Anda di halaman 1dari 27

NILAI SOSIAL DALAM TRADISI BATALAM

PADA BULAN MAULID DI DESA BANGKILING


KEC BENUA LAWAS

OLEH:
Hikmah Herliana (20.11.20.0112.00691)
Jannatul Janah (20.11.20.0112.00696)
Siti Fatimah (20.11.20.0112.00773)
Siti Hartati (20.11.20.0112.00775)
Silvya Almawaddah (20.11.20.0112.00770)
Yuna Nor Israida (20.11.20.0112.00795)

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
AMUNTAI
2022
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Fokus Penelitian...............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4

D. Kegunaan Penelitian........................................................................................5

E. Difinisi Oprasional...........................................................................................5

F. Penelitian Terdahulu.........................................................................................7

G. Sistematika Penulisan....................................................................................11

BAB II....................................................................................................................12

(KERANGKA TEORITIS)......................................................................................12

A. Hakikat Nilai ..............................................................................................12

B. Tradisi Batalam...........................................................................................16

BAB III..................................................................................................................17

METODE PENELITIAN.......................................................................................17

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................17

B. Lokasi Penelitian.........................................................................................17

C. Data dan Sumber Data................................................................................17

D. Prosudur Pengumpulan Data.......................................................................18

E. Analisis Data...............................................................................................22

F. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................................-

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makan Batalam adalah tradisi makan besar bersama masyarakat desa


dalam merayakan hari peringatan maulid. Ini dilakukan selain merayakan maulid
nabi, juga menjalin silaturrahmi dengan masyarakat untuk memperkuat tali
persaudaraan dan ukhuah islamiah. Makanan yang disajikan akan disantap setelah
beberapa rangkaian acara dilaksanakan seperti pembacaan syair maulid, ceramah
agama dan pembacaan do’a selesai.

Seperti halnya tradisi makan batalam pada suku Banjar yang ada di Desa
Bangkiling Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Tradisi makan batalam itu sendiri merupakan suatu kearifan lokal yang memiliki
nilai dan makna tersendiri khususnya bagi masyarakat Desa Bangkiling. Di
wilayah kecamatan Banua Lawas sendiri hanya tiga desa yang melakukan tradisi
ini yakni desa Hapalah, Bangkiling dan Bangkiling Raya.

ii
Rangkaian kegiatan batalam biasanya dimulai sejak pagi hari sekitar pukul
tujuh pagi. Setiap rumah melantunkan syair-syair sholawat dengan alat yang
disebut gendang dan dikenal dengan nama maulid habsyi. Setelah maulid
dilakukan dirumah-rumah, biasanya masyarakat berkumpul di sebuah mesjid
untuk kembali melantunkan sholawat dan syair-syair maulid. Kegiatan dilanjutkan
dengan ceramah agama yang disampaikan oleh tuan guru. Cermah agama yang
biasa disampaikan ketika bulan maulid juga tidak jauh dari cerita-cerita kehidupan
Rasulullah SAW. yang merupakan suri tauladan umat muslim.

Dalam tradisi makan batalam ini yang menjadi pembeda dengan


masyarakat lainnya, ada pada cara penyajian makanannya. Yang mana makanan
disajikan dengan lauk dan porsi yang sama oleh warga didalam talam atau
nampan besar tersebut. Talam atau nampan itu berisi lauk pauk yang terdiri dari
atas masakan ayam atau bebek bakar (bapanggang), lengkap ditambah dengan
kuah sup, kecap, lombok dan potongan jeruk nipis. Satu nampan atau talam
dihidangkan untuk bisa dinikmati secara bersama-sama antara empat hingga enam
orang dewasa, dan tujuh hingga delapan untuk anak-anak.

Dalam prosesnya warga membawa beberapa nampan ke masjid di mana


acara dilaksanakan untuk disumbangkan. Adapun makan Batalam ini hanya
diperuntukkan untuk laki-laki saja, perempuannya tetap berada di rumah yang
mana mengadakan acara.1

Dalam pembahasan yang sama mengatakan bahwa kegiatan Maulid di


Desa Bangkiling yang dilaksanakan tiap tahun tersebut, turut jadi perhatian
pemerintah daerah setempat melalui Disosbudpar setiap tahunnya selalu
menyisihkan anggaran khusus bagi lancarnya momen tersebut, dengan harapan
dapat menjadi salah satu daya tarik wisata tersendiri di Kabupaten Tabalong.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Merupakan peristiwa bersejarah


bagi umat Islam. Tradisi maulid Nabi adalah sebuah perayaan kegiatan keagamaan
yang dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad

1
Hasil Wawancara dengan Ibu SM. Pada Tanggal 17 Oktober 2022, Hari Senin, Jam 15:35

iii
SAW, sebagai bentuk wujud dan rasa cinta umat kepada Sang Nabi. Tradisi ini
banyak dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia, dan bahkan dalam tradisi maulid Nabi juga bisa menjadi sarana
permesatu dan sangat berpengaruh didaerah sekitarnya.

