat berupa cerita rakyat, legenda kondisinya pada waktu itu, yang dapat
maupun dongeng. Definisi ini dikuatkan oleh mewakili potret masyarakat pada saat itu.
Petit (1975: 80) yang mengatakan bahwa Selain itu menurut Levi Strauss (1963: 229)
mitos adalah cerita atau dongeng yang bahwa:
dikisahkan dengan bahasa, atau sebuah cerita The purpose of myth is to provide a
sastra. Mitos dapat pula berupa anekdot, logical model capable of overcoming,a
dongeng maupun cerita rakyat. Bahkan mitos contradiction an impossible a chievemen
dapat pula dianggap sakral atau suci dimana as it happen, the contradiction is real.
ditandai dengan adanya ritual yang Sehingga fungsi mitos menurut Levi
menyertai penceritaan mitos atau ritual yang Strauss (163: 229) adalah memberikan
dilegitimasi oleh mitos tersebut. Sedangkan pemecahan yang logis untuk mengatasi suatu
Van Peursen (1978) mengatakan bahwa hal yang tidak mungkin terjadi menjadi suatu
mitos adalah sebuah cerita yang memberikan hal yang nyata. Hal ini berarti bahwa mitos
pedoman dan arah tertentu bagi kelompok bukan hanya sekedar cerita tetapi seringkali
pendukungnya. Cerita ini tidak hanya juga merupakan suatu ungkapan simbolis
dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan dari konflik-konflik batiniah yang ada dalam
lewat tarian ataupun pementasan wayang. suatu masyarakat, serta menjadi suatu saran
Mitos tidak hanya terbatas pada semacam untuk mengelakkan, memindahkan dan
mengatasi kontradiksi-kontradiksi yang tak upacara Mitoni ini akan menolak
terpecahkan, sehingga kontradiksi tersebut marabahaya yang mengancam kehidupan
dapat dijelaskan dan dapat menjadi masuk ibu yang sedang mengandung dan jabang
akal. bayi dalam kandungan.
Fungsi mitos yang lain menurut Van Masyarakat Jawa mempercayai
Peursen (1985: 3840) adalah menyadarkan upacara mitoni yang mereka laksanakan pada
manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. kehamilan anak pertama pada bulan ketujuh
Mitos itu tidak memberikan bahan informasi kehamilan dapat mengusir gangguan dan
tentang kekuatan-kekuatan tersebut, tetapi mendatangkan segala keselamatan
membantu manusia agar dia dapat sebaliknya apabila mereka tidak melakukan
menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan upacara mitoni tersebut akan mendatangkan
yang mempengaruhi dalam dan kehidupan bencana bagi ibu dan si jabang bayi.
sukunya. Fungsi ini bertalian erat dengan Sebenarnya semua ini adalah mitos
fungsi yang lain yaitu mitos memberikan yang berkembang dan sampai saat ini masih
jaminan bagi masa kini. Contoh: pada musim dipercayai oleh masyarakat Jawa . Mitos ini
semi, ketika ladang-ladang mulai digarap masih melekat erat dalam alam pikiran
masyarakat mengadakan tari-tarian dan mereka yang masih mempercayai
persembahan pada leluhur dengan tujuan kekeramatan alam sekitar tempat tinggal,
untuk mendapatkan hasil yang berlimpah. benda-benda pusaka dan roh-roh nenek
Masyarakat Jawa sampai saat ini moyang.
masih mempercayai bahwa untuk
memperoleh keselamatan kita harus 3. Metode Penelitian
bersahabat dengan makhluk halus, mencari Suatu penelitian merupakan proses
kekuatan dari benda-benda pusaka dan dimana antara satu tahap dengan tahap yang
peninggalan para leluhur. lain saling terkait sehingga merupakan
Kepercayaan yang masih mengakar susunan yang sistematik. Setiap tahapan
