Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google Jurnal Internasional Manajemen dan Humaniora (IJMH)

ISSN: 2394-0913 (Online), Volume-5 Edisi-10 Juni 2021

Randai sebagai Pembentuk Identitas Budaya pada


Minangkabau
Hendri Jihadul Barkah

yang tidak sesuai dengan konsep kebudayaan nasional. [1]


Abstrak: Kajian kali ini diawali dari fenomena hilangnya identitas Keanekaragaman budaya yang dimiliki masyarakat setempat
budaya masyarakat Minang. Memang porsi budaya lokal lambat laun
sebagai sistem nilai masyarakat pada masa Soeharto hanya
mulai bergeser dan beralih menjadi satu budaya tunggal yang biasa
dijadikan proyek miniatur yang dipajang di Taman Mini Indonesia
dikenal dengan “Kebudayaan Nasional”.
Di satu sisi, penciptaan identitas budaya nasional hanya bersumber dari Indah”. TMII hanya digunakan sebagai media pemajangan benda-
“sebagian kecil” budaya daerah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya benda budaya lokal dari Sabang sampai Merauke, padahal
stunting budaya di Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam secara praktis fungsi dan kegunaan dari budaya lokal itu sendiri
penelitian ini adalah kajian budaya. Kajian budaya merupakan salah satu merupakan atribut kehidupan masyarakat setempat.
metode yang digunakan untuk memahami manusia. Penelitian ini
Akibatnya, kebudayaan nasional yang diciptakan oleh Orde Baru
menjelaskan konflik kepentingan yang terjadi antar kelompok dan suku
menjadi tidak berarti lagi bagi masyarakat di tempat lain yang
dimana mereka terikat melalui pemahaman perbedaan budaya. Budaya
lokal sebagai nilai-nilai dasar dalam kehidupan masyarakatnya merupakan awalnya bukan tempat berkembangnya Orde Baru. Hal serupa
faktor yang harus dihormati oleh pemerintah. Masyarakat harus juga terjadi di bidang seni; khususnya dalam seni pertunjukan.
mempunyai kebebasan untuk menciptakan identitas daerahnya sebagai Pada masa Orde Baru , seniman hanya diberi kebebasan yang
pandangan dan pedoman hidupnya. Budaya lokal tidak boleh dijadikan menipu dalam berkreasi. Bukan rahasia lagi bahwa di tengah
pajangan dan dilestarikan seolah-olah hanya sekedar barang kuno. Di
korupsi yang sudah menjadi kebiasaan, pertunjukan-pertunjukan
sisi lain, budaya lokal harus mempunyai ruang tersendiri untuk dimiliki
yang berupaya mengkritisi kelakuan buruk tersebut selalu
oleh masyarakat.
Kata Kunci: Budaya, Identitas, Minangkabau, Randai. dibungkam. [2] Akibatnya kritik dilakukan secara terselubung
jalan.
I. PENDAHULUAN Mundurnya Soeharto yang didorong oleh gerakan mahasiswa
mencapai puncaknya pada Mei 1998 yang diawali dengan
peristiwa Trisakti dan Semanggi yang mengakibatkan perubahan
Pada masa Orde Baruera terdapat budaya yang seragam
sistem sosial, politik, dan budaya. Masyarakat mulai mempunyai
diistilahkan dengan “asas tunggal” demi kepentingan “Indonesia kebebasan bergerak dan berekspresi di era reformasi. Sejak
Bersatu”. Selama 32 tahun masyarakat Indonesia tidak saat itu, kesadaran masyarakat tentang Indonesia yang terdiri
mempunyai kebebasan dalam menunjukkan jati diri dan dari berbagai suku dengan keragaman budaya semakin
kedaerahannya. Akibatnya, masyarakat di wilayah tersebut berkembang. Oleh karena itu, segala perbedaan yang ada harus
kehilangan identitas budayanya. Perlahan-lahan, porsi budaya diakomodasi agar setiap masyarakat lokal hidup dengan identitas
lokal sedikit demi sedikit mulai bergeser dan beralih menjadi satu budayanya. Berbagai masyarakat dengan keragaman budaya ini
budaya tunggal yang biasa dikenal dengan “Kebudayaan tidak mungkin bisa disatukan dengan identitas “Indonesia” semu
Nasional”. Di satu sisi, penciptaan identitas budaya nasional hanya bermula dari “sebagian
yang diciptakan kecil” Konsep identitas “Indonesia itu
Orde Baru.
dari budaya daerah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tunggal Bhineka Tunggal Ika” yang berslogan “meskipun berbeda
stunting budaya di Indonesia. Masyarakat daerah telah menggeser kita tetap satu” sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Gagasan
peran budaya lokal yang menjadi landasan nilai-nilai kehidupan. tentang identitas tunggal yang berlandaskan puncak-puncak
Teralihnya fungsinya menjadi monumen atau pajangan budaya kebudayaan daerah sudah tidak mampu lagi menjaga
menjadikan budaya lokal tidak leluasa lagi berkembang di tengah kesatuannya. Dalam menciptakan yang “tunggal” , pasti ada sesuatu yang “dis
masyarakat pendukungnya. Misalnya saja miniatur rumah adat Namun, untuk membuat sesuatu menjadi “yang satu” harus ada
dan benda budaya yang dipamerkan di Taman Mini Indonesia beberapa hal yang “dibuang”. Akibatnya, politik penciptaan
Indah (TMII). Oleh karena itu, benda-benda budaya tersebut identitas digunakan untuk menghilangkan apa yang dianggap
diekspos seperti porselen indah di dalam rumah; museum. tidak relevan dengan identitas “orang Indonesia”. Namun pada
Benda-benda tersebut sudah tidak hidup lagi atau setidaknya sudah tidak kenyataannya, singularitas yang diciptakan dengan menghilangkan
ada lagi dalam sendi-sendi kehidupan orang yang menjadi miliknya. sebagian local genius tidak dapat bertahan, karena tidak
Kondisi ini menyebabkan hilangnya sebagian budaya lokal
mengakomodir budaya masyarakat setempat. Selain itu, konsep
“Indonesia Tunggal” yang bertujuan untuk meredam perbedaan
antaretnis sudah tidak bisa lagi menjadi perekat hidup bernegara.
Naskah diterima pada 21 Mei 2021. Di sisi lain, konflik kepentingan antar budaya lokal pun
Naskah Revisi diterima pada tanggal 15 Juni 2021. bermunculan. Hampir setiap provinsi di Indonesia mengalami
Naskah diterbitkan pada tanggal 30 Juni 2021.
konflik karena adanya benturan kepentingan. Salah satu contoh
* Penulis Korespondensi
Hendri Jihadul Barkah*, Pembantu Dekan II Institut Seni Indonesia, yang paling relevan adalah peperangan antara suku Dayak dan
Email: jbhendri@gmail.com Madura di Sampit, Kalimantan Tengah beberapa tahun lalu.

