Anda di halaman 1dari 23

1.

Pembinaan Minat Baca melalui Lingkungan Keluarga


Anak merupakan amanat dari Sang Pencipta pada orang tua, keluarga, dan
masyarakat yang harus dibimbing dan dipelihara sebagai aset masa depan.
Kedudukan anak sebagai ujian terjadi ketika orang tua harus berhadapan dengan
bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar dapat
tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. (Sudarsana, 2010: 6.3)
Keunggulan disini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan, serta
fisiknya dan tidak menjadi generasi yang membebani orang lain. Orang tua
merupakan orang yang bertanggung jawab atas pembinaan minat baca pada anakanaknya, karena tanggung jawab ini sebagai ladang bagi orang tua dalam
menanamkan akhlak yang baik sebagai dasar dalam bertindak dan berperilaku ke
depannya.
Sudarsana (2010:6.3-6.4) mengemukakan mengenai pertanggungjawaban
orang tua atas pembinaan minat baca anaknya dijelaskan dengan dua alasan
sebagai berikut:
1. Secara biologis, kelahiran anak berasal dari orang tuanya. Sebagai orang tua
mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya sehingga dapat
berdiri sendiri. Selain itu dalam mendidik termasuk pula tanggung jawab
membina akhlak, rasa sosial, rasa kebangsaan, kecerdasan termasuk pula
membina minat baca.
2. Sifat ketidakberdayaan dan ketergantungan anak kepada orang lain,
khususnya pada kedua orang tuanya. Sifat ketidakberdayaan ini yang
menyebabkan orang tua bertanggung jawab kepada pendidikan anaknya
termasuk dalam pembinaan minat baca.
Secara umum ada tiga lingkungan yang mempengaruhi kualitas
mental dan spiritual anak yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan sosial budaya yang berhubungan dengan nilai-nilai serta normanorma yang berlaku di masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut saling
berkaitan dalam mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter
anak, disamping itu mendidik anak bukan sebuah prosedur khusus ataupun

sebuah kursus dengan kurikulum tertentu yang menjadikan anak sebagai


peserta wajibnya.
Menurut Sudarsana (2010:6.4-6.5) mengemukakan terdapat beberapa
hal yang dapat diterapkan saat mendidik anak:
1. Membantu anak berpikir kreatif
Anak dapat dilatih berpikir kreatif dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertentu dan alasan tentang segala hal yang akan
ditanyakan.
2. Melatih anak berdiskusi
Orang tua membiasakan anak untuk mengungkapkan sebuah
pendapat dan mengajaknya untuk menemukan alasannya, kemudian para
orang

tua

memperlihatkan

rasa

keingitahuannya

terhadap

yang

diungkapkan oleh anak.


3. Menanamkan kebiasaan membaca
Untuk menumbuhkan minat baca pada anak, orang tua bisa
melakukannya saat anak berusia empat bulan agar anak dapat merangsang
aspek-aspek psikis, bukunya berupa buku bergambar yang warna-warni
dan sedikit kata. Hal ini penting untuk merangsang kognisi, komunikasi,
sosial, dan afeksi anak.
4. Menghindari kesalahan memotivasi anak
Ketika orang tua membuat anak bersalah ketika tidak berbuat
sesuai dengan keinginan dan berharap anak termotivasi untuk berbuat
lebih baik, justru akan membuat anak tidak percaya diri. Demikian juga
dengan membandingkan anak dengan orang lain yang dianggap lebih akan
membuat anak merasa dirinya lemah.
A. Mendorong Anak Gemar Membaca
Kebiasaan membaca sejak dini dapat menggali bakat dan potensi
anak, membaca juga memacu daya nalar dan melatih konsentrasi,
mengenalkan bacaan pada anak sejak kecil dapat meningkatkan prestasi anak
di sekolah. Karena itu orang tua penting untuk mengapresiasikan budaya baca
pada anak dengan memberi contoh, seperti halnya orang tua dapat
menumbuhkan minat baca pada anak dengan rajin mendongeng dan
mengenalkan buku-buku cerita sesuai dengan usianya. Agar anak tidak bosan
membaca, anak diberi buku-buku lucu dan berwarna-warni serta bacaan
sesuai usianya. Pada usia 0-2 tahun anak-anak sedang pada taraf melatih

motorik sehingga cara yag baik adalah orang tua aktif mendongeng untuk
anak, selanjutnya pada usia 0-5 tahun anak-anak diberi buku plastik yang bisa
dibawa kemana-mana ataupun buku yang berbahan kain yang menampilkan
gambar hewan atau buah-buahan.
Pada awalnya anak diberi buku yang setiap halamannya berisi satu
kata, kemudian berkembang diberi buku yang setiap halaman berisi satu
kalimat. Mengenalkan budaya budaya membaca pada anak usia sedini
mungkin akan memberi hasil yang optimal daripada menunggu anak sudah
lebih besar. Selain orang tua, media massa dan pemerintah juga memegang
peranan penting dalam menumbuhkan kebiasaan membaca sejak kecil.
B. Membina Minat Baca Di Usia Dini
Pertumbuhan minat baca bisa dimulai sejak bayi lahir, banyak ahli
psikologi menyarankan agar bayi yang masih ada di dalam kandungan
distimulasi sejak dini untuk mengenal dunia luar dengan mengajak berbicara.
Para ahli psikologi dan syaraf mengemukakan bahwa pada masa bayi berada
dalam kandungan maka pertumbuhan otak yang paling cepat di antara bagian
tubuh yang lain. Karena itu, pada usia dini anak perlu dikenalkan dengan
dunia membaca, otak mereka akan merekam isi bacaan apa pun yang
disampaikan orang tua. Selain itu anak juga perlu diberikan buku-buku yang
warna-warni, isinya memikat daya fantasi, dapat mengenalkan bentuk juga
mengenalkan warna pada anak.
C. Peran Orang Tua Dalam Membina Minat Baca
Di era pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini, peran perpustakaan dan pusat informasi semakin dirasakan
kegunaannya oleh masyarakat sebagai sumber informasi pembangunan
maupun sarana belajar dan mengajar untuk meningkatkan keterampilan. Selain
itu perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dapat
memberi kesempatan kelangsungan pendidikan sepanjang hayat. (Sudarsana,
2010: 6.7-6.8)
Budaya membaca wajib dimulai sedini mungkin di lingkungan
keluarga agar lebih mudah menanamkan kebiasaan yang baik dari sejak kecil
agar menjadi suatu kebiasaan yang akan tertanam sampai usia selanjutnya.
Dengan bacaan pada suatu cerita ataupun ilmu pengetahuan, seseorang akan

