Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL SKRIPSI

“Perkembangan Wayang Golek Betawi di Jakarta 1999-2019”

Oleh:
Anwar Fikriansyah – 11150220000012
Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta
A. Latar Belakang
Kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan.
Berbagai ragam kesenian yang ada di Indonesia telah terjadi karena
adanya lapisan budaya yang bertumpuk dari masa ke masa dengan
demikian jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai fungsi dalam
kelompok suatu etnik dan perubahan maupun perkembangan seni oleh
dinamika masyarakat pendukungnya.1 Salah satu bentuk kesenian yang
ada di Indonesia adalah wayang. Wayang merupakan kesenian yang
berkembang di Jawa. Di Jawa, media wayang dimanfaatkan dan
dipergunakan untuk hiburan dan belakangan dakwah agama Islam.
Perkembangannya pun begitu pesat dan mengalami berbagai
transformasi baik aspek visual, dan aspek pendukung lainnya seperti
karawitan atau sastra. Dari sinilah perkembangan ini melibatkan peranan
dan pengaruh para ulama dan pihak lokal yang telah memeluk Islam.2
Bahkan wali sanga sendiri terlibat secara intensif. Mereka berusaha keras
untuk mendiplomasikan anatara seni wayang yang berbau non-muslim
dengan ajaran Islam.

1
Suwaji Bastomi, NIlai-Nilai Seni Pewayangan (Semarang: Dahara Prize,
1993).
2
Moh. Isa Pramana Koesoemadinata, “Wayang Kulit Cirebon : Warisan
Diplomasi Seni Budaya Nusantara,” ITB : J. Art & Des 4, No. 2 (2013): 145.
Wayang berasal dari bahasa Jawa yang berasal dari kata
wayangan atau wayang-wayang. Bila di runut dari akar kata, wayang
berasal dari akar kata yang. Arti yang sendiri adalah selalu bergerak dari
satu tempat ke tempat lain. Secara harfiah wayang artinya adalah
bayangan. Dalam pengertian secara luas, mengandung arti bergerak dari
satu tempat ke tempat lain atau bergerak kesana kemari, tidak tetap atau
sayup-sayup dari subtansi yang sebenarnya. Potret kehidupan yang berisi
sanepa (ungkapan atau wujud ekspresi), piwulang (mengajar), pituduh
(arah) yang maksudnya adalah kebiasaan hidup, tingkah laku manusia
dan keadaan alam.3 Secara praktis wayang merupakan seni pertunjukan
yang merupakan cermin kehidupan manusia yang dialami sejak lahir,
hidup hingga mati.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indoensia) sendiri wayang


berarti boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu
dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh
dalam pertunjukan drama tradisional.4 Menurut pendapat Dr. G.A.J
Hazeu, pada zaman Raja Erlangga permulaan abad ke sebelas, wayang

3
Bastomi, NIlai-Nilai Seni Pewayangan, 49.
4
“Hasil Pencarian - KBBI Daring,” accessed February 26, 2020,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wayang.
telah dipertunjukan di kerajaan Kediri yang saat itu mengalami
kejayaan.5

Adapun jenis-jenis wayang terdapat beberapa macam


diantaranya wayang kulit, wayang golek dan wayang orang (wong).
Dalam wayang sendiri ada aturan (pakem) yang telah ditentukan oleh
dalang, seperti wayang golek Betawi yang merupakan produk budaya
Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda ini telah menjadi
satu dalam wayang yang diciptakan oleh Tizar Purbaya. Namun,
demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam kesenian ini. Bila
ditinjau dari segi geografis Sunda (Jawa Barat) lebih dekat, misalnya
dalam hal penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa dalam wayang golek
Betawi menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur bahasa Sunda.
Seiring dengan perkembangan zaman, lahirlah campuran akulturasi
budaya tersebut yakni wayang golek Betawi yang telah ada sejak tahun
2001.
Tizar Purbaya sang maestro yang menciptakan wayang golek
Betawi hasil akulturasi Sunda dan Betawi. Musik iringan dalam wayang
golek Betawi sama halnya dengan gamelan topeng, berupa musik

5
Mertosendono SH Amir, Sejarah Wayang Asal Usul, Jenis dan Cirinya
(Semarang: Dahara Prize, 1990), 6.
gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri khas alat musik kongahyan6
(sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan ajeng. Seperti pada
umumnya, wayang golek Betawi merupakan gabungan beberapa jenis
kesenian yang diiringi dengan musik gambang kromong.