© Para Penulis. Diterbitkan oleh Blue Eyes Intelligence Engineering and Sciences
Publication (BEIESP). Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-ND
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/)

Diterbitkan oleh:
Nomor Pengambilan:100.1/ ijmh.I1324055921 Publikasi Rekayasa & Sains Intelijen
DOI:10.35940/ ijmh.I1324.0651021 Mata Biru (BEIESP)
Situs Jurnal: www.ijmh.org 12 © Hak Cipta: Semua hak dilindungi undang-undang.
Machine Translated by Google
Randai Sebagai Pembentuk Identitas Budaya Minangkabau

Salah satu penyebab terjadinya konflik ini adalah karena Pada dasarnya dalam konteks otonomi daerah saat ini, keterlibatan
dua suku tidak memahami tradisi dan adat istiadat masing-masing. pemerintah daerah dalam dunia pertunjukan masyarakat pada umumnya
Kurangnya pemahaman ini menimbulkan dampak negatif yaitu saling didorong oleh dua mesin utama, yaitu peningkatan jati diri (identitas)
tidak menghormati antar orang-orang tersebut. dan perekonomian (pariwisata). Dalam pembahasan lebih lanjut, tulisan
Untuk menghindari fenomena tersebut, perlu dikembangkan ini akan fokus pada penggalangan jati diri (identitas) melalui seni
“paradigma budaya baru” mengenai Negara Kesatuan Republik tradisional masyarakat Minangkabau yaitu Randai.
Indonesia. Keberagaman dan perbedaan setiap budaya lokal di
Indonesia yang tidak terakomodasi pada masa Orde Baru perlu dikaji Selain itu, untuk mewujudkan niat tersebut, dilakukan upaya
ulang. disorot. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran akan merumuskan proyek identitas budaya sebagai identitas lokal. [6] dalam
adanya perbedaan. Ketika menyadari adanya perbedaan, orang mungkin buku Cultural Studies: Theory and Practice mengungkapkan bahwa
akan menghargainya dalam kehidupannya. Dengan memahami budaya penciptaan identitas terdiri dari apa yang kita pikirkan tentang diri kita
orang lain dan budaya sendiri, masyarakat di berbagai daerah menyadari sekarang berdasarkan situasi masa lalu dan masa kini, serta gagasan
bahwa dirinya tidak sama. Selain itu, pemahaman seperti ini secara tentang akan menjadi apa kita, serta apa yang akan kita lakukan.
otomatis dapat memunculkan apresiasi terhadap “makna perbedaan”. lintasan masa depan dari apa yang kita inginkan. Istilah identitas dalam
ciri-ciri suatu unit sosial merupakan jawaban atas pertanyaan siapa saya
atau siapa kita. Jawaban atas pertanyaan itu hanya dapat ditemukan
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa untuk menciptakan dengan membuat perbandingan antara saya dan Anda dan/atau antara
identitas budaya Minangkabau mengenai falsafah masyarakat Sumatera kita dan mereka. . Identitas merupakan esensi diri yang bersifat universal
Barat dengan konsep “kekiniannya”, jelas diperlukan kajian dan dan abadi yang diciptakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
penelitian yang mendalam untuk memahami konsep dasar Minangkabau. seseorang.
budaya. Sebagai teater tradisional Minangkabau, Randai digunakan untuk
Topiknya mungkin tentang Apa itu Minangkabau? Mengapa disebut mengkomunikasikan nilai-nilai “Minangkabau” yang ingin diangkat oleh
Mingkangkabau? dan Bagaimana kondisi masyarakat Minangkabau masyarakat Minangkabau. [7] seni adalah alat komunikasi yang paling
saat ini? Inilah pertanyaan mendasar yang perlu dijawab atas kemauan efektif untuk menyampaikan tujuan. Oleh karena itu, Randai dipandang
seluruh masyarakat. sebagai wahana (medium) dalam mengkomunikasikan identitas budaya
Wilayah Sumatera Barat yang terletak di bagian barat Sumatera Minangkabau. Pada mulanya Randai berbentuk tari sebelum dikenal