kuat pada masyarakat pendukung penelitian merupakan bagian yang
kebudayaan ini tidak bisa dihapuskan begitu menentukan proses selanjutnya.Oleh sebab
saja. Mereka percaya bahwa dalam itu sebelum penelitian dilakukan, terlebih
kehidupan ini ada kehidupan yang tampak dahulu harus dibuat langkah-langkah
dan ada kehidupan yang tidak tampak. penelitiannya.
Kehidupan yang tampak dan tidak tampak Langkah-langkah penelitian ini
ini dikuasai oleh roh baik dan roh jahat, dan dibuat dengan maksud untuk memudahkan
masing-masing sangat mempengarui dan memberikan arahan jalannya penelitian,
kehidupan manusia. Kekuatan yang baik sehingga dapat berguna sebagai tuntunan
akan mendatangkan kebaikan dan bagi peneliti dalam menyusun dan
keselamatan, dan kekuatan jahat akan melaksanakan penelitian secara terencana
mendatangkan malapetaka dan bencana bagi dan sistematis. Uraian berikut menjelaskan
masyarakat. langkah-langkah penelitian yang akan
Untuk meraih keselamatan dan dilakukan.
kebahagiaan tersebut masyartakat Jawa
banyak menyelenggarakan upacara adat. 4. Pengumpulan Data
Salah satunya adalah Mitoni yang dilakukan Data adalah informasi atau
pada ibu hamil anak yang pertama pada keterangan mengenai segala sesuatu yang
bulan ke tujuh kehamilan. Upacara adat ini berkaitan dengan tujuan penelitian. Data-data
dilakukan hanya pada kehamilan yang dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
pertama, hal ini dilakukan untuk wawancara, observasi, dokumentasi foto
memperoleh kekuatan,perlindungan dan pada saat penelitian. Data-data ini diperoleh
keselamatan bagi ibu dan jabang bayi yang dari: (a) Buku- buku, majalah, koran yang
dikandung. Masyarakat Jawa percaya dengan memuat informasi tentang Upacara
Kliwonan, (b) hasil wawancara dengan 5. Pengolahan Data
responden (sesepuh, Peserta Prosesi Upacara Setelah data terkumpul ada beberapa
Kliwonan dan tokoh masyarakat di tempat tahap yang dilakukan untuk memproses data,
pelaksanaan upacara kliwonan mengenai yaitu :
perlengkapan, alat-alat saji, cara memasak 1 Editing, memeriksa kelengkapan dan
sesaji, cara penyajian sesaji. makna, mitos, kelayakan data untuk mendapatkan data
dan prosesi Upacara kliwonan, (c) foto dan yang akurat, apabila belum lengkap
dokumentasi tentang perlengkapan, sesaji, dapat dilakukan pengumpulan data ulang
pelaku, ritual, dan prosesi Upacara langsung ke narasumber yang
kliwonan.. bersangkutan.
Pengumpulan data dalam penelitian 2 Coding, memberikan kode-kode pada
ini menggunakan sumber data primer dan hasil wawancara, observasi untuk
sumber data sekunder. mengklasifikasikan jawaban dan
informasi yang berhubungan dengan
1. Data Primer rumusan masalah untuk memperrnudah
Sumber data primer adalah sumber tahap berikutnya.
data yang diperoleh secara langsung pada 3 Simpulan, mengarnbil kesimpulan dari
saat penelitian. Data ini diperoleh dari hasil data-data yang sudah dikumpulkan,
wawancara terhadap sesepuh, peserta Prosesi dianalisis untuk mendapatkan makna
Upacara kliwonan dan tokoh masyarakat di dari pokok kajian.
Batang Jawa Tengah.
6. Analisis Data
2. Data Sekunder Teknik analisis data yang digunakan
Sumber data sekunder adalah sumber adalah teknik analisis data langsung, artinya
data yang diperoleh dari buku-buku, analisis data dilakukan sejak awal
makalah, majalah dan koran yang berkaitan pengumpulan data dan terus berlanjut sampai
dengan pelaksanaan Prosesi Upacara akhir penelitian. Teknik analisis datanya
kliwonan sumber data sekunder ini adalah sebagai berikut:
digunakan untuk perbandingan dan Setelah data terkumpul ada beberapa
memperkaya data penelitian. tahap yang dilakukan untuk memproses data,
Dalam rangka pengumpulan data yaitu :
yang diperlukan dalam penelitian maka a. Editing, memeriksa kelengkapan dan
terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi kelayakan data untuk mendapatkan data
cara pengumpulannya. Pengumpulan data yang akurat, apabila belum lengkap
dalam penelitian ini dengan menggunakan dapat dilakukan pengumpulan data ulang
metode wawancara. Wawancara dilakukan langsung ke narasumber yang
dengan tujuan untuk mendapatkan data bersangkutan.
secara langsung dari informan. b. Coding, memberikan kode-kode pada
Teknik wawancara yang digunakan hasil wawancara, observasi untuk
adalah wawancara tidak terstruktur artinya mengklasifikasikan jawaban dan
wawancara yang bersifat bebas, santai dan informasi yang berhubungan dengan
memberikan kebebasan seluas- luasnya pada rumusan masalah untuk memperrnudah
informan untuk mengeluarkan pandangan, tahap berikutnya.
perasaan, pikiran, keyakinan,dan c. Simpulan, mengambil kesimpulan dari
kepercayaannya tanpa diatur peneliti. Selain data-data yang sudah dikumpulkan,
wawancara peneliti juga mengumpulkan data dianalisis untuk mendapatkan makna
dari buku-buku, majalah,koran artikel atau dari pokok kajian.
jurnal yang berkaitan dan memberikan
informasi tentang Upacara kliwonan.
4. Analisis c. Penutupan
I. Prosesi Pelaksanaan Upacara Kliwonani Setelah semua prosesi selesai sesaji
a. Tahap Persiapan di bagikan kepada semua tamu yang datang
Dalam prosesi upacara ini dengan maksud apabila makanan tersebut
masyarakat Batang yang akan melaksanakan dimakan bersama akan memberikan berkah
upacara kliwonan membentuk panitia keselamatan, panjang umur dan banyak
khusus yang berasal dari masyarakat rejeki.
Batang . Kepanitiaan yang sudah dibentuk
ini kemudian bertugas sesuai dengan B. POKOK-POKOK PROSESI
bagiannya masing-masing. UPACARA KLIWONAN
Prosesi upacara ini melibatkan Dalam pelaksanaan upacara kliwonan
masyarakat Batang yang mempunyai anak ini ada beberapa pokok masalah yang perlu
balita dan sakit-sakitan, tetua adat dan diuraikan lebih mendalam. Pokok-pokok
masyarakat sekitar. masalah tersebut adalah:
Sehari sebelum ritual berlangsung
masyarakat memasak sesaji sesuai dengan
bagiannya masing-masing dan mengatur a. Nama Upacara
perlengkapan ritual. Panitia sudah Upacara kliwonan merupakan
mempersiapkan semua perlengkapan dan upacara ruwatan bagi anak balita yang sakit-
peralatan yang akan digunakan dalam prosesi sakitan di Batang Jawa Tengah.
Ritual. Perlengkapan itu antara lain, sesaji, Upacara mitoni ini diawali dengan
tumpeng,baju, air bunga dan sebagainya. guling, membuang baju kotor,memamdikan
,sawuran,berdoa,makan bersama. dengan
b. Pelaksanaan Ritual tujuan membersihkan dan menjauhkan anak
Upacara kliwonan dilaksanakan pada dari mara bahaya yang mengancam, segala
setiap malam Jumat Kliwon. Tempat alun- malapetaka, bencana dan kejahatan.
alun kota Batang. Sehingga anak akan memperoleh
