Anda di halaman 1dari 8

Lastaria, Muhammad Tri Ramdhani, Arna Purtina.

SIMBOL BUDAYA MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI MUSEUM


BALANGA PALANGKA RAYA
SIMBOL BUDAYA MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI MUSEUM BALANGA
PALANGKA RAYA

Lastaria
Muhammad Tri Ramdhani
Arna Purtina

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Jalan RTA Milono, Km. 1.5 palangka Raya Indonesia,
Email: lastaria1213@gmail.com

Abstrak

Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju. Masyarakat Dayak Ngaju kaya
akan budaya dan adat istiadat. Namun, selama ini budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh
masyarakat Dayak Ngaju hanya disampaikan dari mulut ke mulut sehingga masyarakat Dayak Ngaju
tidak memiliki bentuk budaya dalam bentuk publikasi. Simbol merupakan bentuk cerminan budaya
suku Dayak Ngaju yang dapat dilihat dari benda-benda yang mengandung makna dan fungsi
berdasarkan kepercayaan budayanya. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
sedangkan metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik rekaman, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 4 benda yang mengandung simbol budaya, yaitu benda (a) uang logam, (b)
balanga (guci), (c) pasu, dan (d) mihing.

Kata Kunci: makna, fungsi, dan simbol.

Abstract

The indigenous people of Central Kalimantan are the Dayak Ngaju tribe. The Dayak Ngaju
community is rich in culture and customs. However, all this time the culture and customs of the Dayak
Ngaju people were only conveyed by word of mouth so that the Dayak Ngaju people did not have a
cultural form in the form of publications. The symbol is a reflection of the culture of the Dayak Ngaju tribe
which can be seen from objects that contain meaning and function based on their cultural beliefs. The
research approach uses a qualitative approach, while the research method uses descriptive methods. Data
collection techniques use recording techniques, interviews, observation, and documentation. Based on the
results of the study there were 4 objects containing cultural symbols, namely objects (a) coins, (b) balanga
(jars), (c) pasu, and (d) mihing.

Keywords: meanings, functions, and symbols.


Jurnal Hadratul Madaniah, Volume 9 Issue 2, Desember 2022. Page 52 – 59 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