timbul pemikiran baru untuk mencoba melakukan hal-hal berdampak postif.


Menumbuhkan minat dan kegemaran membaca dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja, untuk itu yang paling tepat dan terbaik dimulai di lingkungan
keluarga sendiri. Peranan orang tua sangat menentukan bagi pertumbuhan
minat baca anak sejak dini dalam meningkatkan disiplin belajar dirumah,
dengan membaa setidaknya ada waktu merenung untuk aktif berpikir.
Seperti halnya ketika orang tua yang suka membaca akan mempunyai
dampak yang positif dimana akan memacu anak untuk mengikuti jejaknya.
Lingkungan anak dalam keluarga yang penuh dengan bahan bacaan seperti
buku, majalah ataupun surat kabar akan merasang anak yang bersangkutan
ingin mengetahui isi bahan bacaan yang ada disekitarnya. Ketika anak gemar
membaca buku yang bermutu maka akan berdampak pada sikap dan
perilakunya serta mendorong anak untuk menentukan cita-cita hidupnya serta
menyiapkan masa depan yang cerah.
D. Perpustakaan Keluarga
Minat baca dapat dapat dibina dari dalam keluarga, hal ini
perpustakaan keluarga dapat berperan. Seperti halnya fungsi perpustakaan yaitu
rekreatif yang bersifat hiburan. Orang tua yang ingin anaknya gemar membaca
dapat memulainya dengan menunjukkan berbagai benda dirumah seperti
membaca dongeng atau membacakan dongeng sebelum tidur, dengan
memberikan bacaan yang menarik dan tepat maka minat baca dapat
ditumbuhkan. (Sudarsana, 2010: 6.10)
Dari awal fungsi rekreatif ini dapat ditingkatkan menjadi fungsi
edukatif dengan menyediakan pustaka yang menunjang kurikulum pelajaran,
setelah itu dapat ditingkatkan lagi fungsinya menjadi informatif. Koleksi yang
tersedia pada perpustakaan keluarga juga memberikan informasi tambahan bagi
keluarga di luar pendidikan formal terutama informasi mengenai berbagai
kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, penemuan baru, dan lainnya.
Perpustakaan keluarga dapat dimanfaatkan oleh lingkungan sekitar kita,
misalnya ketika tetangga memerlukan buku untuk menambah informasi maka
dapat meminjamnya pada tetangganya yang mempunyai perpustakaan keluarga
kemudian apabila tetangga yang terus-menerus meminjam pada keluarga yang

mempunyai perpustakaan tentunya pengetahuan mereka terus bertambah


namun mengakibatkan bisa berkurangnya jumlah koleksi pemilik.
Dengan adanya hal ini, kita dapat melakukan kerja sama antar
keluarga yang mempunyai perpustakaan keluarga. Kita dapat menggerakkan
dibentuknya perpustakaan pada setiap keluarga yang tidak perlu langsung besar
dan mewah tetapi dapat memenuhi kebutuhan akan hiburan, pengetahuan dan
informasi bagi keluarga yang nantinya akan menumbuhkan minat baca di
kalangan keluarga.
Sudarsana (2010: 6.11) mengemukakan terdapat bebarapa kendala
untuk mendirikan perpustakaan keluarga, diantaranya:
1. Masalah dana yang berkaitan dengan penyediaan koleksi bagi perpustakaan
keluarga, dalam perpustakaan kita ingin menyediakan koleksi yang bermutu
dan baik serta menambah pengetahuan anggota keluarga sedangkan buku
yang bermutu dan baik terkadang harga cukup mahal.
2. Penampilan buku terkadang kurang menarik sehingga mengurangi minat
untuk membacanya. Cover yang kurang kuat yang tidak tahan lama
membuat enggan membelinya. Buku yang perwajahannya baik dan menarik
serta sampul tebal menjadikan buku mahal dan tidak laku karena orang tidak
mampu membelinya.
3. Budaya lisan menyebabkan masyarakat lebih suka menerima informasi
mengenai pengetahuam lewat komunikasi lisan akan membuat enggan
membaca buku karena dianggap terlalu lama dan tidak praktis.
4. Distribusi buku yang tidak merata di seluruh kota di Indonesia, ada bukubuku yang hanya ada di kota besar terutama buku teks dan buku yang
berasal dari luar negeri.
Walaupun untuk menggerakkan masyarakat dalam membentuk
perpustakaan keluarga tidak mudah, setidaknya kita dapat menggerakkan minat
untuk membentuk perpustakaan keluarga, dengan memberitahukan pentingnya
bacan untuk keluarga dan ketika dikumpulkan akan bermanfaat bagi seluruh
keluarga. Sebuah keluarga yang memiliki pepustakaan sederhana, rapi namun
menarik dan lengkap dapat membuat tetangga mereka tergerak untuk

