Anda di halaman 1dari 15

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

2, Juli 2017

EKSISTENSI KETOPRAK GAYA BARU SISWO BUDOYO, DI


TULUNGAGUNG, TAHUN 1958-2002

KHOIRUL ANWAR
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
E-Mail : aancaplin1922@gmail.com

Artono
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Kesenian ketoprak merupakan warisan budaya nenek moyang yang seharusnya terus
dilestarikan, namun dewasa ini generasi muda seakan enggan dan tidak tertarik dengan kesenian
tradisional. Modernisasi membuat kebudayaan barat seakan menjadi kebudayaan yang harus
dicontoh daripada kebudayaan asli Indonesia oleh generasi muda saat ini, bahkan generasi muda
saat ini tidak mengerti apa itu kesenian ketoprak. Ketoprak berasal dari Jawa Tengah dan
berkembang di Jawa Timur, kesenian ketoprak dinilai sebagai kesenian yang cukup kompleks,
mencakup seni peran, seni tari, seni musik, serta terdapat adegan lawak yang sangat menghibur.
Salah satu grup ketoprak yang terkenal adalah ketoprak Siswo Budoyo.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, 1) Apa yang melatar belakangi terbentuknya
ketoprak Siswo Budoyo?, 2) Bagaimana cara ketoprak Siswo Budoyo dapat mencapai puncak
ketenaran pada tahun 1980?, 3) Mengapa ketoprak Siswo Budoyo mengalami kemunduran pada
tahun 1998?.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, langkah awal yaitu heuristik,
dengan mengumpulkan sumber-sumber terkait tentang kesenian ketoprak Siswo Budoyo di
Tulungagung, sumber primer didapat dari dokumentasi, wawancara dari narasumber, serta koran
sezaman. Sedangkan sumber sekunder didapatkan dari buku-buku dan jurnal terkait dengan ketoprak
Siswo Budoyo. Kritik sumber dilakukan untuk memilah sumber baik primer maupun sekunder yang
terkait dengan ketoprak Siswo Budoyo. Interpretasi sumber digunakan untuk membandingkan
sumber satu dengan sumber lain sehingga diperoleh fakta sejarah mengenai ketoprak Siswo Budoyo.
Tahap akhir adalah historiografi yang menjadi hasil tulisan sebagai rekonstruksi sejarah.
Hasil penelitian mengenai eksistensi ketoprak Siswo Budoyo dapat dianalisis bahwa yaitu,
1) ketoprak Siswo Budoyo merupakan grup ketoprak yang terbentuk pada tanggal 19 Juni 1958 di
Tulungagung, didirikan oleh Ki Siswondho, terbentuk karena jiwa seni Ki Siswondho yang lebih
condong dengan kesenian ketoprak, yang mana sebelumnya Ki Siswondho pernah menekuni
beberapa kesenian lainnya. 2) Upaya ketoprak Siswo Budoyo untuk tetap eksis diantaranya dengan
cara menggunakan unsur gaya baru, namun dengan tidak meninggalkan ciri dari ketoprak itu sendiri.
3) Faktor menurunnya eksistensi ketoprak Siswo Budoyo karena adanya modernisasi yang kian
marak, kurangnya kecintaan generasi muda terhadap ketoprak, serta tidak adanya pengganti Ki
Siswondho sebagai pemimpin ketoprak setelah wafatnya beliau.

Kata Kunci : Eksistensi, Kesenian Ketoprak, Tulungagung.

ABSTRACT

328
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Ketoprak is a kind of a traditional play inherited from our ancestors which is supposed to be
continuously conserved. However, today, young generations seem to be reluctant and not interested
in traditional arts. Modernisation makes most people think that they are supposed to follow Western
culture rather than their own original Indonesian culture. Furthermore, many teenagers do not
understand what ketoprak is. Ketoprak was originally from Central Java and developed further in
East Java. It is considered to be a quite complex kind of art since it includes acting, dancing, music,
and comedies. One of renowned ketoprak group is Siswo Budoyo.
This study aims to answer the following questions: (1) What started the formation of Siswo
Budoyo Ketoprak group?; (2) How did the group reach their fame in 1980?; and (3) What made the
group encountered a deterioration in 1998?
The method used in this study is historical research method which includes several steps. The
first step is heuristics in which the writer is required to collect sources related to Siswo Budoyo
ketoprak in Tulungagung. There are two types of sources: primary sources which are collected
through documentation, interviews, and newspapers dated back in the same period as the group’s
period of existence, and secondary sources which are obtained from books and journals related to
Siswo Budoyo ketoprak group. The second step is to select both primary and secondary sources. The
next step is interpreting the sources leading to comparing them to each other in order to obtain
historical facts related to Siswo Budoyo ketoprak group. Finally, the last step is historiography
which is the final writing resulted from historical construction.
The result of this study shows several points, 1), Siswo Budoyo was formed on 19th June
1958 in Tulungagung by Ki Siswondho who much preferred doing ketoprak to other forms of art. 2)
One of Ki Siswondho’s ways to keep the group’s existence was by adding new style without losing
ketoprak’s original characteristics. 3) The cause Siswo Budoyo’s deterioration is the growing
modernisation, lack of young generations’ interest in ketoprak itself, and there was no one to inherit
Ki Siswondho’s place as the group’s leader after his death.

Keywords: Existence, Ketoprak, Tulungagung.


dalam pertunjukan ketoprak mengandung
makna sangat mendalam yang dapat menghibur,
PENDAHULUAN memberi pengaruh, penyuluhan yang
bermanfaat bagi penggemar atau masyarakat.
Kekayaan kebudayaan di Indonesia Kesenian ketoprak notabenne berasal
tentunya sudah diketahui oleh semua orang dan dari Jawa Tengah juga berkembang di Jawa
telah menjadi daya tarik tersendiri di mata Timur, salah satu kelompok ketoprak yang
internasional, negara yang luas tehampar dari paling terkenal di Jawa Timur adalah kelompok
Sabang sampai Merauke menyimpan banyak ketoprak Siswo Budoyo, ketoprak yang berasal
kebudayaan. Menarik untuk dikaji salah satunya dari Kabupaten Tulungagung. Didirikan oleh Ki
adalah kesenian dari daerah Jawa. Di jawa Siswondho Hardjosoewito pada tanggal 19 Juni
banyak terdapat kebudayaan ataupun kesenian 1958, semula pertunjukan ketoprak Siswo
dari tradisi leluhur terdahulu, diantaranya adalah Budoyo hanya dipentaskan di Tulungagung,
kesenian ketoprak. Dengan penduduk suku Jawa seiring berjalannya waktu mulai merambah ke
yang besar, tidak heran jika kesenian Jawa kabupaten lain di kawasan Jawa Timur, sebelum
menjadi besar dan banyak disukai oleh akhirnya bisa merambah sampai Jawa Tengah
masyarakat. bahkan juga kawasan Nasional.
Ketoprak adalah suatu jenis pentas Ketoprak Siswo Budoyo mengalami
drama tradisional yang diyakini berasal dari masa yang sulit di era 80 sampai 90-an,
Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta, setidaknya banyak problem spesifik yang
oleh karena itu kesenian ini sering disebut dialami dunia ketoprak karena adanya dampak
sebagai ketoprak Mataram. Nama ketoprak perubahan sosial dan modernisasi budaya
diambil dari bunyi lesung (alat menumbuk masyarakat, terutama masyarakat kelas
padi), seruling, terbang, dan kendang. Irama menengah ke bawah yang belum terjamah oleh
yang dihasilakn berbunyi “dung ... dung “ dan modernisasi menjadikan ketoprak sebagai
“prak... prak” sehingga mirip dengan suara hiburan yang cukup disenangi, listrik masuk
“ketuprak”, kemudian dinamakan ketoprak. Di desa, televisi masuk desa membuat ketoprak

