Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SENI PERTUNJUKAN KETOPRAK

DISUSUN OLEH :

ALOYSIUS DESTA FOKKER ARYO BIMO

NIM 043510812

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

( FHISIP )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seni Pertunjukan Ketoprak. Dan
juga kami berterima kasih pada dosen matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
telah membimbing kami menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pertunjukan ketoprak. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
anda dari perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.

Jakarta, 06 Mei 2021

Aloysius Desta Fokker Aryo Bimo


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i

Daftar Isi.......................................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 4

1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................ 4

Bab 2 Pembahasan...................................................................................................... 5

2.1 Sejarah Seni Pertunjukkan Ketoprak............................................................ 5

2.2 Eksistensi Seni Pertunjukkan Ketoprak...................................................... 10

2.3 Pelestarian Seni Pertunjukkan Ketoprak ................................................... 24

Bab 3 Penutup............................................................................................................... 24

Kesimpulan..................................................................................................................... 24

Daftar Pustaka............................................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai berbagai kebudayaan dan kesenian. Kebudayaan maupun


kesenian sudah menjadi identitas bagi suatu bangsa ataupun negara. Kebudayaan tidak
hanya tentang kesenian saja, tetapi juga mencakup unsur bahasa, adat istiadat,
masyarakat, mata pencaharian dll. Jadi, kebudayaan mempunyai arti atau definisi yang
sangat luas sekali dan juga bisa diartikan bersifat universal. Namun, kebudayaan juga
bisa saja berubah, berkembang dan mengalami pembaharuan seiring berjalannya waktu
dan perkembangan zaman dengan menyesuaikan kondisi, tempat dan waktu.

Kesenian merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Di dalamnya kesenian


juga terdapat adat istiadat, agama, bahasa, mata pencaharian dll. Hasil karya atau buah
tangan dari manusia itu adalah yang disebut Seni. Indonesia yang mempunyai sejarah
yang begitu panjang dan disinggahi berbagai bangsa dan negara lain. Hal ini
kebudayaan dari bangsa dan negara lain turut masuk ke Indonesia. Menurut
Soedarsono (1977), salah seorang budayawan dan peneliti seni pertunjukkan Indonesia
menjelaskan “secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional
sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari bangsa atau negara
lain (asing)1. Sehingga kesenian Indonesia banyak yang terdapat dari pengaruh-
pengaruh asing. Kedatangan berbagai bangsa dan negara lain tidak menimbulkan
perkembangan budaya namun seperti bekesinambungan.

Seni Pertunjukan adalah seni ekspresinya dilakukan dengan cara dipertunjukkan


atau ditunjukkan. Oleh karena itu seni ini bergerak dalam waktu dan ruang 2. Seni
pertunjukkan terdapat berbagai aspek seperti tari, site, drama, dan resitasi. Di
Indonesia, seni pertunjukkan yang ditampilkan atau ditunjukkan adalah keempat aspek
tersebut. Music, drama, tarian selalu ditunjukkan. Seni pertnjukkan terdapat berbagai
seni seperti seni tari, seni music seni drama dan sebagainya.

1
Masunah, Juju dan Tati Narawati, Seni dan Pendidikan Seni (Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Seni dan Tradisional (P4ST) UPI, 2003), hlm. 35
2
Tim Peneliti Universitas Udayana, Peranan Kesenian dan Kebudayaan : Sebagai Media Diplomasi
dan Komunikasi Antarbangsa, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1988),
hlm. 17
Dalam era modern ini seni pertunjukan tradisional kian tenggelam dan tergusur.
Seni pertunjukan tradisional juga kurang diminati oleh generasi muda sekarang.
Generasi muda sekarang lebih memilih menonton bioskop, konser music dan
sebagainya. Adanya media massa elektronik seperti televisi juga menjadi kemunduran
seni pertunjukan tradisional. Meskipun seni pertunjukan tradisional tayang di televisi
namun, tetap saja masyarakat lebih memilih drama ataupun sineteron yang lebih sering
ditayangkan dan banyak sekali di televisi. Sementara itu peminat seni pertunjukan
tradisional hanya beberapa seglintir orang, mungkin hanya beberapa orang tua yang
melihat seni pertunjukan tradisional hanya untuk mengenang masa-masa mudanya.
Meski seni pertunjukan melakukan pengembangan agar terlihat modern agar menarik
perhatian dan peminat maupun generasi pemuda, tetap saja seni pertunjukan
tradisional tergusur oleh perkembangan zaman yang kian modern ini.

