Anda di halaman 1dari 15

Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi

(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)

Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 2, Ode Sofyan Hardi 2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan mobilitas sosial serta fungsi dan pola
sebaran Kesenian Ondel-ondel Betawi. Pada tahun 1940-an ondel-ondel yang difungsikan sebagai
kesenian yang bersifat sakral, namun saat ini ondel-ondel difungsikan sebagai kesenian Betawi yang
bersifat ekonomis. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Administrasi Jakarta Pusat pada pada tahun
2017. Dalam penelitian ini terdapat dua pertanyaan penelitian. Pertama, bagaimana perubahan fungsi
pada kesenian ondel-ondel Betawi. Kedua, bagaimana pola persebaran kesenian ondel-ondel Betawi.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix method), yaitu metode kualitatif untuk membahas
bagaimana perubahan fungsi kesenian ondel-ondel Betawi. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
Akademisi Universitas Negeri Jakarta, Seniman Betawi, Pengelola Sanggar Ondel-ondel, dan informan
pendukung seperti masyarakat yang pernah menggunakan ondel-ondel dalam acara kebudayaan yang
diambil secara snowball. Dan metode analisa geografis untuk mengetahui bagaimana pola persebaran
kesenian ondel-ondel Betawi dengan sampel populasi untuk sanggar. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam validitas
data adalah triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa, ondel-ondel merupakan kesenian
tradisional yang sangat identik dengan identitas etnis Betawi. Perpindahan masyarakat Betawi ke
pinggir Jakarta menyebabkan penggunaan ondel-ondel meredup karena masyarakat Betawi lebih
memilih untuk menggunakan seni musik modern dan membuat pengelola sanggar ondel-ondel
bertahan dengan cara mengamen keliling untuk biaya peremajaan sanggar sehingga terjadinya
mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Sanggar ondel-ondel di Kota Administrasi Jakarta Pusat
terdapat 5 sanggar aktif dengan termasuk kedalam Pola Tersebar Merata. Lokasi yang menjadi tujuan
mengamen keliling adalah lokasi yang ramai dengan aktivitas masyarakat. Dari mengamen inilah,
banyak oknum liar yang memanfaatkan keadaan ondel-ondel menjadi media untuk mencari makan
dengan penampilan seadanya dan mengharapkan belas kasihan dari masyarakat. Penampilan ondel-
ondel liar yang tidak sesuai pakem ini telah merubah fungsi dan makna ondel-ondel yang semula
merupakan atribut kebudayaan menjadi suatu kesenian budaya Betawi yang tidak dihargai lagi dengan
uang recehan.

Kata Kunci: Ondel-ondel Betawi, Identitas Etnis Betawi, dan Pola Persebaran Ondel-ondel

1
Guru Geografi Sekloha Menengah Atas
2
Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta

36
Mobilitas
MobilitasSosial
SosialDan
DanIdentitas
IdentitasEtnis
EtnisBetawi
Betawi
(Studi
(StudiTerhadap
TerhadapPerubahan
PerubahanFungsi
Fungsidan
danPola
PolaPersebaran
PersebaranKesenian
KesenianOndel-Ondeldi
Ondel-OndeldiDKI
DKIJakarta)
Jakarta)
Nur
NurFaizah
Faizah ,,Muhammad
1*
1* MuhammadZid Zid ,,Ode
11 OdeSofyan
SofyanHardi
Hardi
Pendahuluan Awal mulanya pertunjukan kesenian
Perpindahan masyarakat Betawi tidak telepas ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala
dari budaya yang melekat dalam dirinya, dari gangguan roh halus yang mengganggu.
termasuk membawa atribut kesenian yang Semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi
dimilikinya. Etnis Betawi memiliki bermacam- hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan
macam kesenian, salah satunya yaitu seni teater.
Teater Betawi tradisional merupakan teater yang kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada
lebih berlandaskan kehidupan agraris dan bersifat acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk
magis-religius. Unsur yang menarik dalam teater menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta
Betawi adalah keragaman etnik sosialnya. Sosial peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
asli Betawi tentu saja ada, namun datangnya Akan tetapi, belakangan ini keberadaan kesenian
pemukiman-pemukiman baru dari berbagai suku ondel-ondel kini tidak lagi dimanfaatkan untuk
dan bangsa menjadikan Betawi tempat
kegiatan budaya, melainkan disalahgunakan
bercampurnya etnik dan budaya. Teater Betawi
merupakan pertunjukkan yang membawakan untuk kegiatan mengamen. Penyalahgunaan
lakon atau cerita dan terbagi menjadi menjadi kegiatan kebudayaan seperti ini dilakukan oleh
empat jenis; teater tutur, teater tanpa tutur, para pengamen yang berasal dari masyarakat
wayang, dan teater peran. Teater tanpa tutur Jakarta itu sendiri. Menurut kutipan dari Berita
yaitu jenis teater yang dimainkan tanpa berbicara, Jakarta (2017), kondisi ini membuat Wakil
jadi hanya sebatas memperagakan gerak tubuh Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidajat
dengan diiringi musik dan lagu. Di Betawi teater
tersinggung. Terlebih ondel-ondel merupakan
tanpa tutur ada dua, yaitu ondel-ondel dan
gemblokkan. Menurut Sumarjo (1992:76), ondel- kesenian khas Betawi yang harusnya dilestarikan.
ondel merupakan suatu wadah yang dijadikan Ia pun meminta Satuan Polisi Pamong Praja
personifikasi leluhur nenek moyang. Dengan (Satpol PP) untuk menertibkan keberadaan
demikian dapat dianggap sebagai pembawa pengamen ondel-ondel tersebut. “Itu sebaiknya
lakon atau cerita, walaupun hanya sebagai alat ditangkap dan diberikan pengertian. Tidak boleh
peraga yang tidak berbicara atau bertutur. menggunakan atribut budaya, apalagi di Jakarta
Ondel-ondel merupakan hasil dari
ditonton orang, malu dong.” Pada penelitian ini,
kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar
peneliti memfokuskan penelitian pada beberapa
yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan
aspek guna mempermudah peneliti dalam
garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari
melakukan penelitian. Fokus penelitian tersebut
anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul
yakni perubahan fungsi pada kesenian ondel-
dari dalam oleh orang yang membawanya. Pada
ondel Betawi. Dan bagaimana persebaran
wajahnya berupa topeng atau kedok yang
kesenian ondel-ondel seiring dengan bergesernya
dipakaikan ke anyaman bambu dengan kepala
masyarakat Betawi. Masyarakat harus memaknai
yang diberi rambut yang terbuat dari ijuk. Wajah
kebudayaan khususnya kesenian ondel-ondel
ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan
Betawi demi kelestarian budaya daerah. Salah
warna merah, sedangkan yang perempuan dicat
satunya membangun pelestarian budaya daerah
dengan warna putih. Jenis pertunjukan kesenian
pada masyarakat.
ondel-ondel sudah ada sejak sebelum
tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa. Awal
1. Konsep Mobilitas Sosial
mula masyarakat Betawi menyebutnya dengan
Perilaku mobilitas sosial berbeda dengan
barungan yang berasal dari kata bareng-bareng
perilaku kelahiran dan kematian. Mobilitas sosial
atau bersama-sama. Sebutan itu datang dari
tidak ada sifat keajegan seperti angka kelahiran
kalimat ajakan dalam logat Betawi “Nyok, kite
dan kematian. Mobilitas berasal dari bahasa
ngarak bareng-bareng”.
Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah

37
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi mobilitas
Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan dengan peduduk.
“gerak” atau “perpindahan”. Soekanto (2012: 219)
mengatakan bahwa gerak sosial atau social 2. Perubahan Sosial
mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial, Gerak sosial senantiasa melibatkan
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi perubahan-perubahan dalam beberapa subsistem
suatu kelompok sosial. Stuktur sosial mencakup lain dalam masyarakat. Sebaliknya, gerak sosial
sifat-sifat hubungan antara individu dalam dapat pula ditentukan oleh beberapa perubahan
kelompok dan hubungan antara individu dengan tersebut. Perubahan sosial dapat berarti adanya
kelompoknya. Menurut Mantra (2000: 1-2), ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang
mobilitas sosial dibagi menjadi dua yaitu mobilitas saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga
sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. menghasilkan suatu pola kehidupan baru yang
Mobilitas sosial vertikal adalah perubahan status dapat saja tidak serasi fungsinya dengan pola
seseorang dari waktu tertentu ke waktu yang lain kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
atau sering disebut perubahan status pekerjaan. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti
Sedangkan mobilitas horizontal adalah gerak mengalami perubahan. Perubahan bagi
sosial dari satu wilayah menuju ke wilayah yang masyarakat yang bersangkutan maupun bagi
lain dalam jangka waktu tertentu. Batas wilayah orang luar yang menelaahnya, dapat berupa
umumnya dipergunakan batas adminstrasi, perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam
misalnya provinsi, kabupaten, kecamatan, arti kurang mencolok. Adapula perubahan-
kelurahan atau pedukuhan. Mobilitas sosial perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun
horizontal dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang luas, serta adapula perubahan-perubahan
mobilitas permanen atau migrasi, dan mobilitas yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan
non-permanen (migrasi sirkuler). cepat.
Setiap mobilitas atau perpindahan selalu Disadari atau tidak budaya yang dimiliki
didasari oleh 2 faktor, yaitu faktor pendorong selalu mengalami perubahan baik direncanakan
(push factor) dari daerah asal dan faktor penarik atau pun tidak. Perubahan sosial (social change)
(pull factor) dari daerah tujuan, atau dengan adalah perubahan lembaga sosial dalam
adnya faktor lain seperti faktor cultural mission masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial,
(yakni seperangkat tujuan yang diharapkan oleh nilai, sikap, dan prilaku individu dan kelompoknya.
masyarakat budaya tesebut untuk dicapai dalam Menurut Ogburn (dalam Soekanto, 2012: 262)
tujuan). Menurut Naim (1984:247), mengatakan bahwa ruang lingkup perubahan-
Ada beberapa teori yang menerangkan perubahan sosial meliputi unsur-unsur
mengapa seseorang mengambil keputusan kebudayaan baik yang material terhadap unsur-
melakukan mobilitas. Pertama, seseorang unsur immaterial. Sedangkan Gillin (dalam
mengalami tekanan (stres), baik ekonomi, sosial, Soekanto, 2012: 263) mengatakan perubahan-
maupun psikologi ditempat ia berada. Tiap-tiap perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
individu mempunyai kebutuhan yang berbeda- cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-
beda, sehingga suatu wilayah dinyatakan sebagai perubahan kondisi geografis, kebudayaan,
wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya. materiil, komposisi sosial, ideologi maupun
Kedua, terjadi perbedaan nilai kefaedahan karena adanya difusi ataupun penemuan-
wilayah antara tempat yang satu dengan tempat penemuan baru dalam masyarakat.
yang lainnya. Apabila tempat yang satu dengan Ahli lain berpendapat bahwa perubahan
yang lainnya tidak ada perbedaan nilai sosial terjadi karena adanya perubahan dalam

38
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
unsur-unsur yang mempertahankan golongan yang dilakukan berdasarkan atas
keseimbangan masyarakat, seperti misalnya serangkaian ciri-cirinya yang merupakan satu
perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, satuan sistem yang bulat dan menyeluruh, yang
ekonomis, atau kebudayaan. Pada dewasa ini menandainya sebagai termasuk dalam golongan
proses-proses pada perubahan-perubahan sosial tersebut. Identitas atau jati diri itu muncul dan ada
dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu dalam interkasi. Sedangkan menurut
sebagai berikut: Koentjaraningrat (2002: 146) masyarakat adalah
a) Tidak ada masyarakat yang berhenti kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
perkembangannya karena setiap masyarakat menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
mengalami perubahan yang terjadi secara bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa
lambat atau secara cepat. identitas bersama.
b) Perubahan yang terjadi pada lembaga Sejarah terbentuknya masyarakat Betawi
kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan di Jakarta berjalan sangat panjang, sepanjang
perubahan-perubahan pada lembaga- perjalanan sejarah terbentuknya Kota Jakarta.
lembaga sosial lainnya.
Pada umumnya orang Betawi sendiri tidak
c) Perubahan-perubahan sosial yang cepat
mengetahui mite atau legenda yang menceritakan
biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
asal-usul diri mereka. Orang Betawi terbentuk
bersifat sementara karena berada di dalam
proses penyesuaian diri. dari beberapa kelompok etnik yang
d) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi percampurannya dimulai sejak zaman kerajaan
pada bidang kebendaan atau bidang spiritual Sunda, Pajajaran, dan pengaruh Jawa yang
saja karena kedua bidang tersebut dimulai dengan ekspansi Kerajaan Demak.
mempunyai kaitan timbal balik yang sangat Percampuran etnik tersebut dilanjutkan dengan
kuat. pengaruh-pengaruh yang masuk setelah abad ke-
Bersamaan dengan penyebaran dan 16, dimana VOC turut mempunyai andil dalam
migrasi kelompok-kelompok manusia di muka proses terbentuknya indentitas orang Betawi.
bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan Kutipan buku Jearboek van Batavia (dalam
dan sejarah dari proses persebran unsur-unsur Ensiklopedi Jakarta, 2005: iv) menggambarkan
kebudayaan ke seluruh penjuru yang di sebut bahwa masyarakat Betawi adalah hasil
dengan proses difusi. percampuran dari berbagai latar belakang
tersebut tetapi bersifat menyatu. Sejumlah
3. Identitas Etnis Betawi dan Ondel-ondel 210.000 orang merupakan kelompok yang terdiri
Dalam kehidupan bersama, setiap dari berbagai suku Gemeente Batavia ini. Semula
manusia mempunyai ciri-ciri khusus atau keadaan sosial pribumi terdiri dari suku Sunda tetapi lama
khusus yang disebut dengan istilah identitas atau kelamaan bercampur dengan suku-suku dari
jati diri yang melekat pada seseorang. Identitas pulau lain, seperti Melayu, Bugis, Ambon,
juga berarti sekumpulan ciri khusus yang dapat manado, Timor dan sebagainya. Yang kaum
membedakan dengan yang lain. Suparlan (dalam lelakinya menikahi wanita setempat baik untuk
Buchari, 2014: 21) mengatakan identitas atau jati waktu lama maupun pendek. Juga orang Eropa,
diri itu muncul dan ada dalam interaksi. Cina, Arab, Jepang dan sebagainya menyukai
Seseorang mempunyai jati diri tertentu karena wanita-wanita pribumi.
diakui keberadaannya oleh orang lain dalam Ketika Jepang masuk ke Indonesia, kota
suatu hubungan yang berlaku. Identitas atau jati Batavia diganti namanya menjadi Jakarta. Pada
diri adalah pengenalan atau pengakuan terhadap saat ini baik Kota Jakarta maupun kampung-
seseorang sebagai termasuk dalam sesuatu kampung didalamnya telah berkembang cepat.