membentuk perpustakaan juga, apalagi jika perpustakaan itu berguna bagi


lingkungan.
Pengelolaan perpustakaan keluarga yang dilakukan oleh seluruh
keluarga didalamnya dapat menimbulkan rasa sayang dan rasa memiliki
koleksi perpustakaan keluarga tersebut dan memiliki tanggung jawab untuk
bersama-sama menjaganya. Ketika pada perpustakaan keluarga menyediakan
buku besar untuk mencatat koleksi apa saja yang sudah dimiliki, dan sudah
diberi cap atau tanda bahwa itu milik perpustakaan keluarga serta buku yang
lain untuk mencatat apabila ada yang meminjam koleksi kita sehingga apabila
salah satu koleksi sedang dipinjam kita mengetahui siapa yang memnjamnya
dan dapat kita minta kembali sehingga meminimalisir koleksi agar tidak hilang
atau berkurang. Hal ini membuat keluarga pemilik perpustakaan merasa
bangga karena buku-buku yang menjadi koleksi perpustakaan dipinjam oleh
orang lain.
Perpustakaan keluarga dapat menimbulkan minat baca walaupun
terdapat kendala untuk mendirikannya. Tetapi dari hal-hal kecil dapat kita
lakukan dengan tidak membiarkan buku bacaan, majalah, koran, dan lainnya
tergeletak disembarang tempat. Kemudian dikumpulkan menjadi satu dan
disusun ditempat tertentu. Apabila hal ini menjadi kebiasaan, diharapkan hal
tersebut dapat membentuk suatu perpustakaan keluarga yang berfungsi
menimbulkan minat baca juga berfungsi rekreatif, edukatif, informatif bahkan
penelitian untuk kepentingan keluarga khususnya dan lingkungan pada
umumnya.
Pada saat ini, banyak keluarga terutama keluarga yang berpendidikan
mengajak anak-anaknya ke perpustakaan umum pada hari libur atau sore hari.
Kegemaran pergi ke perpustakaan ini akan menumbuhkan minat baca
dikalangan

anak-anak.

Kecenderungan

baru

yang

muncul

yaitu

penyelenggaraan persewaan buku khususnya buku-buku fiksi dikompleks


perumahan sehingga banyak menarik orangtua untuk mengajak anak-anaknya

menyewa buku yang diinginkan. Dengan semakin majunya desa banyak desa
yang mulai merinis mendirikan perpustakaan desa, orangtua yang sadar tentang
pentingnya pedidikan banyak mengajak anak-anaknya meminjam buku
diperpustakaan desa. Dengan demikian peranan orang tua penting untuk
menumbuh kembangkan minat baca bagi anak-anaknya. (Sudarsana, 6.12:
6.13)
2.

Pembinaan Minat Baca Melalui Perpustakaan Umum dan Sekolah


Perpustakaan sebagai suatu perangkat pendidikan, secara langsung
memang sulit dilihat manfaat yang dihasilkannya.sekolah tanpa perpustakaan
tetap berjalan dengan lancar.
A. Minat Baca Masyarakat
Terdapat kaitan erat antara perpustakaan, perbukuan, dan kebiasaan membaca
masyarakat antara satu dengan yang lain saling tunjang menunjang. Perpustakaan
tidak berfungsi apabila ketiadaan buku-buku atau masyarakat tidak mau membaca
dan menggunakan perpustakaan. Masyarakat juga tidak akan gemar atau terbiasa
membaca bilamana perpustakaan tidak terbina dan berkembang secara wajar.
Buku-buku sulit di dapat dan masih dianggap barang mewah karena harganya
terlalu mahal sehingga tidak tersebar luas ke masyarakat atau pedesaan.
Disinilah titik masalah yang tajam mengapa kebiasaan membaca
masyarakat kita tergolong rendah. Sesungguhnya minat atau keinginan membaca
masyarakat kita tetap ada, hanya tidak menjadi kebiasaan. Menurut Ayip Rosidi
dalam Udang Sudarsana (2010) mengatakan menurut hemat saya, kenyataan
bahwa mereka masih membaca komik ataupun cerita-ceritauktikan secara
gamblangbahwa pada dasarnya para pelajar itu mempunyai minat yang cukup
menggembirakan akan membaca. Bahwa mereka membaca komik dan ceritacerita hiburan yang bersifat pornografis, sebabnya adalah karena bacaac-bacaan
itulah yang tersedia.
B. Pembinaan Minat Baca Masyarakat Melalui Perpustakaan
Perpustakaan umum baik yang berupa perpustakaan

provinsi,

perpustakaan kabupaten/kota, perpustakaan desa, maupun perpustakaan keliling


disediakan sebagai sarana public service yang dapat mendorong kegemaran dan
kebiasaan membaca guna menambah pengetahuan masyarakat untuk memajukan

kesejahteraan pribadi, memajukan pendidikan seumur hidup, ekonomi, serta


sosial. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja,
akan tetapi semua orang, semua golongan, semua golongan atau lapisan
masyarakat baik petani, nelayan, pengusaha, buruh, pegawai, siswa, mahasiswa
dan sebagainya baik anak-anak, remaja, tua, muda, laki-laki, perempuan,
masyarakat kota maupun desa, dan sebagainya.
Berbicara mengenai pembinaan pemakai perpustakaan umum, berarti
membicarakan bagaimana menghadapi, membimbing, dan membina mereka agar
akrab dengan buku dan perpustakaan sehingga mempunyai keinginan secara
berkelanjutan untuk mengunjungi dan membaca semua jenis bahan bacaan yang
terssedia diperpustakaan baik berupa buku, majalah, surat kabar, brosur atau
selebaran, maupun bahan-bahan lainnya.
Pembinaan pemakai perpustakaan yang sangat mendalam adalah adanya
pelayanan yang betul-betul dapat menjamin ketertiban administrasi, peredaran
buku yang wajar dan merata, keamanan semua bahan pustaka, penumbuhan rasa
disiplin anggota terhadap penggunaan perpustakaan, tertanamnya rasa tanggung
jawab

bersama

antara

pustakawan

dan

pemakai

dalam

menggunakan

perpustakaan, dan sebagainya.


Apabila diamati upaya-upaya apa yang perlu dilaksanakan dalam membina minat
baca pemakai perpustakaan umum maka ada tiga faktor yang menjadi sasaran,
yaitu sebagai berikut:
1. Faktor pembinaan pemakai jasa perpustakaan melalui usaha-usaha, yaitu
sebagai berikut:
a. Menarik minat baca atau perhatian masyarakat akan arti dan pentingnya
perpustakaan melalui promosi perpustakaan dengan media massa dan
sejenisnya.
b. Menanamkan minat dan kebiasaan membaca dengan penyediaan bahanbahan bacaan yang bersifat hiburan, ringan, dan santai.
c. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga setiap mereka datang ke
perpustakaan merasa diperhatikan, disediakan kebutuhan bacaannya, di
bantu, di bimbing dan sebagainya.
d. Dalam menggunakan perpustakaan, para pemakai selalu mendapat
bimbingan terutama dalam menemukan keperluan bahan bacaan mereka.

e. Hubungan serta kerja sama yang baik antara pemakai dan pustakawan di
bina secara terus-menerus.
2. Faktor pembinaan sikap pustakawan selaku pengelola perpustakaan antara lain:
a. Tertanam rasa tanggung jawab terhadap tugas dan mampu mengembangkan
tugas yang ada.
b. Penuh inisiatif, aktif, kreatif, progresif, dalam memajukan perpustakaannya
agar terlihat eksistensi perpustakaannya di masyarakat.
c. Mempunyai sikap yang ramah, sopan, membimbing, membantu, dan tidak
pernah jemu dengan tugas.
d. Adanya kerja sama yang baik antara sesama pustakawan dan antara
pustakawan dengan pemakai perpustakaan.
3. Faktor pembinaan fisik perpustakaan sebagai sarana baca antara lain:
a. Perpustakaan harus betul-betul terlihat eksistennya di masyarakat dengan
keadaan yang dimilikinya.
b. Aktivitas perpustakaan menunjukan bahwa perpustakaan benar-benar
sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, sumber informasi, tempat
rekreasi, tempat membaca yang murah dan mudah, tempat belajar seumur
hidup bagi semua golongan, tingkatan usia, dan sebagainya.
c. Penyediaan bahan-bahan bacaan secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pemakai.
d. Pengadaan fisik perpustakaan yang menarik dan menyenagkan sesuai
dengan keadaan yang dimilikinya.
e. Penyediaan informasi tentang bahan-bahan bacaan berlangsung secara tetap
dan mutakhir.
f. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemakai, seperti diskusi, pemilihan
anggota teladan, pembaca terbaik, dan sebagainya berlangsung secara
terencana dan tetap.
g. Sistem pelayanan

perpustakaan

menjamin

kemudahan

pemakai,

menanamkan rasa tanggung jawab pemakai, dan menjamin keamanan


semua bahan bacaan serta loyalitas.
h. Kerja sama antara perpustakaan sejenis maupun dengan lembaga atau
instansi lainnya agar terjalin dengan baik.
Ketiga faktor tersebut harus dibina secara seimbang dan bilamana tidak
maka dapat mengakibatkan perpustakaan tidak berfungsi.
C. Pentingnya Perpustakaan Sekolah

Perkembangan sistem pendidikan dewasa ini, dihadapkan kepada


tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Untuk itu, adanya
kebutuhan akan bahan-bahan pengajaran sangatlah berperan penting sebagai
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Peran serta
perpustakaan sekolah dapat memberikan andil dalam menunjang program
kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler di sekolah. Adapun tanggung jawab
sekolah adalah menanggung kewajiban fungsional terhadap kelangsungan dan
perkembangan hidup masyarakat, yaitu dengan jalan penyiapan dan pembinaan
warga masyarakat sehingga memiliki kemampuan dan pribadi yang di
harapkan.
Dalam melaksanakan fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyak di
pengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
1. Pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat, misalnya dengan
pergaulan di dalam masyarakat, jenis-jenis bacaan dan tontonan serta
kegiatan yang ada pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah terhadap diri seseorang.
2. Sedikit banyak serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber
belajar di masyarakat. Kekayaan sumber-sumber belajar di tengah-tengah
masyarakat seperti adanya narasumber atau pakar, perpustakaan umum,
museum, peredaran koran atau majalah, serta sumber-sumber belajar
lainnya.
Selain sumber yang didapatkan di luar sekolah, sumber utama dalam
belajar di sekolah adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah
merupakan sumber dari segala kegiatan belajar dan mengajar. Perpustakaan
yang diselenggarakan di sekolah berguna untuk menunjang program belajar
mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar
maupun sekolah lanjutan. Apalagi dalam sistem pendidikan modern, fungsi
perpustakaan di sekolah adalah untuk:
1. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
2. Menyediakan bahan-bahan bacaan dan audio visual guna membantu
kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler.
3. Membina anak didik ke arah gemar membaca, belajar, cara bagaimana
belajar yang efisien agar tercapai tingkat pendidikan seumur hidup.

4. Memberikan penjelasan guna kepenting perkembangan kecerdasan,


kecakapan, keterampilan, dan daya kreasi baik anak didik.
Perpustakaan memiliki kedudukan yang utama di dalam setiap
program pendidikan sebagai the heart of the educational program. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, Ase S. Muchydin dalam Udang sudarsana
(2010:6.25). mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah mempunyai peranan
yang penting di dalam menunjang sistem dan program pendidikan sekolah.
Agar dapat terealisasi menuntut pustakawan bisa memahami dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan, baik yang berkaitan dengan program sekolah maupun
kebutuhan setiap individu. Hal-hal yang berhubungan denagn program sekolah
antara lain, tujuan pendidikan sekolah, kurikulum sekolah, metode, dan teknik
pengajaran yang dilakukan guru. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan
kebutuhan individu antara lain minat dan bakat seseorang, tingkat kemampuan
dan cara belajar seseorang, serta masalah-masalah umum yang berkaitan
dengan kegiatan ekstrakulikuler.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan jasa. Oleh karena itu,
harus menyediakan akses terbuka bagi semua dokumen. Untuk mencapai
tujuannya, perpustakaan harus menyediakan berbagai macam jasa, demikian
pula perpustakaan sekolah harus memberikan jasa sebagai berikut.
1. Orientasi perpustakaan bagi murid baru.
2. Jasa bimbingan pembaca.
3. Sirkulasi.
4. Panduan menggunakan katalog.
5. Panduan menelusuri dan menentukan lokasi buku.
6. Panduan menggunakan buku rujukan (referensi).
7. Penyediaan informasi sesuai dengan permintaan.
8. Penyediaan vertical files berisi pamflet, laporan karya tulis, kliping surat
kabar, dan sebagainya.
9. Pameran buku dan bahan lain.
10. Menyelenggarakan perdebatan buku atau pembicaraan buku.
11. Pinjam antar perpustakaan.
Perpustakaan sekolah harus menjadi pusat kegiatan yang berlangsung
di sekolah. Siswa dapat menggunakannya untuk keperluan pendidikan,
informasi, rekreasi, inspirasi, dan sebagainya. Siswa dapat menggunakannya

untuk keperluan pekerjaan rumah, membaca pararel, yaitu membaca sejajar


dengan bahan yang diterimanya di kelas, dan tindak lanjut lainnya. Dia dapat
memperoleh informasi tentang kegiatan yang berlangsung di luar kurikulum
seperti pramuka, pelajaran agama, pesta sekolah, dan sebagainya. Bagi siswa
yang ingin mengikuti perlombaan karya ilmiah remaja atau diskusi, dia dapat
menggunakan jasa perpustakaan.
Perpustakaan sekolah diadakan bukan lagi hanya sekadar melayani
selera para siswa untuk membaca buku-buku, tetap perpustakaan itu sendiri
harus dapat membantu para siswa mengasah otak, memperluas dan
memperdalam pengetahuan, melahirkan kecekatan, serta membantu siswa
dalam aktivitas-aktivitas yang kurikuler dan ekstrakulikuler. A.S Nasution
dalam Sudarsana (2010:6.26) mengemukakan, bahwa tujuan dari perpustakaan
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Membantu para pelajar melaksanakan

penyelidikan

dan

mencari

keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang di dapatnya di


dalam kelas. Perpustakaan harus dapat memberikan bahan-bahan yang dapat
memperkaya pelajaran dengan menyediakan buku-buku, pamflet-pamflet,
gambar-gambar, dan sebagainya.
2. Dari sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam itu, seorang siswa
dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara
yang berbeda-beda.
3. Perpustakaan yang

baik

juga

dapat

membantu

seorang

siswa

mengembangkan kegemarannya.
4. Perpustakaan sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bahan-bahan
bacaan yang bernilai dan cocok dengan selera dan daya baca anak-anak
untuk memupuk kebiasaan membaca.
5. Perpustakaan yang dipimpin dan di atur dengan baik, juga memberikan
pendidikan tanggung jawab kepada seorang siswa.
Keberadaan perpustakaan di sekolah maupun di kampus merupakan
sesuatu yang wajib, karena Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional, khususnya pasal 35 dan penjelasannya telah
menegaskan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang
amat penting, yang memungkinkan para tenaga kependidikan dan para peserta

didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam


pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu
pengetahuan yang diperlukan. Pembinaan minat baca merupakan salah satu
tugas dan tanggung jawab perpustakaan sekolah.
D. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan titik sentral dari seluruh kegiatan sekolah. Kepala
sekolah sebagai pucuk pimpinan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang
dipimpinnya. N.A Ametembun (1982: 4)mengemukakan tentang peranan Kepala
Sekolah sebagai berikut.
1. Sebagai administrator sekolah yang tugasnya mengatur segala sesuatu
berjalan dengan baik dan lancar di sekolah yang dipimpinnya.
2. Sebagai supervisor sekolah, yaitu membina agar segala sesuatu di sekolah
berjalan lebih
baik.
Tugas kepala sekolah sebagai administrator adalah mengkoordinasikan dan
mendaya gunakan semua sumberhuman dan nonhuman yang ada dilingkungannya
secara efektif untuk mencapai yujuan-tujuan sekolah yang dipimpinnya. Bidang
garapan admistrasi ini meliputi aspek pengajaran, kesiswaan, alat-alat pengajaran,
bangunan, perlengkapan sekolah, dan keuangan. Sedangkan tugas kepala sekolah
sebagai pengawas adalah melakukan supervisi yang menyangkut pengwasan
terhadap penyelenggaraan seluruh kegiatan administrasi sekolah dalam rangka
usaha pembinaan perbaikan, dan peningkaytan situasi belajar-mengajar.
Dngan demikian, kepala sekolah sebagai administrator pendidikan mempunyai
tugas dalam mengatur fasilitas pendidikan antara lain penyediaan sarana
perpustakaan. Dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab terhadap:
1. Penyediaan dana;
2. Pemenuhan fasilitas perpustakaan;
3. Kerjasama;

4. Evaluasi terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan perpustakaan.


Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyelenggarakan
perpustakaan sekolah sehingga diharapkan dapat menstimulisasi guru dan siswa
dalam proses belajar-mengajar dengan baik.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam memberikan
motivasi pada guru dan mendayagunakan perpustakaan antara lain:
1.
2.
3.
4.

Tatap muka dengan guru dan siswa;


Memberi contoh;
Wawancara dengan para pemakai perpustakaan;
Memberikan pengarahan pada waktu dikelas maupun pada upacara
sekolah.

Sebagai orang pertama di sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan


dorongan kepada guru dan siswa untuk senantiasa mendayagunakan sumbersumber belajar yang tersedia diperpustakaan. Kepala sekolah juga perlu mengajak
dan memotivasi orangtua siswa untuk dapat memahami kondisi proses belajar
mengajar disekolah dan memberikan penekanan tentang peran serta orangtua,
khususnya dalam memberikan bimbingan belajar kepada putra-putrinya dirumah.
E. Peran Guru
Guru adalah orang yang bergaul setiap hari secara langsung dengan siswa dikelas
melalui proses belajar mengajar. Penggayaan proses belajar-mengajar dikelas
hanya akan terjadi apabila guru pandai mengguakan peluang dan kesempatan agar
siswa senantiasa aktif mengikuti pelajaran dengan menyertakan berbagai sumber
belajar yang tersedia dan mungkin untuk didayagunakan. Sumber-sumber belajar
di perpustakaan merupakan kelengkapan belajar utama yang paling mungkin
untuk didayagunakan dalam proses belajar-mengajar dikelas. Untuk kepentingan
ini, guru dapat mengaplikasikannya melalui penggunaan berbagai pendekatan
dalam metode pengajaran.
Guru sebagai salah satu sumber daya dalam administrasi pendidikan dapat turut
mengintegrasikan perpustakaan dalam proses mengajarnya. Guru membantu

puetakawan dalam hal memberikan informasi tentang hubungan perpustakaan


dengan pengajaran yang diberikan dikelas. Guru dapt memberikan tugas-tugas
tertentu kepada siswa, baik secara idividual maupun secara kelompok. Selain itu,
guru turut serta dalam membantu mengembangkan minat baca siswa dan
melakukan pengayaan pengetahuan siswa yang tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang diperoleh dikelas.
Guru harus mempunyai kriteria seperti yang dikemukaakan oleh Nasution
(1982:12) sebagai berikut.
1. Memahami dan menghoramati murid.
2. Menguasai bahan pelajaran yang diberikannya.
3. Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan-bahan pelajaran.
4. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.
5. Mengaktifkan murid dalam hal belajar
6. Memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka.
7. Mampu menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
8. Mempunyai tujuan tertentu dengan setiap pelajaran yang diberikannya.
9. Tidak terikat oleh suatu textbook.
10. Tidak hanya mengajar melainkan senantiasa membentuk pribadi anak.
Tampak jelas bahwa guru yang mengajar adalah sesorang yang memebimbing
aktivitas siswa untuk mencapai sesuatu yang ingin dikuasai dan ingin
diketahuinya. Selain itu, guru membimbing siswa untuk memperoleh gambaran
dan pengalaman hasil dari interaksi dengan lingkungannya, karena lingkungan
sangat berpengaruh kepada siswa yang sedang dalam proses belajar. Lingkungan
belajar itu asangat luas baik di dalam maupun di luar sekolah. Di luar sekolah
proses belajar siswa dipengaruhi oleh orangtua, teman sebaya, ataupun anggota
masyarakat lain, dan lingkungan belajar lainnya seperti suasana, kondisi, dan alatalat yang menunjang belajar. Lingkungan disini adalah lingkungan dalam sekolah
yaitu aspek-aspek kurikulum yang membentuk pengalaman siswa. Kurikulum
sebagaimana diketahui adalah segala sesuatu yang mempengauhi belajar siswa.
Sebagai pengajar, guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai
dengan rencan peajaran yang telah ditetapkan, dengan kata lain guru adalah
penyampaian informasi pengetahuan kepada siswanya. Oleh karena itu, guru tidak

bisa melepaskan diri dari penggunaan perpustakaan sebagai tempat segala macam
informasi. Guru melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perpustakaan
seperti berikut ini.
1. Mempersiapkan

bahan-bahan

yang

diperlukan

untuk

kepentingan

mengajar dikeals.
2. Mempelajari bahan-bahan yang berhubungan erat dengan bidang yang
diajarkannya,

untuk

pengetahuannya.
3. Mencari bahan-bahan

bahan

komparasi

dan

dan

informasi

untuk

memperluas

horizon

memperdalam

dan

meningkatkan profesi dan pengetahuan umum.


4. Mencari bahan-bahan untuk mempersiapkan kertas kerja, pertemuan,
diskusi, penataran, seminar, dan lain-lain.
5. Mempelajari ilmu pengetahuan yang berhuungan dengan kedudukannya
dalam masyarakat dan lingkungan keluarga.
6. Untuk memberikan bimbingan dan tugas kepada murid-muridnya sesuai
dengan program pengajaran yang sedang dilakukan dan dilaksanakan.
7. Mempelajari ilmu pengetahuan dan informasi yang mutakhir.
8. Berkonsultasi degan pustakwan tentang tingkat da minat membaca para
siswanya, dan lain-lain. (Muchyidin, 1977;112).
Guru adalah pembimbig dan motivator bagi siswa. Siswa sebagai objek sekaligua
sebagai subjek pendidikan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam
proses pendidikan, siswa harus lebih banyak dinilai sebagai subjek, karena siswa
diharapkan dapat mengembangkan diri dalam upaya-upayanya untuk memebentuk
pribadi sebagai manusia yang diharapkan oleh tujuan pendidikan. Siswa dapat
mengembangkan diri antara lain dengan cara harus bersifat aktif. Aktivitas ini
biasanya timbul karena adanya rangsangan dari guru, orangtua, dan masyaraakat
sekitarnya, sarana atau balai pendidikan serta sistem pendidikannya. Salah sstu
sarana pendidikan yang diharapkan mampu merangsang dan meningkatkan
aktifitas siswa adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah berguna bagi
siswa untuk:
1. Mencari bahan-bahan yang sedang dipelajari atau dibahas dikelas.
2. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

3. Melaksanakan proyek, unit lesson, dan sebagainya.


4. Membaca buku-buku, majalah, dan materi tercetak lainnya untuk mengisi
waktu senggang.
5. Mencari contoh-contoh, baik gambar ataupun berupa model yang
berkaitan dengan pelajaran. (Muchyidin, 1977:13).
Guru tidak semata-mata menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, akan tetapi
mengkoordinasikan lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menyediakan fasilitas
belajar yang memadai serta memberikan dorongan kepada siswa untuk berpikir
kreatif dalam menghadapi hal-hal yang harus dipelajari sehingga memungkinkan
proses belajar mengajar mencapai hasil yang baik.
Sebagai upaya guru dapat memotivasikan siswa agar mau mendaya gunakan
perpustakaan dapat menempuh cara antara lain dengan:
1. Membatasi metode ceramah dan memberikan waktu yang cukup pada
siswa unuk mencari bahan-bahan bacan sendiri sebagai penunjang
pembicaraan pokok bahasan tertentu;
2. Memberikan tugas pada kelompok kecil kecil untuk melakukan penelitian
sederhana.
3. Memberikan contuh untuk mengunjungi dan memanfaatkan perpustakaan.
4. Memberikan tugas pada siswa untuk menilai buku yang dibacanya.
5. Mengadakan kerjasama dengan pustakawan.
Dalam

sistem

pendidikan

modern,

guru

ikut

mempengaruhi

perkembanganperpustakaan sekolah. Sebagai pengajar, guru memberikan saransaran yang baik kepada pustakawan untuk meningkatkan mutu layanan
perpustakaan. Kedududkan guru dalam kegiatan kerjasama dengan pustakawan
ditunjukkan untuk merangsang minat baca dan belajar siswa di perpustakaan .
perpustakaan akan lebih efektif bagi proses belajar mengajar apabila aguru
melibatkan diri pada program perpustakaan, walaupun guru hanya datang ke
perpustakaan untuk membaca namun merupakan pendorong bagi siswa
membiasakan diri berkunjung ke dan mendayagunakan perpustakaan. Dorongan
yang bisa diberikan oleh guru kepada siswa bisa dengan jalan seperti berikut.

1. Siswa ditugaskan untuk mencari informasi dengan menggunakan koleksi


atau sumber bacaan yang ada di perpustakaan.
2. Siswa ditugaskan untuk membuat rangkuman isi buku dan membuat
laporannya untuk melatih siswa agar dapat menangkap isi yang tersirat
dalam buku yang dibaca.
3. Siswa ditugaskan untuk mendatangi perpustakaan pada jam-jam tertentu
untuk lebih mengenal koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan dan belajar
mengelola perpustakaan.
4. Siswa ditugaskan untuk membuat daftar pustaka .
5. Siswa ditugaskan untuk membuat makalah denagn jalan menggunakan
literatur yang ada diperpustakaan sekolah sebagai penunjang tugasnya.
F. Peran pustakawan sekolah
Staf perpustakaan sekolah adalah orang-orang yang secara fungsional mempunyai
tanggung jawab baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan
perpustakaan. Terutama pustakawan dan petugas perpustakaan, tidak hanya
menunggu koleksi tetapi yang paling utama adalah bagaimana perpustakaan itu
dapat berdaya guna bagi pengembangan siswa pada umumnya, dan dapat
memperkaya proses belajar mengajar di sekolah khususnya. Pelayanan merupakan
kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan. Oleh karena itu, merupakan
tanggung jawab profesional

petugas perpustakaan untuk senantiasa memiliki

motivasi yang kuat, wawasan yang luas, dan senantiasa berupaya secara aktif agar
dapat melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya. Sehingga penyelenggaraan
perpustakaan dapat berjalan seoptimal mungkin dengan hasil yang diharapkan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pustakawan harus mampu
memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan para pemakai, dimana
siswa sebagai pihak yang paling berkepentingan untuk dilayani perlu
mendapatkan pelayanan yang memadai. Selain itu, petugas perpustakaan harus
berupaya agar pendayagunaan perpustakaan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar yang yang dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan sehari-hari.

Program perpustakaan sekolah erat hubungannya dengan the educational goal dari
sekolah yang bersangkutan sehingga mau tidak mau pustakawan mempunyai
tugas dalam pembinaan kurikulum maupun prosedur-prosedur pengajaran.
Seorang pustakawan adalah seorang pendidik, karena pustakawan juga
mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu agar anak didik menjadi manusia
yang

berguna.

perpustakaan

Menyadari

sekolah

maka

pentingnya
untuk

pustakawan

menunjang

sebagai

penggerak

keberhasilan

pelayanan

perpustakaan perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, diantaranya


pengaturan dan penataan ruangan perpustakaan disamping menyediakan koleksi
yang cukup agar siswa terdorong untuk belajar di perpustakaan. Hal ini
merupakan tugas pustakawan untuk membina perpustakaannya agar dapat
berungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Ratnaningsih dalam Engkos
Koswara (1998 : 300) menyatakan Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan
upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya
dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani anakanak. Pustakawan harus mampu mengajar, membimbing, serta memberi contoh
pada anak-anak antara lain :
1. Menata ruang baca anak sedemikian menarik, menyenangkan, dan
nyaman, baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar anak
tertarik untuk datang dan melihatnya.
2. Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang baik dan sesuai
dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang dibimbingnya.
3. Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang menarik, untuk
anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sampai selesai ceritanya,
kelanjutanya cerita tersebut disusruh menbaca sendiri. Sedangakan bagi
kelompok yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai
selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu
ketika diminta untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut,
dengan bimbingan pustakawan.

4. Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut mereka menarik.


5. Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita
antar kelompok kemudian masing-masing kelompok membacakan bagi
kelompoknya.
6. Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
7. Pustakawan dalam melakukan bimbingan dan latihan ini secara teratur,
terjadwal, dan waktunya cukup.
http://daryono.staff.uns.ac.id/2011/12/22/peran-pustakawan-dalammenumbuhkan-minat-baca-masyarakat/
serangkaian upaya juga dapat dilakukan oleh pustakawan untuk memotivasi siswa
agar mau mendayagunakan perpustakaan, seperti:
1.
2.
3.
4.
5.

Menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pemakai.


Memperpanjang jam buka pepustakaan.
Mengadakan promosi perpustakaan melalui pameran buku.
Mengadakan kegiatan booktal pada jam-jam tertentu.
Memberi hadiah pada siswa perkelas yang rajin memanfaatkan koleksi
perpustakaan.

G. Program Pembinaan Minat Baca


Program pembinaan minat baca yag dilakuykkkannn di Indonesia meliputi hal-hal
berikut ini:
1. Promosi perpustakaan dan minat baca.
Promosi ini bertujuan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam
kampanye kemasyarakatan perpustakaan dan minat baca. Dalam
kampanye tersebut telah dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Penyebaran poster-poster untuk meningkatkan minat baca diseluruh
Indonesia.

b. Pemasangan spanduk-spanduk untu mengajak masyarakat gemar


membaca, di ibu kota provinsi se-Indonesia.
c. Pemutaran film-film tentang perkembangan perpustakaan.
d. Menyelenggarakan konferensi pers tentang pembinaan minat baca dan
perpustakaan.
e. Menyelenggarakan pameran perpustakaan dan pameran buku-buku.
f. Mengadakan seminar dan pelatihan tentang pemanfaatan perpustakaan.
g. Memasang ajakan-ajakan untuk gemar membaca lewat iklan-iklan di
surat kabar dan majalah.
2. Kampanye pengumpulan buku.
Mengadakan kampanye pengumpulan buku-buku bekas maupun bukubuku baru dari penerbit, toko buku, kantor-kantor pemerintah atau swasta,
serta dari masyarakat dari tiap tahunnya. Hasil dari kampanye
pengumpulan buku ini dibagikan ke perpustakaan sekolah, perpustakaan
umum di desa dan perpustakaan masjid.
3. Lomba perpustakaan.
Lomba perpustakaan ini bertujuan untuk merangsang para pengelola
perpustakaan untk meningkatkan layanannya sehingga diharapkan
pembinaan minat baca kepada masyarakat akan meningkat.
4. Lomba membaca.
Lomba membaca atau yang terkenal dengan lomba minat baca
diselenggarakan setiap tahun, baik tingkat provinsi maupun tingkat
nasional. Kegiatan ini bekerjasama dengan Kongres Wanita Indonesia
(KOWANI).
5. Pemilihan pustakawan teladan.
Setiap tahun telah diselenggarakan pemilihan pustakawan teladan baik
tingkat provinsi maupun tingkat nasiona. Kegiatan ini bertujuan untuk
memotivasi para pustakawan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat. Diharapkan dengan peningkatan tersebut, minat baca
akan meningkat.
6. Penelitian minat baca masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir
menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia mulai meningkat
sejalan dengan upaya pengembangan perpustakaan dan perbukuan.
7. Peningkatan layanan perpustakaan keliling.
Pada tahun 1993, mobil unit perpustakaan keliling yang telah beroperasi di
seluruh Indonesia sekitar 200 unit. Jumlah ini diharapkan terus bertambah

untuk memebuhi kebutuhan bahan bacaan masyarakat yang tidak dilayani


oleh perpustakaan umum menetap.
8. Peningkatan minat baca di sekolah.
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan minat baca siswa
di sekolah.

Perpustakaan keliling sebenarnya merupakan perpanjangan tangan dari


layanan perpustakaan umum yang beroperasi mulai dari tingkat II, kecamatan,
sampai ke desa-desa. Perpustakaan umum dan perpustakaan keliling ini
mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan masyarakat, khususnya dalam
menyediakan bahan bacaan masyarakat. Oleh karena itu, perpustakaan umum dan
perpustakaan keliling perlu ikut serta dalam mempromosikan peningkatan minat
baca.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain:
1. Mendirikan lebih banyak lagi perpustakaan umum dan perpustakaan
keliling.
2. Meningkatkan kualitas perpustakaan umum dan perpustakaan keliling
yang telah ada.
3. Mendirikan perpustakaan masjid dan tempat ibadah yang lain untuk
menggalakkan masyarakat yang gemar membaca.
4. Menyediakan dana yang cukup kepada perpustakaan umum dan
perpustakaan keliling untuk menambah koleksinya.
5. Memperluas kesempatan membaca bagi orang-orang cacat, orang-orang di
lembaga pemasyarakatan, dan orang-orang sakit di rumah sakit.
6. Memasang brosur, poster, spanduk, slogan, dan motto di perpustakaan
umum dan perpustakaan keliling tentang minat baca.
7. Menyelenggarakan lomba membaca di perpustakaan

umum dan

perpustakaan keliling.
8. Menyediakan bahan pustaka yang lebih banayk untuk perpustakaan umum
dan perpustakaan keliling.
9. Menyelenggarakan program baca di perpustakaan umum dan perpustakaan
keliling.

10. Memilih pembaca teladan bagi anggota perpustakaan umum dan


perpustakaan keliling yang meminjam buku terbanyak.
11. Mengadakan kerjasama yang erat antara perpustakaan
perpustakaan keliling dan perpustakaan sekolah guna men

umum,

Anda mungkin juga menyukai