Tengah dihuni oleh suku Minangkabau. Istilah Minangkabau mengandung sebagai teater tradisional Minangkabau.
arti kultural dan geografis yang tidak terkandung dalam arti kata Langkah-langkah gerakan silek (pencaksilat); tari bela diri khas
Sumatera Barat. Setelah Minangkabau menjadi bagian dari wilayah minangkabau, dimainkan secara berputar-putar dengan jumlah peserta
Negara Kesatuan Republik Indonesia, istilah Minangkabau diidentikkan yang tidak ditentukan. Dalam tarian ini cerita belum dimainkan karena
dengan arti geografis wilayah administratif Barat. Provinsi Sumatera. [3] pada saat itu pertunjukannya hanya berupa pantun-pantun yang
Orang Minangkabau dikenal sebagai orang Sumatera Barat karena dibawakan oleh para pemuda dalam acara-acara adat. Tarian ini
mereka bergabung dengan wilayah Indonesia dengan nama provinsi dipentaskan di tanah, di tengah pekarangan, sawah, lapangan, atau di
Sumatera Barat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Minangkabau pasar tradisional, bukan di tengah rumah atau di dalam ruangan.
sudah ada sebelum NKRI ada dan jelas bahwa masyarakat Mingkabau
sudah mempunyai tatanan kehidupan sosial budaya sebelum NKRI ada. Randai belum menggunakan dialog. Cerita tersebut dituangkan dalam
pantun sambil menari melingkar dan di akhir pantun para penari
bersorak dengan suara teriakan tertentu.
Selain itu, Randai sebagai tarian dengan gerakan pencak silat yang
diiringi dendang dikategorikan sebagai cikal bakal Randai yang pertama
Alam adalah segalanya bagi masyarakat Minangkabau. [4] Alam dan kedua, sedangkan cikal bakal ketiga menampakkan unsur lain yaitu
tidak hanya sekedar tempat lahir dan mati, tempat hidup dan berkembang kaba (cerita adat).
tetapi juga mempunyai makna filosofis yang dikenal dengan semboyan: Dimasukkannya kaba dalam Randai memperjelas pesan yang
AlamTakambangJadi Guru (belajar dari alam). disampaikan kepada masyarakat sekitar atau masyarakat yang
Sekilas, masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang selalu menontonnya. Penggabungan ketiga unsur seni ini dipengaruhi oleh
belajar dari alam. Melalui proses pembelajaran di alam, terciptalah kehadiran tonil Melayu. Pesatnya pertumbuhan kelompok tonil Melayu
falsafah hidup masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan istilah di Minangkabau mempengaruhi seniman Randai saat itu. Kemudian
“Adat basandi syarak (Islam), Syarak basandi Kitabullah (Al-Qur’an); memasukkan unsur aktor yang berperan dalam dialog pada pementasan
Adat berdiri di atas agama (Islam) dan agama berdiri di atas Kitab Suci awal Randai. [8] Kaba,
(Al-Qur'an).". Landasan filosofis tersebut dihidupkan kembali dan yang biasanya hanya dinyanyikan, mulai divisualisasikan oleh para
dijadikan sumber terciptanya segala praktik kebudayaan di Minangkabau; aktor sambil tetap menggunakan gestur gerak Minangkabau (pencaksilat) .
termasuk seni.
Sejalan dengan penjelasan di atas, diketahui bahwa proses
Seiring dengan uraian di atas, akhirnya dapat dipahami bahwa setiap berkembangnya Randai diawali oleh aliansi beberapa bentuk kesenian
penduduk nusantara mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan Minangkabau.
diri dan menunjukkan eksistensinya kepada daerah setempat.
Selanjutnya kesadaran untuk mengangkat simbol-simbol budaya lokal
sebagai identitas budaya daerah mulai muncul, termasuk di Sumatera
Barat. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya di
Sumbar berupaya menggali simbol-simbol lokal dalam dunia seni,
khususnya seni pertunjukan rakyat. [5]

