Anda di halaman 1dari 15

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

3, Oktober 2017

SEJARAH KESENIAN LUDRUK KARYA BUDAYA MOJOKERTO TAHUN 1969 – 2009

ISMAWATI
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email : Ismamaa05@gmail.com

Johanes Hanan Pamungkas


Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Kesenian Ludruk Karya Budaya merupakan sebuah kesenian teater tradisional yang lahir di Kabupaten
Mojokerto desa Canggu Kecamatan Jetis tepatnya tanggal 29 Mei 1969 oleh seorang anggota Polisi Polsek
Jetis yang bernama Cak Bantu. Masyarakat Canggu sendiri menginginkan adanya grup ludruk yang
mampu menghibur seperti sebelumnya. Keinginan masyarakat Canggu ini tidak lain merupakan wujud rasa
kerinduan masyarakat terhadap pertunjukan Ludruk yang sebelumnya telah vakum selama 2 tahun
dikarenakan peristiwa G 30 S/PKI.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1) Bagaimana sejarah Ludruk Karya Budaya di Mojokerto?, 2) Bagaimana peran
pemerintah orde baru terhadap Ludruk Karya Budaya Mojokerto ? Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode heuristik, kritik dan intepretasi sumber, serta historiografi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang Sejarah Kesenian Ludruk Karya Budaya di Mojokerto Tahun 1969 - 2009 .
Penelitian ini menggunakan pendekatan historis. Setting penelitian dilakukan di desa Canggu Kecamatan
Kabupaten Mojokerto.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa Kesenian Ludruk telah muncul sebelum tahun 1945 tetapi
semenjak pasca G 30 S/PKI tahun 1965 banyak ludruk dibubarkan karena dianggap bagian dari LEKRA.
Setelah itu pada tahun 1967 ludruk mulai bangkit, namun berada di bawah naungan ABRI. Salah satu grup
Ludruk yang dibawah naungan dan dibina langsung oleh ABRI yaitu Ludruk Karya Budaya yang ada di
Mojokerto, kesenian Ludruk Karya Budaya dalam perjalanannya pada tahun 1970-an mengalami pasang
surut dalam perjalanan keseniannya.Pada tahun 1979-an Ludruk Karya Budaya mengalami perkembangan
yang sangat pesat yang awalnya hanya nobong atau pentas keliling dari desa ke desa diwilayah Mojokerto
akhirnya bisa nobong diluar wilayah Mojokerto seperti di wilayah Jombang, pada pemerintahan Orde Baru
Ludruk Karya Budaya juga menjadi media pembangunan, dimana di dalam pementasannya banyak
menampilkan pesan-pesan pembangunan yang memihak pada pemerintah Orde Baru, peran pemerintah
Orde Baru sangat dominan dalam melakukan pemberdayaan pada kesenian Ludruk dengan melakukan
pembinaan – pembinaan terhadap grup Ludruk tak terkecuali grup Ludruk Karya Budaya itu sendiri. Di
awal tahun 1990an era audiovisual membuat semua grup ludruk harus mempunyai strategi baru untuk
mempertahankan eksistensinya. Upaya-upaya dilakukan agar Ludruk Karya Budaya tetap eksis. Seiring
berjalannya waktu,masyarakat mulai mengurangi minatnya terhadap kesenian ludruk karena banyaknya
aksi-aksi yang lebih memikat minat masyarakat itu sendiri.
Kata Kunci : Kesenian, Ludruk, Luduk Karya Budaya, Mojokerto

Abstract
Karya Budaya is a traditional theater arts was born in Mojokerto District Canggu Village Jetis
District precisely dated May 29, 1969 by a member of Police Jetis Police named Cak Bantu. Canggu
community itself wants a ludruk group that is able to entertain as before. The desire of Canggu community
is nothing but a manifestation of the people's longing for the Ludruk show which had been vacuum for 2
years due to the G 30 S / PKI incident.
Based on the background of the problem then the formulation of the problem in this study are as
follows: 1) How the history of Ludruk Karya Budaya in Mojokerto ?, 2) How the role of the New Order
government against Ludruk Karya Budaya Mojokerto? Data collection techniques conducted by heuristic
methods, criticism and Source interpretation, and historiography. This study aims to describe the History

1027
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

of Ludruk Karya Budaya in Mojokerto Year 1969 -2009. This research uses qualitative approach. The
research setting was done in Canggu village, Mojokerto regency.
The results of this study show that Ludruk had appeared before 1945 but since post G 30 S / PKI in
1965 many ludruk dissolved because it is considered part of LEKRA. After that in 1967 ludruk began to
rise, but was under the auspices of ABRI. One of the Ludruk group under the auspices of the ABRI, which
is created by Ludruk Karya Budaya in Mojokerto, Ludruk Karya Budaya arts in its journey in the 1970s
experienced ups and downs in the course of its art. Ludruk who in his journey experienced the stigma of
the pro-Lekra (People's Arts) or the PKI (Indonesian Communist Party) did not make art ludruk stop its
existence, but ludruk can adapt to the regime change with the strategies - strategies created by the ludruk
manager itself. In the 1979's Ludruk Karya Budaya experienced a very rapid development that initially
only nobong or peripheral performances from village to village in Mojokerto region can finally nobong
outside Mojokerto area like in Jombang region, the New Order government Ludruk Karya Budaya also
become media development, where In his performance many displays of development messages in favor of
the New Order government, the role of the New Order government is very dominant in empowering the
Ludruk arts by conducting coaching Ludruk group is no exception Ludruk Karya Culture itself. In the early
1990s the audiovisual era made all ludruk groups have to have new strategies to maintain their existence.
Attempts were made to allow Ludruk Karya Budaya to exist. Over time, the public began to reduce interest
in art ludruk because of the many actions that more enticing interest of the community itself.
Keywords: Arts, Ludruk, Luduk Karya Budaya, Mojokerto

media perjuangan, sebagai media pembangunan, sebagai


PENDAHULUAN
kritik sosial, sebagai pendobrak norma daan juga
Ludruk sebagai kesenian tradisional masyarakat
berfungsi sebagai media sponsor1.
Indonesia, saat ini mulai kurang terlihat eksistensinya
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan warisan
seiring dengan kemajuan zaman yang terus berkembang
leluhur yang harus dilestarikan dan dikembangkan.
sehingga membuat tergerusnya kearifan lokal Indonesia
Jangan sampai lenyap begitu saja karena kebudayaan
ini.Hal ini dikarenakan semakin turunnya minat dari
merupakan identitas dan menjadikannya sebagai ciri khas
generasi penerus yang enggan untuk mengapresiasi
suatu masyarakat. Mengetahui budaya Indonesia akan
kesenian ludruk.Mereka cenderung menikmati tontonan
mendorong setiap warga negara untuk ikut serta
yang berbau modern serta gaya hidup yang kebarat-
melestarikannya. Salah satu jenis budaya yang dimiliki
baratan.Tidak banyak dari mereka yang masih mau
oleh bangsa Indonesia adalah seni pertunjukan
sekedar menonton ludruk karena pementasan ludruk
tradisional. Ada banyak sekali seni pertunjukan
dirasa membosankan dan ketinggalan zaman.
tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia yang masing-
Ludruk sendiri mengalami perjalanan panjang untuk
masing konsepnya memiliki bentuk yang khas
bisa mempertahankan eksistensinya. Berbagai upaya
menunjukkan identitas kesenian tersebut berasal.
telah dilakukan seiring banyaknya batu sandungan yang
Negara Indonesia terkenal sebagai bangsa yang
dilalui. Seperti halnya dari dalam negeri yang berkaitan
majemuk atau heterogen. Bangsa kita mempunyai
dengan kebijakan pemerintah pada waktu itu.Kebijakan
beraneka ragam suku bangsa, budaya, agama, dan adat
yang kontra dan berhubungan dengan kesenian terutama
istiadat (tradisi). Semua itu tercermin dalam kehidupan
ludruk tentu saja berdampak bagi kelangsungan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Negara Indonesia
Ludruk.Belum lagi masalah internal yang datang dari
memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki
grup ludruk itu sendiri.Hal itu dinilai wajar mengingat
warisan kebudayaan yang berkembang selama berabad-
sangat susah menyatukan pemikiran dan kosep setiap
abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina,
orang. Oleh sebab itu sungguh kebanggaan tersendiri
Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu.
bagi suatu grup ludruk yang mampu bertahan hingga saat
Secara etimologi, kata “kebudayaan” berasal dari kata
ini.
Sansekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi
Ludruk adalah warisan budaya yang hidup ditengah-
yang berarti “budi” atau “akal”.2 Kebudayaan merupakan
tengah masyarakat Jawa Timur. Oleh
daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa. 3
karenanya,keberadaan ludruk harus diupayakan untuk
tetap lestari agar mampu mencerahkan dan mencerdaskan 1
Kasianto kasemin,1999,Ludruk Sebagai Teater sosial:kajian kritis
masyarakatnya.Ludruk sendiri termasuk kebudayaan terhadap kehidupan,peran,dan fungsi ludruk sebaagai media
yang selain mempunyai fungsi sebagai media komunikasi,Surabaya:Airlangga University Press,hlm 49
2
Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta:
hiburan,juga menjadi alat yang berperan ditengah-tengah Rineka Cipta, hlm. 146
3
masyarakat.Seperti sebagai alat pendidikan,sebagai M.M. Djojodigoeno, 1958, Azas-Azas Sosiologi, Yogyakarta:
Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, hlm. 24