39
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan, di perubahan sikap, perubahan kepemilikan tanah,
Jakarta pada saat ini terdapat tiga (3) tipologi perubahan status di masyarakat, dan lain
kampung, yaitu kampung kota, kampung sebagainya.
pinggiran, dan kampung pedesaan. Selain tipologi Dinamika sosial budaya suatu
kampung Betawi, wilayah budaya Betawi dibagi masyarakat termasuk Betawi, telah membawa
menjadi dua (2) bagian, yaitu Betawi Tengah atau dampak diberbagai bidang kehidupan yang juga
Betawi Kota yang meliputi wilayah yang pada berpengaruh pada tatanan masyarakat yang telah
zaman akhir Pemerintahan jajahan Belanda, ada. Kehidupan manusia dalam bermasyarakat
daerah persebarannya meliputi: Gambir, Sawah sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Besar, Kemayoran, Senen, Cempaka Putih, Indonesia dengan berbagai jenis adat istiadatnya
Menteng, Tanah Abang, sebagian Grogol memiliki aturan-aturan yang masih kukuh dianut
Petamburan, Taman Sari, Sebagian Penjaringan, oleh masyarakatnya. Saat era reformasi, budaya
Tanjung Priuk, Koja, Cilincing, Matraman, dan lokal diharapkan memiliki arti penting dan dapat
Setia Budi. Betawi Pinggiran yang pada masa- menjadi salah satu kekuatan ditengah kancah
masa yang lalu oleh orang Betawi Tengah sering globalisasi. Globalisasi budaya selalu
disebut “Betawi Ora” menjangkau hingga ke menimbulkan pertanyaan akan bertahannya
wilayah Jawa Barat, sehingga budaya Sunda identitas budaya dan manusia lokal sebagai
mempengaruhi bahasa dan logat yang strategi dan dinamika budaya lokal.
digunakan. Wilayah Betawi Pinggir antara lain Koentjaraningrat (2005:19) kebudayaan
Kebon Jeruk, Cengkareng, Pulo Gadung, (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala
Cakung, Jatinegara, Kramat Jati, Pasar Rebo, pikiran dan perilaku manusia yang fungsional,
Pasar Minggu, Mampang Prapatan, Tebet, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati
Kebayoran Baru, Ciladak, Kebayoran Lama, dengan pancainderanya (yaitu penglihatan,
sampai luar Jakarta seperti Bekasi, Bogor, pennciuman, pengecap, perasa, dan pendengar).
Tangerang, Cikarang, dan Depok. Untuk Berdasarkan indera penglihatan manusia, maka
membedakan identitas orang Betawi asli atau kesenian dapat dibagi sebagai berikut: seni rupa
bukan dapat dilihat dengan cara bahasa dan seni pertunjukan. Dalam seni pertunjukan,
bicaranya, melalui tradisi-tradisinya maupun indera pendengaran sebenarnya juga turut
melihat garis keturunan keluarganya. berperan, oleh karena didalamnya diolah pula
Dalam kaitannya dengan mobilitas sosial berbagai efek suara dan musik untuk
etnis Betawi dengan perubahan persebaran menghidupkan suasana.
kesenian ondel-ondel adalah sebuah tradisi atau Ondel-ondel berbentuk boneka besar
kebiasaan melakukan perpindahan atau dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran
pergerakan tempat tinggal membawa atribut dari kurang lebih 2,5 m, tinggi dan garis tengahnya
kesenian yang ia miliki sebagai identitas kurang dari 80 cm. dibuat sedemikian rupa agar
budayanya dari satu wilayah ke wilayah lainnya. pemikulnya yang berada di dalamnya dapat
Sebuah budaya yang secara tidak langsung telah bergerak dengan leluasa. Rambutnya terbuat dari
disosialisasikan dari generasi terdahulu kepada ijuk, atau “duk” dalam bahasa Betawi. Wajahnya
generasi penerusnya, sehingga terjadi berbentuk topeng atau kedok dengan mata bulat
persamaan pandangan dan pola tingkah laku dari melotot. Ondel-ondel yang menggambarkan laki-
kedua generasi tersebut dalam menyikapi laki berwajah merah dan ondel-ondel perempuan
pergeseran atau perpindahan sosial. Banyak hal berwajah putih atau kuning.
yang mengalami perubahan, baik itu perubahan Kesenian ondel-ondel telah ada sebelum
pola pandangan mengenai masa depan, Islam tersebar di Pulau Jawa. Para Seniman