Diterbitkan oleh:
Nomor Pengambilan:100.1/ ijmh.I1324055921 Publikasi Rekayasa & Sains Intelijen
DOI:10.35940/ ijmh.I1324.0651021 Mata Biru (BEIESP)
Situs Jurnal: www.ijmh.org 13 © Hak Cipta: Semua hak dilindungi undang-undang.
Machine Translated by Google Jurnal Internasional Manajemen dan Humaniora (IJMH)
ISSN: 2394-0913 (Online), Volume-5 Edisi-10 Juni 2021

Bentuk-bentuknya sebagai berikut: a) suatu tarian bersumber dari gerak Minangkabau.


pencaksilat; b) dendang; c) kaba; dan d) pengaruh alat klasik Minangkabau Pandangan di atas memberikan informasi terkait metode latihan yang
yang memvisualisasikan kaba dalam bentuk akting dan dialog. Keempat diterapkan siswa mengacu pada unsur-unsur esensial dalam Randai, yaitu:
bentuk tersebut kemudian menjadi unsur esensial Randai sebagai teater (1) unsur cerita yang berangkat dari kaba; (2) unsur nyanyian atau kicauan;
tradisional Minangkabau. Selanjutnya tentu saja penontonnya berasal dari (3) unsur gerak tari ( gelombang galombang dan tepuk galembong atau
sekitar arena bermain. celana panjang lapang) yang berasal dari pencak-silat Minangkabau; dan
(4) unsur drama berupa akting dan dialog. Setiap siswa dibagi menjadi
Dalam menghidupkan kembali identitas budaya Minangkabau melalui kelompok-kelompok kecil dan dilatih galombang dan galembong
Randai, pemerintah melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama
memasukkan Randai ke dalam kegiatan ekstrakurikuler muatan lokal di
sekolah. Kedua menghadirkan Randai secara rutin di berbagai media gerakan menepuk. Kemudian mereka diperkenalkan dengan unsur dendang
seperti televisi, web pariwisata, youtube, dan media sosial lainnya. Lebih dan drama berupa akting dan dialog setelah mereka mampu berlatih tepuk
lanjut, alasan mendasar dijadikannya televisi, web pariwisata, youtube, galombang dan galembong . Selanjutnya, mereka dikenalkan dengan alat
dan media sosial sebagai media untuk mempopulerkan Randai adalah musik dan dilatih memainkannya dalam sebuah randai
karena media tersebut dapat diakses, ditonton oleh masyarakat Sumbar
dimanapun berada. Singkatnya, media-media tersebut dirasa tepat aktivitas.
digunakan untuk menyebarkan Randai kepada masyarakat, sedangkan Selanjutnya siswa diarahkan secara khusus untuk menguasai salah
memasukkan Randai dalam kegiatan ekstrakurikuler muatan lokal di satu unsur keterampilan yang terkandung dalam Randai berdasarkan
sekolah bertujuan untuk mengenalkan kembali Randai di kalangan generasi kemampuannya pada tingkat mahir. Siswa yang dapat menari diarahkan
muda Sumatera Barat. menjadi pemain gerak galembong . Selain itu, mereka yang memiliki
musikalitas dan kemampuan bermain musik diarahkan untuk menjadi
musisi. Terakhir, mereka yang memiliki kemampuan akting dan berdialog
II. METODE PENELITIAN diarahkan untuk memerankan karakter di Randai.