1028
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Dengan demikian pada dasarnya kebudayaan adalah syair - syair yang berisi anekdote - anekdote dan
proses dari berfikir manusia untuk memenuhi fenomena kehidupan rakyat jelata, petikan nasihat dan
kebutuhannya. lain-lain, yang dilagukan dengan irama tertentu.7
Banyak hal menarik dari seni dan kebudayaan yang Globalisasi yang membius masyarakat dengan segala
terdapat di propinsi Jawa Timur. Propinsi yang ada di keindahan, keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan
bagian timur pulau Jawa ini memiliki banyak keunikan, seakan terus membenamkan identitas budaya Nasional
diantaranya adalah keanekaragaman kebudayaan dan adat yang tercermin dari adanya kemerosotan eksistensi seni
istiadat yang dapat melahirkan sebuah kesenian khas tradisi seperti ludruk. Ludruk dianggap sebagai apresiasi
yang menjadi ciri khas dari budaya yang terdapat di dari sebuah budaya masyarakat yang menyimpan
daerah ini. Masyarakat Jawa Timur memiliki banyak berbagai nilai moral dan falsafah yang tinggi. Namun
tradisi yang masih hidup (the living traditions) dan pada zaman modern ini nilai kebudayaan tidak dianggap
dimanfaatkan serta dibanggakan oleh para sebagai unsur primer dalam peningkatan taraf kehidupan
pendukungnya. Tradisi-tradisi tersebut, antara lain, masyarakat dalam suatu bangsa. Hal tersebut terjadi
berupa berbagai bentuk kesenian yang memiliki banyak karena berubahnya cara pandang dan pola masyarakat
pewaris,baik pewaris aktif (active bearers) atau pelaku yang cenderung berjiwa konsumtif.
seni maupun pewaris pasif (passive bearers) atau Selain dengan mementaskan kesenian tersebut,
penikmat seni. 4 Dalam hal ini salah satu kabupaten di penulisan atau maupun pendokumentasian perlu
Jawa Timur yakni Kabupaten Mojokerto juga memiliki dilakukan sebagai upaya pelestarian kesenian ini. Untuk
salah satu kesenian yaitu kesenian tradisional Ludruk. itu perlu adanya penulisan tentang Seni pertunjukan
Di Kabupaten Mojokerto ludruk adalah seni Ludruk yang bertujuan untuk didokumentasikan atau
pertunjukkan tradisi yang melekat dalam kehidupan dicatat agar dapat dibaca dan disebarluaskan kepada
sehari-hari masyarakatnya. Hebatnya di Mojokerto seni masyarakat luas, selain itu juga menambah wawasan
ini diprakarsai oleh seorang anggota Polsek Jetis bernama kebudayaan yang ada di nusantara untuk menjaga
Cak Bantu. Ludruk berasal dari Jawa Timur dikenal kearifan lokal tentang seni budaya yang dimiliki oleh
sebagai suatu drama tradisional yang diperagakan oleh Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut dikarenakan agar
sebuah grup kesenian. Tema dalam pertunjukkan ini masyarakat mengetahui bahwa di Kabupaten Mojokerto
biasanya tentang kehidupan rakyat sehari-hari, terdapat kesenian pertunjukan tradisional yang bernama
perjuangan disertai dengan lawakan yang diiringi dengan Ludruk Karya Budaya dan sejarah lahirnya kesenian di
alunan musik gamelan. Dan ludruk di Mojokerto Kabupaten Mojokerto tersebut.
termasuk ludruk fenomenal. Khususnya yang berada di
Dusun Sukodono RT 02 RW 01 desa Canggu Kecamatan METODE
Jetis Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Ludruk ini Metode merupakan seperangkat prosedur, alat media
dikenal dengan nama ludruk Karya Budaya. yang digunakan seorang peneliti dalam melaksanakan
Ludruk merupakan kesenian khas Jawa Timur, karena proses penelitiannya dan menyusun sebuah karya sejarah.8
menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari
ludruk sebagai teater tradisional hadir di tengah-tengah
empat tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan
masyarakat tertentu yang memiliki budaya tertentu pula historiografi. Pada tahapan heuristik, penilitian ini
yakni budaya daerah yang dibina oleh suatu tradisi. 5 menggunakan metode penelusuran sumber berdasarkan
Ludruk tergolong kesenian foklor setengah lisan yang teknik penelitian sejarah lisan.
diekspresikan dalam gerak dan dimainkan diatas 1. Heuristik
panggung atau dapat juga dikatakan teater (sandiwara) Metode sejarah memiliki empat tahapan, proses
rakyat yang didalamnya mengandung unsur gerak, tari, penelitian yang pertama adalah heuristik dalam proses
penelusuran sumber-sumber yang diperlukan. 9 Penulis
musik dekor, cerita dan lain - lain. Pertunjukan rakyat ini
melakukan wawancara kepada beberapa tokoh atau pelaku
hidup dan berkembang mengikuti perjalanan masa tanpa dari seni ludruk Karya Budaya Mojokerto. Seperti kepada
kehilangan unsur tradisionalnya yang masih terlihat pada pimpinan Ludruk,yakni Cak Edy serta para anggota
adegan Kidungan dan Ngremo. 6 Ngremo merupakan ludruk lainnya. Proses heuristik penulis menggunakan
suatu tarian dengan gerakan sederhana tetapi memiliki teknik penulisan sejarah lisan. Teknik penulisan sejarah
dinamika dan menonjolkan sikap kejantanan atau lisan merupakan suatu metode penelitian yang digunakan
kepahlawanan. Sedangkan kidungan atau parikan adalah untuk meneliti tentang kisah, cerita, legenda kebudayaan
lokal guna mendapatkan data, fakta yang bersifat efektif.
4 Sejarah lisan juga dapat memudahkan masyarakat untuk
Ayu sutarto. 2009 Reog dan Ludruk : Dua Pusaka dari Jawa
Timur yang Masih Bertahan. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, hlm 2.
5 7
Kasiyanto Kasemin, 1999 Ludruk sebagai Teater Sosial, Kajian Ibid, hlm. 10
8
Kritis Terhadap Kehidupan, Peran dan Fungsi Ludruk sebagai Media Aminuddin Kasdi. 2001. Memahami Sejarah. Surabaya: Unesa
Komunikasi, Surabaya: Airlangga University Press, hlm.9 University Press, hlm. 11.
6 9
Ibid, hlm. 3 Ibid,hlm 10

1029
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

memahami sejarah yang berbentuk lisan atau yang dikenal beberapa waktu. Ludruk diidentifikasi sebagai seni
dengan istilah folklor. Sejarah lisan dapat dipergunakan komunis yang lekat dengan Lekra.
sebagai salah satu sumber sejarah yang lebih faktual atau Di awal dekade 70-an, ludruk kembali diizinkan
sesuai dengan fakta dan akurat.10
untuk eksis oleh pemerintah namun dengan pengawasan
Adapun sumber primer yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam “Seni dan pembinaan yang ketat oleh pihak militer. Di berbagai
Ludruk Karya Budaya Mojokerto”. Selain daerah terjadi peleburan dan pembentukan grup-grup
wawancara,peneliti juga melakukan dokumentasi yang ludruk dengan supervisi yang mutlak dari struktur
ada dalam penelitian ini berupa foto pementasan ludruk. komando teritorial militer. Peleburan ludruk di seluruh
Pendukung lain berupa buku-buku penunjang penelitian Jawa Timur yang dilaksanakan pada tahun 1971 yaitu eks
sebagai sumber sekunder. Sumber sekunder adalah Ludruk Marhaen di Surabaya dilebur menjadi ludruk
sumber yang diperoleh secara selektif sehingga relefan
Wijaya Kusuma Unit 1, eks Ludruk Anoraga di Malang
dengan permasalahan yang ada.11
2. Kritik Sumber dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II, eks
Tahap kedua yaitu Kritik, kritik yang penulis gunakan Ludruk Urill A di Malang dilebur menjadi Ludruk
adalah kritik intern. Kritik intern merupakan suatu tahapan Wijaya Kusuma Unit III, eks Ludruk Tresna Enggal di
untuk melakukan pengujian terhadap sumber-sumber Surabaya dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit
yang digunakan sebagai langkah penelusuran rekam jejak IV, dan eks Ludruk Kartika di Kediri dilebur menjadi
masa lampau. 12 Pada tahap ini penulis melakukan Ludruk Wijaya Kusuma Unit V.14
pengujian terhadap keabsahan sumber, baik sumber
Peristiwa G 30 S berdampak pada kelangsungan
primer, sekunder maupun tersier dengan cara menyeleksi,
mengklasifikasikan, menilai, dan memilah-milah untuk seniman ludruk, dimana mereka banyak yang dianggap
mendapatkan sumber yang relevan dengan tema yang sebagai simpatisan PKI. Di akhir tahun 1960an status
diteliti. seseorang yang pernah menjadi bagian PKI sangat
3. Interpretasi Sumber diperhitungkan dan status mereka digolongkan menjadi
Tahap ketiga yaitu interpretasi merupakan proses beberapa kelompok. Ketika pemerintah mengeluarkan
pengolahan data yang diperoleh penulis setelah
keputusan resmi bahwa semua yang menjadi anggota
melakukan metode heuristik kemudian kritik. Sehingga
pada tahapan ini penulis akan mencari hubungan antara maupun yang bersimpati kepada PKI harus dibersihkan
fakta yang telah ditemukan. 13 Penulis dalam langkah dari bumi Indonesia, mereka dibagi-bagi menjadi tiga
ketiga ini melakukan proses pemahaman atau kategori yaitu : pertama, kategori “A” yaitu mereka yang
penerjemahan terhadap sumber – sumber atau data – data terlibat langsung dalam pemberontakan G 30 S, baik di
yang sudah diperoleh untuk menetapkan serta pusat maupun di daerah, boleh dikatakan tokoh-tokoh
memperoleh makna dari inti kajian yang dibahas. utama yang langsung terlibat di dalam usaha kudeta
Rangkaian fakta yang telah ditafsirkan disajikan secara
tanggal 1 Oktober atau yang menjadi bagian inti PKI,
tertulis sebagai kisah atau cerita sejarah.
seperti para fungsionaris partai di tingkat pusat , cabang
HASIL DAN PEMBAHASAN maupun ranting. 15 Terhadap golongan “A” pemerintah
A. Sejarah Lahirnya Grup Ludruk Karya Budaya memproses melalui sidang pengadilan. Kelompok kedua
Ludruk tumbuh dan berkembang dengan subur, disebut sebagai kategori “B” yaitu mereka yang telah
apalagi saat tahun-tahun 1950 hingga 1965. Pada tahun disumpah atau menurut saksi telah menjadi anggota PKI
tersebut ludruk banyak berafiliasi dengan partai politik. atau pengurus organisasi massa yang seazas dengan PKI
Ludruk terbagi dalam beberapa kubu politik, ada yang atau mereka yang menghambat usaha penumpasan G 30
mengikuti ideologi marhaen atau kubu PNI, ada yang S ke dalam kategori ini termasuk mereka yang tidak
mengikuti kubu PKI, dalam hal ini tersalurkan dari terlibat secara langsung dalam percobaan kudeta 1
Lekra. Oktober 1965, akan tetapi karena kedudukan dan
Terjadinya peristiwa G 30 S, nampaknya merupakan fungsinya dalam organisasi memberinya kemungkinan
titik balik dari keadaan ludruk sebelumnya. Setelah besar untuk memiliki pengaruh besar dalam partai
runtuhnya kekuasaan Bung Karno dan penumpasan komunis, terhadap golongan “B” pemerintah melakukan
kekuatan politik kiri pasca tragedi 1965, ludruk pun pemisahan mereka dari masyarakat dengan cara
mengalami masa-masa sulit. Rezim militer Orde Baru mengumpulkan mereka di dalam satu tempat dengan
mengekang bahkan melarang pementasan ludruk selama tujuan mengamankan mereka dari kemarahan-kemarahan
rakyat dan mencegah jangan sampai mereka melakukan
kegiatan yang menghambat upaya penertiban keamanan
10
yang dilakukan pemerintah. Golongan “C” adalah mereka
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara
Wacana Yogya, hlm. 31.
11 14
Louis Gottschalk. Op.cit. hlm. 35. Suprianto, Henri. 1992. Lakon Ludruk Jawa Timur. Jakarta : PT.
12
Ibid. hlm. 10. Gramedia. Hlm. 18.
13 15
Ibid. hlm. 10. Suprianto, Henri. 1992. Ibid. Hlm 210.