PENDAHULUAN menginterpretasikan tindakan menurut


kebudayaan setempat. Kebudayaan menurut
Masyarakat Dayak Ngaju kaya akan
Ralp Linton (Asmito, 1988: 24-27) adalah
budaya dan adat istiadat. Namun, selama ini
“jumlah keseluruhan pengetahuan, sikap pola-
budaya dan adat istiadat yang dimiliki masyarakat
pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan
Dayak Ngaju hanya disampaikan dari mulut ke
yang dimiliki bersama dalam suatu masyarakat
mulut sehingga bentuk kebudayaan suku Dayak
tertentu yang diteruskan oleh anggota-anggota
Ngaju yang dipulikasikan sangat minim. Padahal
mayarakat itu kepada angkatan atau generasi
suku Dayak Ngaju merupakan suku induk
berikutnya”.
terbesar dari empat suku lainnya yang
Masyarakat Dayak Ngaju tidak hanya kaya
menempati DAS Kapuas. Dilihat dari klasifikasi
akan folklore lisan, dan sebagian lisan tetapi juga
sub suku Dayak Ngaju terdiri dari 53 anak suku;
kaya akan folklore yang bukan lisan. Folklore
suku Ma’anyan dengan 8 anak suku; suku
bukan lisan merupakan bagian dari benda-benda
Lawangan dengan 21 anak suku; dan suku Dusun
ada yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Ngaju
dengan 24 anak suku Riwut 1979 (dalam
sebagai bentuk kesenian di Kalimantan Tengah.
Harysakti, 2014: 73). Wujud dan bentuk
Adapun bentuk benda-benda yang dimiliki oleh
kebudayaan suku Dayak Ngaju dapat berupa
masyarakat Dayak Ngaju ialah benda-benda yang
verbal maupun non verbal. Budaya yang
pada umumnya mengandung nilai magis dan
berwujud verbal ataupun non verbal merupakan
mengandung simbol budaya. Harysakti, A., &
bagian dari kearifan lokal suku Dayak seperti
Mulyadi, L., (2014: 73) mengatakan bahwa
tradisi lisan atau berupa benda-benda
“simbol-simbol budaya dapat ditemui disetiap
peninggalan nenek moyang. Hal ini sejalan
perjalanan waktu kehidupan manusia, mulai dari
dengan pendapat Usop (2020: 90) bahwa “salah
kelahiran, kehidupan dan kematian, simbol-
satu bentuk dari wujud kebudayaan adalah
simbol ini banyak ditemukan pada berbagai
kearifan lokal masyarakat atau yang sering
macam ruang dan untuk mengkomunikasikan
disebut pengetahuan masyarakat lokal (local
adanya kekuatan supranatural dalam kehidupan
knowledge)”. Kearifan lokal merupakan
manusianya. Saifuddin, (2005: 290),
representasi dari nilai-nilai budaya lokal
mengungkapkan dalam suatu tulisan tentang
khususnya dalam tulisan ini berkenaan dengan
manusia sebagai makhluk yang mampu
budaya lokal dalam kebudayaan Dayak Ngaju.
menggunakan simbol, menunjuk pentingnya
Inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai budayanya
konteks dalam makna simbol. Manusia berfikir,
(core values), maka tidak dapat dipungkiri lagi
berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-
bahwa nilai-nilai merupakan patokan penilaian
ungkapan yang simbolis. Ungkapan-ungkapan
atau pedoman etika dan moral serta
53
Lastaria, Muhammad Tri Ramdhani, Arna Purtina. SIMBOL BUDAYA MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI MUSEUM
BALANGA PALANGKA RAYA
simbolis ini merupakan ciri khas manusia yang Kata-kata pada umumnya merupakan simbol.
membedakannya dari hewan. Putih dapat mewakili kebersihan, kesucian,
Wood (2000: 246) mengemukakan bahwa kepolosan. Makna-makna ini dibangun melalui
simbol dapat berbentuk verbal dan nonverbal. kesepakatan sosial atau melalui saluran berupa
Simbol dalam bentuk verbal, bisa berupa tradisi historis (Danesi, 2004: 44). Wellek dan
perumpamaan, pantun, syair, peribahasa, gerak Warren (1956: 236-242), mengungkapkan
tubuh, bunyi (lagu, musik), warna dan rupa bahwa simbol melahirkan satu aliran sastra,
(lukisan dan hiasan). Dalam hal ini yang biasa yaitu simbolisme.
digunakan oleh para tertua adat atau pemimpin Simbol memiliki ciri-ciri yang khas
adat (damang) suku Dayak Ngaju. seperti yang dikemukakan oleh Dillistone, F.W.
Simbol-simbol verbal tersebut mempunyai (1986 dalam Lastaria 2018: 65) simbol memiliki
makna, dan fungsi yang sudah disepakati dalam empat ciri utama ialah sebagai berikut.
masyarakat. Sementara itu, simbol nonverbal 1. Simbol bersifat figuratif yang selalu
terdapat dalam pelaksanaan adat direalisasikan menunjuk kepada sesuatu diluar dirinya sendiri;
dalam bentuk perlengkapan/ benda/barang dan 2. Simbol bersifat dapat diserap baik
yang menjadi tempat atau wadah perkumpulan sebagai bentuk objektif dan sebagai konsepsi
barang antik atau barang sejarah ialah Museum imajinatif;
Balanga, yang mana banyak terdapat benda- 3. Simbol memiliki daya kekuatan yang
benda yang unik dan menarik di dalamnya. melekat yang bersifat gaib, mistis, religius atau
Benda-benda yang ada di museum tersebut rohaniah; dan
merupakan bagian dari cerminan budaya 4. Simbol mempunyai akar dalam
Kalimantan Tengah. masyarakat dan mendapat dukungan dari
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam masyarakat.
pembahasan ini ialah bagaimana makna dan Simbol menurut Cassirer 1994 (dalam
fungsi simbol budaya masyarakat Dayak Ngaju Daeng, 2000: 80) dapat dikelompokkan menjadi
yang ada di Museum Balanga kota Palangka Raya? dua adalah sebagai berikut:
a. Simbol dalam benda numismatika; 1) Simbol tradisional adalah bersifat hakiki
b. Simbol dalam benda keramologika; dan untuk mempersatukan generasi demi generasi
c. Simbol dalam benda teknologika. dan mewujudkan nilai-nilai di dalam setiap
Teori simbol dikembangkan oleh Peirce kebudayaan khusus.
pada abad ke-18 dipertegas dengan munculnya 2) Simbol inovatif adalah simbol yang
buku The Meaning of Meaning, karangan Ogden memiliki sifat hakiki untuk mempertemukan
dan Richard pada tahun 1923. Simbol mewakili wakil-wakil dari pelbagai kebudayaan dan untuk
sumber acuannya dalam cara yang konvensional.
Jurnal Hadratul Madaniah, Volume 9 Issue 2, Desember 2022. Page 52 – 59 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