Penulis dapat mengirimkan makalah ke alamat email jurnal yang


Sekilas melihat metode pembelajaran yang diberikan oleh guru dan
diberikan. Ada dua alamat email. Wajib mengirimkan makalah ke kedua
para seniman Randai , terlihat jelas bahwa mereka masih memerlukan
alamat email tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian
bimbingan lebih untuk menguasai Randai. Untuk mencapai target
budaya. Kajian budaya merupakan salah satu metode yang digunakan
penguasaan Randai di sekolah yang diinginkan, Pemerintah Provinsi
untuk memahami manusia. [9] Pendekatan budaya adalah suatu metode
Sumatera Barat melalui Dinas Pendidikan Nasional dan pemangku
kajian dan/atau penelitian ilmiah yang menggunakan perspektif budaya
kepentingan lainnya harus merumuskan dan bekerja secara maksimal
dalam menangkap realitas budaya, baik yang bersifat kasat mata (faktual)
sehingga dapat memberikan metode pembelajaran yang efektif. Jika
maupun yang berkaitan dengan fenomena budaya yang bersifat abstrak.
pemangku kepentingan tidak memikirkannya lebih serius, hal ini akan terjadi
[10] kajian budaya adalah kajian tentang manusia dalam berbagai aspek;
Program ini dikhawatirkan tidak berhasil menghidupkan kembali jati diri
aspek biologi manusia dan kebudayaan, aspek sejarah kebudayaan,
Minangkabau. Dampak negatifnya, program ini hanya sekedar kegiatan
manusia sebagai bagian dari dunia; sebagai studi individu, kelompok, dan
bermain Randai saja tanpa memberikan implikasi apapun terhadap
budaya.
penanaman nilai-nilai budaya Minangkabau.