1030
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

yang pernah terlibat dalam pemberontakan PKI-Madiun tinggal di desa Canggu untuk memimpin sebuah ludruk.
atau anggota ormas seazas dengan PKI atau mereka yang Desakan dari masyarakat tersebut agaknya membuat Pak
bersimpati atau telah terpengaruh sehingga menjadi Bantu akhirnya mau memimpin sebuah ludruk. Pak
pengikut PKI. Terhadap golongan “C” pemerintah Bantu yang memang mempunyai kedekatan dengan
memberikan bimbingan dan mereka bebas hidup di dalam Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golongan Karya
masyarakat sehingga diharapkan akan menjadi warga Mojokerto saat itu, Mayor TNI Ismail sehingga
negara yang baik.16 mempermudah untuk mendirikan ludruk. Pada tanggal 29
Kelompok kesenian yang berhaluan komunis Mei 1969, maka dibentuklah ludruk Karya Budaya.
termasuk kedalam kelompok C dan diberi sebutan khusus Kedua, terbentuknya ludruk Karya Budaya ini
yakni kelompok seniman ludruk santiaji, kelompok beberapa anggotanya adalah orang-orang intelektual yang
tersebut berada di bawah pembinaan moral oleh TNI. merupakan guru dan PNS. Terbentuknya sebuah grup
Ludruk mengalami masa vakum selama kurang lebih dua ludruk Karya Budaya ini sebenarnya bukanlah dari
tahun sekitar 1965-1968. Hal tersebut nampaknya juga orang-orang yang mumpuni di bidang kesenian ludruk,
terjadi di Mojokerto, khususnya desa Canggu. Grup namun keanggotaanya masih dari beberapa kalangan
ludruk yang terakhir berdiri adalah Ludruk Kartika Sakti pekerja lain
yang dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru pada tahun Tujuan mereka dalam mendirikan ludruk Karya
1965 karena dianggap Lekra. Tidak hadirnya ludruk di Budaya ini adalah untuk menunjukkan monoloyalitas
tengah-tengah masyarakat digantikan oleh hiburan lain mereka terhadap Golkar. Saat itu mereka merupakan para
seperti gambus dan mulai muncul musik dangdut. pemuda yang tergabung dalam GPM (Gerakan Pemuda
Hiburan yang muncul hanyalah hiburan musik dan Marhaenis) yang tentu saja merupakan pendukung
nyanyian Soekarno, yang pada awalnya tidak mau bergabung
Di awal tahun 1969, ludruk kembali diizinkan untuk dengan Golkar. Sikap antipati tersebut berdampak pada
eksis oleh pemerintah namun dengan pengawasan dan pekerjaan mereka sebagai seorang pegai negeri, yaitu
pembinaan yang ketat oleh pihak militer. Di berbagai tidak diberikannya gaji bulanan, sehingga hal tersebut
daerah terjadi peleburan dan pembentukan grup-grup membuat mereka tidak sanggup bertahan dan pada
ludruk dengan supervisi yang mutlak dari struktur akhirnya menyerah pada keadaan dan masuk sebagai
komando teritorial militer. Esensi seni ludruk yang pendukung Golkar. Kesediaan untuk masuk kepada
awalnya merupakan wadah perlawanan rakyat terhadap Golkar agaknya masih diragukan dan untuk
penguasa pun berangsur hilang. Ludruk beralih menjadi membuktikan hal tersebut, para pemuda tersebut
alat propaganda berbagai program pemerintah Orde Baru. berinisiatif mendirikan sebuah grup ludruk ini yakni
Ludruk dimunculkan kembali, namun keberadaan “Karya Budaya”.
ludruk ini didirikan dan dikontrol oleh TNI dan Polri. Di Perlunya menjaga kestabilan politik, pembangunan
berbagai daerah mulai bermunculan grup ludruk, di nasional, dan integrasi nasional telah digunakan sebagai
Mojokerto Kota ada ludruk Bayangkara, di Jombang ada alat pembenaran bagi pemerintah untuk melakukan
ludruk Putra Birawa, Madiun Kopasgad, dan di Malang tindakan-tindakan politik, termasuk yang bertentangan
ludruk Wijaya Kusuma, dan di Surabaya. dengan demokrasi. Salah satunya prinsip monoloyalitas
Setelah berbagai grup ludruk telah muncul, di pegawai negeri sipil. Prinsip itu digunakan untuk
Mojokerto khususnya desa Canggu juga mendirikan melindungi Orde Baru dari gangguan-gangguan yang
sebuah ludruk yang bernama Karya Budaya. Ada mungkin timbul dari musuh-musuh Orde Baru.17
beberapa faktor yang melatarbelakangi didirikannya Selain untuk membuktikan monoloyalitas pada
ludruk Karya Budaya. Pertama, dari masyarakat Canggu Golkar, mereka juga ingin melestarikan ludruk, agar
sendiri menginginkan adanya grup ludruk yang mampu ludruk juga tidak punah. Dalam mendirikan ludruk ini
menghibur seperti sebelumnya. Keinginan masyarakat merangkul seorang anggota Polri yakni Cak Bantoe tak
Canggu ini tidak lain merupakan wujud rasa kerinduan lain merupakan orang tua dari Pak Edi. Cak Bentoe
masyarakat terhadap pertunjukan ludruk, sedangkan diangkat sebagai pemimpin dengan alasan bahwa
untuk mementaskan ludruk dalam masa Orde Baru memang dia yang mempunyai kedudukan dan memang
bukanlah hal yang mudah. Sebuah ludruk dapat berdiri secara pencitraan merupakan anggota Polri yang bisa
dengan bantuan dan dukungan dari militer. Begitu rindu dibilang anggota dan pendukung Golkar.
dan keinginan masyarakat desa Canggu untuk Bukti lain yang menunjukkan bahwa pada awalnya
melestarikan ludruk, maka masyarakat sekitar meminta ludruk Karya Budaya berafiliasi dengan Golkar, bisa
seorang anggota militer yaitu Pak Bantu yang bertempat
17
Budiarjo. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia.
16
Ibid. Hlm. 132.

1031
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

dilihat dari nama ludruk itu sendiri sudah tercermin seniman Ludruk atau penumpulan kemampuan kritik
adanya nama Golkar yakni nama Karya itu sendiri. sosial masyarakat.18
Penamaan ludruk Karya Budaya sudah tercermin citra Berdirinya ludruk Karya Budaya melalui pembinaan
bahwa ludruk tersebut memang di backing’i Golkar. di kapolsek merupakan salah satu bentuk yang dilakukan
Berdirinya ludruk Karya Budaya tersebut oleh Golkar para desa Canggu agar dapat mempertahankan adanya
dimanfaatkan dengan baik. Ludruk menjadi alat partai ludruk di desa tersebut. Berarti disini para pendiri ludruk
politik untuk menarik simpati massa. Ludruk adalah Karya Budaya sadar bahwa akan adanya kooptasi. Hal
media yang dapat menyampaikan pesan secara efektif, tersebut dilakukan karena dengan pertimbangan
terutama bagi masyarakat level bawah. Massa akan eksistensi, namun terjadi suatu distorsi dalam ludruk ini,
tertarik dengan ideologi yang diusung partai politik dimana ludruk ini tidak bisa membawa sepenuhnya
dengan hanya melihat dan mendengar pertujukan ludruk, eksistensi seperti ludruk pada masa Orde Lama yang
sekalipun mereka belum melek huruf. Keterlibatan sejatinya ludruk merupakan kritikus bagi para penguasa.
Golkar untuk menyetir kesenian ludruk bisa jadi adalah Keterbatasan kemampuan para seniman ludruk dalam
bentuk ketakutan mereka kepada alasan ideologis yaitu menghadapi ketatnya kontrol kekuasaan dan keinginan
adanya bahaya komunisme. untuk tetap survive mengharuskan mereka untuk bisa
Kesenian selama pemerintahan Orde Baru memang bersiasat di tengah kontestasi kepentingan-kepentingan
memiliki peran yang cukup dominan. Hubungan antara kuasa luar yang mencoba masuk. Dalam ruang gerak
seni dengan politik kekuasan sangat kuat yang terlihat yang terbatas, mereka tetap berupaya melakukan strategi
dari pertunjukan ludruk dalam memposisikan seni dan negosiasi dengan pihak yang mencoba
sebagai bagian dari pondasi kekuasaan. Politik senantiasa menguasainya, meskipun tak bisa menghindarkan diri
menjadi raja atau panglima dan kesenian menjadi dari kekuasaan yang sifatnya hegemonik, tindakan
(dianggap) sebagai pasukan yang kadang dijadikan ujung resistensi ini ternyata mampu menciptakan ruang bagi
tombak. Kenyataan demikian dapat dikatakan bahwa mereka untuk menjadi subyek yang berbicara. Dengan
kesenian dijadikan sebagai tunggangan baik itu tokoh demikian, ludruk tetap bisa melakukan pertunjukan.
ataupun partai politik. Banyak di antara seni tradisional
dan modern yang dibebani jargon partai politik tertentu. A. Perkembangan Ludruk Karya Budaya di
Kesenian telah dijadikan media untuk mengolah Mojokerto Tahun 1969 – 2009
massa. Hal ini dapat dilihat pada beberapa fenomena, 1. Ludruk Karya Budaya tahun 1969 – 1979
misalnya kampanye politik dalam rangka pemenangan Pada tahun 1969 tepatnya tanggal 29 mei, sejarah
Golkar pada setiap pelaksanaan Pemilihan Umum kesenian Indonesia harus mencatat berdirina Ludruk
(Pemilu) dan kampanye program-program pembangunan. Karya Budaya yang langsung dipimpin oleh Cak Bantu,
Golkar yang merupakan kendaraan politik penguasa Orde pada tahun tersebut untuk mendirikan sebuah kelompok
Baru dalam menjalankan dan mempertahankan ludruk tidaklah mudah. Sejak tahun 1965 semua ludruk
kekuasaannya, senantiasa menggunakan paguyuban dilarang pentas oleh rezim orde baru, hal ini dikarenakan
ludruk Karya Budaya sebagai kendaraan dan media yang ludruk pada tahun tersebut telah ditunggangi oleh
sangat efektif guna meraih massa sebanyak-banyaknya. kepentingan – kepentinagan rezim orde lama ataupun
Kesenian yang dipentaskan untuk keperluan itu juga terkait dengan gerakan – gerakan komunis, baru
umumnya harus rela dibayar murah dengan dalih dedikasi pada tahun 1967, ludruk diperbolehkan berdiri kembaali
Pada rezim Orde Baru, secara ideologis seniman tetapi dengan syarat harus dibawah naungan militer atau
ludruk diseleksi dengan ketat melalui lembaga penelitian kepolisian.19
khusus atau Litsus. Seniman yang secara ideologis Untuk memenuhi persyaratan tersebut, cak bantu,
menganut paham Marxisme atau berindikasi terlibat yang juga anggota polisi menggandeng Polisi Sektor
organisasi terlarang PKI dikategorikan sebagai seniman Jetis, Kabupaten Mojokerto. Jika melihat kondisi
yang dilarang naik ke pentas seni pertunjukan rakyat. perekonomian pada waktu itu, Cak Bantu bisa dibilang
Seniman Ludruk pada masa Orde Baru diwajibkan nekad, hanya bermodalkan gaji seorang polisi dan punya
mengikuti penataran P-4 (Pedoman, Penghayatan dan sedikit sepetak sawah, Ludruk Karya Budaya Berdiri
Pengalaman Pancasila) di samping itu, para pejabat yang dibawah naungan Polisi Sektor Jetis. Sejak didirikannya
mengemban tugas menjaga stabilitas negara Ludruk Karya Budaya pada tahun 1969, Ludruk Karya
memerintahkan agar seniman ludruk tidak melakukan Budaya Mengalami pasang surut dalam perjalanan
kritik sosial terhadap kebijaksanaan pemerintah. Aturan- keseniannya. Ludruk yang dalam perjalanannya
aturan tersebut berdampak membelenggu kreativitas mengalami stigma kelompok yang pro Lekra ( lembaga
18
Ibid.
19
Ibid, Hlm 34