40
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
Betawi memperkirakan kesenian ondel-ondel “dimanusiakan” atau dimodifikasi hingga dengan
telah ada di Jakarta sejak berabad lalu. Istilah tampilan pada saat ini yang cantik dan juga
ondel-ondel tidak diketahui pasti asal mulanya. tampan. Ketika melakukan pertunjukan, dengan
Namun apabila ditelaah lebih dalam, besar dengan menggoyang-goyangkan badan dan
kemungkinan istilah ondel-ondel muncul kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan, ondel-
dikarenakan permainan kata semata, dimana ondel sering kali diiringi dengan musik khas
muncul pengulangan kata “Ondel” menjadi Betawi seperti tanjidor. Selain diiringi tanjidor dan
“Ondel-ondel” dikarenakan ingin menyebut marawis, ondel-ondel juga sering diiringi dengan
sepasang boneka raksasa itu secara gambang kromong, yaitu kelompok musik khas
berpasangan, serta juga fitrahnya orang Betawi Betawi yang juga sering dipakai untuk mengiringi
yang terkenal dengan gaya bicara yang ceplas- acara Lenong Betawi, serta diiringi juga dengan
ceplos, tetapi tanpa makna yang jelas. tari-tarian (umumnya silat, dibawakan oleh dua
Pada era tahun 40–an kesenian ondel- orang pria).
ondel berperan sebagai leluhur atau nenek Ketika wajah kota Jakarta berubah
moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya menjadi lebih modern sekitar tahun 1960–an
atau sosial suatu desa dan personifikasi leluhur hingga kini, wajah boneka raksasa itu
sebagai pelindung. Pola pemikiran masyarakat tampilannya tidak lagi menyeramkan dan berbau
dulu yang masih percaya terhadap hal-hal yang mistis. Wajah dan gambaran dari ondel-ondel
berbau mistis membuat boneka ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat
dijadikan media perantara untuk para roh-roh bagi semua semua kalangan, termasuk anak-
nenek moyang. Dikarenakan waktu yang sangat anak. Ondel-ondel yang dahulu telah mengalami
mendesak, pembuatan Barongan pada saat itu reproduksi budaya yang mempunyai bentuk dan
menjadi sangat seadanya, bermodalkan kayu dan fungsi yang berbeda dengan saat ini. Hal itu agar
rotan serta kain bekas/kain perca yang tak lagi ondel-ondel dapat diterima oleh masyarakat Kota
terpakai dan juga menyeramkan (khusus untuk Jakarta pada umumnya yang mempunyai
barongan laki-laki), hal itu ditandai dengan kebudayaan dan latar belakang yang berbeda.
adanya gigi taring pada barongan laki-laki pada Sejak tahun 1977, ondel-ondel terlihat
masa-masa awal, yang tak lagi kita temui pada lebih bersifat kebudayaan yang menghibur untuk
kesenian ondel-ondel modern. Setelah barongan acara seremonial orang Betawi, seperti khitanan,
selesai dibuat, maka diadakan ritual atau pernikahan, dan hajatan-hajatan orang Betawi
ngungkup (penguapan dan pembakaran lainnya. Ondel-ondel juga digunakan sebagai
kemenyan pada bagian dalam kerangka salah satu ikon Kota Jakarta. Dalam
barongan). Selepas itu barongan mulai banyak perkembangan ondel-ondel, ondel-ondel zaman
digunakan dalam upacara penolakan bala sekarang masih ada dan menjadi penghias dari
lainnya, seperti upacara peletakan batu pertama Kota Jakarta. Bahkan, sampul ondel-ondel
hingga upacara peresmian gedung/bangunan digunakan sebagai sampul buku atau majalah
baru. Oleh karena itu tidak heran kalau wujud dan cinderamata khas Kota Jakarta.
ondel-ondel dahulu, menyeramkan.
Hingga pada zaman pemerintahan
Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1966 – 1977
ondel-ondel mulai diangkat sebagai kesenian
rakyat. Tentu saja tampilanya belum semenarik
sekarang. Semenjak dijadikan kesenian daerah
sedikit demi sedikit wajah ondel-ondel mulai

41
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
sebagai calon suami yang akan menjadi
pelindung bagi mempelai wanita.

4. Hakikat Pola Persebaran


Sumaatmadja (1988: 142), mengatakan
bahwa sebaran adalah keletakkan gejala pada
saat tertentu dalam bidang muka bumi. Pola
berhubungan dengan penyebaran (distribusi),
tetapi lebih menekankan pada bentuk dari pada
ruang. Contoh pola misalnya, distribusi kota-kota
sepanjang jalan kereta atau rumah-rumah di
Gambar1. Kesenian ondel-ondel kini lebih bersifat sekitar sepanjang jalan mempunyai pola linear.
menghibur Pola memusat meliputi konsentasi suatu benda di
Sumber: Dokumentasi Peneliti sekitar suatu titik. Pola acak merupakan
gambaran yang paling baik untuk sebuah
Pada era 40–an, ondel-ondel berfungsi distribusi tidak berstruktur.
sebagai pengusir setan dan penolak bala oleh Sumaatmadja (1998: 79), menyatakan
sebagian masyarakat Betawi. Kesenian ondel- bahwa pola sebaran adalah bentuk suatu
ondel juga memerankan leluhur atau nenek fenomena atau gejala yang digambarkan menurut
moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya letaknya. Pola sebaran biasanya dipengaruhi oleh
atau sosial suatu desa. Karena pada awalnya berbagai faktor, antara lain keadaan topografi
berfungsi sebagai personifikasi leluhur sebagi (permukaan bumi), elevasi, vegetasi, keadaan
pelindung. Namun, fungsi tersebut kini telah cuaca, perilaku populasi serta faktor lingkungan
memudar seiring dengan kemajuan pemikiran lain. Ada 3 macam pola sebaran teoritis yang
masyarakat Betawi. Makna mistis tersebut dapat menggambarkan tipe-tipe dasar sebaran
bertahan hingga pada era 50–an. Ketika itu spasial suatu populasi, yaitu:
ondel-ondel tampil dengan rambut gondrong, a) Pola Mengelompok (Cluster Pattern),
bercaling, dan menakutkan. Sebaran populasi pada suatu tempat pada
Pada era 70–an fungsi ondel-ondel umumnya mengelompok. Sebaran kelompok
mengalami pergeseran, yakni sebagai pengarak ini terjadi karena beberapa faktor lingkungan
atau pengiring pengantin sunat gaya Betawi. yang berbeda, misalnya faktor topografi.
Pada era ini cara berpakaian ondel-ondel pun Selain itu, ada pula sebaran mengelompok
yang disebabkan oleh kepadatan yang tinggi.
mengalami perubahan, terlihat lebih sopan,
b) Pola Tersebar Tidak Merata (Random
berwarna, dan bersifat menghibur. Tak hanya itu,
Pattern), Pola ini terjadi jika sebaran-sebaran
ondel-ondel juga telah menjadi salah satu simbol
individu dalam populasi menyebar secara
Kota Jakarta, misalnya pada perayaan HUT acak.
Jakarta dan Festival Palang Pintu. Festival c) Pola Tersebar Merata (Dispersed Pattern),
Palang Pintu yaitu salah satu prosesi adat Betawi Sebaran populasi dikatakan tersebar merata
yang diadakan pada saat upacara penyambutan apabila individu-individu didalam populasi
calon mempelai pria ke kediaman calon mempelai relatif terdesak-desakan (crowded) dari
wanita dengan cara saling bersautan pantun, tempat ke tempat lain yang mempunyai
beradu silat dan mengaji yang bertujuan sebagai kesamaan baik dalam bentuk topografi
ujian bagi mempelai pria sebelum diterima maupun kerapatan populasi.
d)