Menggali nilai-nilai tradisi di era modernisasi seperti saat ini sama halnya
memasuki dua ruang tak berpintu. Masing-masing memiliki dunia sendiri-sendiri yang
menutup kemungkinan terjadinya kompromi. Untuk saat ini, keduanya tak mungkin
bertemu karena tak ada jalan pada masing-masing ruang untuk keluar maupun
membuka diri. Keduanya mendiami dunia yang berbeda dan bersikukuh dengan
ideologi masing-masing yang berbeda pula. Di Indonesia, hal inilah yang terjadi 3. Dalam
kaitannya dengan ketoprak sebagai salah satu produk kebudayaan nasional, penafsiran
kembali nilai-nilai konvensional dapat dilakukan dengan menelusuri sejarah seni tradisi
ini terbentuk. Catatan sejarah diperlukan dalam upaya mengembangkan dan mereka-
reka kembali nilai-nilai tradisi untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pengkajian seperti ini penting selain sebagai bentuk dokumentasi juga sebagai salah
satu upaya untuk mencari kebenaran yang sejati tentang hakikat seni tradisi ketoprak.
Apalagi, hal yang sama jarang sekali dilakukan oleh peneliti lain. Tidak sekadar itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan penerangan kepada masyarakat bahwa
bangsa ini memiliki satu seni tradisi yang luar biasa, yaitu ketoprak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dari Seni Pertunjukkan Ketoprak?

3
Chafit Ulya, “Kajian Historis Dan Pembinaan Teater Tradisional Ketoprak” (Tesis) (Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2011), hlm 14
2. Bagaimana eksistensi dari Seni Pertunjukkan Ketoprak?

3. Bagaimana pelestarian yang dilakukan terhadap Seni Pertunjukkan Ketoprak?

1.3Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejarah dari Seni Pertunjukkan Ketoprak