Hal menarik lainnya dari wayang golek Betawi adalah teknik


pementasannya. Wayang golek Betawi mempunyai kemampuan khusus,
seperti wayang yang wajahnya terbelah dua, wayang yang biasa
mengeluarkan asap, berjenggot, atau pun yang bisa berubah menjadi
hantu. Lalu ada juga di tengah pementasan diselipi candaan khas lenong.
Bahan pembuatan boneka wayang yang digunakan sama dengan wayang
golek Sunda, yaitu terbuat dari kayu. Namun wayang golek Betawi
tampilan fisiknya menyerupai manusia.7

Tizar yang merupakan seorang pengrajin dan pedagang barang-


barang antik, memang memiliki ketertarikan terhadap wayang. Ia pernah
berguru membuat wayang pada Aa Him di Bogor. Tizar pernah pula
mengunjungi berbagai negara, sengaja untuk mempelajari seni wayang.

6
alat musik gesek yang terbuat dari kayu jati dengan tabung resonansi yang
terbuat dari batok kelapa, dan dilengkapi senar.
7
“Jenis Wayang : Wayang Golek Betawi, Tahun 2001,” Informasi Wayang
Nusantara, February 23, 2018, accessed March 15, 2020, https://wayangku.id/jenis-
wayang-wayang-golek-betawi-tahun-2001/.
Keterampilannya membuat wayang dipelajarinya dari Jepang. Dari
keterampilannya itu, Tizar sempat membuka stand wayang golek di
Pasar Seni Ancol pada 1978.8

Tizar mengaku memfokuskan diri pada pembuatan wayang golek


Betawi karena pada awalnya dirinya melihat Jakarta belum mempunyai
seni wayang golek. Menurut Tizar, masyarakat hanya mengetahui bahwa
seni wayang golek berasal dari Jawa Barat. Wayang golek kreasi Tizar
terbuat dari kayu lame, yaitu kayu bersifat ringan tapi kokoh sehingga
tak mudah patah dan berdaya tahan lama. Dalam proses pembuatannya,
Ia dibantu oleh istri dan ketiga anaknya serta 15 karyawan.9

Dalam redaksi online Kompas dikatakan bahwa sepeninggal


pionir dalang wayang golek Betawi Tizar Purbaya, pementasan wayang
golek Betawi bisa dibilang tidak ada lagi.10 Maka pada penelitian ini,

8
irvansetiawan, “Golek Lenong Betawi | Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa
Barat,” n.d., accessed March 4, 2020,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/golek-lenong-betawi/.
9
“Dalang Wayang : Tizar Purbaya, Kreator Wayang Golek Betawi,” Informasi
Wayang Nusantara, July 3, 2018, accessed March 15, 2020,
https://wayangku.id/dalang-wayang-tizar-purbaya-kreator-wayang-golek-betawi/.
10
Kompas Cyber Media, “Reza Purbaya, Penjaga Terakhir Wayang Golek
Betawi Halaman all,” KOMPAS.com, accessed March 4, 2020,
penulis berupaya mengamati perkembangan wayang golek Betawi yang
ada di Jakarta sejak kemunculannya, perkembangannya serta cara
mempertahankan keberadaan wayang golek Betawi baik melalui
perorangan, sanggar, ataupun komunitas.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul skripsi penulis yaitu “Perkembangan
Wayang Golek Betawi di Jakarta 1999-2019”. Dari latar belakang
pemikiran diatas mengandung beberapa butir masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penulis mencoba untuk menelusuri perkembangan
wayang golek Betawi, dalam hal ini bentuk pelestarian dan keberadaan
wayang golek Betawi pada masyarakat Jakarta.
Adapun sub pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa itu wayang golek Betawi ?
2. Bagaimana perkembangan wayang golek Betawi di Jakarta ?
C. Sumber Sejarah Primer

https://nasional.kompas.com/read/2017/02/23/07000081/reza.purbaya.penjaga.ter
akhir.wayang.golek.betawi.
Wawancara:
1. Wawancara dengan Cang Yahya Andi Saputra, Budayawan
Betawi dan anggota Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) pada 21
Februari 2020.
2. Wawancara dengan Babeh Ridwan Saidi, Seniman dan
Budayawan Betawi pada 04 Maret 2020.
Buku:
1. Suwaji Bastomi, Nilai – Nilai Seni Pewayangan, Semarang,
Dahara Prize, 1993.
2. Amir Mertosendono, Sejarah Wayang Asal Usul, Jenis dan
Cirinya, Semarang, Dahara Prize, 1990.
3. Yahya Andi Saputra dan Nurzain, Profil Seni Budaya Betawi,
Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2009.
D. Signifikansi dan Hasil Yang Diharapkan
Untuk memperoleh latar belakang yang sudah ditulis penulis
diatas , wayang bukanlah tema yang baru dalam penulisan sejarah.
Bahkan sudah banyak yang menuliskan sejarah tentang wayang, seperti
wayang kulit, wayang golek Sunda, atau wayang lainnya. Penulis
berusaha untuk menyusun secara sistematis sesuai dengan yang
dilakukan. Sehingga dapat menghasilkan tulisan secara utuh yang
gunanya untuk melengkapi beberapa sejarah tentang wayang golek
Betawi. dalam kata lain penelitian ini hanya melengkapi,
mengembangkan pembahasan atau tulisan sebelumnya yang pernah ada.
Poin penting dalam penelitian ini ialah membahas apa itu wayang
golek Betawi? dari pertanyaan inilah yang akan melahirkan awal
lahirnya wayang golek Betawi sebagai salah satu celah kajian yang akan
dibahas. Lalu bagaimana perkembangan wayang golek Betawi bisa
berkembang dan melewati pasang surut seiringan dengan zaman sampai
sekarang. Karena diatas sudah penulis jabarkan bahwa wayang golek
Betawi pernah redup dalam waktu yang lama dan baru pada akhir 2017
kembali ada lagi untuk dipentaskan.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai keberadaan wayang golek
Betawi, yang merupakan sebuah kebudayaan Betawi dan telah menjadi
warisan budaya yang harus dijaga. Selain itu juga sebagai bahan
informasi ilmiah dan kebudayaan dalam bidang kesenian atau warisan
budaya daerah Jakarta. Dan menjadi bahan telaah bagi siapa saja yang
ingin melanjutkan penelitian secara mendalam tentang tema penelitian
ini.
E. Literatur Review
Tulisan atau pembahasan mengenai wayang memang sudah
banyak dibuat sebelumnya. Namun dapat dipahami secara tulisan, sangat
jarang membahas tentang wayang golek Betawi di Jakarta. Sebab
dikarenakan sulitnya mendapatkan sumber – sumber yang membahas
wayang golek Betawi. Akan tetapi penulis berusaha untuk mencari
sumber dan tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali kajian atau
bahasan mengenai wayang golek Betawi dalam bentuk tulisan, artikel
atau buku.
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Suwaji Bastomi. Dalam
bukunya yang menjelaskan tentang bagaimana pertunjukan wayang
masih melekat bagi masyarakat Jawa. Serta kaitannya dengan dalang –
dalang sebagai agen pembangunan.11
Kedua, penelitian yang ditulis oleh Sri Mulyono. Merupakan
buku yang berisi tentang perkembangan wayang dari masa ke masa yang
dimulai dari asal usul wayang masa Hindu/Budha, masa Islam, dan masa
Kemerdekaaan Indonesia. Serta dibahas pula pekan wayang Indonesia,
macam – macam wayang yang ada di Indonesia.12

11
Bastomi, NIlai-Nilai Seni Pewayangan.
12
Sri Mulyono, Wayang Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya (Jakarta: CV
Haji Masagung, 1989).
Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Mu’jizah, adalah seorang
filolog yang aktif menulis di jurnal atavisme dan menulis “Teks,
Konteks, dan Pola Kebrtahanan Wayang Kulit Betawi” Vol. 118, No.1,
Edisi Juni 2015. Dalam penelitian ini membahas wayang kulit Betawi
dimulai dari asal usul dan proses menghidupkan wayang Betawi agar
dikenal masyarakat kembali (revitalisasi) sehingga tidak hilang begitu
saja.13
Keempat buku yang ditulis oleh Yahya Andi Saputra dan
Nurzain Budayawan Betawi dan anggota Lembaga Kebudayaan Betawi
(LKB) membahas semua seni budaya yang ada di Betawi, serta
menjelaskan beberapa wayang yang terkenal di Betawi termasuk wayang
golek Betawi serta terciptanya wayang golek Betawi.14
F. Metode, Pendekatan dan Teori
Sejarah adalah penglaman hidup manusia pada masa lalu dan
akan berlangsung terus sepanjang usia manusia. Mempelajari sejarah
antara lain bertujuan agar pengalaman manusia, baik manusia lain atau

13
Mu’jizah, “Teks, Konteks, Dan Pola Kebertahanan Wayang Kulit Betawi,”
Pusat Pengembangan dan Perlindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Vol. 18, No. 1 (2015).
14
Yahya Andi Saputra and Nurzain, Profil Seni Budaya Betawi (Jakarta: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2009).
dirinya sendiri pada masa lampau, dapat menjadi pelajaran, pengingat,
inspirasi dan motivasi dalam menjalani kehidupan masa sekarang
maupun yang akan datang.15 Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data
yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi
(penulisan sejarah).16
Dalam hal inilah sejarawan menggunakan metode sejarah.
Metode adalah suatu cara, dalam penelitian sejarah berarti cara yang
dilakukan selama penelitian dan menulis sejarah. Adapun fungsi metode
pendekatan ialah bagaimana cara mendekati objek kajian yang dijadikan
penelitian. Oleh karenanya pendekatan dapat digunakan dengan bantuan
konsep dan teori. Metodologi lebih merupakan cara yang digunakan oleh
seseorang peneliti dalam memberikan eksplanasi terhadap data yang
dijadikan sumber penelitiannya.17 Dalam penulisan sejarah terdapat dua
kelompok besar aliran penulisan sejarah, yaitu sejarah naratif (narrative
history) dan sejarah analitis (analytical history). Sejarah naratif
(narrative history) yaitu penulisan sejarah berupa narasi tanpa

15
M. Dien Madjid and Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar
(Jakarta: Prenada Media Grup, n.d.), 1.
16
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: Penerbit UI Press, 2008), 39.
17
Agus Mulyana, Darmiasti, and Ali Mifka Mifka, Historiografi di Indonesia :
Dari Magis - Religius Hingga Strukturis (Bandung: Refika Aditama, 2009), 141.
memanfaatkan teori dan metodologi. Penulis sekedar menceritakan
peristiwa serta prosesnya secara kronologis tanpa menjelaskan mengapa
dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Demikian juga penulis tidak
memperhatikan bentuk, pola, kecenderungan, dan hal-hal yang menjadi
ruang lingkup dan latar belakang terjadinya sebuah peristiwa. Kemudian
sejarah analisis (analytical history), yaitu penulisan sejarah yang
memanfaatkan teori dan metodelogi. Penulis menjelaskan asal mula
(genesis), sebab-sebab (causes), kecenderungan (trend), kondisi pada
saat itu dan perubahannya (change) dari konteks peristiwa tentunya
dengan mengaitkan masalah-masalah politik, sosial, kebudayaan, dan
sebagainya.18
Penelitian ini menggunakan teori Edward T. Hall (1973) Low
Context Culture (konteks budaya rendah), Low context culture terdapat
pada masyarakat yang menganut budaya individual, konteks budaya
rendah (A low context/LC) ditandai dengan pesan verbal dan eksplisit,
gaya bicara langsung, lugas dan terus terang. Pada budaya konteks
rendah mereka mengatatakan maksud dan memaksudkan apa yang
mereka katakan. Adapun fungsi reserse dipandang sebagai Low
Context relatif mudah diinterpretasikan atau dicerna kata-katanya,
karena disitu menampilkan makna tersurat, tidak bermakna ganda

