Anda di halaman 1dari 7

MAKNA SIMBOLIK SAMBULUGANA PADA UPACARA

PERKAWINAN SUKU KAILI (SUATU KAJIAN HERMEUNETIKA)


Andiwa
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
The problem of this research consist of two sub-problems. Those are, (1) What is the symbols
which found at the Sambulu Gana in wedding ceremony of kailinese ethnic, (2) what are the
meanings at the symbols Sambulu gana in wedding ceremony of kailinese ethnic. Design and kind
of this research can be categorized as a qualitative research with descriptive approach method.
There is the data of this research consist of two categorize, those are (1) symbols which found at
the sambulu gana in the wedding ceremony of kailinese ethnic. The technique of data accumulation
had done through three steps, they are : (1) direct observation, (2) interview, (3), documentation.
therefore, all of the data which found explained and investigated with conclude qualitative
descriptive analisys technique.
Keyword: The meaning of Sambulu Gana Symbolic of kailinese ethnic.

Indonesia merupakan bangsa yang terdapat berbagai bentuk dan ragam


memiliki kebudayaan yang bermacam-- kebudayaan tradisional yang mengandung
macam dari ratusan suku bangsa dengan ciri nilai-nilailuhur (pesan moral) terdapat
khas tersendiri.Kebudayaan bangsa Indonesia generasi muda penerus estafet pembangun
adalah akal budi daya halayat Indonesia bangsa sehingga perlu dipertahankan dan
dalam konteks lokal tradisional secara dikembangkan. Hal ini sesuai dengan
keseluruhan. Kebudayaan asli yang terdapat pendapat Koentjaraningrat (1984:412) bahwa
di masyarakat berbagai suku dan etnis di upaya pengangkatan nilai-nilai luhur yang
daerah-daerah di seluruh Indonesia. Sebagai merupakan kebudayaan sebuah etnis yang
bangsa yang memiliki warisan budaya yang dapat dipergunakan manusia untuk
timbul dan berkembang maka sewajarnyalah menyesuaikan diri dengan peradaban
jika bangsa Indonesia selalu berusaha manusia masa kini dan manusia yang akan
melestarikan nilai-nilai luhur dari berbagai datang. Selain itu, manusia yang memiliki
budaya bangsa tersebut dan dijadikan acuan ketahanan mentalitas mampu menghadapi
dalam merancang suatu bentuk kerangka berbagai perubahan globalisasi yang telah
kehidupan berbangsa dan bernegara. merasuki dan merusak hingga ke sendi-sendi
Kebudayaan adalah salah satu hasil kehidupan sehari-hari.
karya cipta manusia yang bersumber dari Hal ini sesuai dengan pendapat
perasaan yang diaplikasikan dalam tingkah Koentjaraningrat (1984:412) bahwa upaya
laku perbuatan sehingga menjadi sistem dan pengangkatan nilai-nilai luhur yang
tatanan kehidupan dalam masyarakat. Kajian- merupakan kebudayaan sebuah etnis yang
kajian terdahulu tentang kebudayaan umat dapat dipergunakan manusia untuk
manusia dapat ditemukan pada berbagai menyesuaikan diri dengan peradaban
cerita rakyat, sejarah, dan adat istiadat. manusia masa kini dan manusia yang akan
Seluruh hasil kebudayaan manusia masa lalu, datang. Selain itu, manusia yang memiliki
dalam berbagai bentuk, dapat ketahanan mentalitas mampu menghadapi
dipertimbangkan untuk menjadi media dalam berbagai perubahan globalisasi yang telah
membangun kebudayaan dimasa yang akan merasuki dan merusak hingga ke sendi-sendi
datang. Menurut Lubis (1993:105) bahwa kehidupan sehari-hari.