1032
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Kesenian Rakyat ) ataupun PKI ( Partai Komuni Tanpa latihan pun ludruk sudah laris, mungkin juga suatu
Indonesia ) tidak membuat kesenian ludruk berhenti kelemahan tradisi lisan, tanpa naskah tertulis pemain
eksistensinya, melainkan ludruk bisa beradaptasi dengan ludruk cenderung tidak punya motivasi untuk berlatih.
pergaantian rezim dengan strategi – strategi yang dibuat Para pemain lebih mengutamakan spontanitas dan
oleh pengelola ludruk itu sendiri. improvisasi. Padahal improvisasi yang baik beraal dari
Dengan latar belakang yang pernah mengenyam intensitas latihan.
pendidikan kepolisian, menjadikan Cak Bantu orang yang Zaman terus berganti dan berubah jika menengok
disiplin dalam mengelola Ludruk Karya Budaya. Tidak ludruk masa lalu, di tahun 1970 – 1980an, pemain ludruk
hanya disiplin, beliau juga menjunjung tinggi etika. lebih cerdas dari penontonnya. Mereka peka membaca
Namun demikian, tidak mudah menerapkan kedisiplinan kondisi masayarakat dan kebijakan pemerintah. Tetapi
dan etika kepada anggota Ludruk Karya Budaya saat itu. sebaliknya pada tahun 1980an sampai sekarang penonton
Disiplin dan etika disinergikan untuk mengelola ludruk lebih cerdas dari pemain ludruk 21 , hal ini dikarenakan
dengan menghilangkan kata hubung dan menjadi frasa penonton yang berpendidikan tinggi makin meningkat
disiplin dan etika. Disiplin dan etika menjadi satu jumlahnya. Menurut penuturan cak edy :
kesatuan ekspresi. Untuk itu, beliau bersikap tegas
kepada semua anggota tanpa pamdang bulu. “ Jadi kita harus terus berbenah bagaimana struktur
Diera orde lama, meskipun ludruk dikooptasi oleh dan bentuk pementasan dari tahun ketahun. Itu bisa
kepentingan politik, tetapi masih bisa dipergunakan untuk dilakukan jika semua pelaku ludruk mau berperilaku
terbuka untuk menerima kritik, saran, dan terus
mengkritik pengusa. Sedangkan ludruk era orde baru
mengamati dinamika kehidupan masyarakat ”. 22
1965 – 1967, ludruk dilarang pentas oleh orde baru
karena dianggap lekra bagian dari propaganda PKI. Baru Dinamika masyarakat inilah yang menentukan
setelah 1967 ludruk diperbolehkan kembali tetapi harus bagaimana jenis selera mereka sebagai penonton terhadap
dibawah naungan Militer. Hal tersebutlah yang ludruk. Oleh karena itu, membangun tradisi latihan
menjadikan Ludruk Karya Budaya mengalami menjadi bagian penting dari suatu grup ludurk, termasuk
perkembangan yang sangat pesat pada tahun 1970an, Ludruk Karya Budaya. Yang dimana tradisi latihan
karena dibawah nanungan militer ataupun dikontrol oleh tersebut dibangkitkan kembali, dari proses latihan
Orde Baru Ludruk Karya Budaya pun dijadikan media tersebutlah Ludruk Karya Budaya mendapatkan hasil
propaganda politik Orde baru, terutama sebagai juru berupa penciptaan komposisi gending khas Ludruk Karya
komunikasi program – program Orde Baru, misal Budaya, yang berjudul India Jotosan, Sambel Kemangi,
Keluarga Berencana, Program Repelita ( Rencana Pecel Ayu, Gandrung – gandrung, dan Jula – juli Medly.
Pembangunan Lima Tahun ) dan lain – lain. Kontrol – Intensitas latihan yang dibangun kembli inilah yang
kontrol Orde Baru tersebut di Jalankan dengan rentang melahirkan semangat penciptaan karya, baik gending,
watu 1967 – 1980an barulah setelah itu Orde Baru mulai kidungan, lawakan, dan lakon – lakon baru.23
melunak dengan membebaskan setiap masyarakatnya Pada tahun 1989an Ludruk Karya Budaya mengalami
mendirikan grup Ludruk tanpa harus dibawahi oleh penurunan jumlah pentas hal ini didasari oleh
militer.20 perkembangan teknologi yang pada waktu tersebut telah
melahirkan teknologi – teknologi audio visual seperti
2. Ludruk Karya Budaya Pada Tahun 1979 – 1989 televisi, dimana yang menuntut masyarakatnya beralih
Pada tahun 1979-an Ludruk Karya Budaya dari pertunjukan langsung ke pertunjukan visual
mengalami perkembangan yang sangat pesat yang teknologi seperti televisi, tahun – tahun tersebut adalah
awalnya hanya nobong atau pentas keliling dari desa ke tahun – tahun suram untuk sepentas pertunjukan Ludruk,
desa diwilayah mojokerto akhirnya bisa nobong diluar tak luput imbas tersebut juga mengenai Grup Ludruk
wilayah mojokerto seperti di wilayah jombang, pada Karya Budaya, tetapi dengan keuletan cak bantu Ludruk
tahun 1985-an Ludruk Karya Budaya dihadapkan pada Karya budaya tetap eksis walaupun mengalami
persoalan membangun tradisi intensitas latihan, seperti penurunan pementasan.
nyebeng, sepelan dan tedean. Tradisi latihan ludruk itu
mulai pudar di tahun 1985an ada beberapa hal yang 3. Ludruk Karya Budaya Pada Tahun 1989 – 1999
membuat tradisi tersebut pudar dikarenakan pada tahun Budaya Pop yang didukung oleh media televisi punya
1980an merupakan puncak keemasan ludruk sebagai dampak yang kuat dalam merubah selera dan trend
media hiburan masyarakat, karena merasa pentas ludruk masyarakat terhadapa segala jenis hiburan. Mungkin
begitu laris, muncullah karakter menyepelekan latihan.
21
Wawancara Bapak Edy. Ibid
22
Wawancara Bapak Edy. Ibid.
20 23
Ibid. Hlm. 44 Ibid. Hlm. 68

1033
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

sebagian besar orang sudah tahu, terutama budayawan mengatakan, biarlah Ludruk Karya Budaya tak
dan peneliti seni pertunjukan, bahwa menurunnya punya gamelan, biar orang yang menyewa gamelan
penonton seni pertunjukan adalah akibat dari makin selalu mendoakan Ludruk Karya Budaya dan selalu
didoakan orang banyak”.27
suburnya ragam hiburan di televisi dan VCD. Di awal
tahun 1990-an era audiovisual membuat semua grup
Menurut penuturan tersebut memang cukup
ludruk harus mempunyai strategi baru untuk
mengesankan sejak Ludruk Karya Budaya nobong (1969
mempertahankan eksistensinya. Ludruk Karya Budaya,
– 1990), perangkat gamelan dan beberapa properti
menyadari bahwa di tiap – tiap era menunjukkan
panggung masih menyewa dalam hal ini sangat
tantangan – tantangan yang sesuai zamannya. Tantangan
mengesankan dikarenakan dengan sumber daya manusia
terbesar bagi grup ludruk adalah bagaimana merebut hati
yang Cak Bantu Kelola beliau mampu mengatasi
penonton dan menciptakan penonton -penonton baru
hambatan – hambatanketerbatasan pentas Ludruknya.
sebagai masyarakat pendukung kesenian Ludruk.
Beliau bukan ahli manajemen, tapi mampu mengelola
Pada tahun 1990an Cak edy Putra dari Cak Bantu
grup Ludruk.
mengusulkan agar Grup Ludruk karya Budaya pentas di
Pada tahun 1997, ketika terjadi krisis moneter Cak
media televisi. Saat itu TVRI Surabaya, akan tetapi Cak
Edy yang mempunyai Tabungan Rp 9 Juta berencana
bantu tidak setuju akan usulan tersebut dikarenakan oleh
untuk digunakan ibadah Haji diurungkan karena biaya
pemikiran Cak bantu yang tidak mau macam – macam
haji naik menjadi Rp 21 Juta pada waktu itu yang
atau terlalu berlebih dengan membawa Ludruk Karya
akhirnya uang tersebut digunakan Cak Edy untuk
Budaya ke industri pertelevisian. Hal ini bertahan sampai
membeli seperangkat Gamelan, dan pada tahun 1997 Cak
pada masa transisi kepemimpinan antara Cak bantu yang
Edy memberanikan diri meminjanm dana di bank sebesar
digantikan oleh putranya sendiri yaitu Cak edy. 24
Rp 35 Juta untuk membeli properti panggung, lighting,
Pada tahun 1993 Cak Bantu meninggal yang dimana
dan mobil. Dari tahun 1997 – 2000 inilah yang pada
terjadi sedikit konflik perseteruan siapa yang akan
akhirnya Cak Edy bisa membeli semua perlengkapan
meneruskan Ludruk Karya Budaya. Dari pihak Polsek
Ludruk Karya Budaya tanpa harus menyewa 28 , hal ini
Jetis, Kabupaten Mojokerto, berpendapat bahwa yang
termasuk salah satu kemajuan era Kepemimpinan Cak
meneruskan Ludruk Karya Budaya seharusnya orang dari
edy dengan mengalokasikan dana sewa untuk
Polsek Jetis. Sebab secara historis berdirinya Ludruk
kepentiangan lain Grup Ludruk Karya Budaya.
Karya Budaya berada dibawah naungan Polsek Jetis,
disisi lain para anggota Ludruk Karya Budaya 4. Ludruk Karya Budaya Pada Tahun 1999 – 2009
mendorong Cak Edy untuk menjadi pemimpin Ludruk Pada awal tahun 2000 benar -benar menjadi era
Karya Budaya. Sekitar empat bulan meninggalnya Cak Audiovisual. Begitu banyak penjual VCD bertebaran di
Bantu, Cak edy didatangi satu truk anggota Ludruk Karya berbagai daerah di Indonesia. Mereka menjual klip lagu –
Budaya untuk meminta agar Cak Edy besedia memimpin lagu pop Indonesia, Barat dan Hongkong. Tak
Ludruk Karya Budaya, sejak saat itu pula Cak Edy dipilih ketinggalan pula lagu – lagu daerah juga dijual dalam
secara aklamasi untuk memimpin Ludruk Karya vormat VCD, menurut penuturan Cak Edy :
Budaya.25
Langkah awal yang dilakukan Cak Edy dalam “ Di era itu merupakan tantangan bagi seniman
memimpin Ludruk Karya Budaya adalah burusaha tradisi dan modern untuk menjual dan
sepenuhnya lepas dari nama besar Cak Bantu, mempromosikan karyanya dalam format digital
mempelajari dengan teliti tentang faktor kelemahan Cak video. Semua pelaku seni harus berkompromi
dengan teknologi digitaal video dan dalam
Bantu selama memimpin Ludruk karya Budaya, faktor
perkembangannya berkoneksi dengan internet”. 29
kelemahan tersebut yang diketemui oeleh Cak edy yaitu
tentang karakter Cak bantu yang sangat humanis dalam Ludruk Karya Budaya di awal tahun 2000 melakukan
konteks manajemen produksi seni pertunjukan. Beberapa langkah penjualan karya pentas dalam format VCD,
contoh kelemahan terletak pada kepemilikan gamelan beberapa judul karya yang telah diproduksi dan dijual
dan properti panggung yang diera Cak Bantu properti dalam format VCD dan DVD, yaitu Misteri Watu Blorok,
tersebut masih menyewa26, dituturkan oleh Cak edy : Sakerah, Sarip Tambak Oso, Joko Sambang, Padepokan
Gunung Lawu dan lain-lain tak kurang sekitar 20 judul
“Saya pernah mengusulkan membeli gamelan sekitar
tahun 1980an. Namun Cak Bantu selalu

24 27
Wawancara Bapak Edy. Ibid Wawancara Bapak Edy. Ibid.
25 28
Wawancara Bapak Edy. Ibid Wawancara Bapak Edy. Ibid
26 29
Wawancara Bapak Edy. Ibid Wawancara Bapak Edy. Ibid.

1034
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

karya yang telah diproduksi Ludruk Karya Budaya dalam Tentang festival itu sendiri sampai saat ini penyelenggara
format video30, dikatakan oleh Cak Edy : festival ludruk sebagian besar penyelenggaranya masih
pihak pemerintah melelaui dinas pariwisata. Perusahaan –
“dengan menjual karya Ludruk dalam format VCD, perusahaan besar seperti perusahaan rokok dan
bagi saya merupakan lompatan besar dalam hal
perusahaan telekomunikasi sebagian besar masih
promosi. Promosi yang sebelumnya, ddilakukan
secara konvensional secara lisan, menjadi lebih berminat mensponsori grup musik pop atau dangdut yang
effisien dengan menjual keping VCD yang tersebar punya potensi penonton banyak33, hal ini dituturkan oleh
di beberapa kota di Jawa Timur”. Cak Edy :

Dengan menggunakan media video tersebut promosi “mungkin mereka masih ragu – ragu mensponsori
Ludruk Karya Budaya menjadi lebih efisien dikarenakan pertunjukan teater tradisional yang punya penonton
pembeli bisa langsung melihat dan berkenalan dengan sedikit dibanding grup -grup musik pop dan
pentas Ludruk Karya Budaya. Untuk menghubungi dangdut. Andaikata ada perusahaan swasta yang
punya program mensponsori festival Ludruk, tentu
Ludruk Karya Budaya juga sangat muenjadi mudah, di hal itu akan membantu promosi grup – grup ludruk
pengantar video pentas dan cover VCD dicantumkan teks yang makin termarjinalkan di era kejayaan budaya
alamat dan nama pemimpin Ludruk Karya Budaya. pop dewasa ini”.
Dengan demikian pembeli mudah menghubungi Ludruk
Karya budaya. Menurut penuturan Cak Edy tersebut diharapkan
Langkah berikutnya yang dijalani oleh Cak Edy yakni semoga disuatu saat nanti ada perusahaan besar yang mau
ingin Ludruk Karya Budaya diapresiasi tidak hanya oleh menyelenggarakan festival ludruk yang diselenggarakan
msyarakat pedesaan, melainkan masyarakat secara Rutin tahunan. Dimana akan sangat membantu
berpendidikan juga. Untuk itu, Cak Edy memberanikan keberlangsungan eksistensi grup -grup ludruk, yang saat
diri dengan mengikutkan Ludruk Karya Budaya tampil ini hegemoni kebudayaan digital membuat percepatan
difestival – festival seni pertunjukan. Dengan budaya pop menjadi makin kuat dan mengakar di
berpartisipasi difestival, Ludruk Karya Budaya akan masyarakat. Hal tersebut juga membuat masyarakat
diapresiasi oleh jurnalis, seniman, budayawan, akademisi pendukung ludruk dari tahun ke tahun juga makin
dan berbagai profesi lainnya.31 Bagi Cak Edy dengan ikut menurun. Disertai pula oleh keberpihakan pemerintah
di festival membuat Ludruk Karya Budaya akan punya yang masih setengah hati dalam mendorong dan
banyak pengalaman pentas diruang yang berbeda, memperkokoh eksistensi seni tradisi.
memotivasi anggota untuk belajar berpikiran terbuka
terhadap saran dan kritik, dan juga menjadi media B. Peran Ludruk Karya Budaya Sebagai Media
promosi. Yang lebih penting lagi, membuat Ludruk Pembangunan Pada Masa Pemerintah Orde Baru
Karya Budaya menjadi objektif mencermati Sejalan dan selaras dengan kebijakan pembangunan,
perkembangan trend seni pertunjukan yang terkini. pemerintah Orde Baru menugaskan kepada Departemen
Pada tahun 2005 – 2009 Ludruk Karya Budaya Penerangan RI untuk menggerakkan semua media
berperan serta dalam beberapa festival seni yang akhirnya penerangan, termasuk media pertunjukan rakyat
menuai beberapa prestasi, prestasi – prestassi yang sudah tradisional agar mampu sebagai media penerangan
diperoleh Ludruk Karya Budaya yaitu : Lima Penyaji pembangunan. Hal yang sedang terjadi ini, dalam teori
Unggulan Terbaik dalam festival Ludruk se-Jatim, kritis merupakan komunikasi politik yang yang sudah
Malang (2005), Penata Gending terbaik dan penari Remo mengalami pemusatan dan tidak lagi sehat. Secara ideal,
terbaik gaya pria dalam festival budaya Jatim, Surabaya ( komunikasi tersebut meski bebas dan terbuka, dan tidak
2006 ), Penampilan Terbaik dalam Festival Tari Remo ada tekanan, yang dimaksud tekanan disini adalah
Tingkat Nasional, Surabaya ( 2008 ), Penyaji Tari Remo ketentuan-ketentuan yang sifatnya mutlak ditentukan oleh
Terbaik Dalam Festival Jula Juli se- Jatim, Nganjuk pihak yang mendominasi yaitu pemerintah, secara konkrit
(2008), Lima Penyaji Terbaik dalam Festival Teater dapat dibuktikan bahwa Ludruk Karya Budaya juga
Tradisional, Pekan Budaya Jatim, Malang (2009). 32 menjadi media pembangunan, dimana di dalam
Menurut Cak Edy prestasi yang telah diraih Ludruk pementasannya banyak menampilkan pesan-pesan
Karya Budaya ini hanyalah suatu jalan untuk tetap pembangunan yang memihak pada pemerintah. Hal
beroptimis menjalani Kesenian Ludruk, atau hanyalah tersebut dapat dilihat dari kidungan-kidungannya dan
suatu proses Edukasi informal melalui jalan festival. cerita yang disuguhkan.
Hal tersebut tercemin dari penampilan Ludruk
30
Karya Budaya sendiri pada bentuk Kidungannya, contoh
Wawancara Bapak Edy. Ibid
31
Wawancara Bapak Edy. Ibid
32 33
Ibid. Hlm. 134 Wawancara Bapak Edy. Ibid