329
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

sebagai hiburan seni pertunjukan mulai kalah yang menjamin masa depan, bahkan ada
pamor dengan televisi dan ketoprak mulai kecenderungan dari insan seni ketoprak amatir
dianggap kuno. Ketoprak dituntut untuk bisa yang tampil dalam pementasan ketoprak hanya
beradaptasi dengan modernisasi teknologi, salah sebagai pengisi waktu luang. Masyarakat akan
satunya adaptasi dengan televisi, sehingga para bertanggapan negatif terhadap ketoprak, apabila
penonton yang enggan untuk melihat situasi tersebut terus dibiarkan, sehingga
pertunjukan ketoprak secara langsung tetap bisa dikhawatirkan jikalau ada kelompok ketoprak
menonton dan menikmati kesenian ketoprak yang bagus dalam penampilan/ performanya
melalui media televisi, juga pihak ketoprak tetap dan profesional akan dinilai sama dengan
bisa meraih pundi-pundi uang melalui hak siar ketoprak yang pernah disaksikannya
dari televisi tersebut. Kerjasama dengan pihak sebelumnya.
televisi tak hanya merangkul kalangan Dengan tulisan ini diharapkan
menengah ke bawah untuk tetap setia menonton masyarakat pada umumnya dan kaum muda
ketoprak, namun juga mensiasati agar kalangan pada khususnya lebih menghargai dan
menengah ke atas menjadi pengemar ketoprak. mencintai budaya lokal daripada budaya luar
Ketoprak Siswo Budoyo mulai yang masuk ke dalam negeri seperti yang marak
beradaptasi dengan kemajuan teknologi di era saat ini, tidak hanya jika budaya lokal yang
orde baru, seperti halnya penayangan efek sudah diklaim bangsa lain, baru kaum muda
cahaya dan juga efek suara pada penampilan Indonesia ramai melestarikan budayanya sendiri
ketika bekerjasama dengan pihak televisi. Selain dan bisa dimulai dari sekaranglah langkah awal
itu masih banyak hal yang dilakukan ketoprak untuk melestarikan budaya bangsa.
Siwo Budoyo untuk beradaptasi dan Berbagai permasalahan dan dinamika
meyesuaikan selera penonton agar tetap bisa dalam perjalanan kelompok ketoprak Siswo
disukai para penggemarnya, seperti penggunaan Budoyo, peneliti bermaksud mengadakan
cerita ala gaya baru, penggunaan dialog yang penelitian dengan judul “EKSISTENSI
mudah dipahami, penggunaan kostum, penataan KETOPRAK GAYA BARU SISWO
panggung, juga bekerja sama dengan artis BUDOYO, DI TULUNGAGUNG, TAHUN
nasional dalam pementasan ketoprak. Dengan 1958-2002”
keberhasilan beradaptasi, mempunyai sistem
organisasi yang terstruktur, serta kepemimpinan METODE
dari Ki Siswondho membuat ketoprak Siswo Dalam proses penelitian sejarah supaya
Budoyo mempunyai banyak penggemar. penulisan tersebut dapat dikatakan memenuhi
Perlu untuk digaris bawahi, bahwa syarat haruslah menggunakan metode
kesenian tradisional ketoprak, selain sebagai penelitian. Dalam penelitan sejarah terdapat 4
sarana hiburan masayrakat juga berperan tahapan yang digunakan, yaitu heuristik, kritik,
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan interpretasi dan historiografi.
berbagai nilai, pesan moral, tata krama, Langkah pertama yang dilakukan adalah
terutama bagi kalangan masyarakat Jawa, yang Heuristik (pengumpulan sumber). Dalam proses
sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Kesenian awal penulis untuk pencarian sumber, baik
tradisional seperti ketoprak melibatkan berupa sumber primer maupun sumber sekunder
instrumen keterampilan seni pemain dan yang terkait dengan ketoprak Siswo Budoyo,
imajinasi penonton untuk menghasilkan apa penulis terlebih dahulu mencari buku yang
yang sedang dibayangkan bersama itu dapat berkaitan dengan ketoprak dan buku mengenai
hadir atau tersampaikan. cara penulisan sejarah, pencarian dilakukan di
Namun sayangnya dewasa ini sangat berbagai tempat, antara lain di perpustakaan dan
sulit untuk menemukan keberadaan kesenian kearsipan Jawa Timur, perpustakaan pusat
tradisional ketoprak di Indonesia. Hanya sedikit Unesa, dan perpustakaan daerah Tulungagung.
kalangan saja yang mau melestarikannya, dan Buku yang menjadi sumber sekunder yaitu Aji
hanya sedikit kelompok ketoprak yang mampu Jawoto AP, S.Pd, Drs Sunarno. 2008. Mengenal
beratahan di era modern ini, itu pun bisa Kesenian Nasional 3 Ketoprak. Semarang : Pt
dihitung dengan jari. Bengawan Ilmu. Haris Daryono Ali Haji dan
Generasi muda juga enggan dalam Agus. 2015.. Lephen Purwaraharja, Bondan
mengembangkan kesenian tradisional, segelintir Nusantara. 1997. Ketoprak Orde Baru.
kalangan berpendapat bahwa dunia ketoprak Yogyakarta : Wawasan Benteng Budaya.
tidak dapat dijadikan sebagai mata pencaharian

330
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Penulis juga mendapatkan sumber Republik Indonesia (Direktorat Kesnian


primer berupa hasil wawancara dengan Ibu Direktorat Jenderal Kabudayaan Departemen
Endang Wijayanti (istri Ki Siswondho), Pendidikan dan Kebudayaan Republik
wawanacara dengan Bapak Bambang Indonesia) ketoprak lahir tahun 1908, diciptakan
Wijonarko (anak Ki Siswondho), mendapatkan oleh almarhum Raden Mas Tumenggung
sumber foto dari penampilan ketoprak Siswo Wreksodiningrat.
Budoyo, serta sumber koran se-zaman. Ketoprak pertama kali datang ke
Tahap kedua adalah kritik, kritik sumber Tulungagung pada tahun 1924, kala itu pentas di
dilakukan dengan dua pengujian, kritrik ekstern pasar malam. Pada waktu itu masih
dan kritik intern. Kritik ekstern berupa menggunakan iringan lesung dan berbusana ala
pengujian terhadap otentikitas, asli, turunan, petani. Pada tahun 1926 untuk kedua kali
palsu, serta relevan atau tidak suatu sumber. ketoprak pentas di Tulungagung tetapi
Kritik intern berupa pengujian terhadap isi atau menggunakan siter (alat musik seperti
kandungan sumber. Adapun tujuan dari tahapan celempung), gender, dan fiool (biola) dengan
kritik yaitu untuk menyeleksi data menjadi menggunakan busana mesiran, masih
fakta1. Penulis melakukan uji keaslian sumber mengugunakan panggung terbuka dengan cerita
dalam tahap kritik sumber, terhadap beberapa humor seperti lakon Joko Kusnun, Joko
sumber baik sumber pirmer maupun sumber Purnomo dan lain-lain. Pada tahun 1927 di
sekunder. Dalam tahap ini penulis memilih data Tulungagung berdiri grup ketoprak yang
yang diperoleh dan menyeleksinya dengan dimotori oleh Bapak Darmotawi, Bapak Prawiro
mengklasifikasikan sumber untuk menemukan Soewarno dan lain-lain.4
fakta fakta sejarah, karena tidak semua data Ketoprak Siswo Budoyo merupakan
yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber salah satu ketoprak yang terkenal di Kabupaten
dalam penulisan sejarah. Terkait sumber lisan Tulungagung, bahkan di lingkup Jawa Timur
yang telah didapatkan, peneliti tidak langsung sampai Jawa Tengah, hal tersebut bisa dilihat
percaya begitu saja dengan apa yang dikatan dengan banyaknya penonton yang antusias
oleh narasumber. Peneliti harus menyeleksinya untuk hadir menyaksikan pertunjukan ketoprak
dahulu melalui sumber lisan yang didapatkan ini. Ketoprak ini dibentuk oleh almarhum Ki
dari narasumber lain. Siswondho tepatnya pada 19 Juni 1958 di Desa
Tahap ketiga adalah interpretasi, atau Kiping, Kecamatan Gondang, Kabupaten
penafsiran. Pada tahap ini sejarawan mencari Tulungagung, Jawa Timur. Saat itu di
keterkaitan antara berbagai fakta yang telah Tulungagung ada beberapa kesenian kethoprak,
ditemukan kemudian menafsirkannya 2. misalnya Kridha Swara yang dipimpin oleh
Sehingga gabungan dari berbagai fakta yang Bapak H. Abdul Syukur, Kridha Muda oleh
telah ditemukan dapat mempermudah dalam Bapak Tan Tik Bong, Mardisangkaya oleh
merekonstruksi sejarah. Bapak Cokro Sarwah, dll.
Tahapan terakhir, yaitu historiografi, Penamaan Siswo Budoyo merupakan
merupakan tahap penulisan (graphein-tulisan) inspirasi dari Ki Siswondho sendiri, karena
sejarah. Pada tahap ini serangkaian fakta yang nama itu berasal dari dari nama beliau,
telah ditafsirkan akan disajikan secara tertulis "Siswondho". Sejak kecil sampai kuliah di
sebagai kisah atau ceritera sejarah. 3 Surabaya beliau meminta orang tuanya untuk
merubah namanya menjadi Siswondho, yang
HASIL DAN PEMBAHASAN awalnya beliau bernama Sukadiman, dimana
“siswo” berasal dari nama Siswondho, dan
A. Sejarah Ketoprak Siswo Budoyo “budoyo” berarti budaya. Jadi nama Siswo
Budoyo berarti ketoprak yang Ki Siswondho
Berdasarkan hasil penelitian Badan miliki sendiri.5
Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementerian Terbentuknya ketoprak Siswo Budoyo
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan dilatar belakangi oleh tangan seni dari sang

