Anda di halaman 1dari 3

FESTIVAL SIAK BERMADAH (FSB)

Warisan seni dan budaya Melayu terus terjaga sampai saat ini. Dalam festival Siak Bermadah sajian itu dikemas
dalam aneka rupa dan rasa. Mengikuti rentak dan kemajuan zaman yang membuat siapa saja terpesona
menyaksikannya.

Acara ini merupakan kalender tahunan yang digelar menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Siak. Di
festival itu digelar stand yang menampilkan potensi dari tiap kecamatan serta tentunya pentas hiburan
rakyat. Festival Siak Bermadah merupakan sebuah rangkaian visualisasi tradisi seni budaya Melayu yang telah
menjadi darah dan daging bagi orang-orang Siak, dalam keseharian dan tutur laku. Madah yang bermakna sebuah
perkataan, ucapan, syair senandung yang indah yang keluar dari bangsa Melayu itu sendiri. Festival Siak
Bermadah ini merupakan wadah kreasi dan inovasi yang dilakukan para insan-insan yang bergelut dalam seni dan
budaya, melalui hasil karya yang inovatif dan kreatif memiliki nilai plus. Dari tahun ke tahun budaya dan seni
menunjukkan kemajuan dan peningkatan. Para seniman telah melahirkan ide-ide kreativitas melalui hasil karya
yang ditampilkan. Ini menandakan bahwa budaya Melayu itu, sangat relevan dengan kondisi dan perkembangan
zaman. Adalah para tamu undangan yang diundang dari daerah lain, baik dari kabupaten yang terdapat di provinsi
Riau, provinsi di luar Provinsi Riau dan dari luar negeri dan jazz festival, yakni sebuah konsep baru untuk
menyemarakkan Festival Siak Bermadah. Sementara itu ada banyak perlombaan diadakan, antara lain; lomba
rebana, senandung menidurkan anak, marhaban dan berzanji, nasyid, tari zapin tradisi; lagu Melayu, joget
serampang dua belas, berbalas pantun, lawak Melayu, bujang dan dara, tari kreasi, syair berpasangan, bazar dan
pameran, adat istiadat mengarak pengantin dan lomba dai cilik. (sumber : Riauterkini dan Riaupos)

TENUN SIAK

Kerajinan tangan yang sangat terkenal dari Siak semenjak dahulu adalah kerajinan industri rumah yaitu kerajinan
tenunan, karena berasal dari Siak maka dinamakan Kain Tenun Siak. Semasa dahulu pekerjaan menenun hanya
dikenal di lingkungan istana saja sebagai pekerjaan sambilan. Namun sesuai dengan perkembangan zaman,
pekerjaan menenun merembes keluar tembok istana. Tenun Siak adalah tenunan yang dibuat (ditenun) dengan
menggunakan benang katun atau benang sutera yang diberi motif benang emas dengan berbagai motif seperti
pucuk rebung, siku keluang, tampuk manggis, dan lain-lain. Dengan dimekarkannya Siak menjadi Kabupaten,
perhatian pemerintah terhadap perkembangan tenunan Siak semakin besar, dan tenunan Siak sebagai barang
bawaan atau cinderamata khas dari Siak semakin diminati oleh para kolektor, masyarakat pemakai, dan para
pelancong yang datang ke Siak.

SEJARAH TENUN SIAK : Orang pertama yang memperkenalkan Tenun ini adalah seorang pengrajin yang
didatangkan dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak diperintah oleh Sultan Sayid
Ali. Seorang wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura, beliau adalah seorang
yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain songket. Karena pada
saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan negeri-negeri melayu di semenanjung sangat lah erat,
terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang satu. Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah
merupakan tenun tumpu dan kemudian bertukar ganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan “Kik”,
dan kain yang dihasilkan disebut dengan kain Tenun Siak. Pada awalnya kain Tenun Siak ini dibuat terbatas bagi
kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana
Siak. Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan
ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, maka
haruslah disambung dua yang disebut dengan kain “Berkampuh”. Akibatnya untuk mendapatkan sehelai kain,
terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk bagian atas dan bagian bawah yang
sudah barang tentu memakan waktu yang lama. Dalam bertenun memerlukan bahan baku benang, baik sutera
ataupun katun berwarna yang dipadukan dengan benang emas sebagai ornamen (motif) atau hiasan. Dikarenakan
benang sutera sudah susah didapat, maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun. Dan pada
saat ini pula kain Tenun Songket Siak dikembangkan pula pembuatannnya melalui benang sutera. Nama-nama
motif tenun Songket Riau itu antara lain, Pucuk Rebung, Bunga Teratai, Bunga Tanjung, Bunga Melur, Tapuk
Manggis, Semut Beriring, Siku Keluang. Semua motif ini dapat pula saling bersenyawa menjadi bentuk motif baru.

(Sumber : tenunsiakasli.blogspot.com)

Makanan Khas dan Cafe di Turab


Ada beragam kuliner yang tersedia di sepanjang cafe-cafe di turab, mulai dari masakan laut sampai masakan khas
melayu. Banyak cafe maupun warung-warung makan di sepanjang Turab sungai Siak. Tak hanya sebagai tempat
kuliner namun cocok juga sebagai lokasi untuk duduk-duduk sambil menikmati pemandangan Sungai
Siak. Banyaknya Cafe-cafe di sepanjang Turab sungai Siak ikut memacu kreativitas dalam dekorasi-dekorasi unik
dari cafe-cafe yang ada, tersedia juga model Pondok yang lucu.

http://siakkab.go.id/seni-dan-budaya/

Anda mungkin juga menyukai