18
Dien Madjid and Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta:
Kencana, 2014), 218.
sehingga tidak perlu banyak usaha untuk mengartikannya.19 Jadi low
context culture yang di tandai dengan komunikasi konteks rendah seperti
pesan verbal dan eksplisit. Maksudnya adalah adanya komunikasi yang
memberikan pesan dengan lisan pada budaya tersebut secara ‘terus
terang tidak berbelit-belit yang berhubungan dengan suatu budaya
sehingga komunikasi dapat dipahami dengan mudah sesuai dengan
tujuan pesan yang disampaikan. hubungannya adanya dalam konteks
tersebut terdapat beberapa individu yang beranggapan bahwa suatu
budaya terdapat kelebihan dan kekurangan. Makanya banyak budaya
yang lenyap begitu saja (terutama budaya baru) tanpa adanya
perkembangan seiringan dengan zaman. Maju dan berkembangnya
budaya tergantung dari banyak individu tersebut yang mendukung,
mengembangkan, menjaga dan melestarikan budaya itu.
G. Kerangka Berpikir
Judul: Perkembangan Wayang Golek Betawi di Jakarta 1999-2019

19
Edward T Hall, The Silent Language (Garden City, N.Y. Doubleday &
Company, Inc: Adumbration in Intercultural Communication.” The Ethnography of
Communication, Special Issue, American Anthropologist, Vol. 66, No. 6, Part II
(December 1964), 1959).
• Apa itu wayang golek Betawi ?
Pertanyaan
• Bagaimana perkembangan wayang golek
Penelitian dan
Argumen Utama
Betawi di Jakarta ?

• Wawancara dengan budaya Betawi


• Mencari tulisan yang berkaitan dengan
Sumber penelitian : buku, jurnal, dan media sosial

•Buku Suwaji Bustomi, Nilai - Nilai Seni Perwayangan, Semarang, Dahara Prize, 1993
• Buku Amir Mertosendono, Sejarah Wayang Asal - Usul, Jenis dan Cirinya, Semarang,
Dahara Prize, 1990
•Buku Yahya Andi Saputra dan Nurzain, Profil Seni Budaya Betawi, Jakarta : Dinas
Literature Review Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2009
METEDOLOGI

Temuan
METODE HISTORIS
Obsesrvasi adanya koleksi
wayang golek Betawi di Museum
wayang Jakarta yang menjadi
bukti bahwa wayang golek PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Betawi masih ada, adanya
sanggar yang menjadi pusat Edward T. Hall (1973)
penelitian, dan masih adanya TEORI Low Context Culture
pementasan disetiap acara (konteks budaya rendah)
formal dan non formal di Jakarta

Komunikasi yang memberikan


pesan dengan lisan pada sebuah
budaya secara terus terang tidak
berbelit-belit yang berhubungan
dengan suatu budaya sehingga
komunikasi dapat dipahami dengan
mudah
OUTLINE
ABSTRAK
KATA PENGANTAR………………………..………..…i
DAFTAR ISI…………………..………..……….………vii
BAB I PENDAHULUAN………………………..……….1
A. Latar Belakang……………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………6
C. Sumber Sejarah Primer………………………….……6
D. Signifikansi dan Hasil Yang Diharapkan…………….7
E. Literature Review…………………………………….8
F. Metode, Pendekatan, dan Teori………………………10
G. Kerangka Berfikir…………………………………….13
BAB II PENGENALAN WAYANG GOLEK
BETAWI……………………………………………………
A. Sejarah Wayang di Jakarta…………………………….
B. Sejarah Pengkreasi Awal Wayang Golek Betawi……
C. Demografi Budaya dan Masyarakat Jakarta (1999-2019)..
BAB III INDENTITAS WAYANG GOLEK
BETAWI…………………
A. Karakteristik Wayang Golek Betawi………………
B. Pertunjukan Wayang Golek Betawi………………..
C. Gaya Pendalangan Wayang Golek Betawi……………
BAB IV PERKEMBANGAN WAYANG GOLEK
BETAWI…………
A. Pengaruh Wayang Golek Betawi di Masyarakat………
B. Dua Dekade Wayang Golek Betawi di Jakarta………..
C. Peran Pemerintah dan Masyarakat Dalam Melestarikan
Wayang Golek Betawi………………………………..
BAB V PENUTUP ………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………….
B. Saran……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mertosendono SH. Sejarah Wayang Asal Usul, Jenis dan
Cirinya. Semarang: Dahara Prize, 1990.

Bastomi, Suwaji. NIlai-Nilai Seni Pewayangan. Semarang: Dahara


Prize, 1993.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: Penerbit UI Press, 2008.

Hall, Edward T. The Silent Language. Garden City, N.Y. Doubleday &
Company, Inc: Adumbration in Intercultural Communication.”
The Ethnography of Communication, Special Issue, American
Anthropologist, Vol. 66, No. 6, Part II (December 1964), 1959.

irvansetiawan. “Golek Lenong Betawi | Balai Pelestarian Nilai Budaya


Jawa Barat,” n.d. Accessed March 4, 2020.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/golek-lenong-
betawi/.

M. Dien Madjid, and Johan Wahyudi. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar.


Jakarta: Prenada Media Grup, n.d.

Madjid, Dien, and Johan Wahyudi. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar.


Jakarta: Kencana, 2014.
Media, Kompas Cyber. “Reza Purbaya, Penjaga Terakhir Wayang
Golek Betawi Halaman all.” KOMPAS.com. Accessed March 4,
2020.
https://nasional.kompas.com/read/2017/02/23/07000081/reza.pu
rbaya.penjaga.terakhir.wayang.golek.betawi.

Moh. Isa Pramana Koesoemadinata. “Wayang Kulit Cirebon : Warisan


Diplomasi Seni Budaya Nusantara.” ITB : J. Art & Des 4, No. 2
(2013).

Mu’jizah. “Teks, Konteks, Dan Pola Kebertahanan Wayang Kulit


Betawi.” Pusat Pengembangan dan Perlindungan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Vol. 18, No. 1 (2015).

Mulyana, Agus, Darmiasti, and Ali Mifka Mifka. Historiografi di


Indonesia : Dari Magis - Religius Hingga Strukturis. Bandung:
Refika Aditama, 2009.

Saputra, Yahya Andi, and Nurzain. Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta:
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2009.

Sri Mulyono. Wayang Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta:


CV Haji Masagung, 1989.
“Dalang Wayang : Tizar Purbaya, Kreator Wayang Golek Betawi.”
Informasi Wayang Nusantara, July 3, 2018. Accessed March
15, 2020. https://wayangku.id/dalang-wayang-tizar-purbaya-
kreator-wayang-golek-betawi/.

“Hasil Pencarian - KBBI Daring.” Accessed February 26, 2020.


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wayang.

“Jenis Wayang : Wayang Golek Betawi, Tahun 2001.” Informasi


Wayang Nusantara, February 23, 2018. Accessed March 15,
2020. https://wayangku.id/jenis-wayang-wayang-golek-betawi-
tahun-2001/.

Anda mungkin juga menyukai