1 Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami Sejarah. Pengetahuan dan Kebudayaan “Penunggalan”,


Surabaya : Unesa University Press. Hlm 11. Lembaga Javanologi. Hlm 2
2 Ibid. 5 Wawancara Endang Wijayanti (istri kedua
3 Ibid. Ki Siswondho), tanggal 27 Januari 2017.
4 Siswondho Hardjosoewito. 1985. Ketoprak

Masa Kini dan Hari Depan. Yogyakarta: Yayasan Ilmu

331
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

pendiri, Ki Siswondho dengan dibantu oleh tiga 1. Ketoprak Siswo Budoyo Pada Tahun
orang yaitu, Ibu Rumani (istri pertama Ki 1958-1964
Siswondho), Pak Ruslan (sahabat Ki Pertunjukan Ketoprak Siswo Budoyo
Siswondho), dan Pak Mulyani (carik desa pada tahun 1958-1961 masih sangat sederhana.
Ngerendeng).6 Pertama kali tampil ketoprak Siswo Budoyo
Jiwa seni sudah merasuk di dalam diri Ki hanya menggunakan karung kain putih yang
Siswondho sebelum mendirikan ketoprak ini, digunting dibuka menjadi persegi panjang lalu
tepatnya sebagai penari saat masih sekolah di disambung dengan dijahit panjang, selebar
Taman Siswa Tulungagung, setelah lulus Ki panggungnya. Pada masa awal dai ketoprak
Siswondho belajar joged wayang orang di Siswo Budoyo hanya pentas di daerah
perkumpulan Mardiwirama. Pada tahun 1950 Ki Tulungagung.
Siswondho sekolah di STERA Surabaya, namun
pada malam hari ikut memainkan wayang orang Pada tahun 1963 pula Ki Siswondho
Langen Sedya Rahayu. Ki Siswondho tidak mencanangkan mengganti nama ketoprak Siswo
hanya ikut memainkan wayang orang saja, pada Budoyo dengan tambahan “Gaya Baru”,
tahun 1951 Ki Siswondho juga menjadi anggota bertujuan untuk menggaya barukan sistem
Ketoprak Surya Dadari. Ki Siswondho pulang pentas ketoprak namun dengan tidak
ke Tulungagung, tetapi kecintaan Ki Siswondho meninggalkan ciri dari ketoprak itu sendiri,
terhadap dunia kesenian nampaknya tidak istilah gaya baru tidak hanya sebuah embel-
disetujui oleh Karni Harjo Suwito (ayah Ki embel nama saja, namun Ki Siswondho juga
Siswondho). Agar Ki Siswondho tidak melakukan beberapa pembaruan ke dalam
mengembangkan karirnya, beliau memberinya banyak aspek.
perusahaan batik untuk dikelola, keputusan itu
dengan berat hati diterima oleh Ki Siswondho 2. Ketoprak Siswo Budoyo Pada Tahun
sampai tahun 1954, Ki Siswondho terpilih 1965-1980
sebagai ketua Koperasi Batik Tulungagung. Persitiwa pemberontakan PKI sangat
Namun darah seni dari cucu buyut Kepala berpengaruh terhadap stabilitas di Indonesia,
Karawitan Tumenggung Ketandan terakhir ini, tidak hanya mempengaruhi pemerintah namun
tidak bisa dibendung, setahun kemudian bidang kesenianpun tak luput dari pengaruh dari
mendirikan grup wayang orang pada tahun PKI. Tawaran LEKRA juga merambah menuju
1956, tetapi pementasan wayang orang dulu ketoprak Siswo Budoyo, Siswo Budoyo pernah
tidak rutin, hanya kalau ada yang mengundang ditawari LEKRA dalam musyawarah di
untuk acara tertentu, seperti acara sunatan, Yogyakarta, tapi Ki Siswondho tidak datang,
hajadan, ataupun acara desa, wayang orang itu karena memang ketoprak Siswo Budoyo bukan
juga bernama Siswo Budoyo.7 dari naungan Lekra, karena Ki Siswondho
Grup wayang orang Siswo Budoyo berhaluan GMNI, undangannya ditujukan atas
tidak bertahan lama, hanya sekitar dua tahun. nama GMNI dan anggotanya tidak ada yang
Barulah ketika tahun 1958, Ki Siswondho bergabung dengan G30SPKI.9
membeli perlengkapan gamelan dan pakaian Ajakan dari LEKRA dulu itu selalu
ketoprak, wayang orang yang gulung tikar, hubungannya dengan kesejahteraan hidup.
kemudian mendirikan grup ketoprak secara Karena zaman dulu untuk memenuhi kebutuhan
profesional. Perkembangan grup ketoprak ini pokok sangatlah susah, jadi diiming-imingi
bisa dibilang menggemberikan, pementasan dengan diberikan beras, uang, pakaian, dll.
ketoprak yang dilakukan secara keliling, maka Ajakannya kepada Ki Siswondho gagal,
tugas Ki Siswondho di Koperasi Batik akhirnya LEKRA sadar diri, dan memutuskan
Tulungagung sering keteteran, akhirnya pada untuk berhenti merayu Ki Siswondho.10
tahun 1962 beliau memilih untuk Tahun 1966 saat pentas di Tulumgagung,
mengundurkan diri dari koperasi dan mengurus waktu itu di alun-alun, saat pementasan, gedung
grup ketoprak yang kian berkembang. 8 (non permanen) Siswo Budoyo dibakar oleh
KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) KAMI
B. Perkembangan Ketoprak Siswo Budoyo (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), karena

6 Ibid 9 Ibid.
7 Ibid. 10 Bambang Wijonarko, Op.cit.
8 Kedaulatan Rakyat, 5 Desember 1985. Hlm

11.

