Anda di halaman 1dari 5

Tugas Ujian Akhir Semester Kajian Stratejik & Global : Teori & Konsep

Sekolah Kajian Strategik dan Global


Universitas Indonesia

REKAYASA BUDAYA TRADISONAL DI ERA MODERN SEBAGAI SALAH SATU


OBYEK PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
(Studi Kasus : Budaya Ondel-Ondel di Jakarta pada Era Modern sebagai salah Satu Mata
Pencarian Masyarakat Menengah Kebawah)

Oleh :
Seina Rizky Priambodo
1806283674

Kajian Pengembangan Perkotaan, Universitas Indonesia


Seina.rizky@ui.ac.id

Perkembangan kebudayaan pada masyarakat berangkat sesuai dengan pergerakan


populasi masyarakat yang ada di suatu wilayah, hal demikian menimbulkan berbagai
kreativitas yang tercipta dari masyarakat sendiri dalam berbagai macam keperluan seperti
pemenuhan aspek ekonomi kehidupan masyarakat tersebut. Dalam bukunya berjudul
“Komunikasi Bisnis Lintas Budaya” mendefinisikan budaya sebagai pemrograman kolektif
atas pikiran yang membedakan anggota anggora suatu kategori orang dari katagori lainya
(Lewis, 2004)1.Etnis Betawi mempunyai berbagai macam kesenian, salah satu kesenian yang
sangat terkenal adalah kesenian teater. Teater Betawi tradisional merupakan salah satu teater
yang lebih berlandaskan kehidupan agraris dan bersifat magis religius. Unsur yang menarik
dalam teater Betawi merupakan keragaman etnik dari penduduknya. Penduduk asli Betawi
tentu saja ada, namun datangnya pemukiman-pemukiman baru dari berbagai suku dan bangsa
menjadikan Betawi tempat bercampurnya etnik dan budaya. Pengaruh terbesar kebudayaan
Betawi adalah dari Sunda, karena wilayah ini merupakan bagian dari kebudayaan Sunda
sebelum kini menjadi kota metropolitan. Namun juga terdapat pengaruh-pengaruh budaya
Cina, Bali, Jawa, Portugis, Melayu, dan Belanda sehingga dalam suatu jenis pertunjukkan
akan terdapat campuran pengaruh-pengaruh itu.
Teater Betawi merupakan pertunjukkan yang membawakan lakon atau cerita dan
terbagi menjadi menjadi empat jenis; teater tutur, teater tanpa tutur, wayang, dan teater peran.
Teater tanpa tutur yaitu jenis teater yang dimainkan tanpa berbicara, jadi hanya sebatas
memperagakan gerak tubuh dengan diiringi musik dan lagu. Di Betawi teater tanpa tutur ada
dua, yaitu Ondel-ondel dan gemblokkan. Ondel-ondel, merupakan suatu wadah yang

1
Lewis, Richard. 2004. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.
dijadikan personifikasi leluhur nenek moyang. Dengan demikian dapat dianggap sebagai
pembawa lakon atau cerita, walaupun hanya sebagai alat peraga yang tidak berbicara atau
bertutur (Jakob Sumardjo, 1992, h. 76)2.
Tersebarnua agama islam di Pulau Jawa merupakan awal mula masyarakat betawi
menyebutnya sebgai barongan yang berasal dari kata barengan atau bareng bareng, sebutan
itu datang dari kalimat ajakan dalam logat betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng” Namun
slogan ini pun berubah semenjak seniman Betawi Benyamin S (alm) melantunkan tembang
ondel-ondel, awalnya barongan di ganti dengan ondel-ondel. Awal mula keberadaan Ondel -
ondel tidak diketahui pastinya. Namun, menurut cerita pada zaman dahulu suatu desa terkena
wabah penyakit kulit, lalu penduduk membuat orang – orangan raksasa sambil diadakan
ritual khusus kemudian diarak keliling desa. Tak disangka penduduk seketika sembuh dari
penyakit. Lambat laun upacara arak – arakan menjadi kebiasaan penduduk desa untuk
mengusir roh jahat dan penolak bala. (Kustopo, 2008:18)3.
Era tahun 40 an ondel ondel berperan sebagai leluhur atau merupakan nenek moyag
yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa dan personifikasi leluhur
sebagai pelindung. Pola pemikiran masyarakat dulu yang masih percaya terhadap hal-hal
yang berbau mistis membuat boneka Ondel-ondel dijadikan media perantara untuk para roh-
roh nenek moyang.
Ondel – ondel juga terdaftar sebagai salah satu ikon budaya Betawi yang diatur dalam
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 11 tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi.
Setelah berjalanya waktu terkait dengan kepercayaan leluhur yang ada di dalam ondel ondel
pun hilang, Jaman Gubenur DKI Jakarta pada tahun 1966-1977 beliau mencoba merubah
fungsi dari ondel ondel menjadi pertunjukkan seni yang dapat menggambarkan nuansa dari
betawi dengan rincian kegiatan seperti untuk menikah, mengarak sunatan, dan pesta rakyat
lainya. Budayawan Betawi berpendapat Yahya Saputra pada tahun 2018, saat ondel ondel
tidak ada panggilan maka seniman tetap berusaha mempertahankan dan merawat kesenian
tersebut adalah dengan mengamen sebagai wujud semangat melestarikan ondel ondel di
wilayah DKI Jakarta sebagai budaya betawi.
Namun, seiring berjalannya waktu kepercayaan itu hilang. Saat Ali Sadikin menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1966 - 1977, beliau mengubah fungsi Ondel –
ondel menjadi pertunjukan seni yang dapat digunakan untuk perayaan bernuansa Betawi
seperti mengarak sunatan, pernikahan dan pesta rakyat lainnya. Menurut Budayawan Betawi

2
Sumardjo, Jakob.1992. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
3
Kustopo. 2008. Mengenal Kesenian Nasional 6 Ondel – ondel. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.
Andi Yahya Saputra (2018), saat Ondel – ondel tidak ada panggilan, maka cara seniman
mempertahankan dan merawat kesenian tersebut adalah dengan mengamen sebagai wujud
semangat melestarikan Ondel - ondel, namun yang menjadi permasalahan yakni pihak
tertentu yang menggunakan Ondel - ondel sebagai boneka alat untuk mengamen di jalanan
tapi tidak mencerminkan tradisi dan khas orang Betawi. Hal ini tentu disayangkan karena
dapat menurunkan nilai Ondel – ondel dimasyarakat sekarang ini karena masyarakat
beranggapan bahwa Ondel – ondel hanyalah sebuah alat untuk mengamen saja.
Pergerakan budaya terkait dengan budaya ondelondel yang sudah lama menurut
beberapa orang dan dari kacamata pribadi saya telah mengalami pergseran makna. Hal
demikian dilihat dari kegunaan ondel ondel saat ini dalam acara pernikahan adat betawi
hanya di jadikan hiasan, pada faktnaya pada jaman dahulu ondel ondel ikut menyemaraan
acara dengan cara mengiringi calon pengantin. Para pemain menompang rangka ondel-ondel
pada jaman dahulu memerlukan sesajen untuk memanggil roh yang ada di dalam ondel-ondel
yang dapat memberi kekuatan baho pemain yang menopang rangka ondel ondel tersebut
namun hal demikian tidak terjadi lagi di jaman modern sebagai tradisi yang ada di masa
lampau, yang terakhir jika dilihat dari bahan pembuatan ondel-ondel pada jaman dahulu
ranga ondel ondel menggunakan bahan yang berat seperti rotan dan wajahnya terbuat dari
koran yang sudah diblender dan diwarnai, sedangkan jika di bandingkan dengan jaman
modern rangka ondel ondel dibuat lebih ringan dengan menggunakan bahan bambu guna
meringankan beban pada rangka ondel ondel dan wajahnya sudah menggunakan bahan fiber.
Ondel ondel saat ini mengalami pergeseran dari berbagai aspek. Misalnya, pada jaman
modern saat ini, ondel ondel sudah menjadi hiburan bagi masyarakat di sekitar Jakarta, dilain
sisi untuk membantu perekonomian masyarakat ibukota ondel ondel juga menjadi salah sat
mata pencharian bagi remaja dan dewasa untuk mengisi waktu luang mereka agar dapat
bermanfaaat dan tidak terjeerumus dalam hal hal negatif4
Seperti yang diketahui di ere modern ini, perttumbuhan populasi penduduk yang
meningkat memunculkan berbagai masalah yang ada di perkotaan pada umumnya, dari
berbagai macam aspek bidang kehidupan salah satu yang paling mencuat adalah aspek
ekonomi yang ada di perkotaan yaitu kemiskinan, masyarakat yang telah hidup di garis
kemiskinan menjadikan berbagai macam cara untuk tetap bisa bertahan hidup di Ibukota.
Ondel ondel merupakan salah satu budaya yang dijadikan sebagai salah satu mata pencharian
di Jakarta yang sebelumnya pada Era 40 an berfungsi sebagai pengusir setan dan penolak bala

4
Paramita, Sinta. 2018. Pergeseran Makna Budaya Ondel Ondel Pada Masyarakat Betawi Modern. Jurnal Bakti
Masyarakat Indonesia. Jakarta.
oleh sebagian masyarakat Betawi, kesenian ondel juga memerankan leluhur atau nenek
moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau sosial suatu desa sebagai personfiikasi
leluhur sebagai perlindung namun hal itu hanya bertahan pada era 50 an dan sekarang di
jaman modern sdah berubah dengan tingkat perkembangan jaman.
Perkembangan ekonomi yang ada di perkotaan terhadap pekerja di bawah umur
sampai pada penyampaian pendapat oleh KPAI terhadap bidang sosial dan anak dalam situasi
darurat faktanya dapat ditemui dijalanan terkait dengan pengamen ondel ondel yang ditemui
dalam keseharianya dalam satu kelompok biasanya terdapat enam sampai delapan anak yang
menjadi anggota setengahanya biasnaya diisi oleh anak di bawah 18 tahun.
Fenomena pekerja ondel-ondel anak di jalanan merupakan replikasi dari anak jalanan
, hal demikian terjadi sebelum adanya peraturan undang undang yang berlaku dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2017 tentang pelaksanaan Anak dan Gerakan Sosial
Menuju Bebas Anak Jalanan. Hal demikian yang masih harus dibenahi keadanya dalam
bermasyarakat, pekerjaan sebagai ondel ondel anak di jalanan menimbulkan beberapa kontra
terkait budaya Betawi yang sudah hilang nilainya demi kegiatan perputaran ekonomi di
masyarakat itu sendiri.
Gambar 1

Potret Jalanan Ondel-Ondel yang digunakan oleh Pengamen Anak


Sumber : https://cdn.akurat.co/images/uploads/images/akurat_20180308095848_4wv780.jpg [diakses 28 Mei
2019]
Perubahan makna yang terjadi pada kesenian ondel ondel betawi hilangnya nilai
magis pada kesenian ondel ondel yang dulunya dijadikan media ritual untuk berkomunikasi
denganroh nenek moyang. Kemudian pada tahun 1966 diangkatnya ondel-ondel menjadi
media hiburan dalam rangka memajukan Kota Jakarta sebagai kota tujuan wisata dengan
memodifikasi ondel-ondel menjadi seperti boneka besar dengan bentuk wajah yang lebih
ramah dan pakaian yang lebih beragam membuat boneka raksasa ini semakin menarik.
Peregseran rekayasa budaya yang terjadi pada budaya tradisi ondel ondel yang terjadi
di era modern ini dalam bidang ekonomi memkasanakan masyarakat untuk tetap
memproduksi bentuk dari rupa ondel ondel dengan budget yang lebih minim demi berjalanya
sebuah seni jalanan, hal demikian tentunya menghilangkan tradisi bagaiamana ondel ondel di
bentuk dahulunnya oleh masyarakat pada era 40 an dengan berbagai peralatan yang cukup
rumit dan kompleks diakrenakan untuk sebuah ritual yang sakral.Perbedaan yang cukup
signifikan ini dimaksudkan untuk menekan biaya produksi dan meraup keuntungan yang
berlimpah dalam menjalankan seni jalanan, memperthanakan tradisi dengan mengorbakan
ekonomi atau sebaliknya mempertahankan atau meningkatkan ekonomi dengan
mempertaruhkan tradisi merupaka hal yang cocok disandingkan dengan ondel ondel yang ada
di era modern ini. Nilai leluhur yang hilang digantikan dengan anak anak di bawah umur
untuk membopong kerangka ondel ondel berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk
mendapatkan beberapa rupiah demi melanjutkan kehidupanya di ibukota , tanpa memahami
arti makna lebih terkait budaya dan tradisi betawi Ondel-ondel, dengan membawa kerangka
dan ditemani dengan lagu yang cukup asal dalam memilih namun sangat disesuaikan dengan
era modern kerangka tanpa ruh tersebut di arak keliling di beberapa sudut kota ibukota untuk
mendapatkan rupiah, begitulah tradisi budaya Betawi ondel ondel di era modern.

Anda mungkin juga menyukai