2. Mengetahui eksistensi dari Seni Pertunjukkan Ketoprak

3. Mengetahui pelestarian yang dilakukan terhadap Seni Pertunjukkan Ketoprak


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Seni Pertunjukkan Ketoprak

Jawa sebagai suatu masyarakat budaya yang ditinjau dari segi historisnya
ternyata sangat tua, memiliki seni tradisional budaya yang sangat banyak sekali
macamnya, yang meliputi seni rupa, seni tari, seni sastra dan seni teater (drama).
Termasuk dalam kategori seni rupa antara lain adalah seni ukir dan seni tatah. Wayang
kulit, jatilan, reog termasuk dalam kategori seni tari. Seni sastra berupa bentuk-bentuk
puisi seperti khinanti, pangkur, dan bentuk-bentuk prosa seperti babad dan cerita
rakyat. Dalam seni pertunjukan/teater Jawa ada ketoprak, wayang wong dan juga
ludruk.
Ketoprak sendiri merupaka salah satu seni masyarakat tradisonal yang pernah
cukup popular di masyarakat Jawa pada tahun 1970-1980an. Pada saat itu ketoprak
yang pada awalnya merupakan kesenian yang dipentaskan di jalanan (ngamen/ongkek)
kemudian bisa berkembang menjadi seni pertunjukan yang dipentaskan di panggung
bahkan masuk layar televisi.4 Dianggap sebagai salah satu seni ‘perlawanan’ terhadap
seni keraton, semisal wayang kulit, ataupun wayang wong. Ketoprak dapat diartikan
sebagai seni drama panggung tradisional atau sandiwara khas masyarakat Jawa Tengah.
Kesenian ini diperkirakan mulai ada kira-kira tahun 1887 di suatu desa bagian selatan
Yogyakarta, yang pada waktu itu dimainkan oleh anak-anak pada saat terang bulan
dengan iringan lesung dan bunyi bunyian lainnya yang dapat diketemukan. 5
Sebagai salah satu seni tradisional yang mungkin banyak dianggapsebagai salah
satu seni perlawanan terhadap seni keraton, sejarah mencatat justru sebaliknya.
Meskipun kesenian ketoprak merupakan tradisi masyarakat agraris, sejarah lahirnya
kesenian ketoprak modern tak bisa lepas dari peran Keraton Kasunanan Surakarta pada
awal abad ke-20. Karena salah satu bukti tertua justru mencatat bahwa Ketoprak pertaa
kali di pentaskan di keraton Surakarta. Kristian Haryanto, anggota Dewan Kesenian
Surakarta dan salah satu pemain gender terbaik di kota itu, mengatakan bahwa seorang
4
Evie Nur Afifah, 2014, Seni Ketoprak Di Era Modernisasi (Studi Kasus Di Lingkungan Balaikambang
Kodya Surakarta), Jurnal FKIP UNS Surakarta.

5
Juli Christanto, 1992, Peluang Pengembangan Seni Tradisional Ketoprak Sebagai Atraksi Wisata,
Skripsi Universitas Kristen Petra, hlm. 2.
pejabat Kasunanan telah membina seniman-seniman ketoprak lesung, kemudian
mementaskan di kediamannya pada 1908. Pentas mereka masih menggunakan lesung,
belum menggunukan iringan gamelan. Baru pada periode 1925-26 M, pertunjukan
ketoprak tak hanya menggunakan iringan musik lesung, tetapi juga gamelan sederhana,
juga alat musik gesek dan petik dari Eropa. Tema cerita, tata kostum dan tata pentas
pun mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.6

Banyak sumber yang mengatakan bahwa pencipta dari kesenian ketoprak tidak
dapatdiketahui hingga kini. Hanya disebutkan bahwa ketoprak lahir dari masyarakat
Jawa Tengah pada awal abad 20. Namun, Juli Christanto dalam skripsinya menyebutkan
bahwa asal mula ketoprak lahir di Surakarta pada tahun1908, diciptakan oleh
almarhum Raden Mas
Tumenggung
Wreksodiningrat. Pada tahun
1908 Raden Mas Turnenggung
Wreksodiningrat mengadakan
latihan ketoprak. Dalam
latihan itu menggunakan alat
tetabuhan; sebuah lesung,
sebuah. terbang (rebanal,
sebuah seruling. Lakon yang
dibawakan menceritakan seorang petani sedang mencangkuldi sawah disusul istrinya
dengan membawa makanan. Menampilkannya dengan menari, kadang-kadang
menarinya dilebih-lebihkan hingga lucu. Penonton menyebut sebagaitontonan
'badutan'. Dialog dalam permainan, sebagaiandalam bentuk nyanyian atau tembang,
tetapi berbentukdialog sehari-hari atau dalam bahasa Jawa disebut'gancaran'. Pentas
pertama pada tahun 1909 untuk meramaikan perkawinan agung 'Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya Paku Alam VI I' dengan putri 'Sri Susuhan Paku Buwana X' di
Surakarta bernama 'Gusti Bendara Raden Ajeng Retno Puwoso', bertempat di Kepatihan