332
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

tidak suka dengan ketoprak Siswo Budoyo, bulan, dan TVRI meminta cerita baru setiap
menurut pihak berwajib, mereka membakar bulannya. Setelah sukses bekerjasama dengan
dengan cara melemparkan rokok yang diikatkan TVRI Surabaya, ketoprak Siswo Budoyo
korek api lidi dan dilemparkannya ke area menuju ke Yogyakarta, pada tahun 1986-1987
belakang, waktu itu ceritanya warok sura bekerjasama dengan pihak TVRI Yogyakarta
manggala juga bertepatan penonton memenuhi juga tidak jarang berkolaborasi dengan grup
gedung, untungnya tidak ada yang terluka Ketoprak Sapta Mandala. Selama periode 1987-
karena kebaran tersebut, karena hanya bagian 1990 masih sering main di beberapa daerah,
belakang saja yang terbakar, syukur pelakunya tahun 1991 main di Cak Durasim Surabaya. 13
juga langsung tertangkap selang waktu yang Ketoprak Siswo Budoyo melakukan
tidak lama. Setelah kejadian itu Siswo Budoyo kolaborasi dengan beberapa artis yang sudah
istirahat selama seminggu untuk membenahi terkenal baik regional maupun kancah nasional
bangunan yang rusak.11 mulai tahun 1991, guna menarik animo
masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan
3. Ketoprak Siswo Budoyo Pada Tahun ketoprak.
1981-1995 Beberapa artis sering diajak untuk
Pada tahun 1981 ketoprak Siswo Budoyo berkolaborasi, namun yang paling sering itu dari
melakukan pertunjukan di THR Surabaya, grup Srimulat seperti, Doyok, Kadir, dll.
ketika di THR, durasi penyewaan gedung masih Misalnya, ketika ketoprak Siswo Budoyo
tersisa beberapa bulan, namun karena animo sedang pentas di Jawa Tengah, maka
masyarakat menurun, ketoprak Siswo Budoyo kolaborasinya juga dengan para pemain lokal
pindah ke Malang, dengan meninggalkan dari Jawa Tengah yang sudah kondang seperti
hutang kepada pihak THR sekitar 15 juta, Pak Dayat, Bu Marsidah atau pernah juga
sebagai gantinya Ibu Endang Wijayanti (istri Ki dengan Ki Anom Suroto. Hal seperti itu
Siswondho) harus bekerja di THR dan tidak dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat.
diperbolehkan pergi sebelum hutang tersebut Jadi intinya istilahnya itu bukan merekrut.
dilunasi, bisa dibilang sebagai jaminannya agar Untuk artis nsaional, ketoprak Siswo Budoyo
mau melunasi hutang tersebut, setelah beberapa pernah berkolaborasi dengan Didik Nini
bulan akhirnya Siswo Budoyo bisa melunasi Thowok, Ria Ennes, Reny Jayusman, Eva
hutang tersebut.12 Rosdiana Dewi dll.
Seniman ketoprak tentunya tidak bisa
melawan modernisasi teknologi, semua 4. Ketoprak Siswo Budoyo Pada Tahun
modernisasi tersebut tidak bisa dijadikan lawan, 1996-1999
seharusnya dijadikan kawan, sebagai sarana Ketoprak Siswo Budoyo mengalami
untuk memajukan perkembangan ketoprak. masa kelam pada tahun 1996, dimana Ki
Tantangan tersebut sebenarnya sudah Siswondho yang mulai sakit-sakitan, keadaan
terjawabkan oleh grup ketoprak Siswo Budoyo ekonomipun mulai sulit, Ki Siswondho dirawat
juga grup ketoprak yang lain. Grup-grup di RS Pare, Kediri. Sebenarnya tahun 1995 Ki
ketoprak tidak hanya dapat pentas di atas Siswondho sudah mulai merasa ketoprak ini
panggung, melainkan juga mampu pentas mulai surut.
melalui layar televisi dan mengsisi siaran radio Selama menderita sakit beberapa tahun,
serta pembuatan kaset-kaset ketoprak malalui Ki Siswondho meninggal pada tahun 1997. Ibu
rekaman. Endang dan para anggota lainnya meneruskan
Pada tahun 1985, pertama kalinya perjuangan Ki Siswondho untuk tetap
ketoprak Siswo Budoyo bekerjasama dengan melanjutkan dan menekuni ketoprak, namun Ibu
pihak televisi, tepatnya dengan TVRI Surabaya, Endang merasa berat karena tidak ada yang
menggunakan cerita berhadiah dinamakan membantu, dulu ketika masih ada Ki
Ampak-ampak Senggalapura, yaitu tebak- Siswondho, beliau yang mengurusi urusan luar
tebakan yang ditujukan kepada pemirsa, dengan seperti perizinan, penentuan lokasi, pendirian
jawaban dikirim via pos, jawaban yang benar gedung tobong, sedangkan bagian dalam dulu
akan mendapat hadiah dari pihak TVRI. Ibu Endang Wijayanti yang mengurusi.
Program tersebut sukses menyedot animo Selama ketoprak Siswo Budoyo
pemirsa, yang dipentaskan/ disiarkan setiap dipegang oleh Ibu Endang, banyak masalah

11 Endang Wijayanti, Op.cit. 13 Endang Wijayanti, Op.cit.


12 Ibid.

333
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

yang dihadapi, anggota lainnya seperti tidak 1. Ketoprak Siswo Budoyo mengurangi
percaya kepada beliau, dan meremehkan beliau, tembang dalam setiap adegan, dan
akhirnya asnggota lain sepakat untuk memilih lebih menambahkan unsur drama,
Endang Wariyanti (putri angkat Ki Siswondho bertujuan agar penonton tidak jenuh
dari perkawinan pertama) untuk memegang terhadap adegan yang terlalu banyak
kepemimpinan Siswo Budoyo. tembang, karena dianggap akan
membosankan dan monoton.
5. Ketoprak Siswo Budoyo Pada Tahun 2. Penonjolan unsur ekspresif dalam
1999-2002 setiap adegan yang dilakonkan, demi
Ketika dipegang Endang Wariyanti, para mencerminkan gaya orang Jawa
anggota tahu kalau cara memimpin Ibu Endang Timur.
Wijayanti dan Endang Wariyanti itu berbeda, 3. Cerita tidak hanya berasal
kalau Ibu Endang Wijayanti menjalankan Siswo menceritakan sejarah lokal, namun
Budoyo masih sama seperti Ki Siswondho dari berbagai wilayah, bahkan dari
sedangkan Endang Wariyanti cara luar negeri. Tidak jarang
memimpinnya memakai cara kantor, jadi kalau menggunakan cerita carangan
ada salah sedikit langsung dipecat, sedangkan (buatan sendiri) guna memperkaya
seniman tidak bisa bergaya seperti itu. Kalau khazanah persediaan lakon.
mau mecat harus mempunyai pengggantinya 4. Bahasa disesuaikan dengan zaman,
terlebih dulu. masyarakat yang menonton,
Puncaknya, akhirnya semua disesuaikan dengan cerita, tentunya
diberhentikan ketoprak dan anggotanya, lalu lebih bersifat luwes.
semua anggota diberi pesangon sekitar Rp 5. Penggunaan properti yang maksimal,
25.000. para anggota menerima lapang dada. dengan menggunakan properti
Semua perlengkapan serta alat ketoprak dibawa semaksimal mungkin guna
ke Desa Bulus, tempat tinggal Endang menjadikan suatu adegan tersebut
Wariyanti dan di tahun 2002 itulah ketoprak hidup, layaknya kejadian yang
Siswo Budoyo bisa dikatan bubar, karena tidak sebenarnya terjadi.
ada kejelasan bagaimana nasib ketoprak Siswo 6. Setting panggung ditata sedemikian
Budoyo selanjutnya. rupa mirip dengan bioskop.
7. Dekorasi, baik di dalam panggung
C. Upaya Eksistensi Ketoprak Siswo yang disesuaikan dengan cerita,
Budoyo berwarnakan satu warna dasar,
Ketoprak Siswo Budoyo merubah bergambar gaya lukisannya
namanya dengan menambahkan kata “Gaya mendekati gaya bangunan pada cerita
Baru”, tidak lantas hanya merubah namanya itu terjadi, misalnya : Cerita
saja, namun semua itu mempunyai makna yang Majapahit keatas dengan gambar
sangat mendalam, penggunaan nama tersebut bangunan ukir batu. Cerita Demak
bertujuan untuk memberikan warna baru dalam kebawah dengan gambar bangunan
dunia kesenian ketoprak, yang dimaksudkan di ukir kayu. Demikian pula dengan
sini adalah dengan merubah beberapa aspek dan cerita-cerita lainnya. Maupun di luar
juga memberikan beberapa pembaruan, namun panggung dengan penambahan candi
tetap tidak keluar dari jalur pakem kesenian bentar pada pintu masuk tobong, dan
tradisional ketoprak. dibuat semenarik mungkin.
Pembaruan tersebut selain untuk 8. Diselipkannya banyak adegan
memberikan warna baru dalam kesenian humor.
ketoprak, tentunya juga dilakukan untuk 9. Adegan peperangan menggunakan
meningkatkan animo masyarakat agar mau sistem silat, agar peperangan tersebut
menyaksikan pertunjukan ketoprak Siswo nampak seperti nyata, namun dalam
Budoyo. Ketoprak Siswo Budoyo mendobrak hal ini masoh harus menyesuaikan
sistem ketoprak gaya lama, menjadi gaya baru dengan cerita
atau ketoprak modern, dengan pedoman tidak 10. Penggunaan busana yang bervariasi,
meninggalkan ciri ketoprak itu sendiri. Berikut disesuaikan dengan alur ceritanya,
perbedaan ketoprak Siswo Budoyo dengan misalnya : Cerita Majapahit, keatas
ketoprak lain: tanpa baju dan ikat kepala, tetapi