Anak yang akan diruwat tidak keselamatan kesehatan dan kebahagiaan.
diwajibkan memakai pakaian khusus . a.
Rangkaian prosesi upacara kliwonam b. Waktu Ritual Tempat Ritual
adalah sebagai berikut: Menurut Koentjaraningrat (1992:
1. Orang tua dan anak yang akan diruwat 254) waktu upacara atau ritual biasanya
memasuki tempat upacara dilaksanakan. dirasakan sebagai saat-saat yang penting dan
2. Pemimpin ritual berdoa mohon gawat, penuh dengan daya gaib. Daya gaib
perlindungan Allah SWtT. yang berbahaya itu harus ditolak dan dijaga
3. Pemimpin upacara kliwonani berdoa lewat pelaksanaan upacara atau ritual.
sebelum melakukan upacara guling Upacara kliwonani dilaksanakan
(mengguling-glingkan anak yang diruwat setiap malam Jumat Kliwon. Tempat
ditanah) supaya anak menjadi sehat.. upacara kliwonan alun-alun kota Batang
4. Membuang baju kotor yang dipakai anak Jawa Tengah.
yang di ruwat. Acara ini melambangkan
membuang segala penyakit anak yang c. Peserta Ritual
diruwat. Peserta upacara kliwonan terdiri
5. Memandikan anak di sumur yang ada dari: orang tua, anak yang akan diruwat,,
dimesjid agung dengan tujuan tetua adat, kyai, sanak saudara, masyarakat
membersihkan diri supaya terhindar dari sekitar.
penyakit.
6. Sawuran yaitu membuang uang receh d. Tujuan Ritual
sebagai tanda syukur. Pusponingrat (1996:5) mengatakan
7. Berdoa. bahwa tujuan dari membuat Sesaji adalah
8. Makan bersama. untuk memperoleh daya magis dan aura dari
sesaji serta daya keramat dari sesaji yang Isi doa yang dilantunkan
dibuat. Semua upacara ritual bertujuan untuk dalamupacara mitoni berisi permohonan
mencapai keselamatan, kebahagiaan dan kepada Allah untuk mengampuni dosa,
ketentraman bagi masyarakat pelaku ritual menjauhkan diri dari segala kemungkaran,
tersebut (Koentjaraningrat,1985). memberikan rahmat serta hidayahnya dan
Inti dari pelaksanaan Prosesi upacara rejeki yang banyak. Sehingga tujuan utama
kliwonan ini adalah untuk membuang segala anak yang diruwat dan masyarakat yang
bencana, kejahatan dan malapetaka sehingga menyelenggarakan upacara kliwonan , selain
anak memperoleh keselamatan dan untuk mengucap syukur atas segala Karunia
kebahagiaan, sekaligus untuk memohon Allah juga memohon perlindungan dari
keselamatan dan kesejahteraan bagi warga Allah, menjauhkan dari segala mara bahaya
masyarakat .Dengan melakukan upacara ini dan mendapatkan rejeki yang melimpah,
orangtua dan anak akan merasa tenang, ayem sehingga dapat membawa kedamaian,
tentrem. Sebaliknya apabila tidak keselamatan dan kesejahteraan kepada
melaksanakan upacara kliwonan maka akan orangtua dan anak yang diruwatserta
timbul rasa takut akan adanya musibah, rasa seluruh warga masyarakat.
takut akan diganggu roh halus yang
jahat.Upacara kliwonan juga berhubungan D. KOMPONEN UPACARA
dengan pemujaan dan penghormatan kepada KLIWONAN
Allah SWT dan para leluhur ini merupakan a. Peralatan yang Digunakan Dalam
permohonan untuk memperoleh keselamatan Prosesi Upacara Kliwonan
dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Peralatan yang dipergunakan dalam
prosesi Upacara kliwonan terdiri dari:
C. BENTUK DAN ISI DOA YANG 1. Dupa, dalam upacara tradisonal dupa
DIGUNAKAN DALAM UPACARA tidak boleh ketinggalan, dupa digunakan
KLIWONAN untuk berdoa.
Berdoa adalah suatu unsur yang 2. Uang receh yang akan digunakan untuk
selalu ada dalam setiap upacara keagamaan sawuran.
yang ada didunia. Doa pada mulanya adalah 3. Baju baru yang akan dipakaikan pada
ucapan keinginan dari manusia yang diminta anak yang diruwat setelah mandi.
kepada para leluhurnya, dan juga ucapan 4. Jajanan.
hormat kepada para leluhur, baru kemudian 5. Besek
memohon kepada Tuhan lewat doa. Doa 6. Tumpeng
kepada Tuhan biasanya disampaikan
dibawah pimpinan seorang pemuka agama b. Sesaji yang digunakan dalam
(Frans-Magnis,1996). Dalam upacara upacara Kliwonan
kliwonan doa yang dilantunkan Sesaji yang digunakan dalam prosesi
menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Arab upacara kliwonan adalah sebagai berikut:
(sesuai dengan doa dalam agama Islam) yang 1. Kembang Setaman adalah berbagai
dilantunkan bersama dibawah pimpinan macam bunga yang terdiri dari bunga
seorang pemuka agama. kanthil, mawar putih, mawar merah dan
Pembacaan doa ini bertujuan untuk melati.
memohon kepada Tuhan, sang penguasa 2. Nasi Tumpeng adalah nasi yang
alam dan isinya untuk memberikan dibentuk seperti kerucut, dengan lauk
keselamatan dan dijauhkan dari marabahaya. pauk urap, ikan asin, tempe, tahu, telor
Dalam konsep Jawa berdoa juga mempunyai rebus. Nasi tumpeng melambangkan
arti untuk memohon perlindungan kepada bahwa segala permohonan selalu
penguasa alam raya sehingga umat manusia ditujukan kepada Allah SWT.
dapat memperoleh kebahagiaan dan
keselamatan (Frans-Magnis :1996).
3. Bubur merah putih bencana, sakit, kejahatan dan malapetaka
Bubur ini terbuat dari beras, warna yang mengancam kehidupan adalah akibat
merah dari gula Jawa, bubur merah putih dari ketidakadanya keseimbangan antara
melambangkan asal-usul manusia. Warna kehidupan alam nyata dan kehidupan alam
merah melambangkan air kehidupan ibu gaib. Ketidakseimbangan ini akan
sedang warna putih melambangkan air menimbulkan bencana sehingga perlu
kehidupan bapak. diadakan upacara ritual, salah satu tradisi
4. Jajan Pasar yang masih berlanjut hingga saat ini adalah
Bermacam-macam jajanan yang dibeli di upacara kliwonan yaitu upacara yang
pasar misal jenang, jadah, wajik, ketan, dilakukan pada pada malam jumat kliwon
buah-buahan. untuk meruwat anak balita yang sakit-
sakitan. Upacara kliwonan mengandung
E. PROSESI UPACARA KLIWONAN makna luwar saka ing panenung yang
Upacara Kliwonan adalah upacara artinya lepas dari petaka dan luwar saka
yang diselenggarakan pada malam jumat paukumane dewa yang berarti terbebebas
kliwon. Penyelenggaraan upacara ini dari hukuman para dewa (Sudaryanto, 2001:
biasanya pada sore hari. 906). Jadi tradisi kliwonan dilakukan untuk
Setelah semua undangan hadir, memperoleh keselamatan, kesehatan dan
pemimpin upacara memberikan waktu kebahagiaan hidup, melalui upacara
kepada bapak modin untuk memimpin doa, kliwonan masyarakat merasa terlindungi
yang isinya mohon keselamatan bagi pesera oleh kekuatan spiritual yang dapat
ruwatan. Setelah pembacaan doa dilanjutkan menyelamatkan dari segala bencana dan
dengan upacara guling yaitu marabahaya.
menghgulingkan anak di tanah dengan Tradisi kliwonan adalah sebuah
tujuan membuang segala penyakit yang komunikasi yang dapat memberikan
diderita anak.. keselamatan pada orang-orang yang
Setelah ritual guling dilanjutkan mengikuti ritual tersebut. Para pelaku
dengan memandikan anak dengan air sumur upacara kliwonan melakukan komunikasi
mesjid agung batang dengan tujuan untuk dengan menggunakan berbagai sarana yang
membersihkan diri dari segala penyakit dan harus dipatuhi. Sarana tersebut berupa doa,
kesengsaraan. sesaji, mantera yang digunakan untuk
Setelah memandikan dilanjutkan berkomunikasi dengan alam gaib.
dengan ritual membuang baju kotor sebagai Masyarakat Jawa sampai saat ini
lambang membuang penyakit yang diderita masih mempercayai bahwa untuk
anak, kemudian dilanjutkan dengan sawuran memperoleh keselamatan kita harus
yang bertujuan untuk mengucapkan syukur bersahabat dengan mahkluk halus, alam
kepada Allah. sekitar dan mencari kekuatan dari
Setelah semua ritual dilakukan peninggalan para leluhur.
dilanjutkan dengan berdoa dan makan Kepercayaan yang masih mengakar kuat
bersama. Makan bersama melambangkan pada masyarakat pendukung kebudayaan
rasa persatuan dan kebersamaan dalam kliwonan ini tidak dapat dihapuskan begitu
bermasyarakat. saja. Mereka masih percaya bahwa dalam
kehidupan ini ada kehidupan yang tampak
F. MITOS YANG TERDAPAT DALAM dan kehidupan yang tidak tampak.
UPACARA KLIWONAN Kehidapan yang tampak dan tidak tampak ini
a. Mitos Upacara Kliwonan dikuasai oleh roh-roh baik dan roh-roh jahat,
Masyarakat Jawa sampai saat ini dan masing-masing sangat berpengharuh
dikenal sebagai warga masyarakat yang dalam kehidupan masyarakat. Kekuatan yang
sangat percaya dan menjunjung tinggi baik akan mendatangkan kebaikan dan
budaya spiritual. Mereka percaya bahwa
kekuatan yang jahat akan mendatangkan pendukungnya dan hanya dapat ditemukan
malapetaka dan bencana dalam masyarakat. dengan analisis strukturalisme Levis Strauss.
Dari analisis ini maka dapat
b. Mitos Kliwonan ditemukan innate dari masyarakat
Masyarakat Jawa percaya Jawa.Masyarakat Jawa adalah masyarakat
mempunyai anak merupakan anugerah dari yang luwes dan modern. Walaupun adat
yang maha kuasa, sehingga orang tua akan istiadat, tata krama, pangkat memberikan
memperlakukan anak dengan istimewa . Jika tekanan ke arah kelakuan yang konfirm,
ada orangtua yang mempunyai anak balita namun orang Jawa mengakui bahwa setiap
dan sakit-sakitan mereka akan melakuan individu mempunyai tempat dan panggilan
segala upaya supaya anaknya dapat sembuh. individunya dan dalam prakteknya mereka
Masyarakat batang percaya anak bersedia mengakui bahwa kemungkinan
balita yang sakit-sakitan karena yang hidup dan alternatif-alternatif untuk
menunggu beringin dialun-alun batang bertindak yang dipilih manusia itu sangat
marah tidak diberi sesaji pada malam jumat luas dan beragam. Secara prinsipil orang
kliwon. Jika kliwonan tidak dilaksanakan Jawa bersedia untuk menerima strata
pohon beringin akan marah dan jangkauan hidup alternatif yang sangat luas
menyebarkan penyakit bagi anak-anak balita asal saja alernatif-altematif tersebut tidak
di batang. Anak tersebut akan sembuh jika memutlakkan diri melainkan dapat
ritual kliwonan dilaksanakan dan dilakukan menyesuaikan diri terhadap perilaku dan
upacara ruwatan. keselarasan hidup dalam bermasyarakat.
Orang Jawa sangat bangga dengan
G. KESIMPULAN kemampuannya untuk dapat menerima unsur
Berdasarkan uraian diatas maka dapat budaya baru tanpa harus meninggalkan unsur
ditarik kesimpulan , yang meliputi: (1). budaya yang telah ada sebelumnya. Bahkan