mengungkapkan segi-segi pandangan baru dalam sebagai sistem mediasi, (5) sebagai sistem
semua kebudayaan. praktik, dan (6) sebagai sistem partisipasi.
Makna simbol menurut teori Blummer
(dalam Sobur, 2004: 199) bahwa ia berasumsi METODOLOGI
dalam tiga premis utama, yaitu: (a) Manusia Metode yang digunakan dalam penelitian
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna- ini ialah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian
makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka; yang akan berusaha membuat gambaran secara
(b) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial cermat dan mendalam tentang penggunaan
yang dilakukan dengan orang lain; dan (c) Makna- simbol budaya masyarakat Dayak Ngaju yang ada
makna tersebut disempurnakan disaat proses di Museum Balanga Palangka Raya. Penelitian ini
interaksi sosial sedang berlangsung. berpusat pada simbol nonverbal, yang di
Simbol menurut Firth (dalam Dillistone, fukosnyakan pada tiga benda, seperti benda
2002: 102) simbol memiliki fungsi yang sangat numismatika, benda keramokologika, dan benda
penting dalam urusan-urusan manusia, yakni: (1) teknologika. Selain itu, pendekatan yang
simbol digunakan manusia untuk menafsirkan digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif
realitas, (2) simbol digunakan untuk untuk mengumpulkan data dengan cara bertatap
merekonstruksi realitas, (3) simbol digunakan muka langsung dan berinteraksi dengan orang-
untuk menciptakan tatanan, dan (4) simbol orang ditempat penelitian atau yang menjadi
berfungsi untuk dianggap pertama-pertama informan penelitian. Pendekatan kualitatif tidak
bersifat intelektual. Dengan kata lain, pandangan menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi
Firth tentang fungsi simbol adalah simbol dapat lebih menekankan pada segi kualitas secara
menjadi sarana untuk menegakkan tatanan alamiah karena menyangkut pengertian, konsep,
sosial, untuk mengugah kepatuhan sosial, dan nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek
juga dapat memenuhi suatu fungsi yang lebih penelitian (Kaelan, 2002: 5). Dengan penelitian
bersifat privat dan individual. Mencermati pikiran kualitatif, data yang diharapkan lebih lengkap,
Firth tentang fungsi simbol jika dihubungkan mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga
dengan realitas masyarakat Dayak Ngaju. tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.
Sehubungan dengan itu, pandangan Firth HASIL PENELITIAN DAN
dikolaborasikan dengan pandangan Duranti 2008 PEMBAHASAN
dalam (Darmojo, 2005: 42) bahwa budaya 1. Simbol dalam Benda Numismatika
sebagai sistem simbol memiliki peranan yang Koleksi numismatika yang terdapat di
penting yang memiliki enam fungsi, yakni: (1) Museum Balanga berupa mata uang atau alat
sebagai sesuatu yang berbeda dari alam, (2) tukar (token) yang sah. Berdasarkan hasil
sebagai pengetahuan, (3) sebagai komunikasi, (4) penelitian terdapat satu benda numismatika yang

55
Lastaria, Muhammad Tri Ramdhani, Arna Purtina. SIMBOL BUDAYA MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI MUSEUM
BALANGA PALANGKA RAYA
ada di Museum Balanga Palangka Raya, yaitu uang ringgit biasa digunakan dalam proses
Duit Logam (Uang Logam). kelahiran bayi untuk memotong tali pusatnya.
2. Simbol dalam Benda Keramologika
Duit Logam (Uang Logam) Keramologika adalah koleksi yang dibuat
Uang logam tidak hanya bagian dari mata dari bahan tanah liat yang dibakar (bekedclay)
uang rupiah sebagai alat tukar menukar barang berupa barang pecah belah. Berdasarkan hasil
atau jasa. Namun, masyarakat dayak Ngaju penelitian terdapat dua jenis benda
meyakini bahwa uang logam tersebut mampu keramokologika yang terbuat dari tanah liat,
memberikan kekuatan atau menyimbolkan yaitu balanga (guci), dan pasu. Adapun simbol
kekuatan magis bagi pemiliknya ketika digunakan dari dua benda ini ialah sebagai berikut.
dalam upacara ritual berlangsung. Dalam upacara Balanga (guci)
pernikahan uang logam digunakan sebagai duit Balanga atau yang biasa dikenal sebagai guci.
turus pelek (uang jujuran) menyimbolkan Balanga ini memiliki nilai yang tinggi dan juga
kesungguhan hati seorang laki-laki untuk kedudukan yang tinggi pula bagi masyarakat
menjadikan perempuan tersebut sebagai istrinya, Dayak Ngaju karena diaggap sebagai benda yang
sedangkan dalam upacara Manajah Antang uang memiliki kekuatan magis. Selain itu, dikatakan
logam (berupa duit ringgit) menjadi bernilai tinggi karena dibuat dari tanah liat,
perlengkapan upacara tersebut yang biasa begitu juga manusia diciptakan dari tanah, maka
disebut tekang hambruan (penyemangat diri). guci dianggap sama halnya dengan manusia. Oleh
Dalam Upacara Manajah Antang uang logam karena itu, simbol dari balanga pada umumnya
merupakan simbol dari “singah” (cahaya) yang dipakai sebagai simbol pengharapan kepada
memancarkan sinar yang terang sehingga semua Tuhan atau leluhur, manusia dan makhluk lainnya
itu akan tampak jelas bagi Ranying Hatalla dan di dunia. Balanga yang bercorakan naga
para leluhur agar selalu dalam perlindungannya. menyimbolkan kekuatan megis. Sedangkan,
Uang logam ini berfungsi sebagai alat mediasi dalam upacara kematian, balangan
atau pelengkap bagi tukang tawur dan tukang menyimbolkan bentuk penghormatan kepada
balian agar terhindar dari pengaruh jahat atau arwah si mati. Balanga tersebut dipercayai
pengaruh buruk. Oleh karena itu, uang logam berasal dari alam atas (lewu sangiang). Balanga
tersebut dipercaya mampu menguatkan jiwanya. (guci) tidak hanya ada di wilayah Kalimantan
Dalam acara pernikahan duit logam ini bisa Tengah melainkan diseluruh manca negara.
disebut sebagai duit turus pelek yang berfungsi Menurut kepercayaannya balanga ini memiliki
untuk mengikat sepasang laki-laki dan kekuatan magis. Oleh karena itu, benda ini
perempuan. Selain itu, ada juga uang logam atau sering digunakan sebagai benda upacara yang
berhubungan dengan pemujaan roh nenek
Jurnal Hadratul Madaniah, Volume 9 Issue 2, Desember 2022. Page 52 – 59 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

moyang, seperti gerabah kubur, menyimpan ari- cengkung. Pasu menyimbolkan kebahagiaan bagi
ari, dan sebagainya. Masyarakat Dayak Ngaju di seluruh keluarga atas kelahiran seorang bayi ke
Kalimantan Tengah mempercayai bahwa balanga dunia. Pasu ini berfungsi untuk memandikan bayi
adalah manipestasi dari sebuah guci yang disebut yang baru lahir.
lalang tambangap langit (guci yang memiliki 3. Simbol dalam Benda Teknologika
bagian mulutnya lebar). Teknologika adalah koleksi benda yang
Umumnya balanga ini berfungsi sebagai menggambarkan perkembangan teknologi yang
tempat menyimpan air minum dan makan. menonjol berupa peralatan dan atau hasil
Namun, dalam pelaksanaan upacara, balanga produksi yang dibuat secara massal oleh suatu
befungsi sebagai benda untuk upacara. Misalnya, industri/pabrik. Berdasarkan hasil penelitian
dalam upacara tiwah, balanga ini berfungi untuk terdapat satu benda teknologika yang menjadi
menyimpan tempat tulang-belulang manusia yang simbol budaya di Museum Balangka Palangka
sudah ditiwah sebagai bentuk penghormatan Raya, yaitu mihing.
kepada si mati dengan ditempatkannya di dalam
benda yang berharga. Dalam upacara kelahiran, Mihing (alat menangkap ikan)
balanga berfungsi sebagai tempat menyimpan ari- Mihing adalah alat menangkap ikan yang
ari bayi yang baru lahir. Sebelum ari-ari tersebut dibuat secara tradisional yang diyakini mampu
dimasukkan dalam balanga, ari-arinya terlebih menarik perhatian ikan, sehingga ikan tersebut
dahulu dicampuri garam, asam dan rempah berdatangan dan masuk ke dalam mihing. Mihing
rempah secukupnya kemudian ditanam di bawah merupakan salah satu benda budaya Kalimantan
pohon besar, yang dipercaya oleh masyarakat Tengah yang sudah hampir punah. Mihing ini
sekitarnya kelak si bayi akan menjadi manusia menyimbolkan kesukaran dalam kehidupan atau
yang sukses, kaya, dan mempunyai kedudukan perjuangan yang sulit dalam menjalani sebuah
penting dalam lingkup pemerintahan atau dalam kehidupan sama seperti rumitnya pembuatan
masyarakat. Pada upacara perkawinan, balanga mihing karena dalam pembuatan mihing tidaklah
berfungsi sebagai salah satu mas kawin karena mudah. Mihing berfungsi untuk menangkap ikan
balanga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan yang diyakini oleh masyarakat Hindu, Kaharingan
juga dipercaya bahwa guci tersebut merupakan bahwa mihing pembawa rezeki, baik di dunia
benda yang diciptakan oleh makhluk suci. fana ataupun di alam baka. Teknik pembuatan
mihing tentunya tidaklah mudah dan harus
Pasu melalui beberapa tahap, dimula dari tahap
Pasu adalah benda yang bernilai tinggi yang persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
terbuat dari kemarik dengan bentuk bulat Bentuk mihing dibuat seperti perahu dengan
gemuk, mulut melebar, dan bibir bagian tas yang terdapat bagian kemudi dan haluan.
membalik ke dalam dan dasar luar berbentuk Dibagian haluan mihing diletakkan sapundu, batu,
57
Lastaria, Muhammad Tri Ramdhani, Arna Purtina. SIMBOL BUDAYA MASYARAKAT DAYAK NGAJU DI MUSEUM
BALANGA PALANGKA RAYA
bangkat, bandan, dan pangkar badarai, sedangkan (b) Balangan dalam upacara kematian
dibagian belakang atau buritan dibuat seperti menyimbolkan bentuk penghormatan kepada
anjungan, dan dipasang baling-baling seta arwah si mati.
bendera berwarna merah, putih, dan kuning, (2) Pasu merupakan simbol kebahagiaan dan
serta suling riwut untuk mengetahui arah mata rasa syukur bagi seluruh keluarga atas atas
angin. Dibagian tengah mihing terdapat tiang, kedatanagan anggota keluarga yang baru.
guci, dan jongkok balida. 3. Mihing tergolong dalam benda
KESIMPULAN teknologika yang mengandung simbol kesukaran
Bendasarakan hasil penelitian terdapat hidup atau perjuangan yang sulit dalam menjalani
tiga penggolongan benda, yaitu benda sebuah kehidupan sama seperti rumitnya
numismatika, benda keramokologika, dan benda pembuatan mihing.
teknologika. SARAN
1. Uang logam tergolong dalam benda Dalam penelitian ini tidak banyak benda
numismatika yang mana tidak hanya bagian dari yang ditemukan peneliti saat menggali data di
mata uang rupiah sebagai alat tukar menukar lapangan hal ini dikarena benda-benda yang
barang atau jasa. Namun, menyimbolkan dipajang pada koleksi umum hanya terbatas.
kekuatan magis bagi pemiliknya ketika digunakan 1. Bagi pembaca dan masyarakat, kenalilah
dalam upacara ritual berlangsung. budayamu sebelum mempelajari budaya orang
(a) Dalam upacara pernikahan uang logam lain, dan lestarikan budayamu sebelum terkikis
sebagai duit turus pelek (uang jujuran) oleh perkembangan zaman.
menyimbolkan kesungguhan hati seorang laki- 2. Bagi pemerintah setempat dan pihak
laki untuk menjadikan perempuan tersebut museum, agar bisa menambahkan benda-benda
sebagai istrinya. koleksi yang ada di Museum Balangan sehingga
(b) Dalam upacara Manajah Antang uang menambah bahan kajian dibidang penelitian agar
logam (berupa duit ringgit) simbol dari “singah” tetap terlestarikan melalui bahan bacaan.
(cahaya) yang memancarkan sinar yang terang. Tentunya dengan memperhatikan jumblah
2. Balanga (guci), dan pasu tergolong dalam karyawan terlebih dahulu untuk mengelola
benda keramokologika. Museum tersebut agar pengelolaannya lebih
(1) Balanga, pada umumnya sebagai simbol maksimal dan benda-benda dibagian koleksi lebih
pengharapan kepada Tuhan atau leluhur, lengkap dan terawat.
manusia dan makhluk lainnya di dunia.
(a) Balanga bercorakan naga menyimbolkan DAFTAR PUSTAKA
kekuatan megis. Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia.
Jakarta: PLPTK Depdikbut.
Jurnal Hadratul Madaniah, Volume 9 Issue 2, Desember 2022. Page 52 – 59 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

Daeng, Hans J. 2000. Manusia, Kebudayaan Ngaju di Museum Balanga Palangka Raya.
dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis. Anterior Jurnal, 1 (18), 64-70.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. Sobur, Alex. 2004. Simiotika Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda dan Saifudin, A.F. 2005. Antropologi
Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika Kontemporer (Suatu Pengantar Kritis Mengenai
dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Paradigma). Jakarta: Kencana Prenada Media
Dharmojo. 2005. Simbol dalam Pertunjukan Group.
Munaba Waropen Papua. Malang: Universitas Tjilik Riwut, 1979. Maneser Panatau Tatu
Negeri Malang. Hiang. Yogyakarta: Pusaka Lima.
Dillistone, F.W. 2002. Daya Kekuatan Simbol: Usop, L. S. (2020). Peran Kearifan Lokal
The Power of Simbolis. Yogyakarta: Kanisius. Masyarakat Dayak Ngaju untuk Melestarikan
Harysakti, A., dan Mulyadi, L. 2014. Pahewan (Hutan suci) di Kalimantan Tengah.
Penelusuran Genius Loci Pada Permukiman Suku Enggang: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni,
Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Spectra, 12 dan Budaya, 1 (1), 89-95.
(24). Wellek, Rene & Austin Warren. 1989. Teori
Lastaria., Muhammad Tri Ramdhani, dan Kesusastraan, terjemahan Muliani Budianta.
Indah T.H. 2018. Makna dan Fungsi Simbol Jakarta: PT.Gramedia.
Biologika Menurut Budaya Masyarakat Dayak

59

Anda mungkin juga menyukai