Maulid Nabi merupakan Salah satu fenomena keberagamaan yang sering


kita jumpai diindonesia dan dilaksanakan secara turun-temurun dengan cara yang
berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu fenomena keberagamaan inipun berubah
menjadi sebuah tradisi yang rutin diadakan. Dan pada akhirnya tradisi ini pun
dapat mempengaruhi kearifan lokal daerah sekitarnya dan menyebabkan
sekelompok masyarakat luas ikut terlibat dalam pelaksanaan tradisi tersebut.

Tradisi merupakan sesuatu yang telah diwariskan oleh para pendahulu atau
nenek moyang secara turun temurun baik berupa Kebiasaan, simbol, prinsip,
material, benda maupun kebijakan. Akan tetapi tradisi yang telah diwariskan
tersebut bisa juga berubah ataupun tetap bertahan asalkan tradisi tersebut masih
sesuai dan juga relevan dengan situasi, kondisi serta seiring dengan perubahan
jaman.2

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan dan


tradisi, pakar kebudayaan membagi budaya yang ada di Indonesia kedalam tiga
kategori,yaitu kategori pertama, adalah tradisi yang disebut asli yakni tradisi yang
tingkat keasliannya relative tinggi karena ia merupakan keberlanjutan jaman
animisme. Kategori kedua, merupakan tradisi dari jaman animisme yang
terkontaminasi oleh agama-agama /kepercayaan yang pernah berinteraksi dengan
tradisi tersebut. Kategori ketiga, adalah tradisi yang berbasis agama namun
terpengaruh atau diwarnai oleh akar budaya yang telah eksis sebelumnya.

Tradisi ini juga sudah merambah ke dalam masyarakat daerah, bahkan


maulid nabi ini pun bukan hanya menjadi sebuah tradisi perayaan sebagai bentuk
rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW saja, akan tetapi sudah menjadi budaya
masyarakat yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya
2
Ainur Rofiq, “Tradisi Slametan Jawa Dalam Perspektif Pendidikan Islam,” At takwa Jurnal Ilm
Penidikan Islam 15, no. 2 (2019): h. 97.

iv
dalam cangkupan yang luas yang di lakukan secara turun-temurun dalam
masyarakat .

Tradisi dalam masyarakat senantiasa tidak terlepas dan mengandung


unsur-unsur kearifan lokal didalamnnya, yang didapatkan dari proses yang cukup
panjang dan dilakukan secara turun-temurun di suatu masyarakat. Kearifan lokal
merupakan bentuk etika lingkungan yang ada pada siklus kehidupan masyarakat.
Pada tataran ini kearifan lokal merupakan bagian yang nyata dari bentuk
implementasi/penerapan dari etika lingkungan itu sendiri.

Hakikat tradisi maulidan, dengan berbagai macam ekspresi, tidak dapat


dilihat hanya pada dimensi ritualnya saja, tetapi juga dari dimensi budaya bangsa
yang harus dilestarikan. Peringatan demi peringatan dilakukan setiap tahun dan
berlaku secara turun temurun. Bahkan peringatan ini telah menjadi tradisi
sehingga tidak bisa dipisahkan dalam proses keagamaan bagi masyarakat.
Indonesia yang terdiri dari ribuan suku Bangsa dan memiliki bahasa dan budaya
yang berbeda-beda. Membuat perayaan Maulid Nabi di Indonesia memiliki
perbedaan dan keunikan tersendiri disetiap daerah. Biasanya perayaan Maulid
Nabi dimasing-masing daerah dilaksanakan sesuai dengan adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat yang ada di daerah tersebut.3

B. Fokus Penelitian

Setelah Menjabarkan Latar Belakang Masalah Dalam Penelitian. Adapun


Fokus yang Dapat Diuraikan dalam Penelitian, Yakni:

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Makan Betalam pada Bulan Maulid di


Desa Bangkiling, Kec Benua Lawas?
2. Apa Nilai Sosial dalam Proses Makan Betalam Pada Bulan Maulid di desa
Bangkiling Kec Benua Lawas?

3
Ja'far Murtadha al-Amaly, Perayaan Haul Dan Hari-Hari Besar Islam Bukan Suatu Yang Haram
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), h.21.

v
C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan tak lepas dari sebuah tujuan dari penelitian.
Maka dari itu penelitian ini memiliki sebuah tujuan, adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Bagaimana awal mula adanya makan betalam pada bulan maulid
di desa Bangkiling
2. Menganalisis Nilai Sosial dalam Proses Penyajian Makan Betalam pada bulan
maulid di desa Bangkiling

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis


a. Hasil Penelitian Ini dapat Menambah Pengatahuan Tentang Kebudayaan
Sejarah Makan Betalam.
b. Penelitian ini di harapkan mampu menjadikan tambahan pengatahuan
bagi peneliti dan pembaca tentang nilai-nilai sosial makan betalam pada
bulan maulid.
2. Kegunaan secara praktis
a. Hasil Penelitian ini diharapkan Gambaran Bagaimana Nilai-Nilai Sosial
Yang Di Warisi dari Kebiasaan Makan Betalam dalam Merayakan Bulan
Maulid.
b. Hasil Penelitian ini Juga Memberikan gambaran Bagaimana
Menimbulkan Rasa Kebersamaan Antar Umat Islam Seperti Komonikasi,
Gotong Royong,dan Kerja Sama. dalam Budaya Makan Betalam.

E. Definisi Operasional/Istilah

Dalam memberikan kesamaan pandangan dan menghilangkan perbedaan


pemahaman terhadap beberapa kata atau kalimat yang menjadi inti judul
penelitian ini, maka penulis menjelaskan beberapa penegasan isitlah sebagai
berikut:

1. Nilai sosial

vi
Nilai sosial adalah nilai yan mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindakan
dan hidupsesial manusia dalam melangsungkan, mempertahankan dan
mengembangkan hidup sosial manusia. Nilai sesial meruoakan norma yang
mengatur hubungan manusia dalam hidup berkelompok.4

2. Tradisi

Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau kebiasaan
yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat. Tradisi
menurut Esten adalah kebiasaan tutun temurun sekelompok masyarakat
berdasarkan nilai budaya masyarakat tang bersangkutan.5

3. Makan Betalam
Nampan menurut KBBI adalah tempat untuk menyajikan makanan atau
minuman, yang terbuat dari kayu, logam, dan sebagainya, ada yang berkaki
dan ada yang bertelinga; baki ;talam; dulang. 6 Orang banjar biasa menyebutnya
dengan makan betalam.

4. Bulan Maulid

Maulid Nabi merupakan tradisi umat islam yang turun temurun selama berabad
abad dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Nabi
yang diutus oleh Allah yang menurut kalender hijriyah lahir tepat pada tanggal
12 Rabiul awal (22 april 571 M). Dialah seorang Nabi yang dilahirkan oelh
perempuan yang bernama Aminah, keturunan bani Quraisy Mekah.7

F. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Junita Sihombing dan Erianjoni


Dengan judul batalam tradisi makan: sistem lokal nilai kebijaksanaan dalam
4
Zherry Putria Yanti M.Pd, APRESIASI PROSA (Teori dan Aplikasi) (CV Literasi Nusantara Abadi,
2022), h. 83.
5
I. Gusti Ayu Ratna Pramesti Dasih and Ida Anuraga Nirmalayani, Komunikasi Budaya dalam
Tradisi Tatebahan di Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem (Nilacakra,
2021), h. 12.
6
“Hasil Pencarian - KBBI Daring,” accessed November 12, 2022,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nampan.
7
M. Zidni Nafi`, Menjadi Islam, Menjadi Indonesia (Elex Media Komputindo, 2018), h. 192.

vii
wisata suku banjar desa paluh manan kecamatan hamparan perak kabupaten deli
serdang, sumatera utara. Tradisi merupakan unsur-unsur dari kebudayaan
universal dan kebudayaan itu sendiri merupakan keseluruhan dari pikiran dan
hasil karya manusia. Selain itu tradisi juga merupakan kebiasaan yang dilakukan
turun-temurun oleh masyarakat disetiap tempat yang berbeda-beda yang wajib
dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat setempat. Seperti halnya tradisi makan
batalam pada suku Banjar yang ada di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tradisi makan batalam itu sendiri
merupakan suatu kearifan lokal yang memiliki nilai dan makna tersendiri
khususnya bagi suku Banjar.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrispsikan perkembangan tradisi


makan batalam pada suku Banjar, mengidentifikasi makna yang terdapat dalam
makan batalam tersebut dan mengidentifikasi nilai-nilai apa saja yang terkandung
dalam tradisi makan batalam pada suku Banjar serta upaya pewarisan nilai kepada
generasi muda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara secara
mendalam (depth interview) dan studi dokumentasi yang diperoleh secara tertulis
maupun lisan. Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa tradisi makan
batalam itu sendiri hingga saat ini masih dipertahankan dalam berbagai ritual adat
khususnya dalam acara pernikahan dan bahkan di wariskan secara turun-temurun
kepada generasi muda sebagai kearifan lokal dengan harapan tradisi tersebut tidak
hilang digerus oleh zaman, sehingga makna dan nilai-nilai yang terdapat dalam
makan batalam tersebut dapat dimaknai dengan baik dan kemudian nilai-nilai
yang terkandung dalam tradisi makan batalam itu seperti nilai kehormatan,
kebersamaan, gotong-royong, kesopanan dan kepedulian dalam kehidupan sehari-
hari masih tetap diterapkan dan menjadi pedoman hidup.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abd. Asis Tjake dengan judul : Tradisi
Maulid Nabi pada masyarakat Bugis dikelurahan Ponrangae Kabupaten Sidrap
(Tinjauan nilai pendidikan Agama Islam) Peringatan maulid di suku Bugis lebih

viii
dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah Ma Maulu‟. Acara ma maulu‟ ini
pada umumnya sama dengan peringatan maulid Nabi Muhammad saw di daerah
lain. Wakil Ketua Pengurus Masjid Ansar Ponrangae Bapak Muh. Yunus
menyebutkan sedikit gambaran ciri khas bugis dalam perayaan Maulid Nabi:
Seperti masyarakat bugis lainnya, di Ponrangae kita adakan di masjid, terus ada
telur dihias di pohon pisang. Sekarang adami yang pakai ranting pohon, besi, atau
yang dibeli. Cantik-cantik semua hiasannya baru ada juga sokkonya. Lisu
namanya itu, nabungkus i daun pisang. Sekarang adami pake kotak-kotak plastik
saja, ada kerupuk juga nagantung. Tapi yang pokok itu hikmah maulidnya, kita
datangkan ustadz untuk sampaikan ilmu dan akhlak Rasulullah kepada hadirin.

Acara manmaulu‟ akan diisi hikmah Maulid dengan ceramah agama


Tentang kehidupan, perjuangan, dan akhlak Nabi Muhammad saw serta kisah Dan
peristiwa yang sekiranya dapat dipetik dan diambil hikmahnya. Yang Menjadikan
ma maulu‟ beda dari tradisi yang lain adalah adanya hiasan telur Rebus dihiasi
warna warni dengan kertas minyak yang ditusukkan kemudian Digantungkan
pada bilah bambu yang lalu ditancapkan pada batang pohon Pisang. Biasanya
batang pohon pisang yang telah ditancapkan telur-telur akan Diberi wadah di
bawahnya berupa ember kecil atau bungkusan daun pisang Berpola segi lima atau
enam yang berisikan songkolo atau sokko (beras ketan Yang telah dimasak) yang
biasa disebut lisu. Pada akhir acara, telur Dan lisu tersebut akan diberikan kepada
tamu-tamu yang diundang seperti Pejabat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
selebihnya akan dibagikan Kepada jamaah yang telah hadir.8

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanni Fitriyani Marasabessy dengan


judul : TRADISI MANIAN (Studi Bentuk dan Dampak Tradisi Manian dalam
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Negeri Kailolo Kabupaten Maluku
Tengah)

Tradisi Manian dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Negeri


Kailolo sampai saat ini masih di lestarikan Karena memiliki Fungsi yang sangat

8
ABD. ASIS TJAKE, “Tradisi Maulid Nabi Pada Masyarakat Bugis Di Kelurahan Ponrangae
Kabupaten Sidrap (Tinjauan Nilai Pendiidikan Agama Islam)” (Parepare, Tarbiyah, 2021).

ix
baik bagi Masyarakat setempat, yakni dalam hal Mempererat Silaturahim dan
saling Membagikan Rizki kepada masyarakat Setempat (dari marga lain).

Dalam adat orang Hatuhaha tradisi Manian hanya ada di Negeri Kailolo,
Sedangkan di Negeri Pelauw, Kabauw dan Rohmoni tidak ada, yang ada hanya
tradisi Ar-ruh yang artinya Jiwa atau ruh. Tradisi Ar-ruh atau bahasa kasarnya
Arroha ini di Laksanakan sama dengan pelaksanaan tradisi Manian di Negeri
Kailolo, yaitu acara Ritual Yang secar rutin di laksanakan setiap tahun Pada acara
Maulid Nabi Muhammad SAW, Banyak perbedaan dalam melaksanakan Ritual
Adat ini, Tradisi Ar-ruh atau Arroha Tujuannya untuk berbuat amal bagi
Keselamatan jiwa mereka sekaligus Mendoakan umat Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Tradisi Manian tujuannya untuk Bersalawat kepada Nabi Muhammad
SAW Dan mendoakan Nabi Muhammad SAW dan Keturunannya serta
menceritakan kepada anak Cucu tentang sosok Syeik Zainal Abidin Sebagai
penyebar Agama Islam di Hatuhaha Yang mempunyai turunan di Negeri Kailolo
Yaitu turunan Marasabessy, serta menjalin Silahturahmi sesama masyarakat
Negeri Kailolo dan saling berbagi rezeki dalam hal Panganan.

Terbentuknya Tradisi Manian ini Sudah lama sekali yaitu sejak Syeik
Zainal Abidin harus meninggalkan istri dan anaknya Demi menyiarkan Agama
Islam di berbagai Penjuru atau daerah lainnya, karena beliau Adalah seorang
Mubaligh atau penyiar Agama Islam yang berasal dari Hadramaut atau Negeri
Arab, maka di adakannya Tradisi Manian ini guna untuk terus mengingat (Syeik
Zainal Abidin) sebagai Wali Allah dan Ajaran Islam yang da ajarkan atau
Sebarkannya sebagai ajaran kebaikan yang Berasal dari ajaran kakeknya
Muhammad SAW, yaitu ajaran Habluminnallah atau Hubungan Manusia dengan
Tuhannya, Hablumminannas atau hubungan Manusia Dengan Manusia.9

Hasil Penelitian yang di lakukan oleh Salman Ishak, Usman Usman,


Saifuddin Saifuddin, dan Sopar Sinambela. Dengan judul: TRADISI
PELAKSANAAN MAULID NABI DI KABUPATEN PIDIE. Hasil penelitian

9
Sanni Fitriyani Marasabessy, “TRADISI MANIAN,” Jurnal Fakultas Usuluddin Dan Dakwah
IAIN Ambon, n.d.

x
bahwa pelaksanaan tradisi maulid Nabi di Kemukiman Bambi Kecamatan Peukan
Baro Kabupaten Pidie dimulai sejak Islam berkembang di Aceh, dan proses tradisi
pelaksanaan maulid dengan beberapa tahapan yaitu persiapan Bue Kulah (Idang
Meulapeeh), Meudikee (Berselawat Nabi), dan Dakwah Islamiyah. Tradisi Maulid
Nabi dilaksanakan pada bulan 12 Rabiul Awal sampai awal bulan Jumadil Akhir.
Dari persiapan makanan di rumah warga disebut Bue Kulah (nasi dibungkus
dengan daun), Idang Meulapeuh (hidangan bertingkat) di bawa ke
Meunasah/Masjid untuk di makan bersama-sama dengan warga, anak yatim dan
tamu tetangga gampong dan Mukim lainnya. Selanjutnya dilanjutkan Meudikee
Maulud (bersalawat pada Nabi) dan dakwah Islamiyah di malam hari. Faktor yang
mendorong masyarakat pelaksanaan tradisi maulid adalah sebagai wujud rasa
syukur, bukti ketaatan terhadap agama, kebersamaan dan semangat gotong
royong.10

G. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,


tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab II: Tinjauan Pustaka

10
Salman Ishaq et al., “Tradisi Pelaksanaan Maulid Nabi Di Kabupaten Pidie,” Serambi Akademica
X, no. 6 (2022).

xi
Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan teori teori yang
relevansi dengan hal yang diteliti.

Bab III: Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, teknik


pengumpulan data, penentuan Informan, instrumen penelitian, teknik
analisis data serta jadwal penelitian.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui dilapangan,


yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi dengan landasan
teori sebagai pijakan serta pembahasan mengenai hasil penelitian
keseluruhan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian secara


keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Nilai Sosial

a. Pengertian Nilai

xii
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik,
yakni nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang
berkaitan dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.11

Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada


benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori. Ketergantungan tidak hanya
mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan,
manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.12

Dalam Encliclopedya of Philosophy dijelaskan, aksiologi Value and


Valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yakni: Nilai,digunakan sebagai
kata benda abstrak, seperti baik, menarik, bagus dan mencakup tambahan
segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian. Nilai sebagai kata benda
konkret. Nilai di sini merupakan sebuah nilai atau nilai-nilai yang sering
dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia,
dan sistem nilai. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau
bernilai berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.

Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,


memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika
hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey
membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan
mengevaluasi.

Menurut Amril Mansur, tidak mudah untuk mendefinisikan tentang


nilai, namun paling tidak pada tataran prasis, nilai dapat disebut sebagai
sesuatu yang menarik, dicari, menyenangkan, diinginkan dan disukai dalam

11
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.936.
12
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 114.

xiii
pengertian yang baik atau berkonotasi positif . Amril Mansur menjelaskan,
dalam pengertian lebih kompleks, nilai akan membantu kita untuk menentukan
apakah sesuatu perlu, baik atau buruk, serta mengajak kita pula menganalisa
moral reasoning dari sesuatu prilaku moral tertentu. Setelah menjelaskan
pengertian tentang karakter, perlu juga dijelaskan term atau istilah yang
digunakan dan hampir mirip maknanya dengan karakter tersebut yaitu, kata;
akhlak, etika, moral, dan budi pekerti.13

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat


dipisahkan dengan nilai. Manusia selalu memberi sebuah penilaian terhadap
sesuatu hal yang diamati atau berada disekitarnya, misalnya saja pada saat
melihat seseorang, ia dapat mengatakan bahwa seseorang yang dilihatnya
tersebut termasuk orang baik atau orang jahat, berarti secara tidak langsung
telah melakukan penilaian terhadap suatu orang ataupun objek. Nilai dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat abstrak, dan ideal, karena berupa
keyakinan, gagasan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu atas dasar pilihannya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan secara


singkatnya bahwa nilai adalah dasar rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan, memberi pandangan (penilaian) terhadap sesuatu hal yang diamati atau
dilihat. Sejalan dengan pengertian nilai itu maka dapat dilihat bahwa hakikat
nilai berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan
agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasa berharga serta
bernilai bagi seseorang.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sebuah ide


atau konsep tentang sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang dan
menjadi perhatiannya. Selain itu, nilai dapat diartikan sebagai suatu perilaku-
perilaku ataupun tindakan-tindakan oleh individu yang diinginkan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari- hari. Nilai-nilai tersebut harus

13
Amril Mansur, “Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Dan Fungsionalisasi Etika
Islam,” Jurnal Ilmiah Keislaman 5, no. 1 (2006): h. 160.

xiv
mampu membawa manusia menghadapi kehidupan masyarakat yang majemuk
dengan beragam perbedaan.

b. Macam-Macam Nilai Sosial


1. Nilai material
Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi
jasmani/unsur fisik manusia.
2. Nilai vital
Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan suatu kegiatan dan aktivitas.
3. Nilai kerohanian
Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi batin
(rohani) manusia. Nilai kerohanian manusia dibedakan menjadi empat
macam,yaitu:
a. Nilai kebenaran
adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia.
b. Nilai keindahan
adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai estetika).
c. Nilai moral (kebaikan)
adalah nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauan (karsa
dan etika).

d. Nilai religious
adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.14

Macam-macam nilai sosial berdasarkan ciri- cirinya terbagi menjadi


dua, yaitu:

14
Nurohmat MH S. KM and Indra Ruswadi DNM S. Kep , Ns , M. PH, Etika Keperawatan
Panduan Praktis Bagi Perawat Dan Mahasiswa Keperawatan Dalam Bertindak Dan Berperilaku
(Penerbit Adab, 2021), H.9.

xv
1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan
dengan nilai lainnya. Contoh: menu- naikan ibadah haji bagi umat Islam
sangat penting sehingga setiap umat Islam berusaha untuk
melaksanakannya.
2. Nilai yang mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian
dan kebiasaan sehingga seseorang menjalankannya tanpa melalui proses
berpikir atau pertimbangan lagi (secara tidak sadar). Contoh: seorang
kepala keluarga yang tidak atau belum mampu melaksanakan
kewajibannya (memberi nafkah) akan dinilai sebagai orang yang tidak
bertanggung jawab.15

B. Tradisi Batalam

a. Tradisi Batalam di Bulan Maulid

Ada sebuah tradisi yang sangat menarik, yaitu makan satu talam
secara bersama-sama. Tradisi ini biasa dilakukan ketika ada sebuah
perayaan, tamu diundang untuk duduk dilantai dengan beralasan karpet
atau sejenisnya kemudian menyantap bersama makanan yang disajikan

15
purwanto rudy and Epi retnowati, TOP ONE BEDAH KISI-KISI TERLENGKAP UTBK SBMPTN
SOSHUM 2020 (jakarta: hak cipta di lindungi undang-undang, 2019), 81.

xvi
diatas sebuah talam. Tamu menikmati hidangan tanpa menggunakan piring
terpisah, apalagi sendok.16

Tradisi betalam dibulan maulid yaitu sebuah kebiasaan masyarakat


desa Bangkiling ketika merayakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad
SAW atau Maulid Nabi yang menyediakan makanan menggunakan talam
atau nampan.

Tradisi batalam di bulan maulid didesa bangkiling sudah ada sejak


lama, dan sampai sekarang masih dijaga tradisi tersebut demi menjaga
kebersamaan. Asal mula makan betalam diwaktu bulan maulid karena
dahulu masyarakat kental akan kebersamaan.

Talam atau nampan berisi nasi, lauk itik panggang yang dibaluri
bumbu kacang, sup. Sebelum lauk itik panggang dahulu masyarakat
menyediakan dua ekor ayam masak habang, sup, nasi, dan dilengkapi
dengan kolak pisang. Siring berjalannya waktu masyarakat menyesuaikan
zaman dengan mengganti menu makanan dengan itik panggang.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Kualitatif dan Jenisnya

1. Pengertian Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami
realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang
seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki

16
Uli Pandjaitan, Surviving Living Abroad; Tip Jitu Tingal di Luar Negeri (Elex Media
Komputindo, 2015), h. 57.

xvii
sifat open minded . karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik
dan benar berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi
dan realitas sosial.17

2. Jenis Penelitian Kualitatif

Penelitian etnografi merupakan jenis penelitian kualitatif dimana


peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang
alamiah melalui observasi dan wawancara.18

B. Lokasi :
Desa Bangkiling Rt. 05 No. 19 kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong

C. Data dan Sumber Data


(Tambahi pengertian nilai sosial)

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dua macam,
yaitu data Primer (pokok) dan data Sekunder (Penunjang). Data yang
digunakan oleh peneliti ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau
dapat disebut sebagai data utama yang mana penulis langsung dating
ketempat penelitian.

Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh


peneliti dari sumber yang telah tersedia sehingga peneliti dapat disebut
sebagai tangan kedua.

Sumber data :
Bapak Itar selaku kepala Desa Bangkili
Waktu : Minggu 10.00 WITA

17
Dr Mamik, Metodologi Kualitatif (Zifatama Jawara, n.d.), h. 3.
18
Dr Muhammad Ramdhan M.M S. Pd, Metode Penelitian (Cipta Media Nusantara, n.d.), h. 17.

xviii
D. Prosudur Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini dipergunakan


berbagai teknik, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Ketiga
teknik tersebut dipergunakan untuk memperoleh data dan informasi yang
saling menunjang dan melengkapi tentang Tradisi Batalam di desa
Bangkiling.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua


pihak dengan satu tujuan yang telah ditetapkan. Metode wawancara
identik dengan interview, secara sederhana dapat dimaknai sebagai dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (intervewer) untuk memperoleh
informasi dari Narasumber.19 Sebagai informasi kunci (key informan)
adalah kepala desa dan masyarakat setempat.

Secara sistematis atas dasar tujuan penelitian. interview ada 3


macam yaitu:

a. Interview Tak Terpimpin


Interview tak terpimpin adalah proses wawancara di mana
interview tidak sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-
pokok persoalan dari fokus penelitian dengan orang yang
diwawancarai.

b. Interview Terpimpin

Interview terpimpin merupakan wawancara yang


menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti.

c. Interview Bebas Terpimpin

Interview bebas terpimpin adalah kombinasi antara


interview tak terpimpindan interview terpimpin. jadi
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
19
S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 135.

xix
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung
mengikuti situasi, pewawancara harus dapat mengarahkan yang
diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.20
Dari berbagai jenis interview di atas, penulis menggunakan
interview bebas terpimpin, artinya bahwa penginterview
memberikan kebebasan kepada orang yang diinterview untuk
memberikan tanggapan atau jawaban sendiri. Penulis
menggunakan cara ini karena untuk mendapatkan data yang
relevan dan juga tidak menginginkan adanya kekakuan antara
penulis sebagai penginterview dengan orang yang di interview.

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Dan Praktek (Jakarta: Bina Aksara, 1989),
h. 97.

xx
2. Observasi

Observasi sebagai tekhnik pengumpul data mempunyai ciri


spesifik bila dibandingkan dengan tekhnik yang lain yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek
alam yang lain.21 Observasi penelitian ini dilakukan dengan cara non
partisipan. Untuk pengumpulan data dilakukan terjun dan melihat
langsung kelapangan, terhadap obyek yang diteliti.

Jadi yang di Observasi oleh penulis yaitu salah satu Mayarakat di


Desa Bangkiling, dengan mendatangi langsung kerumah kepala desa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang mengandung arti


barang-barang tertulis atau dapat dilihat.22 maka metode dokumentasi
dalam penelitian ini yaitu berupa photo saat wawancara berlangsung.

E. Analisis Data

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung
terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual
penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang
dipilih peneliti.23
2. Penuajian Data

21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, 3rd ed. (Yogyakarta: Andi, 1995), h. 145.
22
Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta: UGM Press, 1986), h. 131.
23
Arifuddin, “Konsep Pendidikan Prophetic ( Melacak Visi Kenabian Dalam Pendidikan,” 2019, h.
91.

1
Dalam hal ini Miles dan Hanberman menyatakan yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi,
dilakukan verifikasi karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.24

24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2018, h. 34,35.

2
FROM WAWANCARA PENELITIAN

1. Pertanyaan: Bagaimana sejarah singkat adat makan betaalam?


Jawab: Memasuki bulan Rabiul Awal di tahun Hijriah sebagian besar
umat Islam khususnya di Indonesia menggelar peringatan Maulid
kelahiran Nabi Besar Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. salah
satunya seperti tradisi makan batalam yang rutin setiap tahunnya
dilaksanakan di desa Bangkilin Kecamatan Banua lawas, tradisi makan
batalam merupakan suatu aktivitas dimana warga menyantap hidangan
syukuran di dalam satu wadah bersama-sama.
menurut cerita nenek moyang warga setempat makan batalam dilakukan
untuk mencontohkan kehidupan Rasulullah bahkan tradisi ini melekat di
kehidupan sehari-hari masyarakat bangkiling.
Menurut orang tuha Bahari artinya mengikuti rasul.” Menurut cerita,
Rasulullah saw. Makannya berkumpul sekeluarga, anak, cucu memakan
Bersama dalam satu talam.
2. Soal: Siapa yang menyediakan makan betalam?
Jawab: jadi hidangan talam ini disiapkan oleh masing-masing warga
bangkiling setiap rumah menyiapkan satu hingga lima talam tergantung
kemampuan keluarganya.
3. Pertanyaan: kapan pelaksanaan makan betalam di desa bangkiling?
Jawab: jadi waktu pelaksanaannya di sepakati oleh masyarakat kariah
masjid yaitu pada hari Sabtu Minggu ke 2.
4. Pertanyaan: berapa jumlah orang yang makan dalam 1 talam?

1
Jawab: biasanya di lihat dari jumlah orang yang berhadir dalam acara
tersebut biasanya dalam satu talam ini terbilang besar bisa empat, lima
hingga enam orang dewasa.
5. Pertanyaan: apa saja menu yang di sajikan dalam 1 talam?
Jawab: adapun menu yang disajikan setiap talamnya terdiri dari itik
panggang setengah ekor, ayam ras panggang setengah ekor, kuah sop dan
mie yang di campur dengan hati ayam. Dipilihnya masak bepanggang
sebagai sajian utama di karenakan ciri khas masyarakat terdahulu yang
kebanyakan Merantau berdagang ayam panggang.

2
DAFTAR PUSTAKA

ABD. ASIS TJAKE. “Tradisi Maulid Nabi Pada Masyarakat Bugis Di Kelurahan
Ponrangae Kabupaten Sidrap (Tinjauan Nilai Pendiidikan Agama Islam).”
Tarbiyah, 2021.
Amaly, Jafar MurtadhaJafar Murtadha al-. Perayaan Haul Dan Hari-Hari Besar
Islam Bukan Suatu Yang Haram. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Arifuddin. “Konsep Pendidikan Prophetic ( Melacak Visi Kenabian Dalam
Pendidikan,” 2019.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Pendekatan Dan Praktek. Jakarta: Bina
Aksara, 1989.
Dasih, I. Gusti Ayu Ratna Pramesti, and Ida Anuraga Nirmalayani. Komunikasi
Budaya dalam Tradisi Tatebahan di Desa Bugbug Kecamatan
Karangasem Kabupaten Karangasem. Nilacakra, 2021.
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. 3rd ed. Yogyakarta: Andi, 1995.
———. Statistik II. Yogyakarta: UGM Press, 1986.
“Hasil Pencarian - KBBI Daring.” Accessed November 12, 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nampan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2018.
Mamik, Dr. Metodologi Kualitatif. Zifatama Jawara, n.d.

3
Mansur, Amril. “Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Dan
Fungsionalisasi Etika Islam.” Jurnal Ilmiah Keislaman 5, no. 1 (2006).
MH, Nurohmat, S. KM, and Indra Ruswadi DNM S. Kep , Ns , M. PH. Etika
Keperawatan Panduan Praktis Bagi Perawat Dan Mahasiswa
Keperawatan Dalam Bertindak Dan Berperilaku. Penerbit Adab, 2021.
M.M, Dr Muhammad Ramdhan, S. Pd. Metode Penelitian. Cipta Media
Nusantara, n.d.
M.Pd, Zherry Putria Yanti. APRESIASI PROSA (Teori dan Aplikasi). CV Literasi
Nusantara Abadi, 2022.
Nafi`, M. Zidni. Menjadi Islam, Menjadi Indonesia. Elex Media Komputindo,
2018.
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Pandjaitan, Uli. Surviving Living Abroad; Tip Jitu Tingal di Luar Negeri. Elex
Media Komputindo, 2015.
purwanto rudy and Epi retnowati. TOP ONE BEDAH KISI-KISI TERLENGKAP
UTBK SBMPTN SOSHUM 2020. jakarta: hak cipta di lindungi undang-
undang, 2019.
Rofiq, Ainur. “Tradisi Slametan Jawa Dalam Perspektif Peididikan Islam.” At
Takwa Jurnal Ilm Penidikan Islam 15, no. 2 (2019).
Salman Ishaq, Usman, Saifuddin, and Sopar Sinambela. “Tradisi Pelaksanaan
Maulid Nabi Di Kabupaten Pidie.” Serambi Akademica X, no. 6 (2022).
Sanni Fitriyani Marasabessy. “TRADISI MANIAN.” Jurnal Fakultas Usuluddin
Dan Dakwah IAIN Ambon, n.d.
Tim Penulis. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Anda mungkin juga menyukai