Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BERKARYA TEATER

Disusun oleh :
1. Koko Restu Dwi Setia Budi
2. Putri Adela Virgiana
3. Anwar Julianto
4. Anwar Julianto
5. Yogi Fernando
6. Fusuf Faisal

SMKN PADANG CERMIN


KEC. PADANG CERMIN KAB. PESAWARAN
T.A. 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada
Guru mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah menugasi dan memotifasi saya
untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat mempermudah
dalam mepelajari seni teater dan perannya dala lingkup sosial dan masyarakat.
Penulis membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya;
mempermudah siswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain itu,
para pembaca juga bisa mengetahui peran dari seni teater dalam kehidupan
bermasyarakat.
Makalah ini masi kurang sempurna sehingga penulis memerlukan
penyempurnaan dan perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi
oleh oleh penulis pada saat menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih dan selamat membaca!

Padang Cermin

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penulisan........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Seni teater................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian teater............................................................................. 3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia..................................... 4
2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya........................................... 9
........................................................................................................
2.1.4 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya.................... 10
........................................................................................................
2.1.5 Teater sebagai seni kolektif............................................................ 11
2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan.................................................. 12
2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater
........................................................................................................12
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater......................................................... 13
2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana.... 14
2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat..................................... 15

BAB III: PENUTUP....................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan................................................................................................. 15
3.2 Saran........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah
salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan
perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan
adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang
merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang
disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam
bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat
memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap
stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik
lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap
dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini
seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni
menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah
pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul
bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan
pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater.
Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di
balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan
yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada
kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama,
kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai tetaer di
makalah ini sengaja disusun dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan
perannya dalam Masyarakat”. Seperti apa pembahasannya, mari kita telusuri
pembahasan selanjutnya

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut;
 Untuk mengetahui apa dan seperti apa itu seni teater.
 Untuk dijadikan bahan pembelajaran.
 Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
 Apa itu teater?
 Bagaimana sejarah teater?
 Bagaimana peran teater dalam lingkup sosial masyarakat?

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab
I yang berjudul Pendahuluan yang menjelaskan mulai dari latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah, dan sistematika Penulisan.
Kemudian bab II yang berjudul pembahasan, disini merupakan inti dari
keseluruhan pembahasan. Keseluruhan pembahasan ditutup dengan bab III
yang berjudul Penutup, yang mencantumkan kesimpulan dan saran.

2
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Seni teater


2.1.1 Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya
Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita
lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat
hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga
hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam
tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik
mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia
sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana
ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan
didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat,
debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakanx diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan
media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan
tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara
sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk
menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni
pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan
rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan
manusia.

3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom”
yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang
menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif)
di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita
yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat
langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti
tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima
SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani.
Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi
lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang
dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini
berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan
juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya
upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan,
sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini
kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan
istilah teater.
1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater
Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater
tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu.
Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater
tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual.
Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara
keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara
kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut
“teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan
belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh.

4
Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur
teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari
spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di
Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap
budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater
tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :
wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja,
ubrug, ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada
periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan
karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih
tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan
memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater
bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah
mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas
atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian
cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai
memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada
periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan
teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan,
teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang
dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun
1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia)
dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821
(Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi
dimulai sejak Agust Mahieumendirikan Komedie Stamboel di

5
Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik
telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang
pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon.
Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan
diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang
Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio
Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw
Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia
Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa
Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok
sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera
Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada
tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara
lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra
Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek,
Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa
teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada
adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu
menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan
dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan
Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat
populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal
setelah Zaman Kemerdekaan.

2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya


Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh, gerak suara, gerak
bunyi dan gerak rupa) Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog,
ucapan pemeran) Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek
dan musik) Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan

6
kostum) Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita,
fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh
antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur
penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater
merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.

2.1.4 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya


a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat
kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak
terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya
spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang
dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan
dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat
artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum
bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh : teater
wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom
bentuk rakyat dan keraton teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang
timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam
masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai
fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan
manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam
dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan
kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit
yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius
mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian,
eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater
Indonesia masa kini.

7
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan
berteater yang tumbuh dan berkembang secara turun menurun.
Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang
tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan
maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam padi harus
diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi
yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai gangguan.
Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan
upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang
(kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu
ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan
berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tatacara yang
unik dan menarik.

2.1.5 Teater sebagai seni kolektif


Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses
pembuatan karya pun sangat panjang dengan latihan (fisik/mental)
serta melibatkan orang banyak atau berbagai kelompok yang
membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang
maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat langsung adalah
actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan penata
teknis. Teater merupakan karya seni yang istimewa karena kisahnya
yang menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang
dapat dinikmati oleh media audio visual. Teater juga karya seni
gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara
dan seni sastra.

8
2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan
1. Ciri-ciri teater sebagai imitasi kehidupan
- Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia
- Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia
- Adanya hubungan bahasa pentas dan sastra
- Pemeran (penokohan atau perwatakan)
- Konflik manusia merupakan dasar lakon
- Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri peran dramatis dalam pertunjukan teater
- Peran merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris
- Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
- Peran disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari
pementasanny

2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur


penyajian teater
Sutradara yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir
Pementasan. Sejak latihan dimulai sampai selesai. Maka dari itu
sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis pementasan.
Adapun tugas dan peranan sutradara adalah :
 Memilih pemain
 Menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
 Menyusun rencana pembiayaan
 Mendiskusikan rancangan tata panggung, tata rias, dan tata cahaya
 Menyusun program teaterikal
 Melatih para pemain
 Mewujudkan lakon di atas pentas
 Memberikan dorongan moral dan mengamati pertunjukan selama
pertunjukan berlangsung

9
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater
1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor
atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik
casting yaitu :
Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau
kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan
Casting ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan
fisik pemain Antitype casting, yaitu pemilihan peran
bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan
(berlawanan dengan watak dan cirri fisiknya sendiri) Casting to
emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan
observasi kehidupan pribadi calon pemeran Therapeutic casting,
yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan
terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran sesuai casting
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon
drama. Sejauh mana keterampilan seseorang actor dalam
berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya
sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang
dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran :
a. Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya,
jiwa dan tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode
tertentu dan watak yang harus direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan (blocking)
Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan,
suara, emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu
membantu dan mengontrol

10
Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang
harus disiapkan oleh pemeran, yaitu :
a. Latihan tubuh
b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi
d. Latihan konsentrasi
e. Latihan teknik
Gerak tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi
dan menyempurnakan ekspresi dari drama.

2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana


1) Memerankan karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak
tokoh menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan
samping. Berdasarkan peranan terhadap jalan cerita, terdapat
tokoh-tokoh sebagai berikut :
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis
maupun antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat
tokoh-tokoh sebagai berikut :
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan
lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian
(protagonist dan antagonis).
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh
sentral. Dapat juga disebut perantara tokoh sentral
(tritagonis).
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran
pelengkap atau tambahan dari mata rantai cerita.

11
2) Mementaskan teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif.
Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh
sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai unsur secara serentak
dan kelompok yang mendukung pementasan.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam pementasan :
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung
cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor
atau aktris dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan
d. Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e. Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di
pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas,
dekorasi, Tata lampu (lighting), tata suara, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis pentas
f. Penata artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal
yang banyak berhubungan dengan pemenyasan secara
langsung, seperti tata rias, tata busana, tata musik dan
efek suara.
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama
yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa
yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan cerita di
Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka
Tarup, Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya Gunung
Tngkuban Perahu, Danau Toba.

2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat


Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat
penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada
masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial
masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial

12
yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan
moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk
garapan teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa
yang diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan,
dan nurani, serta keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media
ungkap seniman teater sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.
Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
a. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan
(presentasi estetis). Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan
seniman lewat media teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan
sesama dan bagaimana indahnya hidup berdampingan dengan alam.
Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya menyenangkan penonton.
Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan teater merasa benci,
marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh menjadi
perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan
teater adalah belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh
seniman teater kepada khalayak. Oleh sebab itu, penonton dituntut untuk
tidak hanya menggunakan emosinya dalam menyaksikan pertunjukkan,
tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah
disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta
pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses
belajar memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain
(seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada
bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu
harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa
menerjemahkan sebuah karya drama.
b. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program
pemerintah, propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu
yang berhubungan dengan jasa layanan masyarakat. Program-program
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah sering dititipkan pada
pertunjukkan teater rakyat. Misalnya, menyosialisasikan program

13
Keluarga Berencana (KB), sadar hukum, disiplin nasional, bebas
narkoba, atau hidup sederhana.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya
yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang
dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya
teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya
masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer
tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi
pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa
yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari
seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang
sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya
seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini
salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media
penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan
kehidupan sosial.
3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka
dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu
tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada
kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan
kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut
sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
.

15
DAFTAR PUSTAKA

(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y
diunduh 17 April 2013)
(http://.seniteater.co.id, diunduh 15 April 2013)
(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013)

16

Anda mungkin juga menyukai