334
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

gelung dan pilis. Begitu pula Cerita Siswo Budoyo dapat diterima oleh masyarakat
Gedog (Kediren) cerita Mesiran, adalah melalui cara pendekatan yang dilakukan
Cina dan lain-lain. Cerita Majapahit oleh Siswo Budoyo terhadap masyarakat atau
kebawah yaitu Jaman Demak, lingkungan tempat mereka manggung. Upaya
Pajang, Jaman Mataram, Kertosuro, publikasi untuk menarik animo masayarakat
Surakarta, dan Yogyakarta. yang dilakukan Siswo Budoyo juga gencar
11. Penggunaan teknologi guna dilakukan, seperti melakukan siaran dengan
memperindah pertunjukan ketoprak, mobil bermegaphone yang melewati jalanan
diantaranya, agar masyarakat menegatahui dimana dan kapan
a. penggunaan lampu sorot ketoprak Siswo Budoyo akan pentas, selain
(halogen), menggunakan lampu siaran dengan mobil bermegaphone, juga
kelap-kelip, tidak menggunakan memberikan selebaran serta memasang banner
lampu pijar saat pertunjukan di setiap sudut jalan.
b. Penggunaan sound effect, semisal Untuk menambah daya tarik masyarakat,
penggunaan suara hewan, biasanya beliau menggunakan cerita masyarakat
keramaian pasar, suara gunung dan cerita legenda dari tiap daerah yang akan
meletus, dll. digunakan untuk pentas untuk dimasukkan ke
c. Penggunaan OHP, untuk dalam cerita lakon ketoprak. Jadi Ki Siswondho
menampilkan foto setiap pemain, terlebih dahulu memilih lokasi manggung yang
menjelaskan setiap nama dan akan ditempati, dan mencari cerita rakyat
peran mereka masing-masing. setempat dengan cara mencari tokoh masyarakat
12. Tidak memakai layar buka tutup dan mencari keabsahan/ keaslian dari cerita
seperti ketoprak yang lain, melainkan sesungguhnya, agar tidak terjadi kesalahan
cenderung menggunakan istilah carita saat pementasan.
colongan, yaitu pergantian dari Segi penyutradaraan, ketoprak Siswo
adegan satu ke adegan yang lain Budoyo mempunyai tim dalang atau sutradara
secara cepat, pergantina ini dilakukan yang dipimpin oleh Ki Siswondho sendiri,
pada saat lampu dimatikan, dan masih seperti grup ketoprak lainnya. Tidak
semua properti panggung, serta terdapat naskah dalam setiap penampilan
pemain harus siap dengan adegan ketoprak Siswo Budoyo. Sistem primadona
selanjutnya. dalam setiap lakon akan dilakukan roll atau
13. Memaksimalkan berbagai media gantian, peran penting tidak dimonopoli oleh
publikasi, dengan melalui satu orang, tentu saja masih melihat kemampuan
megaphone yang dibawa keliling setiap pemain, dengan begitu para pemain
menggunakan mobil yang melintasi mempunyai kesempatan untuk menjadi tokoh
jalanan, agar masyarakat tahu bahwa utama, cara ini dipilih agar pemain itu dapat
akan diadakan pertunjukan ketoprak, berkembang dan tidak ada kecemburuan. 14
menggunakan pula banner dan Akan tetapi ada pelawak yang sangat diidolakan
pamflet sebagai sarana publikasi. oleh penonton, yaitu ada dua orang pelawak,
14. Bekerja sama dengan artis, guna bernama panggung Jogelo dan Jorono.
menarik animo masyarakat untuk Tabel 1.1 : Daftar Harga Tiket
menonton ketoprak. Ketoprak Siswo Budoyo Tahun 1985

D. Manajemen Ketoprak Siswo Budoyo Kelas Harga


Perjuangan Siswo Budoyo menjadi I 700
ketoprak yang sukses pada saat itu, tentunya II 800
tidak dilalui hanya dengan waktu singkat. III 900
Perjuangan para seniman tobong (berkeliling) VIP 1750
dari satu daerah ke daerah lain, serta Sumber : Kedaulatan Rakyat, 5 Desember 1985
pengembangan teknik dan upaya
memperkenalkan gaya pertunjukan yang baru Harga tiket untuk tiap orang bervariasi
membuat Siswo Budoyo menjadi pilihan bagi tergantung dengan tipe tempat duduk masing-
masyarakat. Selain itu faktor yang membuat masing, rata-rata terdapat 1.500 kursi dalam

14 Kedaulatan Rakyat, Op. Cit.

335
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

setiap penampilan. Pembedaan terdiri dari ketoprak, yang tidak bisa dijadikan
beberapa golongan, antara lain; golongan kelas sebagai penghasilan kehidupan
I, golongan kelas II, golongan kelas III dan sehari-hari.
golongan VIP. Selain tujuan tersebut, 3. Kecemburuan sosial dari seniman
pembedaan harga tiket juga bermaksud untuk tempat ketoprak Siswo Budoyo
memperluas jumlah target penonton. Penonton pentas, yang membuat berkurangnya
yang membeli tiket ketoprak Siswo Budoyo, durasi pentas ketoprak.
baik dalam golongan ekonomi masyarakat yang 4. Setelah wafatnya Ki Siswondho,
mampu maupun yang tidak mampu.15 tidak ada sosok seorang pemimpin
Pencatatan secara rinci berapa saja tiket yang dapat menggantikan beliau,
yang sudah habis terjual dalam setiap serta tidak adanya kaderisasi
penampilan sayangnya tidak dilakukan, jadi (penujukan pemimpin) setelah beliau
setelah setiap penampilan tidak dicatat ulang, wafat.
hanya saat penjualan per-hari langsung
disetorkan ke Ki Siswondho catatan tiket tiap F. Tanggapan Masyarakat terhadap
harinya dan uang hasil penjualan tiket. Ketoprak Siswo Budoyo
Sistem penggajian dari Siswo Budoyo Ketoprak Siswo Budoyo yang pernah
dengan langsung memberikan gaji setiap hari, melegenda pada era tahun 1980 an, tentunya
bukan setiap minggu ataupun setiap bulan, sudah banyak yang pernah menyaksikannya,
melainkan setelah usai pertunjukan, kisaran gaji baik dari kalangan manapun. Di sini peneliti
yang diberikan senilai Rp 25.000 pada setiap mengambil sampel dari beberapa narasumber
penampilan, kebanyakan orang seni setelah sebagai sumber data wawancara, diantaranya
mendapatkan gaji sudah langsung habis, tidak dari sejarawan, guru seni budaya, staff Bidang
memikirkan hari besoknya, karena mereka Kesenian Dinas Kebudyaan Pariwisata Pemuda
berpikirnya besok pasti ada saja pendapatan dan Olahraga, serta Kepala Bidang Kesenian
lagi.16 Dinas Kebudyaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga.
E. Faktor Kemunduran Ketoprak Siswo Narasumber menganggap ketoprak
Budoyo Siswo Budoyo merupakan suatu grup kesenian
Kesenian tradisional ketika memasuki ketoprak yang sangat terkenal pada masanya,
era modernisasi, tentunya akan kesulitan untuk tentunya mereka sudah pernah menyaksikan
dapat bersaing dengan media-media maupun pertunjukan ketoprak Siswo Budoyo tersebut.
acara hiburan yang terbilang lebih modern, Daya tarik dari ketoprak Siswo Budoyo yang
ketoprak Siswo Budoyo tidak luput dari dampak paling menonjol adalah penggunaan teknologi
modernisasi tersebut, meskipun selama dalam setiap pementasannya, seperti yang
beberapa tahun masih bisa menjaga eksitensinya diungkapkan oleh Bapak Suhartoko (sejarawan,
dalam belantika kesenian tradisional, berikut mantan dosen Unesa), teknologi yang
beberapa faktor kemunduruan eksistensi dimaksudkan di sini adalah teknologi sebagai
ketoprak Siswo Budoyo : penunjang pementasan, supaya dalam
1. Tidak mampu bersaing dengan pementasan tersebut suatu adegan akan terlihat
televisi dan bioskop, yang dinilai seperti nyata dalam kehidupan sehari-hari,
mempunyai acara hiburan yang lebih dimana terdapat efek suara yang bagus seperti
modern. suara hewan maupun suara keadaan yang
2. Kurangnya animo serta apresiasi dari sebenarnya, serta efek pencahayaan, seperti
masyarakat terhadap kesenian contohnya ketika penampilan di Televisi akan
tradisional, karena dianggap telah terdapat efek cahaya keris yang mengeluarkan
usang, kuno dan tidak menarik untuk pancaran cahaya layaknya keris tersebut
dilihat, sehingga berdampak sulitnya mengeluarkan kesaktiannya, sehingga
kondisi ekonomi bagi para seniman pertunjukan tersebut akan terasa lebih dramatis.
ketoprak, khususnya ketoprak Siswo Dalam hal teknologi juga sangat terlihat ketika
Budoyo, mengakibatkan para pemain penggunaan OHP yang memaparkan foto
tidak bisa fokus untuk mengabdikan pemain beserta nama dan perannya dalam
dirinya pada dunia kesenian pertunjukan hari itu.17