1035
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

kidungan saat dibawakan grup Ludruk Karya Budaya tersebut malah bertentangan dengan jati diri ludruk yang
untuk menyampaikan program-progarm pembangunan sebenarnya. Ludruk tak lagi bersifat egaliter, ludruk
adalah sebagai berikut 34 : tercerabut sebagai lidah rakyat. Bagi mereka ludruk telah
a. Sebagai wanita pendamping suami menjadi teks kekuasaan atau paling tidak yang nampak
Ngatur rumah tangga kudu sing ngerti adalah etos kepahlawanan dan nasionalisme yang
Duwe anak kudu diwatesi ditonjolkan dengan maksud untuk mensosialisasikan
Perlune gampang olehe ngopeni perilaku ketaatan tanpa syarat kepada negara, atau demi
(sebagai wanita pendamping suami) alasan stabilitas negara.
Mengatur rumah tangga harus yang pandai Kondisi itu menyebabkan antusiasme masyarakat
Punya anak harus dibatasi terhadap ludruk mulai berkurang karena pementasan
Supaya mudah merawatnya). tidak lagi menyuarakan hati nurani rakyat dan pelawak
b. Anak loro dadi ukurane tidak ubahnya juru penerangan. 35 Di berbagai daerah,
Supaya cukup pendidikane kelompok-kelompok yang dibentuk dan dibina oleh
Iso cerah masa depane aparatus militer dan polisi berlangsung sampai dengan
Urip mandiri dadi tujuane tahun 1975-1977. Meskipun demikian, untuk tetap
(anak dua jadi ukuran mengendalikan perkembangan ludruk, setiap kelompok
Supaya cukup pendidikannya termasuk juga kelompok kesenian yang lain harus
Bisa cerah pendidikannya mendapatkan nomor induk agar lebih mudah untuk
Hidup mandiri jadi tujuannya). mengaturnya. Selain itu, para seniman ludruk juga
Menurut kutipan kidungan itu tersirat pesan diwajibkan mengikuti Penataran P-4 (Pedoman
pembangunan. Kidungan tersebut mempunyai sasaran Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebuah proyek
yang dituju yaitu sasarannya adalah semua warga nasional untuk mencetak “manusia-manusia Pancasila”
masyarakat Indonesia, sedangkan yang disampaikan jelas yang terbebas dari pengaruh ideologi kiri demi
mengenai pembangunan, untuk kidungan yang pertama terciptanya stabilitas negara dan menyukseskan
sampai keempat menyampaikan tentang program pembangunan nasional.36
Keluarga Berencana. Maksud dari tujuan program
berencana adalah agar dalam membangun keluarga bisa C. Upaya Pemberdayaan ludruk Karya Budaya Oleh
sejahtera. Kidungan yang kelima sasarannya masih juga Pemerintah Orde Baru
kepada masyarakat yang isinya memberitahukan bahwa Pemerintah Orde Baru membawa masyarakat
Pancasila dan UUD 1945 adalah aturan/dasar negara Indonesia menuju sebuah era modern dalam bingkai
yang paling utama yang menjadi tujuan bangsa, tujuan pembangunan nasional. PELITA demi PELITA
bangsa akan terwujud dengan melakukan pembangunan dijalankan dengan berpedoman pada Trilogi
bersama-sama. Kidungan keenam memberitahukan Pembangunan dan GBHN. 37 Percepatan pertumbuhan
bahwa program jangka pendek merupakan pembangunan ekonomi, penciptaan stabilitas nasional, dan pemerataan
agar biaya hidup bisa murah dengan begitu rakyat dan hasil-hasil pembangunan menjadikan pemerintah
negara bisa hidup sentosa. Kidungan ketujuh mengajak menggiatkan industrialisasi dan revolusi pertanian. Salah
masyarakat agar berpartisipasi untuk bersatu membangun satu implikasi dari industrialisasi adalah berkembang-
bangsa dan negara. Kidungan kedelapan memberitahukan pesatnya industri budaya pop, seperti musik dan film.
bahwa kesenian ludruk juga ikut berjuang untuk Popularitas kesenian pop menjadikan masyarakat
menyambung jawatan penerangan lewat cerita dan perkotaan mulai mengalami pergeseran selera kultural.
syairan yang sudah ditentukan bidang kebudayaan, dst. Kalau dulu mereka berduyun-duyun ke gedung
Dari beberapa kidungan itu semuanya mempunyai pertunjukan untuk menonton ludruk, pada era 80-an
persamaan yakni kidungan-kidungan tersebut berpihak mereka lebih suka datang ke bioskop ataupun
pada pemerintah mendikte masyarakat agar mendukung mendengarkan lagu-lagu pop dan dangdut di tape player.
kegiatan pemerintah. Anak-anak muda lebih menggemari musik disko yang
Ludruk Karya Budaya sebagai media pembangunan lagi booming.38
sangat efektif saat itu, apalagi memang bentuk hiburan Pertunjukan kesenian ludruk yang pada awalnya
elektronik saat itu masih sedikit. Kebijakan pemerintah menjadi ruang relaksasi dari beban kehidupan mulai
yang bertajuk pembangunan tersebut, nampaknya tidak
35
selamanya membawa kebaikan bagi para seniman. Ibid. Hlm 29
36
Supriyanto, Henrikus. 2012. Postkolonial pada Lakon Ludruk
Sebetulnya jika diperhatikan lebih dalam lagi, hal Jawa Timur. Malang: Bayumedia Publishing. Hlm. 81.
37
Ibid. Hlm 67
38
Anonim. Ludruk Terhambat Regenerasi. Surabaya Post. 20
34
Wawancara Bapak Edy. Ibid. September 2008.

1036
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

digantikan dengan kesenian pop yang lebih instan, pertunjukan, khususnya malam minggu. Antusiasme
ringkas, dan murah. Akibatnya, bisa ditebak, penonton masyarakat disebabkan minimnya akses terhadap hiburan
kesenian tradisional seperti ludruk semakin berkurang modern, sehingga kesenian tradisional seperti tayub,
dan surut. Kondisi obyektif ini menjadi tantangan ludruk, wayang kulit, dan jaranan, masih sangat
tersendiri bagi grup ludruk di perkotaan terutama bagi digemari. Satu-satunya akses mereka terhadap hiburan
grup Ludruk Karya Budaya di Mojokerto. Memindahkan modern adalah melalui televisi hitam-putih yang
titik pusat pertunjukan ludruk dari pusat kota menuju menyiarkan TVRI dan hanya dimiliki oleh keluarga kaya.
pinggiran kota dan pedesaan merupakan salah satu Itupun diputar hanya malam Minggu, karena masih
strategi yang di gunakan oleh grup Ludruk Karya Budaya menggunakan tenaga listrik dari accu. Kehadiran ludruk
agar bisa bertahan dari arus modernisasi yang terjadi tobong, sedikit banyak, memberi variasi hiburan kepada
pada masa itu. Paling tidak, Grup Ludruk Karya Budaya rakyat desa. Pemerintah memberikan keleluasaan kepada
bisa membuat ruang-ruang pertunjukan baru dengan para seniman ludruk terutama Ludruk Karya Budaya
komunitas penonton yang belum banyak menikmati untuk mengorganisir diri dibawah kendali
hiburan karena akses yang sangat terbatas. seorang juragan.
Pertunjukan inilah yang disebut dengan pertunjukan Mereka diberi kesempatan untuk
ludruk dengan model tobong. 39 Pertunjukan ludruk membuat tobongan ataupun melayani
tobong adalah pertunjukan yang digelar oleh sebuah permintaan teropan, Mereka diberi kesempatan untuk
kelompok di wilayah tertentu, biasanya di pinggiran kota bertahan dan tetap memberikan hiburan sekaligus
atau perdesaan, selama tiga bulan penuh khususunya menyebarkan kepentingan pemerintah. 41 Namun, para
pada musim kemarau di mana lokasi pertunjukan seniman ludruk dibiarkan berkompetisi secara bebas
dikelilingi seng atau dinding bambu (gedhek) dan para dengan kesenian-kesenian pop-industrial yang
penonton harus membeli tiket masuk. Untuk kepentingan berkembang pesat di masa Orde Baru. Pada titik inilah,
promosi, pada siang atau sore hari sebelum malam grup Ludruk Karya Budaya mengalami dilema.
pertunjukan, para anggota kelompok ludruk Karya Di satu sisi, para senimannya ingin terus
Budaya yang sedang nobong berkeliling ke beberapa menggeliatkan kesenian rakyat yang bisa memberikan
kampung di pinggiran kota atau desa memberi woro- sedikit tambahan rezeki di tengah-tengah tuntutan
woro atau pengumunan, mengendarai mobil pick kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Di sisi lain,
up dengan pengeras suara. Lokasi pementasannya mereka harus berhadapan dengan pemerintah yang
memang berpindah-pindah, tergantung selera pasar. Saat membatasi kebebasan berpikir dalam menyuarakan kritik
itu ludruk Karya Budaya sangat berjaya. Dalam semalam, sosial yang menjadi warna dominan ludruk di masa-masa
bisa mendapat hasil hingga Rp 2 juta. Angka ini sangat sebelumnya. Selain itu, tidak ada kebijakan khusus dari
mengesankan, untuk ukuran saat itu. Bahkan, ludruk pemerintah untuk memberdayakan ludruk. pemerintah
Karya Budaya pernah menembus angka Rp 3 juta membiarkan dan memberi kesempatan seluas-luasnya
semalam. kepada kesenian pop-industrial untuk menjadi selera
Ludruk karya budaya juga menggelar pertunjukan di kultural dominan masyarakat. Bisa dikatakan, tidak ada
wilayah perdesaan, selain di wilayah pinggiran kota, usaha strategis yang dilakukan oleh aparat pemerintah
khususnya di wilayah pertanian yang belum ada aliran untuk kemajuan ludruk. Sebaliknya, mereka harus
listrik atau sedang masa panen. Beberapa kabupaten yang mengikuti aturan-aturan administratif dan membayar
sering ditempati ludruk Karya Budaya adalah Gresik dan pajak pertunjukan setiap kali menggelar tobongan.
Lamongan. Di Lamongan, misalnya, kelompok ludruk Dengan kata lain, pemerintah lah yang perlahan-lahan
Karya Budaya, setiap tahunnya pada awal hingga akhir „mematikan‟ proyek ideal yang mereka sisipkan melalui
1980-an nobong di beberapa desa, utamanya di musim pertunjukan ludruk, ketika para senimannya tidak
panen tembakau dan kedelai. 40 Musim panen ini dipilih sanggup lagi untuk membuat pertunjukan ajeg di tengah-
karena berlangsung pada musim kemarau, sehingga tengah masyarakat. Bagi sebagian kecil kelompok ludruk
pertunjukan ludruk tidak akan terganggu hujan. Selain yang memilih untuk bertahan, mereka harus pandai-
itu, pada musim panen tembakau dan kedelai, warga desa pandai bersiasat di tengah-tengah slogan-slogan kosong
relatif punya uang berlebih, apalagi kalau harga pemerintah. Kelompok-kelompok itulah yang meskipun
komoditas lagi bagus. Jangka waktu nobong biasanya 1-2 jumlahnya tidak banyak mampu berkompetisi dengan
bulan. Masyarakat desa, dari anak-anak, remaja, hingga perkembangan pesat kesenian pop-industrial.
orang dewasa, sangat antusias untuk menonton