AKU AKU AKU. DISKUSI


Pelatihan Randai untuk mengembangkan kemampuan guru seni
diperlukan agar Randaiis berperan efektif dalam praktik nyata di Sumatera
A. Randaias muatan lokal kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
Barat. Pembinaan harus diarahkan pada pemahaman hakiki Randai
sebagai pembentuk identitas budaya Minangkabau. Pembinaan hendaknya
Menyimak pemaparan Gramsci bahwa politik hegemoni dalam tidak hanya terfokus pada bentuk-bentuk pertunjukan Randai saja , namun
penciptaan identitas bekerja melalui paksaan dan persetujuan, strategi juga diarahkan untuk memberikan pemahaman bahwa kesenian (Randai)
tersebut juga diterapkan oleh para pemangku kepentingan di Minangkabau. merupakan produk kebudayaan Minangkabau yang berkembang seiring
Hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap pengenalan dan dengan perkembangan zaman. Hal ini bertujuan untuk membantu guru-
pengembangan Randai di kalangan remaja Minangkabau selama guru tersebut agar mampu mentransformasikan dan mengungkap Randai
mengikutsertakan Randai dalam kegiatan ekstrakurikuler muatan lokal di secara kreatif dan efektif.
SMP dan SMA. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar dan mengenal Pembelajaran Randai secara tepat perlu diperhatikan agar Randai tidak
Randai. [11] Dengan melakukan hal ini, siswa menjadi dekat dengan terjebak pada keseragaman bentuk ketika diajarkan kepada siswa.
budaya Minangkabau dan mulai menjadikannya bagian dari kehidupan Membaca tulisan tentang revitalisasi pertunjukan reyog Ponorogo yang
bermasyarakat. ditulis oleh Lono Lastoro Simatupang dalam makalah yang disampaikan
Randai dilatarbelakangi sebagai salah satu muatan lokal dalam kegiatan pada seminar Air Sebagai Sumber Orientasi Seni Budaya di Kediri Jawa
ekstrakurikuler dan berperan pada siswa SMP dan SMA di Padang Timur, revitalisasi ReyogPonorogo dibakukan dengan nama Format
Panjang. Para siswa berlatih Randai dengan didampingi guru seni dan "Massal 93". Pembakuan bentuk-bentuk reyog ini berdampak pada
dibimbing seniman Randai setempat hampir setiap sore. Kegiatan ini mulai keseragaman yang menjadikannya statis dan tidak berkembang.
muncul pada awal tahun 2000. Tampaknya menjadi lahan tersendiri bagi
para seniman Randai , khususnya bagi mahasiswa ISI Padangpanjang
yang umumnya mempelajari Randai dalam perkuliahannya. Oleh karena
itu, para remaja berseragam sekolah terlihat sedang berlatih Randai,
menggunakan sarung sebagai pengganti celana galembong (celana
lapang, pakaian khas Randai ) hampir di setiap ruangan dan sudut kampus.
Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan di mata para pemerhati
kesenian tradisional

Diterbitkan oleh:
Nomor Pengambilan:100.1/ ijmh.I1324055921 Publikasi Rekayasa & Sains Intelijen
DOI:10.35940/ ijmh.I1324.0651021 Mata Biru (BEIESP)
14 © Hak Cipta: Semua hak dilindungi undang-undang.
Situs Jurnal: www.ijmh.org
Machine Translated by Google
Randai Sebagai Pembentuk Identitas Budaya Minangkabau

Mengingat paragraf sebelumnya, maka penciptaan strategi menghilangkan banyak fitur Randai karena karakter medianya yang
pembelajaran Randai yang bertujuan membentuk identitas budaya harus sangat berbeda.
dilakukan melalui desain yang matang secara bertahap. Banyak contoh Randai yang menunjukkan tidak adanya lagi perhatian
Tahapan menjadikan Randai sebagai identitas untuk nantinya materi terhadap perubahan seperti Randai sendiri di stasiun televisi, channel
pembelajaran di sekolah harus melalui tahap seminar terlebih dahulu youtube web pariwisata, dan media sosial di Sumatera Barat. Randai
terkait Randai sebagai identitas budaya Minangkabau. Seminar ini hanya direkam di luar ruangan menggunakan tiga kamera tanpa
bertujuan untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai dan merumuskan pengaturan pencahayaan dan audio yang memadai sehingga gambar
paradigma yang cocok untuk digunakan dalam Randai sebagai alat tidak jernih dan audio nyaris tidak terdengar. Akibatnya, struktur cerita
pembentukan jati diri Minangkabau. Tahap selanjutnya adalah workshop dan tontonan pertunjukan tidak dapat dinikmati dan dipahami. Hal ini
dan pelatihan bagi guru seni untuk merumuskan Unit Pembelajaran yang tentu saja menimbulkan kebosanan bagi para penontonnya. Hal ini
sesuai dan membuat Bahan Ajar yang dapat mengakomodir niat menyebabkan sulitnya mendapatkan nilai-nilai estetika Minangkabau
masyarakat dan dalam Randai dan memahami pertunjukannya. Inefisiensi Randai pada
pemerintah dalam menciptakan identitas budaya Minangkabau. Tahap media tersebut merupakan tantangan yang harus diwaspadai oleh
terakhir adalah mengadakan semacam festival untuk mengetahui sejauh pemangku kepentingan yang cerdas.
mana perkembangan dan manfaat Randai dalam membentuk jati diri
Minangkabau.

B. Randai seperti di berbagai media

Selain masuk dalam kurikulum SMP dan SMA se-Sumbar, Randai


juga pernah tampil di berbagai media seperti televisi, web pariwisata,
youtube, dan media sosial. Randai ditayangkan mulai awal tahun 2000
tak lama setelah stasiun TVRI berdiri. Seiring dengan berkembangnya
Randai

teknologi. Hal ini juga ditampilkan di berbagai media selain televisi


seperti saluran YouTube, website pariwisata, dan media sosial lainnya.
Terciptanya identitas budaya Minangkabau melalui Randai dengan
berbagai media tentu menjadi sebuah peluang. Kondisi ini menimbulkan Gambar 1.Randai Minangkabau (Sumber :
beberapa tantangan bagi para seniman. https://spiritsumbar.com)

Agar Randai dapat dinikmati dan menjadi tontonan yang menarik,


Sebagai media informasi dan hiburan; televisi, web pariwisata, saluran
maka harus dikemas lebih serius baik dari segi bentuk maupun estetika
youtube, dan media sosial—memiliki ciri-ciri penyampaian pesan dengan
sesuai dengan tuntutan dan karakter televisi. Seniman Randai harus
gambar bergerak.
mampu melakukan revitalisasi yang dapat diterima masyarakat dan luar
Media-media tersebut harus menampilkan gambar yang dikemas dengan
baik untuk menarik minat pemirsa. Media sebagai sarana informasi dan negeri. Contohnya dapat dilihat pada Randai yang dilakukan oleh
University of Hawaii pada tahun 2005.
hiburan ini mempunyai kemungkinan yang sangat luas untuk diakses
oleh semua kalangan. Pengenalan Randai sebagai identitas budaya di
Minangkabau mungkin akan sangat membantu dirinya sendiri.
Sayangnya, khususnya di Sumatera Barat, media-media tersebut
masih baru dan belum memiliki tenaga terampil, peralatan produksi yang
intensif, dan pendanaan yang memadai.
Namun, para pengelola media tersebut tentu akan kewalahan bersaing
dengan media nasional yang sudah lebih dulu hadir di Sumbar. Di sisi
lain, minat masyarakat menonton stasiun televisi lokal dan saluran
YouTube; milik Sumatera Barat—sangat sedikit dibandingkan dengan
minat menonton televisi nasional dan saluran YouTube yang dikelola
oleh personel yang handal.

Fakta ini menyulitkan stasiun televisi dan


Gambar 2.Randai yang dilakukan oleh University of Hawaii
YouTuber bersaing dengan stasiun televisi swasta di Sumbar. (Sumber: The Genteel Sabai - WordPress.com)

Dengan keterbatasan tersebut, media tersebut menjadi kurang efektif Upaya revitalisasi tersebut telah membuahkan hasil. Randai
sebagai media penyampaian pesan identitas budaya Minangkabau. menarik perhatian penonton karena disajikan di luar negeri dengan
Makanya, Randai hanya ditonton oleh kalangan terbatas. Fakta tersebut menggunakan bahasa asing. Berkat revitalisasi tersebut, Randai menjadi
diperparah dengan ketidakmampuan para seniman Randai mengemasnya kesenian yang digemari hingga ke mancanegara.
menjadi sebuah tontonan yang menarik agar dapat dinikmati oleh
penonton. Randai ditampilkan apa adanya, sama seperti saat Randai
masih tampil live.
Perubahan media seharusnya memerlukan perubahan bentuk smart
display. Peralihan media Randai “dari tayangan langsung ke televisi”
tanpa melalui proses yang cermat

Diterbitkan oleh:
Nomor Pengambilan:100.1/ ijmh.I1324055921 Publikasi Rekayasa & Sains Intelijen
DOI:10.35940/ ijmh.I1324.0651021 Mata Biru (BEIESP)
Situs Jurnal: www.ijmh.org 15 © Hak Cipta: Semua hak dilindungi undang-undang.
Machine Translated by Google Jurnal Internasional Manajemen dan Humaniora (IJMH)
ISSN: 2394-0913 (Online), Volume-5 Edisi-10 Juni 2021

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


penghormatan terhadap keberagaman budaya lokal dan pemberian
kesempatan kepada daerah untuk menunjukkan identitas budaya
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah
pusat dalam menghidupkan kembali budaya lokal tertentu. Konflik
kepentingan terjadi antar kelompok dan suku dimana mereka terikat
melalui pemahaman perbedaan budaya. Selain itu, budaya lokal sebagai
nilai-nilai dasar dalam kehidupan masyarakatnya merupakan faktor
yang harus dihormati oleh pemerintah. Masyarakat harus mempunyai
kebebasan untuk menciptakan identitas daerahnya sebagai pandangan
dan pedoman hidupnya. Budaya lokal tidak boleh dijadikan pajangan
dan dilestarikan seolah-olah hanya sekedar barang kuno. Di sisi lain,
budaya lokal harus mempunyai ruang tersendiri untuk dimiliki oleh
masyarakat. Alasan-alasan di atas sangat penting sebagai landasan
terciptanya identitas “Minangkabau” yang dilandasi oleh filosofi, “Adat
basandi syarak (Islam), dan Syarak basandi Kitabullah (Al-Qur’an);
Adat berdiri di atas agama ( Islam) dan agama berpijak pada Kitab Suci
(Al-Qur'an).Kemunculan kembali identitas budaya Minangkabau
dilakukan dengan memasukkannya ke dalam muatan lokal kegiatan
ekstrakurikuler di SMP dan SMA.

Upaya lainnya adalah dengan menayangkannya di stasiun televisi, web


pariwisata, saluran youtube, dan media sosial. Langkah-langkah tersebut
harus dilakukan secara tepat dan tepat sasaran agar upaya mewujudkan
Randai sebagai identitas Minangkabau menjadi efektif dan efisien.
Terakhir, belajar dari kesalahan masa lalu, maka penciptaan identitas
lokal harus mampu mengakomodir seluruh kelompok yang terlibat di
dalamnya agar mampu dimiliki sepenuhnya oleh daerah tertentu.
Semoga.

REFERENSI

1.J.Pemberton. “Jawa”, Mengenai Topik “Jawa”.Terj. Hartono Hadikusumo. Yogyakarta:


Mata Bangsa, 2003
Indonesia Diperluas
2. Soedarsono, SeniPertunjukan Era Globalisasi,EdisiKetigayang di
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), 100-104

3. MD Mansoer. Sejarah Minang. Jakarta: Bharata, 1970


4. AA Nafis. AlamTakambangJadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.Cetakan
I. Jakarta: Tempprint
5. GR Simatupang& L/ Lastoro, TantanganRevitalisasiPertunjukan Rakyat di Indonesia:
RefleksiatasReyogPonorogo. Seminar Makalah dan Festival Kesenian Tingkat
Nasional. Kediri : Mai, 21 sd 22. 2004
6. C.Barker. Studi Budaya: Teori dan Praktek. London: Bijak, 2000
7. Brandon & R.James. Jejak-JejakSeniPertunjukan Di Asia Tenggara.Terj. RM
Soedarsono. Bandung : P4ST UPI, 2003
8.Herwanfakhrizal. “Randai Palimo Gaga AwalTeater Minangkabau Modern”, Program
Skripsi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: 2000
9. S. Endraswara. MetodologiPenelitianKebudayaan. Yogyakarta : Pers Universitas
Gadjah Mada. 2003
10. Schusky., L Ernest., & T Patrick Culbert. Memperkenalkan Budaya. Baru
Jersey : Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs. 1967
11.A.Asni. MembangunMahasiswa yang BerkarakterMelaluiKaryaSeni.
Jurnal. Bahasa dan Seni Vol.13, No.2 Tahun 2012

PROFIL PENULIS

Hendri Jihadul Barkah adalah Pembantu Dekan II


Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Riwayat
Pendidikan Formal : Program Sarjana (S1) ISI jurusan
Seni Teater
dan Program Pascasarjana (S2) Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta jurusan Pertunjukan
Seni.

Diterbitkan oleh:
Nomor Pengambilan:100.1/ ijmh.I1324055921 Publikasi Rekayasa & Sains Intelijen
DOI:10.35940/ ijmh.I1324.0651021 Mata Biru (BEIESP)
Situs Jurnal: www.ijmh.org 16 © Hak Cipta: Semua hak dilindungi undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai