OLEH:
Hikmah Herliana (20.11.20.0112.00691)
Jannatul Janah (20.11.20.0112.00696)
Siti Fatimah (20.11.20.0112.00773)
Siti Hartati (20.11.20.0112.00775)
Silvya Almawaddah (20.11.20.0112.00770)
Yuna Nor Israida (20.11.20.0112.00795)
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Fokus Penelitian...............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Kegunaan Penelitian........................................................................................5
E. Difinisi Oprasional...........................................................................................5
F. Penelitian Terdahulu.........................................................................................7
G. Sistematika Penulisan....................................................................................11
BAB II....................................................................................................................12
(KERANGKA TEORITIS)......................................................................................12
B. Tradisi Batalam...........................................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
METODE PENELITIAN.......................................................................................17
B. Lokasi Penelitian.........................................................................................17
E. Analisis Data...............................................................................................22
i
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti halnya tradisi makan batalam pada suku Banjar yang ada di Desa
Bangkiling Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Tradisi makan batalam itu sendiri merupakan suatu kearifan lokal yang memiliki
nilai dan makna tersendiri khususnya bagi masyarakat Desa Bangkiling. Di
wilayah kecamatan Banua Lawas sendiri hanya tiga desa yang melakukan tradisi
ini yakni desa Hapalah, Bangkiling dan Bangkiling Raya.
ii
Rangkaian kegiatan batalam biasanya dimulai sejak pagi hari sekitar pukul
tujuh pagi. Setiap rumah melantunkan syair-syair sholawat dengan alat yang
disebut gendang dan dikenal dengan nama maulid habsyi. Setelah maulid
dilakukan dirumah-rumah, biasanya masyarakat berkumpul di sebuah mesjid
untuk kembali melantunkan sholawat dan syair-syair maulid. Kegiatan dilanjutkan
dengan ceramah agama yang disampaikan oleh tuan guru. Cermah agama yang
biasa disampaikan ketika bulan maulid juga tidak jauh dari cerita-cerita kehidupan
Rasulullah SAW. yang merupakan suri tauladan umat muslim.
1
Hasil Wawancara dengan Ibu SM. Pada Tanggal 17 Oktober 2022, Hari Senin, Jam 15:35
iii
SAW, sebagai bentuk wujud dan rasa cinta umat kepada Sang Nabi. Tradisi ini
banyak dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia, dan bahkan dalam tradisi maulid Nabi juga bisa menjadi sarana
permesatu dan sangat berpengaruh didaerah sekitarnya.
Tradisi merupakan sesuatu yang telah diwariskan oleh para pendahulu atau
nenek moyang secara turun temurun baik berupa Kebiasaan, simbol, prinsip,
material, benda maupun kebijakan. Akan tetapi tradisi yang telah diwariskan
tersebut bisa juga berubah ataupun tetap bertahan asalkan tradisi tersebut masih
sesuai dan juga relevan dengan situasi, kondisi serta seiring dengan perubahan
jaman.2
iv
dalam cangkupan yang luas yang di lakukan secara turun-temurun dalam
masyarakat .
B. Fokus Penelitian
3
Ja'far Murtadha al-Amaly, Perayaan Haul Dan Hari-Hari Besar Islam Bukan Suatu Yang Haram
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), h.21.
v
C. Tujuan Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan tak lepas dari sebuah tujuan dari penelitian.
Maka dari itu penelitian ini memiliki sebuah tujuan, adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Bagaimana awal mula adanya makan betalam pada bulan maulid
di desa Bangkiling
2. Menganalisis Nilai Sosial dalam Proses Penyajian Makan Betalam pada bulan
maulid di desa Bangkiling
D. Kegunaan Penelitian
E. Definisi Operasional/Istilah
1. Nilai sosial
vi
Nilai sosial adalah nilai yan mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindakan
dan hidupsesial manusia dalam melangsungkan, mempertahankan dan
mengembangkan hidup sosial manusia. Nilai sesial meruoakan norma yang
mengatur hubungan manusia dalam hidup berkelompok.4
2. Tradisi
Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau kebiasaan
yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat. Tradisi
menurut Esten adalah kebiasaan tutun temurun sekelompok masyarakat
berdasarkan nilai budaya masyarakat tang bersangkutan.5
3. Makan Betalam
Nampan menurut KBBI adalah tempat untuk menyajikan makanan atau
minuman, yang terbuat dari kayu, logam, dan sebagainya, ada yang berkaki
dan ada yang bertelinga; baki ;talam; dulang. 6 Orang banjar biasa menyebutnya
dengan makan betalam.
4. Bulan Maulid
Maulid Nabi merupakan tradisi umat islam yang turun temurun selama berabad
abad dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Nabi
yang diutus oleh Allah yang menurut kalender hijriyah lahir tepat pada tanggal
12 Rabiul awal (22 april 571 M). Dialah seorang Nabi yang dilahirkan oelh
perempuan yang bernama Aminah, keturunan bani Quraisy Mekah.7
F. Penelitian Terdahulu
vii
wisata suku banjar desa paluh manan kecamatan hamparan perak kabupaten deli
serdang, sumatera utara. Tradisi merupakan unsur-unsur dari kebudayaan
universal dan kebudayaan itu sendiri merupakan keseluruhan dari pikiran dan
hasil karya manusia. Selain itu tradisi juga merupakan kebiasaan yang dilakukan
turun-temurun oleh masyarakat disetiap tempat yang berbeda-beda yang wajib
dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat setempat. Seperti halnya tradisi makan
batalam pada suku Banjar yang ada di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tradisi makan batalam itu sendiri
merupakan suatu kearifan lokal yang memiliki nilai dan makna tersendiri
khususnya bagi suku Banjar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abd. Asis Tjake dengan judul : Tradisi
Maulid Nabi pada masyarakat Bugis dikelurahan Ponrangae Kabupaten Sidrap
(Tinjauan nilai pendidikan Agama Islam) Peringatan maulid di suku Bugis lebih
viii
dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah Ma Maulu‟. Acara ma maulu‟ ini
pada umumnya sama dengan peringatan maulid Nabi Muhammad saw di daerah
lain. Wakil Ketua Pengurus Masjid Ansar Ponrangae Bapak Muh. Yunus
menyebutkan sedikit gambaran ciri khas bugis dalam perayaan Maulid Nabi:
Seperti masyarakat bugis lainnya, di Ponrangae kita adakan di masjid, terus ada
telur dihias di pohon pisang. Sekarang adami yang pakai ranting pohon, besi, atau
yang dibeli. Cantik-cantik semua hiasannya baru ada juga sokkonya. Lisu
namanya itu, nabungkus i daun pisang. Sekarang adami pake kotak-kotak plastik
saja, ada kerupuk juga nagantung. Tapi yang pokok itu hikmah maulidnya, kita
datangkan ustadz untuk sampaikan ilmu dan akhlak Rasulullah kepada hadirin.
8
ABD. ASIS TJAKE, “Tradisi Maulid Nabi Pada Masyarakat Bugis Di Kelurahan Ponrangae
Kabupaten Sidrap (Tinjauan Nilai Pendiidikan Agama Islam)” (Parepare, Tarbiyah, 2021).
ix
baik bagi Masyarakat setempat, yakni dalam hal Mempererat Silaturahim dan
saling Membagikan Rizki kepada masyarakat Setempat (dari marga lain).
Dalam adat orang Hatuhaha tradisi Manian hanya ada di Negeri Kailolo,
Sedangkan di Negeri Pelauw, Kabauw dan Rohmoni tidak ada, yang ada hanya
tradisi Ar-ruh yang artinya Jiwa atau ruh. Tradisi Ar-ruh atau bahasa kasarnya
Arroha ini di Laksanakan sama dengan pelaksanaan tradisi Manian di Negeri
Kailolo, yaitu acara Ritual Yang secar rutin di laksanakan setiap tahun Pada acara
Maulid Nabi Muhammad SAW, Banyak perbedaan dalam melaksanakan Ritual
Adat ini, Tradisi Ar-ruh atau Arroha Tujuannya untuk berbuat amal bagi
Keselamatan jiwa mereka sekaligus Mendoakan umat Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Tradisi Manian tujuannya untuk Bersalawat kepada Nabi Muhammad
SAW Dan mendoakan Nabi Muhammad SAW dan Keturunannya serta
menceritakan kepada anak Cucu tentang sosok Syeik Zainal Abidin Sebagai
penyebar Agama Islam di Hatuhaha Yang mempunyai turunan di Negeri Kailolo
Yaitu turunan Marasabessy, serta menjalin Silahturahmi sesama masyarakat
Negeri Kailolo dan saling berbagi rezeki dalam hal Panganan.
Terbentuknya Tradisi Manian ini Sudah lama sekali yaitu sejak Syeik
Zainal Abidin harus meninggalkan istri dan anaknya Demi menyiarkan Agama
Islam di berbagai Penjuru atau daerah lainnya, karena beliau Adalah seorang
Mubaligh atau penyiar Agama Islam yang berasal dari Hadramaut atau Negeri
Arab, maka di adakannya Tradisi Manian ini guna untuk terus mengingat (Syeik
Zainal Abidin) sebagai Wali Allah dan Ajaran Islam yang da ajarkan atau
Sebarkannya sebagai ajaran kebaikan yang Berasal dari ajaran kakeknya
Muhammad SAW, yaitu ajaran Habluminnallah atau Hubungan Manusia dengan
Tuhannya, Hablumminannas atau hubungan Manusia Dengan Manusia.9
9
Sanni Fitriyani Marasabessy, “TRADISI MANIAN,” Jurnal Fakultas Usuluddin Dan Dakwah
IAIN Ambon, n.d.
x
bahwa pelaksanaan tradisi maulid Nabi di Kemukiman Bambi Kecamatan Peukan
Baro Kabupaten Pidie dimulai sejak Islam berkembang di Aceh, dan proses tradisi
pelaksanaan maulid dengan beberapa tahapan yaitu persiapan Bue Kulah (Idang
Meulapeeh), Meudikee (Berselawat Nabi), dan Dakwah Islamiyah. Tradisi Maulid
Nabi dilaksanakan pada bulan 12 Rabiul Awal sampai awal bulan Jumadil Akhir.
Dari persiapan makanan di rumah warga disebut Bue Kulah (nasi dibungkus
dengan daun), Idang Meulapeuh (hidangan bertingkat) di bawa ke
Meunasah/Masjid untuk di makan bersama-sama dengan warga, anak yatim dan
tamu tetangga gampong dan Mukim lainnya. Selanjutnya dilanjutkan Meudikee
Maulud (bersalawat pada Nabi) dan dakwah Islamiyah di malam hari. Faktor yang
mendorong masyarakat pelaksanaan tradisi maulid adalah sebagai wujud rasa
syukur, bukti ketaatan terhadap agama, kebersamaan dan semangat gotong
royong.10
G. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan.
10
Salman Ishaq et al., “Tradisi Pelaksanaan Maulid Nabi Di Kabupaten Pidie,” Serambi Akademica
X, no. 6 (2022).
xi
Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan teori teori yang
relevansi dengan hal yang diteliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Nilai
xii
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik,
yakni nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang
berkaitan dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.11
11
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.936.
12
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 114.
xiii
pengertian yang baik atau berkonotasi positif . Amril Mansur menjelaskan,
dalam pengertian lebih kompleks, nilai akan membantu kita untuk menentukan
apakah sesuatu perlu, baik atau buruk, serta mengajak kita pula menganalisa
moral reasoning dari sesuatu prilaku moral tertentu. Setelah menjelaskan
pengertian tentang karakter, perlu juga dijelaskan term atau istilah yang
digunakan dan hampir mirip maknanya dengan karakter tersebut yaitu, kata;
akhlak, etika, moral, dan budi pekerti.13
13
Amril Mansur, “Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Dan Fungsionalisasi Etika
Islam,” Jurnal Ilmiah Keislaman 5, no. 1 (2006): h. 160.
xiv
mampu membawa manusia menghadapi kehidupan masyarakat yang majemuk
dengan beragam perbedaan.
d. Nilai religious
adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.14
14
Nurohmat MH S. KM and Indra Ruswadi DNM S. Kep , Ns , M. PH, Etika Keperawatan
Panduan Praktis Bagi Perawat Dan Mahasiswa Keperawatan Dalam Bertindak Dan Berperilaku
(Penerbit Adab, 2021), H.9.
xv
1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan
dengan nilai lainnya. Contoh: menu- naikan ibadah haji bagi umat Islam
sangat penting sehingga setiap umat Islam berusaha untuk
melaksanakannya.
2. Nilai yang mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian
dan kebiasaan sehingga seseorang menjalankannya tanpa melalui proses
berpikir atau pertimbangan lagi (secara tidak sadar). Contoh: seorang
kepala keluarga yang tidak atau belum mampu melaksanakan
kewajibannya (memberi nafkah) akan dinilai sebagai orang yang tidak
bertanggung jawab.15
B. Tradisi Batalam
Ada sebuah tradisi yang sangat menarik, yaitu makan satu talam
secara bersama-sama. Tradisi ini biasa dilakukan ketika ada sebuah
perayaan, tamu diundang untuk duduk dilantai dengan beralasan karpet
atau sejenisnya kemudian menyantap bersama makanan yang disajikan
15
purwanto rudy and Epi retnowati, TOP ONE BEDAH KISI-KISI TERLENGKAP UTBK SBMPTN
SOSHUM 2020 (jakarta: hak cipta di lindungi undang-undang, 2019), 81.
xvi
diatas sebuah talam. Tamu menikmati hidangan tanpa menggunakan piring
terpisah, apalagi sendok.16
Talam atau nampan berisi nasi, lauk itik panggang yang dibaluri
bumbu kacang, sup. Sebelum lauk itik panggang dahulu masyarakat
menyediakan dua ekor ayam masak habang, sup, nasi, dan dilengkapi
dengan kolak pisang. Siring berjalannya waktu masyarakat menyesuaikan
zaman dengan mengganti menu makanan dengan itik panggang.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
16
Uli Pandjaitan, Surviving Living Abroad; Tip Jitu Tingal di Luar Negeri (Elex Media
Komputindo, 2015), h. 57.
xvii
sifat open minded . karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik
dan benar berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi
dan realitas sosial.17
B. Lokasi :
Desa Bangkiling Rt. 05 No. 19 kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dua macam,
yaitu data Primer (pokok) dan data Sekunder (Penunjang). Data yang
digunakan oleh peneliti ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau
dapat disebut sebagai data utama yang mana penulis langsung dating
ketempat penelitian.
Sumber data :
Bapak Itar selaku kepala Desa Bangkili
Waktu : Minggu 10.00 WITA
17
Dr Mamik, Metodologi Kualitatif (Zifatama Jawara, n.d.), h. 3.
18
Dr Muhammad Ramdhan M.M S. Pd, Metode Penelitian (Cipta Media Nusantara, n.d.), h. 17.
xviii
D. Prosudur Pengumpulan Data
1. Wawancara
b. Interview Terpimpin
xix
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung
mengikuti situasi, pewawancara harus dapat mengarahkan yang
diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.20
Dari berbagai jenis interview di atas, penulis menggunakan
interview bebas terpimpin, artinya bahwa penginterview
memberikan kebebasan kepada orang yang diinterview untuk
memberikan tanggapan atau jawaban sendiri. Penulis
menggunakan cara ini karena untuk mendapatkan data yang
relevan dan juga tidak menginginkan adanya kekakuan antara
penulis sebagai penginterview dengan orang yang di interview.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Dan Praktek (Jakarta: Bina Aksara, 1989),
h. 97.
xx
2. Observasi
3. Dokumentasi
E. Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung
terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual
penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang
dipilih peneliti.23
2. Penuajian Data
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, 3rd ed. (Yogyakarta: Andi, 1995), h. 145.
22
Sutrisno Hadi, Statistik II (Yogyakarta: UGM Press, 1986), h. 131.
23
Arifuddin, “Konsep Pendidikan Prophetic ( Melacak Visi Kenabian Dalam Pendidikan,” 2019, h.