28
29 Bahasantodea, Volume 4 Nomor 3, Juli 2016 hlm 28-34 ISSN: 2302-2000

Walaupun kebudayaan kaili telah banyak umum), Pierce (Sabur, 2003 : 42).
berinteraksi dan bahkan mengkin mendapat Selanjutnya menurut Charles Sandrea Peirce
"benturan" dari kebudayaan-kebudayaan lain (dalam
yang datang dari luar dan tentunya hal ini di http://wawajuanaidi.blogspot.com?2009/10/d
sebabkan karena perkembangan dan efinisi-tanda-lambangdan-simbol html)
kemajuan masyarakat, namun disana-sini kita bahwa:
masih cukup dan merasa bangga di Simbol dapat menghantarkan seseorang
tampilkannya budaya kaili. Pada beberapa kedalam gagasan atau konsep masa depan
upacara seperti pada upacara perkawinan, maupun masa lalu. Simbol adalah gambar,
penerimaan tamu pemerintah dan sebagainya. bentuk, atau benda yang mewakili suatu
Sebagai orang kaili kita harus memlihara dan gagasan, benda, ataupun jumlah
melestarikan kebudayaan kaili dari pengaruh- sesuatu.Meski pun simbol bukanlah nilai itu
pengaruh yang datang dari luar. sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan
Kebudayaan adat istiadat yang untuk kepentingan penghayatan untuk nilai-
dilakukan oleh suku Kaili yaitu: (1) Adat nilai yang diwakilinya. Simbol dapat
Mokeso (asah gigi), adat Mokeso yaitu adat digunakan untuk keperluan apa saja,
upacara yang dilakukan kepada anggota misalnya untuk pengetahuan, kehidupan
keluarga yang usianya memasuki akil balik sosial, juga agama. Bentuk simbol tidak
(dewasa). Tradisi ini sudah berlangsung sejak hanya benda kasat mata, namun juga melalui
masa prasejarah dan dilakukan hingga gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan
sekarang oleh sebagian kelompok masyarakat salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal
suku kaili. Upacara adat ini menggunakan dengan bahasa simbol. Simbol merupakan
berbagai macam aksesoris atau alat-alat suatu obyek yang berfungsi sebagai sarana
seperti sanggori, tai jepa, kamonji, tai ganja, untuk mempersatukan sesuatu hal yang
jima uvalu, vinti (gelang kaki), lolandate, lola bersifat abstrak, misalnya burung merpati
mbuku, lola tapa pingga tarawatu, vatu pana sebagai simbol kedamaian.
dan mbesa. (2) Adat Nosaviraka (menaikkan Berdasarkan pendapat para ahli di atas
bayi dalam buaian atau ayunan), adat dapat disimpulkan bahwa simbol adalah
nosaviraka adalah adat selamatan bayi segala sesuatu yang bermakna, dalam arti dia
setelah bayi berumur empatbelas hari. mempunyai makna referensial. Suatu simbol
Perlengkapan atau alat-alat yang digunakan mengacu pada pengertian yang lain. Tanda
dalam upacara nosaviraka yaitu baki (talam), tidak mengacu pada pengertian yang lain.
pingga (piring makan), loja limpoku (talam Simbol berbeda dengan tanda. Tanda tidak
bulat), padupa (kemenyan), pemboli kaca mengacu pada apa-apa, sebuah tanda pada
tungka (tempat gelas raja), temboka dasarnya tidak bermakna dan tidak
(tempatcuci tangan), dan ompa (tikar). (3) mempunyai nilai.
Adat Nosuna (sunatan), yaitu adat upacara Adapun peralatan yang digunakan
yang dilakukan kepada anak laki-laki (ana dalam adat ini yaitu ladi posuna, pajananga
langgai) yang berusia duabelas tahun dan (lampu), kae putih (kain putih), pingga
pada anak perempuan (ana mombine) berusia (piring), baju poko (baju adat), buya sabe
tigapuluh hari. (sarung donggala), ponto ndate (gelang
Simbol adalah tanda yang panjang), dali toroe (anting-anting panjang).
menunjukkan hubungan antara tanda dan (4) Adat Nobalia (adat untuk menyembuhkan
petandanya. Simbol merupakan suatu tanda orang sakit), adat ini merupakan adat untuk
yang dapat melambangkan atau mewakili penyembuhan penyakit yang secara harflah
suatu benda lain secara arbiter berarti melawan setan dan melawan penyakit
dankonvensional (Berdasarkan kesepakatan kedalam tubuh manusia. Pelaksanaan upacara
Andiwa, Makna Simbolik Sambulugana Pada Upacara Perkawinan Suku Kaili ……………………………………….30

ini dipimpin oleh seorang tokoh adat yang dapat disimpulkan bahwa simbol adalah
dituakan (tina nu balia) dengan berpakaian segala sesuatu yang bermakna, dalam arti dia
seragam yang terdiri dari sarung, baju dari mempunyai makna referensial. Suatu simbol
kulit kayu, dan tutup kepala (siga). Upacara mengacu pada pengertian yang lain. Tanda
adat yang ke (5) Adat Upacara Sambulu tidak mengacu pada pengertian yang lain.
Gana, adat upacara sambulu gana adalah adat Simbol berbeda dengan tanda. Tanda tidak
yang terdiri dari beberapa benda dan mengacu pada apa-apa, sebuah tanda pada
peralatan yang terdiri dari sirih, pinang, dasarnya tidak bermakna dan tidak
gambir, kapur sirih, dan tembako. Adat mempunyai nilai.
sambulu gana terbagi lagi menjadi: adat Upacara adat terdiri dari dua kata,
sangu (adat satu), adat tatalu (adat tiga), adat upacara dan adat. Dalam kamus istilah
alima (adat lima), adat papitu (adat tujuh), Antropologi (dalam Nuryani, 2011: 16),
adat uvalu (adat delapan), dan adat sasio menjelaskan adat (custom) adalah wujud
(adat sembilan) atau dikenal dengan adat gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-
sambulu gana. Oleh karena itu, berdasarkan nilai, norma-norma hukum serta aturan-
uraian diatas penulis menarik kesimpulan dan aturan yang sama dengan yang lainnya
memilih menetapkan perlunya kajian tentang berkaitan menjadi suatu sistem yaitu sistem
Makna Simbolik Sambulu Gana pada budaya. Upacara adat dilakukan oleh
Upacara Perkawinan Etnik Kaili (Kajian masyarakat merupakan pencerminan semua
Hermeneutika) sebagai judul artikel ini. perencanaan dan tindakan yang diatur dalam
Makna dalam kamus Bahasa Indonesia, tata nilai luhur dan diwariskan secara turun-
dikatakan bahwa makna adalah pengertian temurun kemudian mengalami perubahan
yang diberikan pada suatu kebahasaan menuju kebaikan sesuai dengan tuntutan
(Depdiknas, 2003:703). Makna terbagi atas zaman.
dua bagian yakni makna tersurat dan makna Menurut Koentjaraningrat (1992:221)
tersirat. Makna tersurat adalah makna yang dalam setiap upacara kegamaan mengandung
nyata dari yang tertulis atau bahasa yang lima aspek yakni, tempat upacara, waktu
diucapkan disebut juga dengan denotasi. pelaksanaan upacara, benda-benda serta
Sedangkan makna tersirat adalah makna yang peralatan upacara, orang yang melakukan
tersembunyi dibelakang apa yang diucapkan atau memimpin jalannya upacara, dan orang-
atau dituliskan disebut juga dengan makna orangyang mengikuti upacara. Pada bagian
konotasi. yang sama, Koentjaraningrat (1992:223)
Sanafiah Faisal (1991:104) mengatakan bahwa sistem upacara di hadiri
mengemukakan bahwa "makna adalah satu oleh masyarakat berarti dapat memancing
istilah yang menunjukkan totalitas dan bangkitnya emosi keagamaan pada tiap-tiap
bertujuan tersusun dari rangkaian unsur- kelompok masyarakat serta pada tiap
unsur, elemen atau komponen yang individu yang hadir.
membentuk sesuatu arti tertentu. "Keyakinan Pengertian dari adat-adat tersebut, Ada
menunjukkan pada apa yang diketahui oleh sangu atau adat satu merupakan tiang adat
para anggota dari suatu sistem sosial tentang atau tiang induk dunia. Ada tatalu atau adat
dunia mereka. Sedangkan perasaan menunjuk tiga merupakan pembahasan adat. Ada alima
pada bagaimana perasaan terhadap anggota atau adat lima adalah sudah beragama atau
suatu sistem sosial tentang hal-hal, peristiwa- membawa agama. Ada papitu atau adat tujuh
peristiwa, tempat-tempat tertentu merupakan adat yang sudah menjadikan. Ada
memperdulikan cara mereka mempunyai cara uwalu atau adat delapan merupakan ada
seperti itu. ntana Kaili. Ada sasio atau adat sembilan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas merupakan kesimpulan atau kesempurnaan
31 Bahasantodea, Volume 4 Nomor 3, Juli 2016 hlm 28-34 ISSN: 2302-2000

adat. Setiap memulai pembicaraan adat harus rancangan penelitian deskriptif kualitatif
dilakukan dengan meletakkan adat Sambulu sebagaimana pernyataan Soegiyono
gana sebagai penghantar bicara. (2010:281) yaitu, peneliti sebagai instrumen
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, utama (Human Instrumen). Dikatakan
dapat disimpulkan bahwa sambulu gana kualitatif karena berlatar alamiah,
merupakan adat-istiadat masyarakat kaili menggunakan manusia sebagai alat
yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, penelitian, bersifat deskriptif, dan
ada sangu, ada tatalu, ada alima, ada papitu, mementingkan proses dari pada hasil
ada uwalu dan ada sasio yaitu merupakan (Moleong, 2011:163).
kesimpulan atau kesempurnaan adat. Lokasi penelitian ini bertempat di desa
Tradisi penyampaian keinginan dari Pewunu Kabupaten Sigi Kecamatan Dolo
pihak calon pengantin pria dalam rangka Barat. Peneliti memilih lokasi penelitian ini
untuk melaksanakan pelamarandisebut berdasarkan atas tiga hal yakni: (1)
dengan tradisi notate dala atau nolobi. Kemudahan dalam pengumpulan data, (2)
Keseriusan tersebut ditindak lanjuti dengan Ketersediaan Informan-informan, dan (3)
membicarakan secara serius dengan orang Ketersediaan waktu. Penelitian ini dilakukan
tua. Sehingga orang tua dari calon pengantin mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan
pria bersepakat dan memutuskan untuk Desember 2015.
berkunjung dan bersilahturahmi dengan Teknik ini dimaksudkan untuk
orang tua atau keluarga calon pengantin mengadakan pengamatan langsung pada hal-
perempuan untuk menyampaikan maksud hal yang berkaitan erat dengan masalah yang
kedatangan yaitu, ingin melamar atau akan diteliti. Dalamkegiatan ini penulis
meminang. menitikberatkan pengamatan terhadap tata
Berdasarkan pendapat para ahli cara pelaksanaan sambulu gana dalam
diatas, dapat disimpulkan bahwa simbol- upacara perkawinan etnik kaili. Teknik ini
simbol dalam upacara tradisi diselenggarakan dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan
bertujuan sebagai sarana untuk menunjukkan langsung pada hal-hal yang berkaitan erat
semua maksud dan tujuan upacara yang dengan masalah yang akan diteliti.
dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Dalamkegiatan ini penulis menitikberatkan
Dalam simbol tersebut juga terdapat misi pengamatan terhadap tata cara pelaksanaan
luhur yang dapat dipergunakan untuk sambulu gana dalam upacara perkawinan
mempertahankan nilai budaya dengan cara etnik kaili. Wawancara yang dimaksud dalam
melestarikan. Simbol-simbol dalam upacara penelitian ini adalah bertanya jawab antara
yang diselenggarakan bertujuan sebagai peneliti dan para informan.Wawancara ini
sarana untuk menunjukan secara semu digunakan untuk mengumpulkan data yang
maksud dan tujuan upacara yang dilakukan berkaitan dengan sikap dan pandangan para
oleh masyarakat pendukungnya. informan tentang makna simbolik sambulu
gana pada perkawinan etnik kaili.
METODE Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model yang
Penelitian ini dikategorikan sebagai dikembangkan ole Miles dan Huberman
penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini (1992), melalui model ini, kegiatan analisis
berdasarkan pada beberapa prinsip data yakni: (1) Reduksi data, (2) Penyajian
metodologi yang digunakan pada data, data, (3) Penyimpulan/verifikasi, dan (4)
instrumen penelitian, sumber data, prosedur Triangulasi data. Meskipun keempat teknik
pengumpulan data, serta analisis data yang ini berbeda, namun proses pelaksanaannya
dianggap sesuai dengan karakteristik saling berkaitan antara satu dengan teknik
Andiwa, Makna Simbolik Sambulugana Pada Upacara Perkawinan Suku Kaili ……………………………………….32

lainnya. orang yang mendahului kami meminta


melamar anak kalian atau belum? Jika
HASIL DAN PEMBAHASAN memang belum ada, kami ingin melamarnya.
Makna yang terkandung dalam bahasa
Dalam acara peminangan dimana pihak digunakan pada proses pelamaran adalah
dari pria datang ke rumah pihak wanita yang makna konotasi dan makna denotasi. Namun
biasanya diwakili dari tokoh adat, tokoh terjemahan dari bahasa yang digunakan yaitu
masyarakat, pemerintah desa dan orang mengandung bahasa lugas atau makna
tua.Kedatangan utusan tersebut bahwa pihak denotasi. Penulis sengaja mengartikan atau
dari pria telah sedia dengan membawa memaknai makna yang sebenarnya atau
sambulu sebagai pembuka pembicaraan yang makna denotasi dalammenganalisis makna
diajukan di hadapan orang-orang tua yang konotasi dalam bahasa yang digunakan pada
hadir dalam upacara peminangan proses pelamaran.
tersebut.Syarat peminangan ini tidak boleh Terjemahan di atas merupakan makna
dibuka bilamana belum ada bahasa yang denotasi. Pada larik pertama (1) "Kami
menyatakan bahwa pihak wanita menerima narata nongganasi bunga"Makna kiasan
pinangan. (konotasi) yang terkandung yaitu "kami
Untuk menunggu jawaban dari pihak datang melihat bunga (bunga yang dimaksud
wanita maka waktu yang dibutuhkan yaitu yaitu anak gadis)". Larik kedua (2) "Maria
tiga malam atau selambat-lambatnya tujuh sampusu ri sapo he nadoli
malam. Tetapi jawaban akan diperoleh pada kafongina"maknakiasan (konotasi) yang
saat itu juga. Apabila dari pihak wanita atau terkandung yaitu "Ada satu di rumah ini yang
orang tua pihak wanita menerima pinangan sangat wangi (sangat baik dan cantik)" (3)
dari pihak pinangan pria maka syarat "Jadi kami madola mompiara bunga miu"
pinangan tersebut boleh dibuka dan tidak makna kiasan (konotasi) yang terkandung
dikembalikan kepada pihak pria dan yaitu " Jadi kami ingin memelihara bunga
dimasukan dalam kamar. Tetapi andaikata kalian (anak gadis kalian)”. “ (kami
pinangan tersebut ditolak maka syarat mengguneka apa nariamo tau notinggouluka
pinangan tersebut akan dikembalikan dengan kami nedodo mompiara bunga miu hei atau
kata maaf dan tidak akan terjadi masalah dan raipa?”makna kiasan (konotasi) yang
dianggap sebagai keluarga. terkandung yaitu " Kami ingin bertanya
Pihak pria: Kami narata nangganasi bunga apakah sudah ada orang yang mendahului
Naria sampusu ri sapo hei nadoli kami meminta melamar anak anda atau
kafongina belum)". (4) "Ane tano raipa naria kami
Jadi kami madota mompiara madota mompiarana "makna kiasan
bunga miu (konotasi) yang terkandung yaitu "Jika
Kami mengguneka apa nariamo tau memang belum ada, kami ingin
notinggauluka kami Nedodo mompiara melamarnya".
bunga miu hei atau raipa? Ane tano raipa Pihak wanita: Pia komiu nongganasi bunga
naria kami madota mompiarana. ri sapo kami
Terjemahan bunga ri sapo mami raipa ria
Pihak Pria: Kami datang melihat bunga topedodo
Ada satu di rumah ini yang ane komiu mauuia mompiaraiia ante
sangat wangi mompotovena bunga nipotove mami
Jadi kami ingin memelihara rabekaka ka komiu.
bunga kalian Terjemahan
Kami ingin bertanya apakah sudah ada Pihak wanita: Kapan anda melihat bunga
33 Bahasantodea, Volume 4 Nomor 3, Juli 2016 hlm 28-34 ISSN: 2302-2000

kami Sambulu Gana


Bunga di rumah kami belum ada Makna yang terkandung pada simbol
yang memint Sambulu dalam upacara perkawinan etnik
Seandainya anda ingin memelihara dan kaili yaitu:
menyayanginya, bunga kesayangan a. Baulu/Buah Sirih bermakna sebagai
kamiakan kami berikan untuk di pelihara. urat manusia.
Pada larik pertama (1) "Pia komiu b. Tagambe/Gambir bermakna sebagai
nangganasi bunga risapo kami "makna darah manusia.
kiasan (konotasi) yang terkandung yaitu c. Kalosu/Buah Pinang bermakna sebagai
"Kapan anda melihat bunga kami (anak gadis jantung manusia.
kami)".Larik kedua (2) “Bunga ri sapo kami d. Tambako/Tembako bermakna sebagai
raipa ria topedodo" makna kiasan (konotasi) rambut manusia.
yang terkandung yaitu "anak gadis kami e. Toila/Kapur bermakna sebagai
belum ada yang melamar".Larik (3) "Ane kesucian hati manusia.
komiu madota mompiarana ante Makna yang terkandung pada simbol
mompotovena" makna kiasan (konotasi) Gana yaitu:
"Seandainya anda ingin melamar dan 1) 1 ekor kambing bermakna sebagai
menyayanginya".Larik (4) "Bunga nipotove ungkapan rasa kegembiraan kedua calon
mami rabekaka ka komiu ".makna kiasan pengantin yang akan melaksanakan
(konotasi) "anak gadis kesayangarn kami pernikahan, karena kambing tersebut akan
akan kami berikan untuk anda lamar". disembeli dan dijadikan sebagai menu
makanan di acara pernikahan itu (sebagai
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI rasa syukur).
2) 1 buah cincin emas bermakna bahwa
Kesimpulan calon pengantin wanita ini sudah
Berdasarkan data yang penulis mendapat pendamping hidupnya untuk
dapatkan mengenai simbol dan makna selama-lamanya.
Sambulu Gana dalam prosesi pernikahan 3) Makna dari perlengkapan pakaian wanita,
suku Kaili, maka dapat disimpulkan bahwa: make up, buah-buahan, dan lain-lain
1. Simbol-simbol yang Terdapat Pada merupakan kelengkapan dalam berumah
Sambulu Gana tangga.
Simbol-simbol yang terdapat pada
Sambulu dalam upacara perkawinan etnik Rekomendasi
kaili adalah sebagai berikut: Makna dan simbol sambulu gana pada
a. Baulu / Buah Sirih proses perkawinan suku Kaili merupakan
b. Tagambe / Gambir suatu hal yang digunakan oleh masyarakat
c. Kalosu / Buah Pinang etnis kaili dalam menyampaikan maksud hati
d. Tambako / Tembako dan tujuan yang merupakan tradisi lisan suku
e. Toila / Kapur Kaili. Pelaksanaan sambulu gana merupakan
Simbol-simbol yang terdapat pada adat istiadat yang patutlah dipertahankan dan
Gana dalam artian nobalengga, nounto, noisi dikembangkan agar dapat berlangsung secara
yaitu: terus menerus. Oleh karena itu, penelitian ini
1) 1 ekor kambing (nobalengga) dapat dijadikan sebagai:
2) 1 buah cincin emas (nountu) a. Sebagai bahan referensi atau bahan
3) Perlengkapan pakaian wanita, make up, bacaan, baik ditingkat sekolah maupun
buah-buahan, dan lain-lain (noisi). ditingkat perguruan tinggi.
2. Makna yang Terkandung Pada Simbol b. Mendorong upaya-upaya penelitian
Andiwa, Makna Simbolik Sambulugana Pada Upacara Perkawinan Suku Kaili ……………………………………….34

dibidang kebudayaan, sehingga pada kesabaran dan ketulusan telah meluangkan


penelitian berikutnya budaya dan tradisi waktu untuk memberikan bimbingan, saran,
dapat dikembangkan dan memiliki dorongan, hingga penyelesaian arikel ini.
informasi yang dapat dipertanggung
jawabkan pada generasi mendatang. DAFTAR RUJUKAN
c. Diharapkan hasil penelitian ini, dapat
ditingkatkan hasinya untuk pengembangan Badudu. 2001. Kamus Umum Bahasa
ilmu pengetahuan menyangkut Indonesia. Jakarta: PT Integrafika.
pengembangan budaya. Hadikusuma, Hilman. (1990). Hukum
Adat.Jakarta: Bumi Aksara.
UCAPAN TERIMA KASIH Indra, dkk. 2011. Upacara Adat Perkawinan
Suku Kaili. Sulawesi Tengah.
Puji syukur penulis panjatkan ke Keraf. 1992. Bahasa, Konteks dan Teks:
hadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat dan Aspek-aspek Bahasa dalam pandangan
taufik-Nya sehingga penelitian ini dapat semiotic sosial. Yogyakarta: Gadjah
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah Mada University.
direncanakan. Shalawat dan salam semoga Minarti. 2012. Nilai Budaya Sastra Kaili
senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Dalam Prosae Petambuli Pada
Muhammad Saw, keluarganya serta para Perkawinan Di Desa Simbonu
sabahat dan pengikut setia hingga akhir Kecamatan Dolo Barat.Skripsi Sarjana
zaman. Artikel ini berjudul “Makna Simbolik pada FKIP UNTAD Palu: tidak
Sambulu Gana pada Upacara Perkawinan diterbitkan.
Etnik Kaili (Kajian Hermeneutika)”. Piere. 1990. Asas-asas dan susunana Hukum
Penulisan artikel ini, tidak akan mencapai Adat. Jakarta: Pradya Paramithan.
target sebuah karya tulis ilmiah tanpa Rini. 2012. Sambulugana Pada Upacara
bantuan dan arahan (petunjuk) dan berbagai Perkawinan Etnik Kaili Ledo di Desa
pihak khususnya, Bapak Dr. H. Gazali Simbonu diTinjau Dari Perspekti)
Lembah, M. Pd., dan Dr. Moh Tahir, Semiotik. Skripsi Sarjana pada FKIP
M.Hum., masing-masing sebagai ketua dan UNTAD Palu: tidak diterbitkan.
anggota tim pembimbing dengan penuh

Anda mungkin juga menyukai