15 Ibid. 17 Wawancara Suhartoko (sejarawan), tanggal


16 Endang Wijayanti, Op.cit. 4 Mei 2016.

336
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Pendapat tersebut dikuatkan dengan Bapak Amiarso, selaku Kepala Bidang


pendapat dari Bapak Anang (seorang guru Kesenian Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
kesenian yang pernah ikut manggung bersama Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung,
ketoprak Siswo Budoyo), bahwasannya menambahkan bahwasanya yang menjadi daya
ketoprak Siswo Budoyo sudah menggunakan tarik dari ketoprak Siswo Budoyo adalah
teknologi efek suara serta pencahayaan yang penggunaan nama “Gaya Baru” tersebut,
terbilang modern pada masa kejayaannya, membuat masyarakat penasaran bagaimana
dimana grup ketoprak lainnya belum sebenarnya pertunjukan ketoprak yang
menggunakannya, Bapak Anang juga diperbarui, dan ternyata bukan hanya namanya
menambahkan jika sistem pengelolaan saja yang gaya baru, namun dalam
manejemen dari ketoprak Siswo Budoyo yang pertunjukannya sudah mengalami pembaruan,
bagus, dikarenakan jiwa kepemimpinan dari Ki diantaranya pemanfaatan OHP ketika
Siswondho, dan terbukti setelah Ki Siswondho pementasan akan berlangsung, tempat
wafat, ketoprak Siswo Budoyo mengalami masa pertunjukan disetting ala bioskop, para
yang paling suram dalam sejarahnya. 18 pemainnya yang berperan sangat profesional
Pendapat tersebut juga dikuatkan dengan dalam dunia peran ketoprak, membuat cerita
pendapat dari Ibu Nora Kustantina Dewi (staff yang dibawakan nampak realistis. 20
di bidang keseniang Dinas Kebudayaan, Ketoprak Siswo Budoyo mendapat
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten banyak apresiasi dari masyarakat, baik dari
Tulungagung), mengungkapkan bahwa Tulungagung, maupun dari luar Tulungagung,
penggunaan riasnya bagus, ackting dari setiap dari pemaparan berbagai narasumber di atas,
pemainnya itu juga bagus, improvisasi dari dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya
pemainnya sangat realistis, efek tekonologi masyarakat menyukai pertunjukan kesenian
yang digunakan juga bisa dibilang modern kalau yang diadakan ketoprak Siswo Budoyo, karena
zaman itu, contohnya saat akan mulai pentas itu di dalam ketoprak cakupan keseniannya luas,
ditampilkan nama-nama pemainnya siapa saja terdapat seni musik, seni tari, seni peran, seni
dan berperan sebagai siapa, kru-kru di belakang peperangan, lawak, kostum yang beraneka
layar pun juga ditampilkan namanya ragam, jika kesenian lain tidak sekompleks
menggunakan layar OHP, dan di pertunjukan ketoprak, penggunaan teknologi kian
pentas manapun belum ada yang menggunakan menambah daya tarik dari ketoprak Siswo
seperti itu dulu. Efek suara, efek cahaya bagus, Budoyo, yang notabene pada saat itu teknologi
kala itu sudah menggunakan lampu sorot, tersebut bisa dikatan belum sering digunakan,
penataan dekorasi panggung bisa menarik selain itu ketoprak Siswo Budoyo berjiwa luwes
masyarakat untuk menonoton. Setting panggung dan mengikuti zaman sehingga banyak
yang bagus, nampak seperti penonton itu bukan masyarakat yang menerima ketoprak Siswo
melihat ketoprak, namun seperti melihat film di Budoyo.
gedung bioskop, setting untuk penonton itu
nyaman, meskipun dari kursi paling belakang PENUTUP
tetap bisa melihat. Bekerja sama dengan artis
seperti Ria Enes Susan, kebetulan Bu Nora A. Kesimpulan
pernah melihat proses shotingnya di Kawedanan
Pendapa Kalangbret, lokasi shooting dari Berdasarkan data-data yang diperoleh penulis
ketoprak Siswo Budoyo bersebelahan dengan maka dapat disimpulkan dari rumusan masalah
tempat Bu Nora menari, karena dulu basicnya yang diteliti oleh penulis tentang Eksistensi
Bu Nora adalah penari. Bu Nora tidak tahu Ketoprak Gaya Baru Siswo Budoyo Tahun
kenapa ketoprak Siswo Budoyo mempunyai 1958-2002, menjelaskan tentang bahwasanya
pamor ataupun aura khusus, bisa dikatakan ketoprak Siswo Budoyo dibentuk oleh
setelah beliau melihat besoknya beliau harus almarhum Ki Siswondho tepatnya pada 19 Juni
melihat lagi, seperti orang ketagihan, mungkin 1958 di Desa Kiping, Kecamatan Gondang,
beliau merasa ada sesuatu yang istimewa dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
ketoprak Siswo Budoyo. 19 Pembentukan ketoprak Siswo Budoyo dibantu

18 Wawancara Anang Susilo (guru kesenian, 20 Wawancara Amiarso (kepala bidang

seniman), tanggal 2 Agustus 2016. kesenian), tanggal 17 Maret 2017.


19 Wawancara Nora Kustantina Dewi (staff

bidang kesenian), tanggal 14 Maret 2017.

337
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

oleh tiga orang yaitu, Ibu Rumani (istri pertama Harga tiket untuk tiap orang bervariasi
Ki Siswondho), Pak Ruslan (sahabat Ki tergantung dengan tipe tempat duduk masing-
Siswondho), dan Pak Mulyani (carik desa masing, rata-rata terdapat 1.500 kursi dalam
Ngerendeng). Penamaan Siswo Budoyo setiap penampilan. Berikut daftar harga tiket
merupakan inspirasi dari Ki Siswondho sendiri, ketoprak Siswo Budoyo tahun 1985 :
karena nama itu berasal dari dari nama beliau, Tabel 1.2 : Daftar Harga Tiket
"Siswondho".21 Ketoprak Siswo Budoyo Tahun 1985
Jiwa Seni merasuk di dalam diri Ki
Siswondho sebelum mendirikan ketoprak ini, Kelas Harga
tepatnya beliau menjadi seorang penari saat I 700
masih bersekolah di Taman Siswa II 800
Tulungagung, beliau menjadi seorang pemain III 900
wayang orang ketika masih sekolah di STERA VIP 1750
Surabaya, setelah lulus sekolah beliau Sumber : Kedaulatan Rakyat, 5 Desember 1985
menggeluti kesenian batik, beliau mendirikan
grup wayang orang amatir pada tahun 1956, Pada tahun 1985, pertama kalinya
akhirnya mendirikan ketoprak Siswo Budoyo ketoprak Siswo Budoyo bekerjasama dengan
tahun 1958. pihak televisi, tepatnya dengan TVRI Surabaya,
Pada tahun 1963 pula Ki Siswondho menggunakan cerita berhadiah dinamakan
mencanangkan mengganti nama ketoprak Siswo Ampak-ampak Senggalapura, yaitu tebak-
Budoyo dengan tambahan “Gaya Baru”, tebakan yang ditujukan kepada pemirsa, dengan
bertujuan untuk menggaya barukan sistem jawaban dikirim via pos, jawaban yang benar
pentas ketoprak namun dengan tidak akan mendapat hadiah dari pihak TVRI. Pemain
meninggalkan ciri dari ketoprak itu sendiri, ketoprak yang menjadi idola adalah dua
istilah gaya baru tidak hanya sebuah embel- pelawak mereka, yaitu bernama panggung
embel nama saja, namun Ki Siswondho juga Jogelo, dan Jorono.24
melakukan beberapa pembaruan ke dalam Ketoprak Siswo Budoyo berkontribusi
banyak aspek.22 untuk kepentingan masyarakat umum,
Gejolak politik di Indonesia merambah diantaranya telah mendirikan SMKI, apotek,
ke dalam dunia kesenian, LEKRA yang Taman Kanak-kanak, namun tidak berjalan
merupakan kelompok kesenian dalam naungan lama, setelah Siswo Budoyo tidak ada, maka
PKI mencoba merayu ketoprak Siswo Budoyo SMKI, apotek dan Taman Kanak-kanak tersebut
agar mau bergabung dengannya, dengan cara hanya tinggal nama.
mengundang Ki Siswondho dalam musyawarah Ketoprak Siswo Budoyo mengalami
di Yogyakarta, namun beliau menolak untuk masa kelam pada tahun 1996, dimana Ki
datang dan bergabung, karena beliau tidak mau Siswondho yang mulai sakit-sakitan, keadaan
berkecimpung ke ranah politik, beliau ingin ekonomipun mulai sulit. Akhirnya pada tahun
bebas berkesenian tanpa ada kekangan dari 1997 Ki Siswondho wafat dan kepemimpinan
pihak manapun. ketoprak Siswo Budoyo dipegang oleh istrinya
Kolaborasi dengan artis terkenal juga bernama Endang Wijayanti. Kepemimpinan
sering dilakukan, namun yang paling sering itu Endang Wijayanti tidak berselang lama, hanya
berkolaborasi dengan pemain grup Srimulat selama dua tahun, kemudian tahun 1999
seperti, Doyok, Kadir, dll. Misalnya, kalau kepemimpinan ketoprak Siswo Budoyo
ketoprak Siswo Budoyo sedang pentas di Jawa dipegang oleh anak sulung (anak angkat) Ki
Tengah, maka kolaborasinya juga dengan para Siswondho bernama Endang Wariyanti. Cara
pemain lokal dari Jawa Tengah yang sudah tenar kepemimpinan Endang Wariyanti berbeda,
seperti Pak Dayat, Bu Marsidah atau pernah dengan cara kepemimpinan ala kantor, jadi
juga dengan Ki Anom Suroto. Hal seperti itu misalnya kalau ada salah sedikit langsung
dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat dipecat, sedangkan seniman tidak bisa bergaya
dan juga akan lebih meguntungkan bagi dua seperti itu. Kalau mau memecat harus
belah pihak. 23 mempunyai pengggantinya terlebih dulu.

21 Wawancara Endang Wijayanti (istri kedua Pengetahuan dan Kebudayaan “Penunggalan”,


Ki Siswondho), tanggal 27 Januari 2017 Lembaga Javanologi. Hlm 5.
22 Siswondho Hardjosoewito. 1985. Ketoprak 23 Endang Wijayanti. Op. Cit.

Masa Kini dan Hari Depan. Yogyakarta: Yayasan Ilmu 24 Ibid.

338
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Akhirnya pada tahun 2002 semua diberhentikan, ukir kayu. Demikian pula dengan
lalu semua anggota diberi pesangon sekitar Rp cerita-cerita lainnya. Maupun di luar
25.000. Semua perlengkapan serta alat ketoprak panggung dengan penambahan candi
dibawa ke Desa Bulus, tempat tinggal Endang bentar pada pintu masuk tobong, dan
Wariyanti dan di tahun 2002 itulah ketoprak dibuat semenarik mungkin.
Siswo Budoyo bisa dikatan bubar, karena tidak 8. Diselipkannya banyak adegan
ada kejelasan bagaimana nasib ketoprak Siswo humor.
Budoyo selanjutnya.25 9. Adegan peperangan menggunakan
Ketoprak Siswo Budoyo mendobrak sistem silat, agar peperangan tersebut
sistem ketoprak gaya lama, menjadi gaya baru nampak seperti nyata, namun dalam
atau ketoprak modern, dengan pedoman tidak hal ini masoh harus menyesuaikan
meninggalkan ciri ketoprak itu sendiri. Berikut dengan cerita
perbedaan ketoprak Siswo Budoyo dengan 10. Penggunaan busana yang bervariasi,
ketoprak lain: disesuaikan dengan alur ceritanya,
1. Ketoprak Siswo Budoyo mengurangi misalnya : Cerita Majapahit, keatas
tembang dalam setiap adegan, dan tanpa baju dan ikat kepala, tetapi
lebih menambahkan unsur drama, gelung dan pilis. Begitu pula Cerita
bertujuan agar penonton tidak jenuh Gedog (Kediren) cerita Mesiran,
terhadap adegan yang terlalu banyak Cina dan lain-lain. Cerita Majapahit
tembang, karena dianggap akan kebawah yaitu Jaman Demak,
membosankan dan monoton. Pajang, Jaman Mataram, Kertosuro,
2. Penonjolan unsur ekspresif dalam Surakarta, dan Yogyakarta.
setiap adegan yang dilakonkan, demi 11. Penggunaan teknologi guna
mencerminkan gaya orang Jawa memperindah pertunjukan ketoprak,
Timur. diantaranya,
3. Cerita tidak hanya berasal - penggunaan lampu sorot (halogen),
menceritakan sejarah lokal, namun menggunakan lampu kelap-kelip,
dari berbagai wilayah, bahkan dari tidak menggunakan lampu pijar
luar negeri. Tidak jarang saat pertunjukan
menggunakan cerita carangan - Penggunaan sound effect, semisal
(buatan sendiri) guna memperkaya penggunaan suara hewan,
khazanah persediaan lakon. keramaian pasar, suara gunung
4. Bahasa disesuaikan dengan zaman, meletus, dll.
masyarakat yang menonton, - Penggunaan OHP, untuk
disesuaikan dengan cerita, tentunya menampilkan foto setiap pemain,
lebih bersifat luwes. menjelaskan setiap nama dan peran
5. Penggunaan properti yang maksimal, mereka masing-masing.
dengan menggunakan properti 12. Tidak memakai layar buka tutup
semaksimal mungkin guna seperti ketoprak yang lain, melainkan
menjadikan suatu adegan tersebut cenderung menggunakan istilah
hidup, layaknya kejadian yang colongan, yaitu pergantian dari
sebenarnya terjadi. adegan satu ke adegan yang lain
6. Setting panggung ditata sedemikian secara cepat, pergantina ini dilakukan
rupa mirip dengan bioskop. pada saat lampu dimatikan, dan
7. Dekorasi, baik di dalam panggung semua properti panggung, serta
yang disesuaikan dengan cerita, pemain harus siap dengan adegan
berwarnakan satu warna dasar, selanjutnya.
bergambar gaya lukisannya 13. Memaksimalkan berbagai media
mendekati gaya bangunan pada cerita publikasi, dengan melalui
itu terjadi, misalnya : Cerita megaphone yang dibawa keliling
Majapahit keatas dengan gambar menggunakan mobil yang melintasi
bangunan ukir batu. Cerita Demak jalanan, agar masyarakat tahu bahwa
kebawah dengan gambar bangunan akan diadakan pertunjukan ketoprak,

25 Ibid.

339
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

menggunakan pula banner dan masyarakat yang menerima Ketoprak Siswo


pamflet sebagai sarana publikasi. Budoyo.
14. Bekerja sama dengan artis, guna
menarik animo masyarakat untuk B. Saran
menonton ketoprak.26
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Berikut beberapa faktor kemunduruan ketoprak Siswo Budoyo, maka dapat
ketoprak Siswo Budoyo : dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Tidak mampu bersaing dengan 1. Untuk peneliti selanjutnya
televisi dan bioskop, yang dinilai diharapkan bisa menggali lebih
mempunyai acara hiburan yang dalam dan bisa mengembangkan
lebih modern. data yang diperoleh dilapangan
2. Kurangnya animo serta apresiasi tentang ketoprak Siswo Budoyo,
dari masyarakat terhadap kesenian agar bisa menjadi sebuah hasil
tradisional, karena dianggap telah penelitian yang lebih baik lagi dan
usang, kuno dan tidak menarik bisa mengangkat kesenian
untuk dilihat, sehingga berdampak tradisional menjadi topik penelitian
sulitnya kondisi ekonomi bagi para yang menarik.
seniman ketoprak, khususnya 2. Bagi masyarakat diharapkan adanya
ketoprak Siswo Budoyo, kepedulian terhadap kesenian
mengakibatkan para pemain tidak tradisonal, khususnya ketoprak.
bisa fokus untuk mengabdikan Kesenian ketoprak yang merupakan
dirinya pada dunia kesenian warisan budaya hendaknya terus
ketoprak, yang tidak bisa dijadikan dilestarikan, agar anak cucu kita
sebagai penghasilan kehidupan dapat menikmati kesenian ketoprak
sehari-hari. ini.
3. Kecemburuan sosial dari seniman 3. Kesenian ketoprak perlu adanya
tempat ketoprak Siswo Budoyo perhatian dari Pemerintah
pentas, yang membuat Kabupaten Tulungagung, serta perlu
berkurangnya durasi pentas diperhatikan oleh Dinas
ketoprak. Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
4. Setelah wafatnya Ki Siswondho, dan Olahraga Kabupaten
tidak ada sosok seorang pemimpin Tulungagung, agar kesenian
yang dapat menggantikan beliau, ketoprak yang pernah
serta tidak adanya kaderisasi mengharumkan nama Tulungagung,
(penujukan pemimpin) setelah khususnya ketoprak Siswo Budoyo
beliau wafat.27 tidak hilang begitu saja dan bisa
dilestarikan kembali. Kesenian
Ketoprak Siswo Budoyo mendapat ketoprak harus dipentaskan sebulan
banyak apresiasi dari masyarakat, baik dari sekali, bisa ditempatkan di Balai
Tulungagung, maupun dari luar Tulungagung, Kesenian Tulungagung maupun di
bahwasanya masyarakat menyukai pertunjukan GOR Lembu Peteng, sebagai sarana
kesenian yang diadakan ketoprak Siswo hiburan rakyat serta sarana
Budoyo, karena di dalam ketoprak cakupan pengembangan bakat dan minat
keseniannya luas, terdapat seni musik, seni tari, masyarakat Tulungagung.
seni peran, seni peperangan, lawak, kostum Pembinaan secara terpadu bisa
yang beraneka ragam, jika kesenian lain tidak dilakukan oleh Pemerintah
sekompleks ketoprak, penggunaan teknologi Kabupaten Tulungagung dengan
kian menambah daya tarik dari Ketoprak Siswo memberikan pelatihan maupun
Budoyo, yang notanbene pada saat itu teknologi bantuan pendanaan kepada seniman
tersebut bisa dikatan belum sering digunakan, ketoprak yang ada di Tulungagung.
selain itu Ketoprak Siswo Budoyo berjiwa .
luwes dan mengikuti zaman sehingga banyak

26 Wawancara Bambang Wijonarko (anak Ki 27 Ibid.


Siswondho), tanggal 25 Oktober 2016.

340
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

DAFTAR PUSTAKA Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan


A. Buku Kabupaten Tulungagung. 2007.
Tulungagung Dalam Rangkaian
Aji Jawoto AP, S.Pd, Drs Sunarno. 2008. Sejarah Indonesia dan Babad.
Mengenal Kesenian Nasional 3 Tulungagung. Dinas Pariwisata dan
Ketoprak. Semarang : Pt Bengawan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung.
Ilmu.
B. Koran
Aminuddin Kasdi. 2001. Memahami Sejarah.
Surabaya : Unesa University Press. Jawa Pos, 21 Desember 1991.

Haris Daryono Ali Haji dan Agus. 2015. Tokoh- Jawa Pos, 28 Desember 1998.
tokoh Sejarah Kabupaten
Tulungagung. Tulunggaung : Kedaulatan Rakyat, 5 Desember 1985.
Langgeng.
Surabaya Pos, 12 Desember 1991.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. C. Jurnal

Kuntowidjoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Rudiansyah, Bahruddin, Yosep. 2015.


Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka. Penciptaan Buku Ilustrasi Gamelan
Jawa Dengan Menggunakan Teknik
Lephen Purwaraharja, Bondan Nusantara. 1997. Vektor Sebagai Upaya Pengenalan
Ketoprak Orde Baru. Yogyakarta : Alat Musik Tradisional Pada Anak-
Wawasan Benteng Budaya. Anak. Art Nouveau. Vol.4, No.2

Riris Sarupaet. 1977. Istilah Drama Dan Teater. Suhardiyati Endi Ravhani, Muryadi. 2012.
Jakarta : FSUI Ketoprak Siswo Budoyo
Tulungagung: Riwayat Perjalanan
Sailadien. 1980. Konsep Dasar dan Kontribusinya tahun 1958-1995.
Demografi.Surabaya: Pt Bina Ilmu Verleden, Vol 1 No 1. Hlm 5.
Surabaya.
D. Wawancara
Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Wawancara Amiarso (Kepala Bidang
Pertunjukkan. Jakarta : Sinar Harapan. Kesenian, Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Siswondho Hardjosoewito. 1985. Ketoprak Kabupaten Tulungagung), tanggal
Masa Kini dan Hari Depan. 17 Maret 2017.
Yogyakarta: Yayasan Ilmu
Pengetahuan dan Kebudayaan Wawancara Anang Susilo (guru kesenian,
“Penunggalan”, Lembaga Javanologi. seniman), tanggal 2 Agustus 2016.

Soediro Satoto. 2012. Analisis Drama Dan Wawancara Bambang Wijonarko (anak Ki
Teater. Yogyakarta : Ombak. Siswondho), tanggal 25 Oktober
2016.
Sumarsam. 2003. Gamelan Interaksi Budaya
dan Perkembangan Musikal di Jawa. Wawancara Endang Wijayanti (istri kedua Ki
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Siswondho), tanggal 27 Januari
2017.
Tim Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tulungagung Dan Bappeda Kabupaten Wawancara Nora Kustantina Dewi (Staff
Tulungagung. 2013. Kabupaten Bidang Kesenian, Dinas
Tulungagung Dalam Angka. Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda
Tulungagung : BPS Kabupaten dan Olahraga Kabupaten
Tulungagung.

341
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Tulungagung), tanggal 14 Maret


2017.

Wawancara Suhartoko (Sejarawan), tanggal 4


Mei 2016.

342

Anda mungkin juga menyukai