Prosesi upacara kliwonan dilaksanakan orang Jawa mampu untuk menggabungkan
pada malam jumat kliwon dilaksanakan pada dua unsur budaya yang berbeda dan
soree hari. Prosesi upacara kliwonan ini memunculkan unsur budaya yang baru dan
dilakukan untuk memperoleh berkah dan dapat diterima dalam kehidupan
perlindungan dari Allah yang akan bermasyarakat. Contoh: Muncul agama
memberikan keselamatan dan rejeki, (2) Islam kejawen. Masyarakat Jawa percaya
Bentuk doa yang digunakan dalam prosesi bahwa hidup itu akan baik dan selamat
upacara kliwonan adalah doa-doa yang apabila ada keselarasan antara kehidupan
GLDPELO GDUL $O¶4XUDQ GDODP EDKDVD $UDE manusia dan alam sekitar tempat manusia
dan Doa-doa yang menggunakan bahasa hidup dan bersosialisasi.
Jawa, (3) Komponen dan makna komponen
dalam upacara kliwonan adalah untuk
memohon keselamatan pada Allah SWT agar DAFTAR PUSTAKA
melimpahkan rejeki dan keselamatan pada
calon ibu, si jabang bayi dan peserta upacara Abrams, M. H. (1976). The Mirror and the
pada khususnya dan seluruh masyarakat Lamp. London: Oxford University
pada umumnya, (4) Sebuah dongeng atau Press
mitos tenyata bukan hanya sebuah cerita
tetapi mengandung makna dan struktur Culler, Jonathan. (1977). Literary Theory:
terpola dan menjadi innate dari masyarakat New York
pendukungnya dari setiap tindakan dan
perilaku sebagaimana mereka memaknai Frans Magnis,Suseno. (1984). Etika Jawa.
mitos tersebut. Struktur atau model yang Jakarta: Gramedia
dijadikan innate tersebut berada dalam
tataran nir sadar dari masyarakat
Geerts, Cliffort. (1972). The Interpretation Spraddley, James. (1997). Metode
of Cultures. New York: Basic Books. Etnografi. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
------------------. (1983). Abangan, Santri,
Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Santo, de John. (1997). Mitos Dukun dan
Jakarta. Pustaka Jaya. Sihir Claude Levi-Strauss,
Yogyakarta: Kanisius.
Hardjowirogo, Marbangun. (1983). Manusia
Jawa. Jakarta: Yayasan Idayu. Saussure, Ferdinand de. (1996). Pengantar
Linguistik Umum. Yogyakata: Gama
Jong, De. (1976). Salah Satu Sikap Hidup Press.
Orang Jawa. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius. Vaan, Baal J. (1987). Sejarah dan
Pertumbuhan Teori Antropologi
---------------. (1989). Stilistik. Kuala Budaya. Jakarta: Gramedia
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementrian Pendidikan Malaysia. Van Peursen, C.A. (1978). Strategi
Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. (1980). Sejarah Teori
Antropologi. Jakarta: UI Press.

--------------------. (1990). Pengantar Ilmu


Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

-------------------- (1994). Kebudayaan


Mentalitas dan Pembangunan,
Jakarta: Gramedia.

Kunne-Ibsch Elrud dan D.W. Fokkema.


(1998). Theory of Literature in The
Twentieth Century. Jakarta:
Gramedia.

Levi-Strauss, C. (1964). The Raw and the


Cook. New York: Harper and Raw.

-------------------. (1974). Structural


Anthropology. New York: Basic
Books.

-------------------. (1997). Empu Antropologi


Struktural. Yogyakarta: LKiS.

Peursen, C.A Van. (1976). Strategi


Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius

Poerwadarminto,W.J.S. (1939). Baoesastra


Djawa. Batavia: J.B.Wolter S.

Anda mungkin juga menyukai