91.
1
Dalam hal ini Miles dan Hanberman menyatakan yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi,
dilakukan verifikasi karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.24
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2018, h. 34,35.
2
FROM WAWANCARA PENELITIAN
1
Jawab: biasanya di lihat dari jumlah orang yang berhadir dalam acara
tersebut biasanya dalam satu talam ini terbilang besar bisa empat, lima
hingga enam orang dewasa.
5. Pertanyaan: apa saja menu yang di sajikan dalam 1 talam?
Jawab: adapun menu yang disajikan setiap talamnya terdiri dari itik
panggang setengah ekor, ayam ras panggang setengah ekor, kuah sop dan
mie yang di campur dengan hati ayam. Dipilihnya masak bepanggang
sebagai sajian utama di karenakan ciri khas masyarakat terdahulu yang
kebanyakan Merantau berdagang ayam panggang.
2
DAFTAR PUSTAKA
ABD. ASIS TJAKE. “Tradisi Maulid Nabi Pada Masyarakat Bugis Di Kelurahan
Ponrangae Kabupaten Sidrap (Tinjauan Nilai Pendiidikan Agama Islam).”
Tarbiyah, 2021.
Amaly, Jafar MurtadhaJafar Murtadha al-. Perayaan Haul Dan Hari-Hari Besar
Islam Bukan Suatu Yang Haram. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Arifuddin. “Konsep Pendidikan Prophetic ( Melacak Visi Kenabian Dalam
Pendidikan,” 2019.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Pendekatan Dan Praktek. Jakarta: Bina
Aksara, 1989.
Dasih, I. Gusti Ayu Ratna Pramesti, and Ida Anuraga Nirmalayani. Komunikasi
Budaya dalam Tradisi Tatebahan di Desa Bugbug Kecamatan
Karangasem Kabupaten Karangasem. Nilacakra, 2021.
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. 3rd ed. Yogyakarta: Andi, 1995.
———. Statistik II. Yogyakarta: UGM Press, 1986.
“Hasil Pencarian - KBBI Daring.” Accessed November 12, 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nampan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2018.
Mamik, Dr. Metodologi Kualitatif. Zifatama Jawara, n.d.
3
Mansur, Amril. “Implementasi Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Dan
Fungsionalisasi Etika Islam.” Jurnal Ilmiah Keislaman 5, no. 1 (2006).
MH, Nurohmat, S. KM, and Indra Ruswadi DNM S. Kep , Ns , M. PH. Etika
Keperawatan Panduan Praktis Bagi Perawat Dan Mahasiswa
Keperawatan Dalam Bertindak Dan Berperilaku. Penerbit Adab, 2021.
M.M, Dr Muhammad Ramdhan, S. Pd. Metode Penelitian. Cipta Media
Nusantara, n.d.
M.Pd, Zherry Putria Yanti. APRESIASI PROSA (Teori dan Aplikasi). CV Literasi
Nusantara Abadi, 2022.
Nafi`, M. Zidni. Menjadi Islam, Menjadi Indonesia. Elex Media Komputindo,
2018.
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Pandjaitan, Uli. Surviving Living Abroad; Tip Jitu Tingal di Luar Negeri. Elex
Media Komputindo, 2015.
purwanto rudy and Epi retnowati. TOP ONE BEDAH KISI-KISI TERLENGKAP
UTBK SBMPTN SOSHUM 2020. jakarta: hak cipta di lindungi undang-
undang, 2019.
Rofiq, Ainur. “Tradisi Slametan Jawa Dalam Perspektif Peididikan Islam.” At
Takwa Jurnal Ilm Penidikan Islam 15, no. 2 (2019).
Salman Ishaq, Usman, Saifuddin, and Sopar Sinambela. “Tradisi Pelaksanaan
Maulid Nabi Di Kabupaten Pidie.” Serambi Akademica X, no. 6 (2022).
Sanni Fitriyani Marasabessy. “TRADISI MANIAN.” Jurnal Fakultas Usuluddin
Dan Dakwah IAIN Ambon, n.d.
Tim Penulis. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012.