39
Ibid. Hlm 77-79
40 41
Ibid. Hlm. 102 Ibid. Hlm. 109-112

1037
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

ada di desa Canggu yakni Cahyo Utomo, Merjoyo, Asri


PENUTUP Kusuma, Taruna Wijaya.
A. Simpulan Ludruk tumbuh dan berkembang dengan subur,
Hadirnya ludruk di tengah masyarakat terbilang sudah apalagi saat tahun-tahun 1950 hingga 1965. Pada tahun
lama, banyak dari beberapa peneliti terdahulu yang tersebut ludruk banyak berafiliasi dengan partai politik.
mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang Ludruk terbagi dalam beberapa kubu politik, ada yang
munculnya dan periodesasi Ludruk. Sebenarnya belum mengikuti ideologi marhaen atau kubu PNI, ada yang
diketahui pasti kapan dan dimana seni pertunjukan ludruk mengikuti kubu PKI, dalam hal ini tersalurkan dari
ini hadir untuk pertama kalinya. Lekra. Terjadinya peristiwa G 30 S, nampaknya
Mengenai cikal bakal ludruk ada beberapa orang yang merupakan titik balik dari keadaan ludruk sebelumnya.
mengatakan bahwa pertunjukan-pertunjukan yang disebut Setelah runtuhnya kekuasaan Bung Karno dan
sebagai Ludruk Bondan dan Ludruk Lerok telah ada sejak penumpasan kekuatan politik kiri pasca tragedi 1965,
jaman Kerajaan Majapahit abad ke-13 di Jawa. Secara ludruk pun mengalami masa-masa sulit. Rezim militer
tertulis, catatan paling awal mengenai saksi mata pertama Orde Baru mengekang bahkan melarang pementasan
yang menonton pertunjukan yang disebut ludruk baru ludruk selama beberapa waktu. Ludruk diidentifikasi
ditemukan pada tahun 1822. Pertunjukan ludruk disitu sebagai seni komunis yang lekat dengan Lekra. Di awal
dilukiskan bahwa dalam pementasannya dibintangi oleh dekade 70-an, ludruk kembali diizinkan untuk eksis oleh
dua orang yakni satu pemain dagelan yang bercerita- pemerintah namun dengan pengawasan dan pembinaan
cerita lucu dan seorang waria. Sampai sekarang, pemain yang ketat oleh pihak militer. Di berbagai daerah terjadi
dagelan dan waria tetap menjadi elemen yang dominan peleburan dan pembentukan grup-grup ludruk dengan
dalam pertunjukan ludruk. supervisi yang mutlak dari struktur komando teritorial
Pertunjukan ludruk ini diawali dengan adanya tari militer.
Ngrema, kemudian dilanjutkan dengan kidungan, dan Di awal tahun 1969, ludruk kembali diizinkan untuk
yang terakhir adalah drama yang membawakan sebuah eksis oleh pemerintah namun dengan pengawasan dan
lakon cerita. Kata ludruk berasal dari bahasa Jawa tingkat pembinaan yang ketat oleh pihak militer. Di berbagai
ngoko di daerah Jawa Timur yang berarti badut. Ludruk daerah terjadi peleburan dan pembentukan grup-grup
memiliki makna etimologis yang diperoleh dari berbagai ludruk dengan supervisi yang mutlak dari struktur
informasi yang relevan. Istilah ludruk diperoleh dari komando teritorial militer. Esensi seni ludruk yang
tokoh- tokoh seniman dan budayawan ludruk. Secara awalnya merupakan wadah perlawanan rakyat terhadap
etimologis, kata ludruk berasal dari kata molo- molo dan penguasa pun berangsur hilang. Ludruk beralih menjadi
gedrak- gedruk. Molo- molo berate mulutnya penuh alat propaganda berbagai program pemerintah Orde Baru.
dengan tembakau sugi (dan kata “molo”, adalah suatu Ludruk dimunculkan kembali, namun keberadaan ludruk
kegiatan pada saat berbicara masih ada tembakau sugi ini didirikan dan dikontrol oleh TNI dan Polri. Di
didalam mulut pembicara), kegiatan tersebut seolah- olah berbagai daerah mulai bermunculan grup ludruk, di
hendak ingin dimuntahkan, dan setelah itu keluarlah kata- Mojokerto Kota ada ludruk Bayangkara, di Jombang ada
kata kidungan dan berdialog. Sedangkan gedrak- gedruk ludruk Putra Birawa, Madiun Kopasgad, dan di Malang
berarti kakinya menghentak – hentak pada saat menari ludruk Wijaya Kusuma, dan di Surabaya.
dipentas. Setelah berbagai grup ludruk telah muncul, di
Telah dijelaskan bahwa desa Canggu dulunya Mojokerto khususnya desa Canggu juga mendirikan
merupakan daerah yang dijadikan sebagai pelabuhan, sebuah ludruk yang bernama Karya Budaya. Ada
secara otomatis merupakan daerah penyeberangan antar beberapa faktor yang melatarbelakangi didirikannya
daerah juga. Dalam corak kebudayaannya, ludruk hadir ludruk Karya Budaya. Pertama, dari masyarakat Canggu
ditengah masyarakat Canggu dan sudah menjadi tradisi sendiri menginginkan adanya grup ludruk yang mampu
secara turun-temurun. Sebelum dan sesudah menghibur seperti sebelumnya. Keinginan masyarakat
kemerdekaan hingga sebelum terjadi peristiwa G 30 S, di Canggu ini tidak lain merupakan wujud rasa kerinduan
desa Canggu memiliki banyak kelompok ludruk. Hal masyarakat terhadap pertunjukan ludruk, sedangkan
tersebut dilakukan oleh para pemuda untuk mengisi untuk mementaskan ludruk dalam masa Orde Baru
waktu luang mereka, mengingat pada waktu itu belum bukanlah hal yang mudah. Sebuah ludruk dapat berdiri
terdapat media hiburan elektronik seperti saat ini. Para dengan bantuan dan dukungan dari militer. Begitu rindu
pemuda yang menganggur ataupun seusai kerja dan keinginan masyarakat desa Canggu untuk
menggunakan waktu luang untuk berkumpul dan berlatih melestarikan ludruk, maka masyarakat sekitar meminta
untuk main ludruk. Terdapat beberapa grup ludruk yang seorang anggota militer yaitu Pak Bantu yang bertempat
tinggal di desa Canggu untuk memimpin sebuah ludruk.

1038
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Desakan dari masyarakat tersebut agaknya membuat Pak ludruk juga diwajibkan mengikuti Penataran P-4
Bantu akhirnya mau memimpin sebuah ludruk. Pak (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Bantu yang memang mempunyai kedekatan dengan sebuah proyek nasional untuk mencetak “manusia-
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golongan Karya manusia Pancasila” yang terbebas dari pengaruh ideologi
Mojokerto saat itu, Mayor TNI Ismail sehingga kiri demi terciptanya stabilitas negara dan menyukseskan
mempermudah untuk mendirikan ludruk. Pada tanggal 29 pembangunan nasional, Larangan untuk menampilkan
Mei 1969, maka dibentuklah ludruk Karya Budaya. kritik terhadap penyelenggara negara dan permasalahan
Pada masa Orde Baru, nampaknya sangat kentara dalam segala aspek kehidupan sebagai akibat
kaitannya penghidupan seni dengan kehidupan politik. ketimpangan program pembangunan nasional yang hanya
Perubahan yang terjadi yang banyak disebabkan oleh menguntungkan segelintir konglomerat Indonesia
aspek perubahan politik saat itu. Khususnya untuk menjadi titik-balik dalam perkembangan ludruk di masa
kesenian ludruk pemerintah mengadakan pembinaan. Orde Baru.
Pembinaan disini ditunjukkan dominasi kepentingan dan Percepatan pertumbuhan ekonomi, penciptaan
kekuasaan tersebut disahkan melalui beberapa landasan stabilitas nasional, dan pemerataan hasil-hasil
pembinaan kesenian tradisional, khususnya ludruk yang pembangunan menjadikan rezim negara menggiatkan
merupakan tugas badan penerangan. industrialisasi dan revolusi pertanian. Salah satu
Sejalan dan selaras dengan kebijakan pembangunan, implikasi dari industrialisasi adalah berkembang-
pemerintah menugaskan kepada Departemen Penerangan pesatnya industri budaya pop, seperti musik dan film.
RI untuk menggerakkan semua media penerangan, Popularitas kesenian pop menjadikan masyarakat
termasuk media pertunjukan rakyat tradisional agar perkotaan mulai mengalami pergeseran selera kultural.
mampu sebagai media penerangan pembangunan. Hal Kalau dulu mereka berduyun-duyun ke gedung
yang sedang terjadi ini, dalam teori kritis merupakan pertunjukan untuk menonton ludruk, pada era 80-an
komunikasi politik yang yang sudah mengalami mereka lebih suka datang ke bioskop ataupun
pemusatan dan tidak lagi sehat. Secara ideal, komunikasi mendengarkan lagu-lagu pop dan dangdut di tape player.
tersebut meski bebas dan terbuka, dan tidak ada tekanan, Anak-anak muda lebih menggemari musik disko yang
yang dimaksud tekanan disini adalah ketentuan-ketentuan lagi booming.
yang sifatnya mutlak ditentukan oleh pihak yang Pertunjukan kesenian ludruk yang pada awalnya
mendominasi yaitu pemerintah, secara konkrit dapat menjadi ruang relaksasi dari beban kehidupan mulai
dibuktikan bahwa Ludruk Karya Budaya juga menjadi digantikan dengan kesenian pop yang lebih instan,
media pembangunan, dimana di dalam pementasannya ringkas, dan murah. Akibatnya, bisa ditebak, penonton
banyak menampilkan pesan-pesan pembangunan yang kesenian tradisional seperti ludruk semakin berkurang
memihak pada pemerintah. dan surut. Kondisi obyektif ini menjadi tantangan
Ludruk Karya Budaya sebagai media pembangunan tersendiri bagi grup ludruk di perkotaan terutama bagi
sangat efektif saat itu, apalagi memang bentuk hiburan grup Ludruk Karya Budaya di Mojokerto. Memindahkan
elektronik saat itu masih sedikit. Kebijakan pemerintah titik pusat pertunjukan ludruk dari pusat kota menuju
yang bertajuk pembangunan tersebut, nampaknya tidak pinggiran kota dan pedesaan merupakan salah satu
selamanya membawa kebaikan bagi para seniman. jika strategi yang di gunakan oleh grup Ludruk Karya Budaya
diperhatikan lebih dalam lagi, hal tersebut malah agar bisa bertahan dari arus modernisasi yang terjadi
bertentangan dengan jati diri ludruk yang sebenarnya. pada masa itu. Paling tidak, Grup Ludruk Karya Budaya
Ludruk tak lagi bersifat egaliter, ludruk tercerabut bisa membuat ruang-ruang pertunjukan baru dengan
sebagai lidah grasroot. Bagi mereka ludruk telah menjadi komunitas penonton yang belum banyak menikmati
teks kekuasaan atau paling tidak yang nampak adalah hiburan karena akses yang sangat terbatas.
etos kepahlawanan dan nasionalisme yang ditonjolkan Pada awal 1990-an semakin banyak warga desa yang
dengan maksud untuk mensosialisasikan perilaku bisa membeli televisi berwarna dan semakin banyak pula
ketaatan tanpa syarat kepada negara, atau demi alasan penonton tersedot ke depan televisi. Mereka lebih bisa
stabilitas negara. menikmati sinetron yang bertutur tentang kehidupan
Di berbagai daerah, kelompok-kelompok yang metropolitan dengan para artis yang cantik dan tampan
dibentuk dan dibina oleh aparatus militer dan polisi serta keglamoran ala ibu kota. Penonton desa dibawa ke
berlangsung sampai dengan tahun 1975-1977. Meskipun dalam dunia audio-visual yang lebih kaya dan ke dalam
demikian, untuk tetap mengendalikan perkembangan wacana-wacana kehidupan yang bergerak semakin cepat
ludruk, setiap kelompok termasuk juga kelompok dan dinamis. Narasi-narasi kerakyatan yang disuguhkan
kesenian yang lain harus mendapatkan nomor induk agar pertunjukan ludruk tidak lagi menjadi sesuatu yang
lebih mudah untuk mengaturnya. Selain itu, para seniman menarik. Akibatnya, ludruk tobongan tidak lagi laku.

1039
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Banyak kelompok ludruk mengalami kebangkrutan DAFTAR PUSTAKA


karena kondisi itu. Bahkan, banyak para seniman ludruk
tobongan yang harus mau beralih profesi sebagai preman, A. Buku
buruh tani sekedar untuk menyambung hidup. Hilangnya Abdillah, U. 2001. Politik Identitas Etnik. Magelang :
minat masyarakat desa terhadap pertunjukan ludruk IndonesiaTera
itulah yang menjadikan para juragan menghentikan Aji Jawoto.2008. Mengenal Kesenian nasional 4, Ludruk.
kegiatan tobongan. Semarang:Bengawan Ilmu.
Ludruk karya budayapun saat ini juga sudah Aminuddin Kasdi. 2001. Memahami Sejarah. Surabaya:
memikirkan bagaimana pelestariaan ludruk karya budaya Unesa University Press.
dimasa depan. Pimpinan ludruk karya budaya mulai Ayu sutarto. 2009 Reog dan Ludruk : Dua Pusaka dari
memikirkan siapakah pewaris berikutnya, pimpinan Jawa Timur yang Masih Bertahan. Yogyakarta : Tiara
karya budaya menganggap bahwa penerus ludruk karya Wacana Yogya.
budaya tidak harus dari kalangan keluarga, jika ada Bakdi Soemanto, 2001, Jagat Teater, Yogyakarta :
pewaris yang merupakan bukan dari kalangan keluarga Media Pressindo
tidak menjadi masalah. Asalkan ia punya rasa cinta Budiarjo. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT.
terhadap ludruk, mampu mengelola organisasi, mampu Gramedia
meneruskan manajemen banci (Travesti) atau mampu Dick, Howard W. 2005. Surabaya, City of work : a
menyempurnakannya. Dengan demikian ludruk karya socioeconomic history, 1900-2000. Singapore :
budaya menjadi organisasi yang bersifat terbuka dalam Singapore University Press
aspek manajemen, hal yang dianggap penting dalam Edy Sedyawati, 1981, Pertunjukan Seni Pertunjukan,
prespektif manajemen, tidak hanya ludruk karya budaya, Jakarta : Sinar Harapan
juga grup – grup ludruk lainnya sekarang membutuhkan Edy Sedyawati. 1991. Seni Dalam Masyarakat Jawa.
manager muda yang mencintai ludruk atau ada Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
keterlibatan ahli mencari dana. Geertz, Cliffrod. 1983. Abangan Santri, Priyayi Dalam
Massyarkat Jawa. Jakarta : Pustaka jaya
B. Saran Harymawan, 1993, Dramaturgi, Bandung : Djatnika
Berdasarkan hasil penelitian tentang kesenian Ludruk Hidayat, Wiwik dkk. 1975. Hari Jadi Kota Surabaya.
Karya Budaya diatas maka dapat dikemukakan beberapa 682 Tahun Sura Ing Baya. Surabaya: Pemerintah
saran sebagai berikut : Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya
a. sudah seharusnya suatu kesenian diberikan ruang Jahi Amri. 1988. Komunikasi Massa Dan Pembangunan
dalam berekspresi, menyampaikan ide dan gagasan. pedesaan di Negara – negara Dunia Ketiga. Jakarta :
Suatu kesenian tidak seharusnya dijadikan alat PT. Gramedia
propaganda bagi pemerintahan yang sedang James L Peacock, 2005, Ritus Modernisasi: Aspek Sosial
berkuasa. dan Simbolik Teater Rakyat Indonesia, Depok:
b. Diharapkan pemerintah memberi perhatian dan Desantara
komitmen yang jelas dalam melindungi dan Kasim Achmad, 2006, Mengenal teater tradisional di
melestarikan kesenian tradisional seperti ludruk. Indonesia, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta
c. Para kaum muda seharusnya bisa turut serta Kasiyanto Kasemin, 1999 Ludruk sebagai Teater Sosial,
menjaga dan melindungi kesenian tradisional seperti Kajian Kritis Terhadap Kehidupan, Peran dan Fungsi
ludruk diera moderinasasi dan diera hiburan yang Ludruk sebagai Media Komunikasi, Surabaya:
lintas batas seperti saat ini. Airlangga University Press.
d. Bagi pengelola diharapkan bisa mengemas kesenian Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi,
ludruk supaya lebih menarik sehingga tidak Jakarta: Rineka Cipta.
tertinggal dari kesenian – kesenia lainnya yang juga Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta :
dinamis dalam pementasannya. PT. Tiara Wacana Yogya
e. Bagi pemangku kepentingan (stakeholder) dunia Lesbijanto. 2013. Ludruk. Yogyakarta: Graha Ilmu
hiburan seharusnya turut serta berpartisipasi dalam M.M. Djojodigoeno, 1958, Azas-Azas Sosiologi,
menjaga, melestarikan dan mengembangkan Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
kesenian tradisional seperti ludruk dan lain – lain, Sen, Krishna. 2010. Kuasa dalam Sinema: Negara,
hal ini dikarenakan produk kebudayaan yang berasal Masyarakat, dan Sinema Orde Baru trans. Windu
dari negeri sendiri tntunya dalam jangka waktu yang W.J. Yogyakarta: Penerbit Ombak
lama akan bisa mendatangkan keuntungan yang Soekoco, S. Padmo. 2001. Memetri Basa Jawi III.
lebih besar dari pada mengimpor hiburan dari luar. Surabaya : CV. Citra jaya

1040
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Soemadji Adjiwongsokoesomo,1985, Nglacak Sejarah Yulia Indarti.2008. Tesis: Metafora dalam Ludruk,
Perkembangan Seni Ludruk, dalam Bunga Rampai Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta: Grafitti Press Wahyuniati, Nuning. 1975. Makalah Seminar :
Suprianto, Henri. 1992. Lakon Ludruk Jawa Timur. Pertunjukan Rakyat Ludruk Sebagai Sarana
Jakarta : PT. Gramedia Komunikasi dan Pembangunan di Pedesaan.
Supriyanto, Henrikus. 2012. Postkolonial pada Lakon Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Ludruk Jawa Timur. Malang: Bayumedia Publishing
Suripan Hadi Hutomo, 1847, Anelusur Asal lan Tegese D. Majalah
Tembung Ludruk, dalam Kamus Javanach Anonim. Ludruk Terhambat Regenerasi. Surabaya Post.
Nederduitsch Woordenboek oleh J.F. G Gencke dan T 20 September 2008
Roorda Majalah Tempo. Gusti Allah Pun Ngunduh Mantu. Edisi
Surjadi, 1992. Cerita Kepahlawanan dalam drama khusus Lekra dan geger 1965. 30 September 2013
Tradisional Ludruk. Yogyakarta: Universitas Gadjah Susanto, Eko Edy. Ludruk Masa Lalu, Masa Kini, dan
Mada Masa Depan. Dalam Radar Mojokerto, 27 Mei 2012
Susanto, Eko Edy. 2014. Ludruk Karya Budaya.
Mojokerto : Paguyuban Ludruk Karya Buday E. Wawancara
Taufik Abdullah dan Ruslan Karim (ed).1991.Metodologi Wawancara Bapak Edy. Pemimpin Grup Ludruk Karya
Penelitian Agama, Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Budaya. 15 april 2017
PT. Tiara Wacana. Wawancara Bapak Prasetya. Salah satu tokoh Pendiri
Tribroto, W. 2002. Pendidikan Seni Tari. Surabaya : Grup Ludruk Karya Budaya. 27 april 2017
Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Wawancara Bapak Supai. Pemain Ludruk Karya Budaya.
Timur tanggal 27 April 2017
Wawancara bapak Wage. Selaku tokoh masyarakat
B. Internet pencinta Ludruk Karya Budaya. 28 April 2017
Dinas Pemuda, Olaraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten
Mojokerto.Ludruk.http://www.disporabudpar.mojoke
rtokab.go.id/ Web/Disporapubdar (9 April 2017).
Ishommudin. 2013. Sejarah Kelam Ludruk Saat Peristiwa
1965.
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/01/1735180
12/Sejarah-Kelam-Ludruk-Saat-Peristiwa-1965/1/2 (
10 April 2017 )

C. Makalah, Jurnal, Atau Skripsi


Edi Sugiri. 1993. Fungsi Bentuk, dan makna Kidungan
Seni Ludruk pada Era Reformasi: Suatu Kajian
Etnolinguistik. Surabaya: Universitas Airlangga.
Erlis Yulia Susanti. 2015. Skripsi : Seni Pertujukan
Besutan Komunitas Pondok Jula - Juli di Mojoketo.
Skripsi. UNESA Progam Studi Pendidikan
Sendratasik
Hutomo, Suripan Sadi. Kidung Jawa Timur,
Perkembangan Dan Kritik Sosialnya. Surabaya :
IKIP Surabaya.
Kasemin, Kasiyanto. 1999. Thesis : LUDRUK Sebagai
Teater Sosial: Kajian Kritis terhadap Kehidupan,
Peran dan Fungsi Ludruk sebagai Media
Komunikasi. Surabaya: Airlangga University Press
Samidi. 2006. Teater Tradisional di Surabaya 1950-
1965: Relasi Masyarakat dan Rombongan Seni.
Dalam Jurnal Humaniora, Vol. 18, No. 3.

1041

Anda mungkin juga menyukai