42
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
mengumpulkan data-data untuk diolah
sehingga menggambarkan dan menjelaskan
Seragam mengenai studi perubahan fungsi kesenian
T=2.15 ondel-ondel Betawi.
2. Metode analisa geografis, metode ini
Gambar 2. Tipe-tipe Dasar Spasial
digunakan untuk mengkaji pola persebaran
Sumber: theplanner.wordpress.com
kesenian ondel-ondel di wilayah Kota
Mengelompok Acak
Dalam geografi,T=1.00 untuk memecahkan Administrasi Jakarta Pusat.
T=0
berbagai masalah geografi digunakan beberapa Penelitian ini menggunakan teknik
pendekatan yaitu dengan menggunakan Analisa snowball. Pengambilan sampel dengan teknik ini
keruangan, analisa ekologi, dan analisa wilayah. dilakukan secara berantai. Pada tingkatan
Menurut Bintarto (1991:74) terdapat 4 macam operasionalnya, seorang responden yang relevan
jenis persebaran yaitu sebaran titik (point di wawancara, kemudian diminta untuk
distribution), sebaran garis (line distribution), menyebutkan responden lainnya yang memiliki
sebaran luas diskrit (discrete areal distribution) spesifikasi sama untuk menjadi responden,
dan sebaran luas kontinum (continuous areal karena biasanya mereka saling mengenal.
distribution). Sebaran titik (point distribution), Teknik pengumpulan data adalah cara
cirinya adalah penyebaran suatu lokasi, yang digunakan untuk memperoleh data atau
contohnya seperti sebaran pasar, sebaran informasi. Teknik pengumpulan data makna
fasilitas, dan sebaran titik api. Sebaran garis (line Ondel – ondel Betawi dalam penelitian ini
distribution), cirinya adalah penyebaran suatu dilakukan dengan dua cara wawancara yang
arus, atau jaringan, contohnya seperti jaringan merupakan metode pengumpulan data yang
jalan, jaringan sungai, dan arus migrasi. Sebaran berupa pertemuan antara pewawancara dengan
luas diskrit (discrete areal distribution) cirinya informan untuk meminta informasi dengan tanya
adalah penyebaran suatu area seperti misalnya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun
sebaran jenis batuan atau jenis tanah. Sementara makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
sebaran luas kontinum (continuous areal mendalam dilakukan kepada informan yang
distribution) contohnya seperti Isotherm atau ditunjuk secara sengaja untuk mendapatkan
ketinggian tempat. rincian informasi terkait studi terhadap makna dan
Haggett (dalam Bintarto, 1991:75) persebaran kesenian ondel-ondel berdasarkan
menjelaskan bahwa fecture titik merupakan salah gerak sosial masyarakat Betawi. Data yang
satu visualisasi data yang mempresentasikan diperoleh dicatat secara manual (direkam).
individu yang memiliki atribut pada posisi Menguji keabsahan data, dilakukan
geografis tertentu. Pada dunia nyata, penyebaran triangulasi sumber data. Didapatkan hasil bahwa
data titik di permukaan bumi akan membentuk dalam wawancara dengan beberapa informan,
suatu pola yang khas sesuai faktor-faktor terdapat kesamaan dalam hal: (1) makna
pendukungnya. kesenian ondel-ondel Betawi, (2) minat
masyarakat kesenian ondel-ondel Betawi, (3)
Metode penelitian
keberadaan dan persebaran kesenian ondel-
Metode penelitian yang digunakan dalam
ondel Betawi, (4) peran dan fungsi kesenian
penelitian ini adalah metode campuran (mix
ondel-ondel Betawi, (5) eksistensi dan
method) dengan pendekatan:
keberadaan kesenian ondel-ondel Betawi.
1. Metode kualitatif deskriptif, metode penelitian
yang dilakukan adalah dengan

43
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
Hasil Penelitian senantiasa menjaga anak cucunya atau sosial
suatu desa dan personifikasi leluhur sebagai
Perubahan Makna Kesenian Ondel-ondel Betawi pelindung. Pola pemikiran masyarakat dulu yang
dalam penelitian ini terbagi menjadi 4 indikator, masih percaya terhadap hal-hal yang berbau
yaitu sejarah Ondel-ondel Betawi, fungsi dan mistis membuat boneka ondel-ondel dijadikan
makna Ondel-ondel Betawi, keberadaan Ondel- media perantara untuk para roh-roh nenek
ondel Betawi, dan minat masyarakat terhadap moyang. Makna mistis bernuansa sakral dan
Ondel-ondel Betawi Sejarah keberadaan Ondel- keramat berkembang hanya pada tahun 70-an
ondel tidak diketahui secara pasti. Ada yag yang dalam kehidupan masyarakat Betawi. Ondel-
mengatakan ondel-ondel merupakan aplikasi dari ondel yang diekspresikan dalam bentuk topeng
barongsai Cina sehubungan dengan nama orang-orangan besar, yang dalam pertunjukannya
sebelumnya yaitu barungan, ornament (hiasan), menari-nari dan menggoyangkan kepalanya yang
kemiripan pewarnaan dan aksesoris yang digerakkan oleh seseorang dalam topeng itu
digunakan. Ondel-ondel juga dikaitkan dengan sendiri. Pada era ini Ondel-ondel juga telah
ritual yang dijalankan oleh nenek moyang untuk menjadi salah satu simbol Kota Jakarta, misalnya
menolak bala yang dikenal dengan tradisi pada perayaan HUT Jakarta dan Festival Palang
barungan, yaitu kegiatan rombongan arak-arakan Pintu. Festival Palang Pintu yaitu salah satu
keliling kampung boneka besar yang diiringi prosesi adat Betawi yang diadakan pada saat
musik (tabuh, tek yan).Jenis pertunjukan ondel- upacara penyambutan calon mempelai pria ke
ondel sudah ada sebelum tersebarnya agama kediaman calon mempelai wanita dengan cara
Islam di Jawa. Awal mula masyarakat Betawi saling bersautan pantun atau pun dalam acara
menyebutnya dengan barongan yang berasal dari khitanan. Namun, seiring dengan berkembangnya
kata barengan atau bareng-bareng. Sebutan itu Ondel-ondel, banyak oknum-oknum yang tidak
datang dari kalimat ajakan dalam logat Betawi bertanggung jawab yang memanfaatkan kesenian
Benyamin Sueb (alm.) melantunkan tembang Betawi ini. Tidak jarang kita melihat banyak
ondel-ondel. Bagaimanapun, Benyamin tidak Ondel-ondel yang turun ke jalan untuk
bermaksud mengubah sebutan boneka Betawi mengamen. Hal tersebut membuat adanya
itu. Namun setelah laris terjual di pasaran, sejurus perubahan fungsi dari Ondel-ondel itu sendiri.
dengan itu, sebutan barongan pun tergeser oleh Berdasarkan hasil wawancara dengan FI yang
ondel-ondel. Ondel-ondel adalah salah satu menuturkan bahwa Ondel-ondel sekarang hanya
kesenian Betawi yang dulu bersifat magis, untuk hiburan dan alat untuk mencari uang. Awal
tampak dari penggunaan mantra-mantra serta mula Ondel-ondel dianggap sesuatu yang sakral
kepercayaan untuk berkomunikasi dengan arwah dan dihargai, kini telah bergeser menjadi suatu
nenek moyang karena tidak sembarang orang alat untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan
dapat melainkan ondel-ondel apalagi cara mengamen. Banyak pihak yang
membuatnya. Pelaksanaan pertunjukan tersebut menyayangkan dan tidak setuju apabila aset
dilengkapi dengan beberapa cara, antara lain kebudayaan harus turun ke jalan karna
menghidangkan sesaji. Hal demikian senada dampaknya berpengaruh terhadap nilai budaya
dengan hasil wawancara dengan JR sewaktu Betawi, ditambah dengan banyaknya pengamen
beliau melakukan pertunjukan ondel-ondel Ondel-ondel yang mengamen tanpa
bersama saudaranya yang mengatakan bahwa menggunakan musik pengiring.
ada ritual khusus sebelum pertunjukan. Secara tidak langsung, dengan adanya
Pada era 40–an ondel-ondel berperan perubahan fungsi dari Ondel-ondel menjadi alat
sebagai leluhur atau nenek moyang yang untuk mencari makan, maka berubah pula makna

44
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
dari Ondel-ondel itu sendiri. Perkembangan mengamen ondel-ondel setiap harinya. Dalam
industri dan bisnis hiburan telah mengubah satu hari mengamen para pelakon Ondel-ondel ini
pandangan masyarakat terhadap fungsi dan bisa mendapatkan uang sekitar 300.000 –
makna kesenian ini. 500.000 dan itu belum dipotong uang sewa
Kesenian tradisional Ondel-ondel telah sekitar 50.000 – 70.000 serta dibagi rata
diangkat dan dikembangkan sebagai suatu kesemua pemain. Para pelakon ondel-ondel
kesenian yang popular dikalangan masyarakat hanya perlu sebuah ondel-ondel yang dapat
umum di kota besar Jakarta, yang dianggap mereka sewa atau mereka buat sendiri dengan
sebagai kesenian milik masyarakat Betawi, yang alat seadanya. Bentuk ondel-ondel itu pun tidak
kini telah menjadi kesenian “modern” yang setara diperhatikan sesuai dengan pakem yang berlaku.
dengan kesenian-kesenian modern lainnya. Ondel-ondel liar hanya menggunakan plastik
Terlihat dalam masyarakat Betawi sendiri dengan hitam sebagai pengganti rambut ondel-ondel
adanya usaha atau kreatifitas masyarakat Betawi yang seharusnya terbuat dari ijuk. Ukuran wajah
untuk mengangkat dan mempopulerkan kesenian atau topeng tidak disesuaikan dengan ukuran
tradisional menjadi “kesenian populer”. Namun, tubuh dari ondel-ondel tersebut, sehingga terjadi
pada abad ke 21 ini mungkin ada beberapa kesenjangan antara ukuran wajah dengan ukuran
kesenian Betawi yang hilang karena gagalnya badan. Serta pakaiannya yang dikenakan ondel-
dalam pewarisan kesenian tersebut. ondel liar terkesan sangat lusuh dan kotor karena
Kemajuan kesenian Betawi ini tidak lepas dari tidak adanya kepedulian pelakon ondel-ondel
peran para seniman dalam menjaga eksistensi tersebut terhadap penampilan alat kebudayaan
Ondel-ondel Betawi. Semakin tinggi eksistensi yang dibawakannya. Selain penampilan yang
Ondel-ondel, semakin marak pula oknum yang kurang menarik dan tidak sesuai dengan pakem
memanfaatkan kesenian ini untuk meraih kesenian ondel-ondel, pertunjukannya pun tidak
keuntungan pribadi tanpa mengikuti pakem yang diiringi dengan musik tabuhan ondel-ondel, baik
berlaku. secara live maupun dengan kaset, dan lagu yang
Perubahan pada fungsi Ondel-ondel yang dibawakan merupakan bukan lagu-lagu Betawi,
mengakibatkan penurunan makna dan nilai, tidak melainkan lagu barat ataupun lagu dangdut. Para
mempengaruhi terhadap minat masyarakat pelakon hanya membawa ember kecil untuk
kepada pertunjukan Ondel-ondel. Mereka pun sekedar meminta uang kepada masyarakat yang
tidak segan untuk melibatkan dan menyewa ditemuinya.
Ondel-ondel dalam acara khitanan, pernikahan, Keaslian Betawi dari pengamen ondel-
maupun acara ulang tahun yang bersifat untuk ondel liar ini pun diragukan. Hal ini terjadi karena
menghibur masyarakat sekitar. mudahnya mendapatkan bahan-bahan yang
Perkembangan ondel-ondel ini tidak diperlukan untuk membuat ondel-ondel, sehingga
sesuai dengan keadaannya dilapangan. Banyak siapapun dapat membuat ondel-ondel dengan
ondel-ondel yang dimanfaatkan oleh oknum- alat seadanya. Aturan lain yang tidak sesuai
oknum liar untuk turun ke jalan sebagai dengan para pengamen ondel-ondel liar ini
pengamen atau hanya sekedar meminta belas adalah tidak mengenal waktu untuk mengamen,
kasihan dari pengguna jalan. Awal mula ondel- dan lokasi untuk bermain ondel-ondel di
ondel turun ke jalan adalah untuk mengenalkan sembarang tempat yang mengakibatkan
kesenian Betawi ini kepada masyarakat, namun kemacetan di jalan raya. Penampilan pemainnya
niat baik ini disalahgunakan sebagian orang. pun lebih terkesan seperti preman dan kurang
Ondel-ondel ini dijadikan alat untuk mencari sopan bagi pengiring wanita. Seharusnya para
makan karena tergiurnya dengan pendapatan dari pemain ondel-ondel menggunakan baju yang

45
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
telah ditetapkan, yaitu baju sadaria atau pakaian kebijakan untuk mewajibkan adanya Ondel-ondel
yang lebih sopan, dan dalam rombongan ondel- di sekolah, di hotel, di instansi-instansi hingga di
ondel wanita dilarang untuk ikut dalam arak- perkantoran dengan alasan agar masyarakat
arakan tersebut. lebih mengenal Ondel-ondel sebagai kesenian
Hal ini secara tidak langsung merubah budaya Betawi.
fungsi dari Ondel-ondel yang semula bagian dari Masyarakat mengharapkan adanya
atribut sebuah kebudayaan menjadi ajang event-event kebetawian yang menampilkan
pertunjukan untuk mencari makan. Sehingga beragam budaya Betawi, baik dari kesenian
makna dari Ondel-ondel itu pun mengalami maupun kuliner dengan memanfaatkan fasilitas
pergeseran menjadi suatu kesenian yang tidak yang ada tidak hanya di Setu Babakan seperti
dihargai lagi dan menurunkan citra budaya Betawi Monas, Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, dan
dengan uang recehan. Tidak jarang beberapa sebagainya. Serta adanya modifikasi dalam
diantara mereka terkena razia oleh petugas P3S setiap pertunjukan Ondel-ondel yang
(Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian digabungkan dengan cerita-cerita drama kolosal
Sosial) Dinas Sosial. Perlu ada binaan bagi agar Ondel-ondel lebih berwarna dan tidak
pengelola sanggar agar lebih memperhatikan membosankan. Tidak lupa perlu adanya
keadaan Ondel-ondel yang mereka miliki dan kerjasama dan dukungan eksternal dari
sosialisasi kepada masyarakat bagaimana pemerintah dan para seniman agar kesenian
seharusnya atribut kebudayaan tersebut Betawi lainnya, tidak hanya Ondel-ondel dapat
diperlakukan agar nilai dari budaya Betawi itu tetap bertahan dan tetap eksis di dalam maupun
sendiri tidak turun. luar negeri.
Penurunan makna dan nilai pada Ondel-ondel Perpindahan masyarakat Betawi ke
tidak semata-mata menurunkan minat pinggir Jakarta membawa dampak terhadap
masyarakat terhadap kesenian boneka raksasa keberlangsungan sanggar kesenian ondel-ondel.
ini. Masih ada kesadaran dari masyarakat itu Semakin banyak pendatang yang masuk ke
sendiri untuk melestarikan Ondel-ondel yaitu Jakarta, maka semakin para pengelola sanggar
dengan melibatkan Ondel-ondel dalam beberapa mendapatkan panggilan ondel-ondel untuk acara
acara, seperti khitanan atau sunatan, atau pun adat Betawi. Ditambah anggapan bahwa
dalam acara ulang tahun. Harga untuk sewa penggunaan adalah hal yang kuno, masyarakat
Ondel-ondel dalam acara pun beragam. Harga Betawi di Kota Jakarta sekarang lebih senang
yang dipasang mulai dari 1 juta hingga 3 juta menggunakan seni musik modern untuk
rupiah, lengkap dengan musik pengiring dan para memeriahkan acara seremonial yang mereka
pemain. Berbeda lagi harga yang dipasang untuk laksanakan. Sanggar kesenian ondel-ondel yang
acara yang diselenggarakan oleh pemerintah berada di Kota Administrasi Jakarta pusat tetap
daerah, tarif yang ditentukan ada 5 juta rupiah bertahan dan bersaing dengan perubahan yang
persekali tampil. Jika Ondel-ondel yang di sewa terjadi dengan cara keliling mengenalkan ondel-
hanya untuk di pajang, tarif yang dikenakan ondel ke masyarakat karena mereka
adalah sekitar 500 ribu rupiah perhari. Biaya membutuhkan biaya untuk perawatan sanggar
inilah yang akan digunakan para sanggar untuk dan peremajaan ondel-ondel. Mereka berkeliling
membayar para pemain dan untuk peremajaan dengan cara mengamen membawa sepasang
sanggar. Hanya saja mereka harus lebih selektif ondel-ondel lengkap dengan alat musik live
lagi dalam menentukan sanggar yang akan maupun kaset. Lokasi pertunjukan yang menjadi
mereka sewa agar tidak mengecewakan. Selain tujuan mereka adalah lokasi yang ramai dengan
dari masyarakat, pemerintah sendiri membuat aktivitas masyarakat seperti pasar, stasiun,

46
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
terminal, pusat perbelanjaan, tempat makan kaki pertunjukan terjauh di wilayah Mangga Besar (3,6
lima, pasar malam, dan lokasi yang ramai lainnya. Km) dan titik lokais terdekat di wilayah Sumur
Lokasi pertunjukannya pun tersebar berbeda- Batu (0,78 Km). Dan terakhir Sanggar Beksi Utan
beda setiap sanggar untuk menghindari konflik. Panjang dengan lokasi pertujukan terjauh di Balai
Tidak jarang mereka harus mengamen hingga ke Kota (3 Km) dan lokasi terdekat di Pekan Raya
luar wilayah sanggar bahkan ke Luar Jakarta Jakarta (0,9 Km).
untuk memenuhi panggilan sewa ataupun hanya Keberadaan sanggar ini berdasarkan
sekedar mengamen. Hal inilah yang membuat perhitungan dengan analisis Tetangga Terdekat,
pengelola sanggar untuk melebarkan eksistensi persebaran sanggar Ondel-ondel di Kota
sanggarnya dengan membuka anak sanggar Administrasi Jakarta pusat memiliki nilai 1,776
(cabang) di wilayah yang menjadi lokasi dan termasuk kedalam kelompok Pola Tersebar
pertunjukan mereka. Yang mengelola sanggar Merata. Hal ini dikarenakan pemilihan lokasi
tesebut pun masih menjadi bagian anggota sanggar dahulunya adalah pusat wilayah Betawi
keluarga ataupun kerabat dari pemilik sanggar di Jakarta Pusat dan sanggar tersebut merupakan
asli. sanggar warisan keluarga, sehingga mereka tetap
Berbeda dengan sanggar ondel-ondel mengembangkan sanggar Ondel-ondel hingga
yang resmi terdaftar di Dinas Pariwisata dan saat ini dengan lokasi yang tidak berubah. Dari
Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Pusat dan hasil wawancara yang didapat dari informan
dibawah bimbingan Lembaga Kebudayaan (pemilik sanggar), mereka telah mendirikan dan
Betawi, mereka dilarang untuk keliling atau mengelola sanggar sudah lebih dari 10 tahun dan
mengamen. Ini dikarenakan, sanggar terdaftar sebagian diantaranya adalah turunan ketiga dari
telah mendapatkan agenda tetap yang diberikan pendiri sanggar sebelumnya yang telah berusia
oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota lebih dari 30 tahun.
Administrasi Jakarta Pusat untuk acara kegiatan
pemda maupun acara kebetawian dari Lembaga
Kebudayaan Betawi. Selain itu, sanggar terdaftar Simpulan Penelitian
mendapatkan fasilitas untuk peremajaan sanggar 1. Perubahan makna yang terjadi pada
dalam bentuk alat musik atapun kain yang akan kesenian ondel-ondel Betawi adalah
dijadikan pakaian dari ondel-ondel tersebut. hilangnya nilai-nilai magis pada kesenian
Persebaran sanggar Kesenian Ondel-ondel ondel-ondel yang dijadikan sebagai media
Betawi di Kota Administrasi Jakarta Pusat terdiri ritual untuk berkomunikasi dengan roh nenek
dari 5 sanggar aktif yang berada di Senen, moyang. Kemudian pada tahun 1966
Rawasari, Kemayoran, dan Tanah Abang. diangkatnya ondel-ondel menjadi media
Pada Sanggar Bunga Adzam, lokasi hiburan dalam rangka memajukan Kota
pertunjukan terjauh adalah di wilayah Petojo Jakarta sebagai kota tujuan wisata dengan
Utara (2,7 Km) dan lokasi terdekat adalah Kebon memodifikasi ondel-ondel menjadi seperti
Sirih (0,9 Km). Sanggar Lenggang Betawi biasa boneka besar dengan bentuk wajah yang
melakukan pertunjukan dengan lokasi terjauh di lebih ramah dan pakaian yang lebih beragam
wilayah Pramuka (1,98 Km) dan wilayah Kwitang membuat boneka raksasa ini semakin
(0,48 Km) untuk lokasi terdekat. Selanjutnya menarik. Gigi caling pada ondel-ondel kini
Sanggar Cahaya Betawi memiliki lokasi tidak digunakan lagi guna menghilangkan
pertunjukan terjauh di Monas (4,38 Km) dan kesan menyeramkan. Serta ondel-ondel kini
lokasi terdekat di Pekan Raya Jakarta (3,18 Km). diiringi dengan musik tabuhan ondel-ondel
Pada Sanggar Irama Adelia memiliki titik lokasi yang berisikan lagu-lagu Betawi tidak

47
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
menggunakan mantra atau sesajen pada para pemilik telah memiliki lebih dari
pertunjukannya. Gerakan ondel-ondel pun sepasang ondel-ondel lengkap dengan alat
tidak lagi mengamuk, kini gerakan ondel- musik tradisional maupun musik box. Tidak
ondel hanya sebatas menggerakan tubuh hanya itu, pemilik sanggar juga mendirikan
dengan cara memutar sesuai dengan irama anak sanggar atau cabang dari sanggar
lagu yang dibawakan. Dengan aslinya yang dikelola oleh keluarga ataupun
berkembangnya ondel-ondel menjadi media kerabatnya dengan tujuan agar sanggarnya
hiburan, ondel-ondel kini lebih banyak turun semakin berkembang dan ondel-ondel yang
ke jalan untuk memperkenalkan diri ke menjadi sumber mata pencahariannya
masyarakat dengan cara mengamen semakin eksis di luar wilayah sanggar asli.
sekaligus sebagai upaya untuk tetap Selain mendirikan sanggar cabang untuk
bertahan. Kondisi kesenian ondel-ondel ini mengenalkan kesenian ondel-ondel di
tidak sesuai dengan fungsinya sebagai media wilayah yang menjadi tujuan mengamen atau
hiburan. Penampilan yang seadanya dan keliling, para pemilik sanggar kini menerima
tidak sesuai dengan ketentuan pakem ini pesanan ondel-ondel untuk dijadikan sebagai
membuat kesenian ondel-ondel tidak menarik hiasan penyambut tamu, baik di sekolah, di
serta merubah fungsi hiburan menjadi fungsi hotel, perkantoran, maupun instansi
ekonomi. pemerintahan.
2. Mobilitas horizontal yang terjadi adalah
adanya perpindahan atau pergerakan Daftar Pustaka
kesenian ondel-ondel yang kini tidak hanya
melakukan pertunjukan di dalam wilayah Abustam, Muhammad Idrus. 1990. Gerak
Penduduk, Pembangunan dan
sanggar. Setiap sanggar memiliki wilayah
Perubahan Sosial: Kasus Tiga Komunitas
jangkauan yang berbeda-beda, baik dalam Padi sawah di Sulawesi Selatan. Jakarta:
wilayah Jakarta maupun luar wilayah DKI Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta. Hal ini dikarenakan apabila jarak
yang dijangkau dekat maka mereka Badan Pusat Statistik Kota Jakarta. 2015. (Di
berkeliling dengan cara berjalan kaki, namun akses pada tanggal 15 Maret 2017).
apabila jarak yang akan ditempuh dirasa
Berdikari News. 2015. Ondel-ondel Nasibmu Kini.
cukup jauh maka tidak jarang para pemain [Online]. (Diakses pada tangal 13 Maret
ondel-ondel menyewa angkutan umum untuk 2017).
mencapai lokasi tersebut. Berbeda dengan
kesenian ondel-ondel liar yang tidak Berita Jakarta. 2017. Kesenian: Ondel-ondel
memperhatikan lokasi tempat mereka sebagai Kesenian Khas Betawi VS
mengamen, yang menjadi lokasi tujuan untuk Eksploitasi Kebudayaan. [Online]. (Di
akses pada tanggal 13 Maret 2017).
mengamen kesenian ondel-ondel dari setiap
sanggar adalah lokasi yang ramai dengan Bintarto, R. & Surastopo Hadisumarno. 1991.
aktivitas masyarakat, seperti pasar, stasiun, Metode Analisa Geografi. Jakarta:
terminal, pusat perbelanjaan, dan pasar LP3ES.
malam.
3. Mobilitas vertikal yang terjadi adalah adanya Buchari, Sri Astuti. 2014. Kebangkitan Etnis
perubahan status sosial pemilik sanggar menuju Politik Identitas. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
ondel-ondel. Awal mula para pemilik hanya
memiliki 1 pasang ondel-ondel, namun kini

48
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
Ensiklopedi Jakarta. 2005. Culture and Heritage Naim, Mochtar. 1984. Merantau: Pola Migrasi
(Budaya dan Warisan Sejarah). Jakarta: Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah
Yayasan Untuk Indonesia. Mada University Press.

Fitriani, Dwi. 2015. Partisipasi Pemuda dalam Pelly, Usman. 1994. Teori-teori Sosial Budaya.
Pelestarian Budaya Betawi (Studi Jakarta: Proyek Pembinaan dan
Kualitatif di Perkampungan Budaya Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan,
Betawi Setu Babakan, Kecamatan Dikti.
Jagakarsa, Jakarta Selatan). [Skripsi].
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Planet Merdeka.com. 2016. Sejarah Pembuatan
Boneka Ondel-ondel Jaman Dahulu yang
Haggett, Peter. 2001. Geography: A Global Penuh Mistis. [Online]. (Diakses pada
Synthesis. England: Prentice Hall. tanggal 20 April 2017).

Himawan, Anugerah. 2013. Proses Komodifikasi Pujileksono, Sugeng. 2016. Pengantar


Ondel – ondel Betawi (Studi Kasus Antropologi. Malang: Intrans Publishing.
Sanggar Bintang Seroja di Kelurahan
Kayu Putih, Jakarta Timur). [Skripsi]. Quarta, Dhika. 2014. Perancangan Tipografi
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Asimilasi Aksara Latin Karakteristik Ondel
. – ondel Sebagai Solusi Kreatif
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Melestarikan Budaya Betawi. [Skripsi].
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Ilmu Rahman, Aditya. 2016. Reproduksi Kebudayaan


Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Pada Ondel – ondel (Studi Kasus
Sanggar Ondel – ondel Penggilingan).
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset [Skripsi]. Jakarta: Universitas Negeri
Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Jakarta.
Media, Public Relations, Advertising, Rahmayani, Ema. 2016. Partisipasi Masyarakat
Komunikasi Organisasi, Komunikasi Dalam Pengembangan Wisata Budaya
Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya
Media Group. Daerah di Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan. [Skripsi]. Jakarta:
Kumparan.com. 2016. Sejarah Ondel-ondel dan Universitas Negeri Jakarta.
Riwayatnya Kini. [Online]. (Diakses pada
tanggal 20 April 2017). Ruslan, Rosady. 2008. Metode Penelitian: Public
Relations & Komunikasi. Jakarta: Raja
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Grafindo Persada.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu
Mardimin, Johanes. 1994. Jangan Tangisi Tradisi Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
(Transformasi Budaya Masyarakat Persada.
Indonesia Modern). Yogyakarta:
Kanisius. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi
Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Bandung: Alumni.

49
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi
Sumaatmadja, Nursid. 2000. Manusia dalam
Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Taendiftia, Emot Rahmat, dkk. 1998. Gado-Gado
Hidup. Bandung: Alfabeta. Betawi: Masyarakat Betawi & Ragam
Budayanya. Jakarta: Gramedia.
Sumarjo, Yakob. 1992. Perkembangan Teater
Modern dan Sastra Drama Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.

50
Mobilitas Sosial Dan Identitas Etnis Betawi
(Studi Terhadap Perubahan Fungsi dan Pola Persebaran Kesenian Ondel-Ondeldi DKI Jakarta)
Nur Faizah 1*, Muhammad Zid 1, Ode Sofyan Hardi

Anda mungkin juga menyukai