6
Mahandis Y. Thamrin, “Ketoprak Jawa Sempat Dibunuh Dua Kali”, dalam
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/04/ketoprak-jawa-pernah-dibunuh-dua-kali. diunduh pada 27
Oktober 2015 pukul 22.23 WIB
Surakarta. Perkawinan tersebut terjadi pada 5 Januari 1909. Sesudah itu Ketoprak
sering dipertunjukkan di istana Surakarta.7
Kemudian mengenai nama ketoprak itu sendiri, salah satu versi menyebutkan
bahwa nama ketoprak sendiri diambil dari bunyi yang dihasilkan dari alat musiknya.
Pada waktu itu ketoprak menggunakan alat musik lesung (alat untuk menumbuk padi),
suling, terbang, kendang. Irama yang dihasilkan “dung.. dung.. prak.. prak... .pating
ketuprak”, sehinga orang menyebutnya ketoprak. Lahirnya ketoprak di ilhami oleh
permainan gejogan dan kotekan, yaitu permainan oleh gadis-gadis desa di waktu bulan
purnama dengan menggunakan lesung dengan ritme yang teratur. Bunyi lesung ini
biasanya juga diiringi oleh nyanyian-nyanyian. Dari gejogan dan kotekan inilah lahir
ketoprak, yang peralatan musiknya ditambah dengan menggunakan kendang dan
seruling, serta dibubuhi cerita pendek di sekitar tempat pertunjukan. 8

Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang


menghibur diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama. Seiring dengan
perkembangan zaman dalam perkembangannya menjadi suatu bentuk teater rakyat
yang lengkap dan waktu pelaksanaannya pun mengalami perubahan. Ketoprak
dikatakan tradisional karena drama ini dipertunjukkan kepada penonton tanpa
menggunakan teks sebagaimana yang berlaku pada drama modern. Di sini para
pemainnya tidak perlu menghafalkan teks terlebih dahulu sebelum bermain. Para

7
Juli Christanto, op.cit., hlm. 3.
8
http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/ketoprak/ diunduh pada 27 Oktober 2015 pukul
22.39 WIB
pemain mengucapkan dialog-dialognya secara improvisasi atau memakai pola-pola
kalimat tertentu yang dikenal secara tradisi oleh masyarakat. 9

Ibid.
9
2.2 Eksistensi Seni Pertunjukkan Ketoprak

Ketoprak adalah drama tari kerakyatan Jawa Tengah. Cerita yang dipentaskan
oleh kesenian ketoprak beraneka warna. Umumnya sendiri terdiri dari cerita-cerita
local. Dengan begitu cerita-cerita yang menyangkut raja-raja Pajajaran sangat menarik
bagi seniman kesenian Ketoprak. Lakon-lakon tersebut umumnya dikembangkan
begitu rupa sehingga menarik penonton. Judulnya pun diubah-ubah oleh sang sutradara
ketoprak. Cerita-cerita yang ada dalam ketoprak juga dilakonkan oleh dalang wayang
kulit atau wayang krucil.10

Ketoprak merupakan kesenian tradisional yang berlahan-lahan mulai kehilangan


eksistensinya. Keberadaan ketoprak saat ini tidak setenar dulu, jaman yang modern
membuat ketoprak berlahan mengilang. Saat Ini eksistensi ketoprak mulai disesuaikan
dengan perkembangan jaman. Ketoprak saat ini dikemas lebih modern dengan berbagai
variasi tambahan yang dapat membuat ketoprak lebih menarik.

Sekarang ini ketoprak mengalami perkembangan dan perubahan besar.


Ketoprak dipentaskan di gedung dengan musik yang lengkap, tidak hanya gamelan,
tetapi dicampur dengan musik modern. Tata busana dan tata rias juga sudah bagus.
Tata tempat sudah lebih menakjubkan. Akan tetapi, ketoprak merupakan salah satu seni
tradisional yang kian tenggelam. Oleh karena itu, pelestarian dan pengembangan
kesenian ketoprak sangat perlu dilakukan. 11

Seni Ketoprak yang berkembang saat ini merupakan jenis Ketoprak Gamelan
karena dalam pementasan lakon yang diceritakan berkisah babad tentang kerajaan
yang pernah ada terutama di daerah Jawa dengan iringan alat music berupa gamelan.
Seni Ketoprak yang ada di Balekambang misalnya, seni Ketoprak ini tumbuh dan
berkembang dari rakyat untuk rakyat karena seni ini merupakan sumber hiburan bagi
masyarakat baik bagi seniman maupun penonton. Melalui pementasan lakon dalam
pertunjukan Ketoprak banyak sekali pesan moral atau nasehat yang terkandung di
dalamnya. Nilai yang dipertahankan dalam seni Ketoprak tersebut adalah nilai moral,
nilai pendidikan, nilai sosial-kultural dan nilai estetika atau keindahan. 12
10
Suwardi Endraswara, Metodelogi Penelitian Foklor (Yogyakarta, MediaPressIndo, 2009), hlm. 193-
194

11
Margono, dkk, Seni Rupa dan Seni Teater (Jakarta: Yudhistira), hlm.58

12
Evie Nur Afifah, op.cit., hlm. 8
Di era modernisasi seperti sekarang ini ketoprak dikemas dengan dagelan yang
mana dagelan dan ketoprak tersebut menjadi populer dikalangan masyarakat
Indonesia. Dipandnag dari sudut paedagogis, maka isi dan cerita dagelan serta ketoprak
itu sering mengandung nilai-nilai paedagogis yang baik bagi masyarakat. Bahkan
kadang-kadang isi ceritanya berupa kritikan-kritikan, sindiran-sindiran, dan teladan
terhadap keadaan-keadaan masyarakat pada jamannya. Baik tentang hal-hal yang buruk
maupun yang baik. Dari sudut seni maka dagelan dan ketoprak mempunyai nilai
hiburan yang sehati bagi masyarakat. Oleh karena itu dagelan dan ketoprak perlu
mendapatkan penghargaan yang layak. Selain itu Ketoprak Mataraman juga terkenal di
daerah Yogyakarta. Ketoprak Mataraman ini berfungsi sebagai hiburan dan juga
memberi pendidikan serta bimbingan terutama dalam lapangan budi pekerti. 13

Berbagai cara dilakukan untuk terus mempertahankan eksistensi ketoprak,


mulai dari music yang bukan sekedar menggunakan gamelan tetapi diaransemen
dengan music modern yang memberikan kesan menarik terhapa pementasan ketoprak.
Selain music dari segi kostum saat ini juga lebih bervariasi dan menggunakan tat arias
yang modern dan menarik tanpa meninggalkan kesan penting yang ada pada Ketoprak.
Saat ini ketoprak dipentaskan oleh sanggar-sanggar atau teater. Selain itu ketoprak juga
dijadikan sebagai bahan pendidikan seni budaya di sekolah-sekolah baik dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah keatas.

Pementasan ketoprak juga dipentaskan oleh anak-anak muda yang bertujuan


untuk terus menjaga eksistensi ketoprak agar tidak ketinggalan jaman. Menambahkan
kesan modern merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk terus melestarikan
ketoprak. Meskipun begitu kemunduran ketoprak memang tidak bisa dipungkiri.
Keberadaan ketoprak yang dulu begitu terkenal sekarang memang mengalami
kemunduran karena kesenian-kesenian modern yang lebih menarik,

Jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya kesenian ketoprak


menunjukkan peningkatan sebagai kesenian tradisional, maka di era globalisasi ini
ketoprak semakin meredup. Meredupnya ketoprak diera sekarang tak bisa dilepaskan
dari perkembangan hiburan yang populer dari jaman ke jaman. Seperti era sekarang ini,
keberadaan kesenian tradisional sangat memprihatinkan. Yang menjadikan ironis

13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Daerah : Daerah Istimewa Yogyakarta ( Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997), hlm.228
adalah ketika kaum muda lebih menyukai budaya populer daripada kesenian
tradisional seperti ketoprak yang menjadi kkebudayaan khas dari negara kita. banyak
faktor yang menyebabkan eksistensi kesenian tradisional semakin kehilangan
kepopulerannya diantaranya adalah:

1. Masuknya Budaya Populer

Budaya populer yang masuk di Indonesia di era modern ini diindikasikan sebagai
penyebab utama meredupnya keberadaan ketoprak. Jika jaman dulu ketoprak
menjadi satu-satunya hiburan yang digemari oleh banyak kalangan, namun sekarang
ini kondisi tersebut menjadi berbanding terbalik. Globalisasi yang menjadikan
segala sesuatu secara instan juga berdampak kepada hiburan masyarakatnya.
Budaya populer telah memunculkan berbagai hiburan urban menjadi hiburan yang
juga dinikmati oleh kalangan bawah. Budaya populer telah menjadikan semua
kalangan masyarakat untuk tunduk terhadap berbagai budaya termasuk juga selera
hiburan yang nge-trend di jaman sekarang ini.14 Hiburan yang disajikan oleh budaya
populer semakin menambah minat masyarakat untuk menikmatinya. Seperti
kehadiran K-pop, Drama Korea, serta hiburan khas budaya populer telah
memposisikan kesenian tradisional semakin tersudut. Akibatnya jika anak mudanya
saja sudah tidak mau menghargai kesenian tradisional maka sudah pasti kesenian
tersebut kehilangan popularitas.

2. Ketoprak dinilai sebagai Kesenian yang Kurang Mengikuti Perkembangan Zaman

Salah satu alasan mengapa keberadaan ketoprak sering dianggap kesenian kuno
adalah ketoprak sudah tidak relevan lagi dengan keadaan zaman. Hal ini menjadikan
masyarakat cenderung untuk beralih obyek hiburan dari hiburan tradisional
menjadi hiburan modern. Sekarang ini masyarakat lebih suka untuk menonton
konser musik yang ia sukai atau pergi ke bioskop demi menonton film kesukaan.
Implikasi dari meredupnya kesenian ketoprak sudah pasti akan berdampak pada
para penikmatnya. Kurangnya kesadaran mengenai kesenian tradisional akan
menjadi faktor utama dalam kehancuran sebuah kesenian yang sifatnya tradisional.
Kesenian ketoprak yang menampilkan cerita-cerita yang kurang mengikuti trend

14
Dominic Strinati, Populer Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer (Jakarta: Bentang Pustaka),
2002, hlm. 30.
yang sedang berkembang sesuai dengan zamannya akan menyebabkan kehilangan
pengikut khususnya dikalangan para pemuda.
2.3Pelestarian Terhadap Seni Pertunjukkan Ketoprak

Kesenian tradisional, khususnya seni pertunjukan ketoprak pada masa lampau


pernah mengalami kejayaannya, dan merupakan sebuah sarana hiburan yang paling
digemari oleh masyarakat. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, kesenian
tradisional tersebut kalah dengan sarana-sarana hiburan modern. Maka dari itu saat ini
kesenian ketoprak dianggap sebagai sarana hiburan yang kurang populer dimata
masyarakat saat ini, kurang populer karena kesenian ini merupakan kesenian
tradisional yang dimata masyarakat dianggap kuno. Selain itu kesenian ketoprak jika
dilihat dari kacamata ekonomi, merupakan sebuah pemborosan, karena
menyelenggaraan latihan, dan pementasannya membutuhkan biaya, pikiran dan tenaga
yang cukup besar. Sehingga saat ini kesenian tersebut tidak mempunyai daya jual yang
memadai. Maka dari itu perlu adanya pemikiran agar kesenian daerah ini dapat
memiliki nilai jual yang tinggi, dan tidak semakin dijauhi oleh masyarakat.

Ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional yang berjalan melalui fase
yang panjang, bergerak dari kesederhanaan bahkan cenderung apa adanya,
berkembang dalam penyempurnaan-penyempurnaan, dan berakhirr menjadi sebuah
seni tradisi yang utuh serta diterima sebagai warisan budaya yang memperkaya
khazanah kebudayaan bangsa.15 Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang
bersumber dan berakar dari masyarakat, lingkungan serta telah dirasakan sebagai
miliknya sendiri, kesenian tradisional pada umumnya diterima sebagai warisan yang
dilimpahkan dari generasi tua kepada generasi muda.16

Pada mulanya kesenian ketoprak merupakan sebuah hiburan yang dinikmati


masyarakat pada waktu senggang, tetapi setelah era modernisasi mulai merajai dan
masuk dalam kehidupan masyarakat, banyak produk atau budaya asing yang dapat
dengan mudah memasuki negara kita. Masuknya kebudayaan asing berhasil merubah
pola berfikir masyarakat kita yang mulanya sangat meencintai budaya dan kesenian
tradisional daerahnya berubah menjadi masyarakat yang bangga menjadi penikmat
budaya asing. Kini para pemain ketoprak di berbagai daerah di Jawa harus berjuang
untuk melawan era modrnisasi, dengan berbagai cara supaya seni ketoprak mempunyai
daya jual yang tinggi untuk menghidupi keluarga mereka. Karena negeri yang kaya akan
15
Evie Nur Afifah, op.cit.,, hlm. 1

16
ibid
kebudayaan ini tidak menjamin bahwa pelaku seni di negeri tercinta ini memperoleh
kemakmuran.

Menurut Koentjoroningrat, terdapat unsur universal kebudayaan yang ada di


seluruh dunia meliputi: (1) religi, (2) organisasi kemasyarakatan, (3) pengetahuan, (4)
bahasa, (5) mata pencaharian, (6) kesenian, dan (7) teknologi dan peralatan. Namun,
pengembangan kebudayaan asli yang sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia, hanya
pada satu unsur dari tujuh unsur kebudayaan tersebut, yaitu kesenian, karena unsur
yang lan mengalami akulturasi.17

Menurut Haley strategi pelestarian akan mendorong pembangunan pariwisata


berbasis kebudayaan masyarakat yang kuat dengan menciptakan infrastruktur
pembangunan berkelanjutan untuk menghadapi laju globalisasi pertumbuhan indutstri
kreatif, meningkatkan kualitas dan peluang akses terhadap ruang, acara dan aktivitas
serta mengatasi hambatan pasrtisipasi komunitas kebudayaan. Strategi ini memberikan
penekatan koheren dan terpadu dalam aspek manajemen warisan budaya, agar
masyarakat dan para wisatawan masih melihatnya di masa yang akan datang, juga
memberikan pandangan kepada pemegang otoritas untuk dapat mengambil tindakan
mempertahankannya.18

Saat ini kita sebagai kaum intelektual harus dapat memikirkan agar kesenian
daerah yang kita banggakan tersebut tidak punah, sehingga dengan gampangnya bangsa
asing dapat merebut kesenian kita, seperti yang terjadi beberapa tahun kebelakang.
Generasi muda yang seharusnya melestarikan kebudayaan nenek moyangnya kini telah
terseret arus modernisasi yang dianggap “keren” bagi kehidupan sosial mereka.

Pelestarian seni ketoprak yang disebabkan adanya rasa memiliki kesenian


tersebut, maka akan timbul rasa untuk menjaga dan melestarikan kesenian tersebut.
Para pelaku seni sudah berusaha untuk menghidupkan kembali seni ketoprak dengan
cara menyesuaikan pola-pola pemikiran generasi muda.

Saran yang dapat digunakan untuk melestarikan kesenian ketoprak agar


generasi muda tetap menjunjung tinggi kebudayaan dan berpegang teguh pada jati diri
bangsa, dapat ditempuh melalui promosi terhadap kesenian tersebut melalui berbagai
Amiluhur Soeroso dan Y. Sri Susilo, “Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal Yogyakarta” dalam
17

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I Tahun 1, No.2, Agustus, 2008, hlm.144

