Anda di halaman 1dari 10

IDENTITAS DAN INTEGRITAS NASIONAL

DOSEN PENGAMPU

MEIDIANA,S.Pd.,MM

DISUSUN OLEH

AGUS SETIAWAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP MUHAMMADIYAH OKUT

TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN........................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................

1.2 tujuan penulisan

1.3 Rumusan Masalah .............................................................................................................

BAB IIPEMBAHASAN.........................................................................................................

2.1 Seni Teater........................................................................................................................


2.2 Pengertian Teater.............................................................................................................
2.3 Sejarah Perkembangan Teater Di Indonesia.................................................................
2.4 Unsur-Unsur Teater Menurut Urutannya.......................................................................
2.5 Teater Sebagai Seni Kolektif........................................................................................
2.6 Teater Sebagai Imitasi Kehidupan.................................................................................
2.7 PerananPenyutradaraan Dalam Menciptakan Struktur Penyajian Teater.......................
2.8 Persiapan Pementasan Teater........................................................................................

BAB IIIPENUTUP.................................................................................................................

3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................

3.2 Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku
penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas
(bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah)
yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau
rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari
refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik
lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan
simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual.
Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk
mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul
bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut
terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak
hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan
kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok
masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan
politik.(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013)
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai tetaer di makalah ini sengaja disusun
dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan perannya dalam Masyarakat”. Seperti apa
pembahasannya, mari kita telusuri pembahasan selanjutnya

1.2  Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut;
       Untuk mengetahui apa dan seperti apa itu seni teater.
       Untuk dijadikan bahan pembelajaran.
       Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.

1.3  Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
       Apa itu teater?
       Bagaimana sejarah teater?
       Bagaimana peran teater dalam lingkup sosial masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Seni teater
2.2 Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan
sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat
kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup
(kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan
dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunju kan didepan orang banyak,
misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainyaArti sempit
adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh
orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu
karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang
dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia

2.3 Sejarah perkembangan teater di Indonesia


Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place
(Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para
pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita
yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat angsung mengikuti dan
menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman
dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini
didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara
tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka
agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-
pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang,selanjutnya upacara
keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung
pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini
kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.

1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan,
sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada
tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung
upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun
upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut
“teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk
kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater
tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat
lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur
pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya
masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Macam-macam teater
tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong,randai, drama gong,
arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.

2. Teater Transisi (Modern)


Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai
mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong
kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat,
dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis,
meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan).
Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan
teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan
dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan
juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun
1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung
Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta). Perkenalan masyarakat
Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di
Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya
dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon.
Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang
pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio
Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda,
Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa
Melayu Rendah. Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti
Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A.
Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera
Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek,
Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah
teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan
nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman
Jepang dan permulaanZaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah
teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. , diunduh 17 April
2013)

2.4 Unsur-unsur teater menurut urutannya


1.      Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
2.      Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh, gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa)
3.      Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
4.      Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
5.       Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
6.      Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia
sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat
dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.

2.5 Teater sebagai seni kolektif


Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun sangat panjang
dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau berbagai kelompok yang
membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang maksimal. Adapun
orang-orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art
director dan penata teknis. Teater merupakan karya seni yang istimewa karena kisahnya yang
menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang dapat dinikmati oleh media
audio visual. Teater juga karya seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau
peran, seni suara dan seni sastra.

2.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan


1. Ciri-ciri teater sebagai imitasi kehidupan
       Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia
       Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia
       Adanya hubungan bahasa pentas dan sastra
       Pemeran (penokohan atau perwatakan)
       Konflik manusia merupakan dasar lakon
       Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri peran dramatis dalam pertunjukan teater
       Peran merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris
       Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
Peran disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasanny

2.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater


Sutradara yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir Pementasan. Sejak latihan
dimulai sampai selesai. Maka dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis
pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara adalah : Memilih pemain Menjelaskan
penafsiran lakon kepada pemain Menyusun rencana pembiayaan Mendiskusikan rancangan tata
panggung, tata rias, dan tata cahaya Menyusun program teaterikal Melatih para pemain
Mewujudkan lakon di atas pentas Memberikan dorongan moral dan mengamati pertunjukan
selama pertunjukan berlangsung

2.8 Persiapan Pementasan Teater


1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut
casting. Ada lima macam teknik casting yaitu: Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar
kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawaka  Casting ti type,
yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain  Antitype casting, yaitu
pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan
dengan watak dan cirri fisiknya sendiri),Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan
pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran Therapeutic casting, yaitu
pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi
dalam diri seseorang
2.      Mengadaptasikan karakter peran sesuai casting
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana
keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan
egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran:
a.  Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b.  Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c.  Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan
tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak
yang harus direpresentasikan.

4. Menunjukan pola permainan (blocking)


Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara, emosi dan semua situasi
dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol Adapun contoh permainan (blocking)
gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
a.  Latihan tubuh
b.  Latihan suara
c.  Observasi dan imajinasi
d.   Latihan konsentrasi
e.   Latihan teknik
Gerak tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan ekspresi
dari drama.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
(seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater
tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini
disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi
dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga
dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya
sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus
menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari
seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam
lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di
depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa
dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan
sosial.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah
ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan
kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara
yang hebat dalam dunia seni.
.

DAFTAR PUSTAKA
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y
diunduh 17 April 2013)
(http://.seniteater.co.id, diunduh 15 April 2013)

(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013

Anda mungkin juga menyukai