Abstract
The problem of this research consist of two sub-problems. Those are, (1) What is the symbols
which found at the Sambulu Gana in wedding ceremony of kailinese ethnic, (2) what are the
meanings at the symbols Sambulu gana in wedding ceremony of kailinese ethnic. Design and kind
of this research can be categorized as a qualitative research with descriptive approach method.
There is the data of this research consist of two categorize, those are (1) symbols which found at
the sambulu gana in the wedding ceremony of kailinese ethnic. The technique of data accumulation
had done through three steps, they are : (1) direct observation, (2) interview, (3), documentation.
therefore, all of the data which found explained and investigated with conclude qualitative
descriptive analisys technique.
Keyword: The meaning of Sambulu Gana Symbolic of kailinese ethnic.
28
29 Bahasantodea, Volume 4 Nomor 3, Juli 2016 hlm 28-34 ISSN: 2302-2000
Walaupun kebudayaan kaili telah banyak umum), Pierce (Sabur, 2003 : 42).
berinteraksi dan bahkan mengkin mendapat Selanjutnya menurut Charles Sandrea Peirce
"benturan" dari kebudayaan-kebudayaan lain (dalam
yang datang dari luar dan tentunya hal ini di http://wawajuanaidi.blogspot.com?2009/10/d
sebabkan karena perkembangan dan efinisi-tanda-lambangdan-simbol html)
kemajuan masyarakat, namun disana-sini kita bahwa:
masih cukup dan merasa bangga di Simbol dapat menghantarkan seseorang
tampilkannya budaya kaili. Pada beberapa kedalam gagasan atau konsep masa depan
upacara seperti pada upacara perkawinan, maupun masa lalu. Simbol adalah gambar,
penerimaan tamu pemerintah dan sebagainya. bentuk, atau benda yang mewakili suatu
Sebagai orang kaili kita harus memlihara dan gagasan, benda, ataupun jumlah
melestarikan kebudayaan kaili dari pengaruh- sesuatu.Meski pun simbol bukanlah nilai itu
pengaruh yang datang dari luar. sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan
Kebudayaan adat istiadat yang untuk kepentingan penghayatan untuk nilai-
dilakukan oleh suku Kaili yaitu: (1) Adat nilai yang diwakilinya. Simbol dapat
Mokeso (asah gigi), adat Mokeso yaitu adat digunakan untuk keperluan apa saja,
upacara yang dilakukan kepada anggota misalnya untuk pengetahuan, kehidupan
keluarga yang usianya memasuki akil balik sosial, juga agama. Bentuk simbol tidak
(dewasa). Tradisi ini sudah berlangsung sejak hanya benda kasat mata, namun juga melalui
masa prasejarah dan dilakukan hingga gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan
sekarang oleh sebagian kelompok masyarakat salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal
suku kaili. Upacara adat ini menggunakan dengan bahasa simbol. Simbol merupakan
berbagai macam aksesoris atau alat-alat suatu obyek yang berfungsi sebagai sarana
seperti sanggori, tai jepa, kamonji, tai ganja, untuk mempersatukan sesuatu hal yang
jima uvalu, vinti (gelang kaki), lolandate, lola bersifat abstrak, misalnya burung merpati
mbuku, lola tapa pingga tarawatu, vatu pana sebagai simbol kedamaian.
dan mbesa. (2) Adat Nosaviraka (menaikkan Berdasarkan pendapat para ahli di atas
bayi dalam buaian atau ayunan), adat dapat disimpulkan bahwa simbol adalah
nosaviraka adalah adat selamatan bayi segala sesuatu yang bermakna, dalam arti dia
setelah bayi berumur empatbelas hari. mempunyai makna referensial. Suatu simbol
Perlengkapan atau alat-alat yang digunakan mengacu pada pengertian yang lain. Tanda
dalam upacara nosaviraka yaitu baki (talam), tidak mengacu pada pengertian yang lain.
pingga (piring makan), loja limpoku (talam Simbol berbeda dengan tanda. Tanda tidak
bulat), padupa (kemenyan), pemboli kaca mengacu pada apa-apa, sebuah tanda pada
tungka (tempat gelas raja), temboka dasarnya tidak bermakna dan tidak
(tempatcuci tangan), dan ompa (tikar). (3) mempunyai nilai.
Adat Nosuna (sunatan), yaitu adat upacara Adapun peralatan yang digunakan
yang dilakukan kepada anak laki-laki (ana dalam adat ini yaitu ladi posuna, pajananga
langgai) yang berusia duabelas tahun dan (lampu), kae putih (kain putih), pingga
pada anak perempuan (ana mombine) berusia (piring), baju poko (baju adat), buya sabe
tigapuluh hari. (sarung donggala), ponto ndate (gelang
Simbol adalah tanda yang panjang), dali toroe (anting-anting panjang).
menunjukkan hubungan antara tanda dan (4) Adat Nobalia (adat untuk menyembuhkan
petandanya. Simbol merupakan suatu tanda orang sakit), adat ini merupakan adat untuk
yang dapat melambangkan atau mewakili penyembuhan penyakit yang secara harflah
suatu benda lain secara arbiter berarti melawan setan dan melawan penyakit
dankonvensional (Berdasarkan kesepakatan kedalam tubuh manusia. Pelaksanaan upacara
Andiwa, Makna Simbolik Sambulugana Pada Upacara Perkawinan Suku Kaili ……………………………………….30
ini dipimpin oleh seorang tokoh adat yang dapat disimpulkan bahwa simbol adalah
dituakan (tina nu balia) dengan berpakaian segala sesuatu yang bermakna, dalam arti dia
seragam yang terdiri dari sarung, baju dari mempunyai makna referensial. Suatu simbol
kulit kayu, dan tutup kepala (siga). Upacara mengacu pada pengertian yang lain. Tanda
adat yang ke (5) Adat Upacara Sambulu tidak mengacu pada pengertian yang lain.
Gana, adat upacara sambulu gana adalah adat Simbol berbeda dengan tanda. Tanda tidak
yang terdiri dari beberapa benda dan mengacu pada apa-apa, sebuah tanda pada
peralatan yang terdiri dari sirih, pinang, dasarnya tidak bermakna dan tidak
gambir, kapur sirih, dan tembako. Adat mempunyai nilai.
sambulu gana terbagi lagi menjadi: adat Upacara adat terdiri dari dua kata,
sangu (adat satu), adat tatalu (adat tiga), adat upacara dan adat. Dalam kamus istilah
alima (adat lima), adat papitu (adat tujuh), Antropologi (dalam Nuryani, 2011: 16),
adat uvalu (adat delapan), dan adat sasio menjelaskan adat (custom) adalah wujud
(adat sembilan) atau dikenal dengan adat gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-
sambulu gana. Oleh karena itu, berdasarkan nilai, norma-norma hukum serta aturan-
uraian diatas penulis menarik kesimpulan dan aturan yang sama dengan yang lainnya
memilih menetapkan perlunya kajian tentang berkaitan menjadi suatu sistem yaitu sistem
Makna Simbolik Sambulu Gana pada budaya. Upacara adat dilakukan oleh
Upacara Perkawinan Etnik Kaili (Kajian masyarakat merupakan pencerminan semua
Hermeneutika) sebagai judul artikel ini. perencanaan dan tindakan yang diatur dalam
Makna dalam kamus Bahasa Indonesia, tata nilai luhur dan diwariskan secara turun-
dikatakan bahwa makna adalah pengertian temurun kemudian mengalami perubahan
yang diberikan pada suatu kebahasaan menuju kebaikan sesuai dengan tuntutan
(Depdiknas, 2003:703). Makna terbagi atas zaman.
dua bagian yakni makna tersurat dan makna Menurut Koentjaraningrat (1992:221)
tersirat. Makna tersurat adalah makna yang dalam setiap upacara kegamaan mengandung
nyata dari yang tertulis atau bahasa yang lima aspek yakni, tempat upacara, waktu
diucapkan disebut juga dengan denotasi. pelaksanaan upacara, benda-benda serta
Sedangkan makna tersirat adalah makna yang peralatan upacara, orang yang melakukan
tersembunyi dibelakang apa yang diucapkan atau memimpin jalannya upacara, dan orang-
atau dituliskan disebut juga dengan makna orangyang mengikuti upacara. Pada bagian
konotasi. yang sama, Koentjaraningrat (1992:223)
Sanafiah Faisal (1991:104) mengatakan bahwa sistem upacara di hadiri
mengemukakan bahwa "makna adalah satu oleh masyarakat berarti dapat memancing
istilah yang menunjukkan totalitas dan bangkitnya emosi keagamaan pada tiap-tiap
bertujuan tersusun dari rangkaian unsur- kelompok masyarakat serta pada tiap
unsur, elemen atau komponen yang individu yang hadir.
membentuk sesuatu arti tertentu. "Keyakinan Pengertian dari adat-adat tersebut, Ada
menunjukkan pada apa yang diketahui oleh sangu atau adat satu merupakan tiang adat
para anggota dari suatu sistem sosial tentang atau tiang induk dunia. Ada tatalu atau adat
dunia mereka. Sedangkan perasaan menunjuk tiga merupakan pembahasan adat. Ada alima
pada bagaimana perasaan terhadap anggota atau adat lima adalah sudah beragama atau
suatu sistem sosial tentang hal-hal, peristiwa- membawa agama. Ada papitu atau adat tujuh
peristiwa, tempat-tempat tertentu merupakan adat yang sudah menjadikan. Ada
memperdulikan cara mereka mempunyai cara uwalu atau adat delapan merupakan ada
seperti itu. ntana Kaili. Ada sasio atau adat sembilan
Berdasarkan pendapat para ahli di atas merupakan kesimpulan atau kesempurnaan
31 Bahasantodea, Volume 4 Nomor 3, Juli 2016 hlm 28-34 ISSN: 2302-2000
adat. Setiap memulai pembicaraan adat harus rancangan penelitian deskriptif kualitatif
dilakukan dengan meletakkan adat Sambulu sebagaimana pernyataan Soegiyono
gana sebagai penghantar bicara. (2010:281) yaitu, peneliti sebagai instrumen
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, utama (Human Instrumen). Dikatakan
dapat disimpulkan bahwa sambulu gana kualitatif karena berlatar alamiah,
merupakan adat-istiadat masyarakat kaili menggunakan manusia sebagai alat
yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, penelitian, bersifat deskriptif, dan
ada sangu, ada tatalu, ada alima, ada papitu, mementingkan proses dari pada hasil
ada uwalu dan ada sasio yaitu merupakan (Moleong, 2011:163).
kesimpulan atau kesempurnaan adat. Lokasi penelitian ini bertempat di desa
Tradisi penyampaian keinginan dari Pewunu Kabupaten Sigi Kecamatan Dolo
pihak calon pengantin pria dalam rangka Barat. Peneliti memilih lokasi penelitian ini
untuk melaksanakan pelamarandisebut berdasarkan atas tiga hal yakni: (1)
dengan tradisi notate dala atau nolobi. Kemudahan dalam pengumpulan data, (2)
Keseriusan tersebut ditindak lanjuti dengan Ketersediaan Informan-informan, dan (3)
membicarakan secara serius dengan orang Ketersediaan waktu. Penelitian ini dilakukan
tua. Sehingga orang tua dari calon pengantin mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan
pria bersepakat dan memutuskan untuk Desember 2015.
berkunjung dan bersilahturahmi dengan Teknik ini dimaksudkan untuk
orang tua atau keluarga calon pengantin mengadakan pengamatan langsung pada hal-
perempuan untuk menyampaikan maksud hal yang berkaitan erat dengan masalah yang
kedatangan yaitu, ingin melamar atau akan diteliti. Dalamkegiatan ini penulis
meminang. menitikberatkan pengamatan terhadap tata
Berdasarkan pendapat para ahli cara pelaksanaan sambulu gana dalam
diatas, dapat disimpulkan bahwa simbol- upacara perkawinan etnik kaili. Teknik ini
simbol dalam upacara tradisi diselenggarakan dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan
bertujuan sebagai sarana untuk menunjukkan langsung pada hal-hal yang berkaitan erat
semua maksud dan tujuan upacara yang dengan masalah yang akan diteliti.
dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Dalamkegiatan ini penulis menitikberatkan
Dalam simbol tersebut juga terdapat misi pengamatan terhadap tata cara pelaksanaan
luhur yang dapat dipergunakan untuk sambulu gana dalam upacara perkawinan
mempertahankan nilai budaya dengan cara etnik kaili. Wawancara yang dimaksud dalam
melestarikan. Simbol-simbol dalam upacara penelitian ini adalah bertanya jawab antara
yang diselenggarakan bertujuan sebagai peneliti dan para informan.Wawancara ini
sarana untuk menunjukan secara semu digunakan untuk mengumpulkan data yang
maksud dan tujuan upacara yang dilakukan berkaitan dengan sikap dan pandangan para
oleh masyarakat pendukungnya. informan tentang makna simbolik sambulu
gana pada perkawinan etnik kaili.
METODE Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model yang
Penelitian ini dikategorikan sebagai dikembangkan ole Miles dan Huberman
penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini (1992), melalui model ini, kegiatan analisis
berdasarkan pada beberapa prinsip data yakni: (1) Reduksi data, (2) Penyajian
metodologi yang digunakan pada data, data, (3) Penyimpulan/verifikasi, dan (4)
instrumen penelitian, sumber data, prosedur Triangulasi data. Meskipun keempat teknik
pengumpulan data, serta analisis data yang ini berbeda, namun proses pelaksanaannya
dianggap sesuai dengan karakteristik saling berkaitan antara satu dengan teknik
Andiwa, Makna Simbolik Sambulugana Pada Upacara Perkawinan Suku Kaili ……………………………………….32