18
ibid, hlm.145
cara, misal melalui iklan di media massa baik cetak, maupun elektronik, pentas keliling
dari kota ke kota. Melalui promosi tersebut, melalui media massa maupun pementasan
keliling ini bertujuan untuk mengenalkan kembali kesenian ketoprak pada masyarakat
luas, sehingga masyarakat lebih mengenal kembali kesenian tradisional bangsanya.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah tetap menjaga eksistensi dari kesenian
tradisional ini, ketoprak. Salah satu caranya adalah menjadikan ketoprak sebagai
kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah, baik sekolah lanjutan, menengah dan
bahkan perguruan tinggi. Pengadaan ketoprak di tengah-tengah kegiatan golongan
muda diharapkan dapat membuat rasa memiliki dan cinta terhadap kesenian ketoprak
selalu tumbuh, sehingga semangat untuk melestarikannya tetap terjaga.
BAB III

PENUTUP

Ketoprak merupakan salah satu seni pertunjukkan yang dianggap oleh sebagian
besar sebagai kesenian kerajaan, namun justru sebaliknya. Ketoprak awalnya merupaan
hiburan bagi rakyat menengah ke bawah. Namun seiring berjalannya waktu, kesenian
ini juga digunakan untuk menyambut tamu dan kemudian dinikmati pula oleh kalangan
keraton.

Seni pertunjukkan ketoprak merupakan kesenian yang cukup eksis sejak lama,
bahjan sejak zaman kolonial Belanda. Namun keeksistensiannya terkalahkan dengan
adanya globalisasi yang masuk di Indonesia. Segala hal yang bersifat modern mampu
menggeser keberadaan ketoprak, terutama oleh pada kalangan muda. Bahkan sekarang
ia mendapat julukan sebagai kesenian yang “ndeso”.

Oleh karena, ada beberapa cara yang dilakukan untuk dapat mempertahankan
seni pertunjukkan ketoprak ini. Misalnya dengan tetap menjadikan meda sosial sebagai
media promosi supaya banyak wisatawan yang tertarik untuk dapat melihat
pertunjukkan ketoprak ini. Selain itu, menjadikan ketoprak sebagai kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah-sekolah juga dapat menjadi sarana pelestarian ketoprak ini.
Namun pada dasarnya yang lebih harus diutamakan adalah kesadaran terhadap
kepemilikan ketoprak tersebut, sehingga apabila sudah muncul rasa memiliki maka
akan memudahkan untuk melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Daerah : Daerah Istimewa


Yogyakarta, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997.

Dominic Strinati, Populer Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer Jakarta: Bentang
Pustaka, 2002.

Masunah, Juju dan Tati Narawati, Seni dan Pendidikan Seni, Bandung: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Seni dan Tradisional (P4ST) UPI, 2003.

Suwardi Endraswara, Metodelogi Penelitian Foklor, Yogyakarta, MediaPressIndo, 2009.

Tim Peneliti Universitas Udayana, Peranan Kesenian dan Kebudayaan : Sebagai Media
Diplomasi dan Komunikasi Antarbangsa, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1988.

Jurnal dan Artikel Ilmiah

Amiluhur Soeroso dan Y. Sri Susilo, “Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal Yogyakarta”
dalam Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I Tahun 1, No.2, Agustus, 2008.
Chafit Ulya, “Kajian Historis Dan Pembinaan Teater Tradisional Ketoprak” (Tesis),
Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2011.

Evie Nur Afifah, “Seni Ketoprak di Era Modernisasi” (Skripsi), Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2014

http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/ketoprak/ diunduh pada 27


Oktober 2015 pukul 22.39 WIB

Juli Christanto, Peluang Pengembangan Seni Tradisional Ketoprak Sebagai Atraksi


Wisata (Skripsi), Surabaya: Universitas Kristen Petra 1992.

Mahandis Y. Thamrin, “Ketoprak Jawa Sempat Dibunuh Dua Kali”, dalam


http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/04/ketoprak-jawa-pernah-
dibunuh-dua-kali. diunduh pada 27 Oktobe 2015 pukul 22.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai