Anda di halaman 1dari 16

MAKANAN AWETAN HEWANI DAN NABATI

"ABON AYAM"

GURU PEMBIMBING
BETTY ANGGRAINI, S.Pd
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
1. AULIA KHARISMA
2. ITA NURMAYA HAYATI
3. NURAINI
4. RESTU MARDIYANSYAH

MATA PELAJARAN : BIOLOGI


KELAS XII.IPA.3

SMA NEGERI 1 CEMPAKA


TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abon merupakan produk IMF (Intermediate Moisture Food). Produk IMF memiliki
ciri-ciri yaitu, kadar air antara 15-20% (Soeparno, 1998); dan aw 0,6-0,85% (Jay, 1992).
Definisi abon secara umum adalah produk olahan daging yang di buat dengan cara merebus,
menyuir, membumbui daging kemudian dilakukan penggorengan hingga kering.
Karakteristik abon secara umum adalah berwarna coklat gelap, berserat, memiliki bau yang
khas dan kering sehingga memiliki umur simpan yang panjang. Abon biasa disebut dengan
makanan pendamping yang dapat dikonsumsi menggunakan nasi, mie dll.

Pembuatan abon dapat dilakukan menggunakan berbagai macam daging salah satunya
menggunakan daging ayam. Daging ayam yang digunakan pada penelitian ini adalah daging
ayam broiler bagian dada. Alasan penggunaan daging ayam broiler karena daging broiler
memiliki beberapa keunggulan, antara lain bertekstur lunak sehingga mudah diproses sebagai
abon serta harganya relatif murah (Risnajati, 2010). Secara umum, selama ini abon dibuat
dengan cara disuwir, namun pada penelitian ini dilakukan inovasi pembuatan abon dengan
cara ditumbuk. Abon yang dibuat dengan daging ayam hanya memiliki nilai protein yang
tinggi.

B. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan inovasi produk abon di Indonesia,
dan dengan penambahan maltodekstrin pada abon ayam

C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pembuatan abon adalah untuk mengetahui proses pembuatan abon

ayam dan untuk menambah nilai ekonomis ayam serta untuk mengawetkan ayam

D. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pembuatan abon berdasarkan proses pemisahan daging sehingga

pencampuran dengan bahan lain serta berdasarkan pengeringan yang telah ditambahkan

bumbu sehingga meningkatkan cita rasa dan memperpanjang umur simpan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Abon ayam

Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi,
kerbau,ayam) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya.
Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. jenis makanan kering
berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal
masyarakat. menunjukan bahwa abon merupakan produk nomor empat terbanyak diproduksi.
Abon termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji. produk tersebut sudah dikenal oleh
masyarakat umum sejak dulu.Abon dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga
memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih.pada umumnya daging yang digunakan dalam
pembuatan abon yaitu daging ayamm (Suryani et al, 2016).

Tabel 1. perbandingan gizi dari beberapa jenis daging


jenis daging kalori protein lemak besi vitamin

Sapi 129 20 5 2,1 65


Kambing 162 17 10 2,1 60
Itik 129 20 5 2,0 100

Ayam 125 20 5 2,0 3


Sumber : lembaga makanan rakyat (Murtidjo, 1990)

Dilihat dari nilai gizinya, daging ayam merupakan sumber gizi yang baik karena
banyak mengandung unsur-unsur  yang diperlukan untuk hidup manusia diantaranya protein,
lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang berbeda dengan manusia (Mountney dan
Parkhust, 1995). Kualitas daging ayam ditentukan oleh komposisi kimia daging ayam
dipengaruhi oleh jenis turunan, jenis kelamin, umur dan pengaturan gizi dalam ransum
(Buckle, dkk, 1987).
Daging adalah bagian dari tubuh ternak kecuali tanduk, kuku, tulang dan bulu yang
mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin dalam komposisi yang berbeda tergantung
pada bangsa, makanan, jenis ternak dan umur ternak. Daging jugadapat didefenisikan semua
jaringan hewan dan semua bentuk olahannya yang dapat dimaka dan tidak memebahayakan
kesehatan bagai yang memakannya (Pallupi, 1986 ; Soeparno, 1994).
Protein. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung nsr C, H, O dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein juga mengandung unsur
fosfor (F), belerang (S). Fungsi utama protein dalam tubuh adalah untuk membentuk jaringan
tubuh yang baru dan mempertahankan jaringan tubuh yang telah ada (Winarno, dkk, 1991).
Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas tinggi, karena selain mudah
dicerna juga mengandung asam amino esensial yang sangat penting untuk tubuh, lebih
kurang 25 - 35 % protein terdapat dalam daging ayam (Mountney dan Parkhust 1995 ).
Protein daging sebagian besar terdiri dari serabut otot dan jaringan ikat Sebagian besar
serabut otot mengandung lebih dari 50 % protein myofibril dan protein sarkoplasma yang
terdiri dari enzim-enzim Sedangkan protein jaringan ikat sebagian besar terdiri dari kolagen
dan elastin (Soeparno, 1996).
Lemak. Natasasmita (1987 ) menyatakan bahwa kandungan lemak daging sangat
bervarasi dan tergantung pada potongan daging serta pemisahan daging dari tulangnya.
Ditambahkan oleh Mountney dan Parkhust (1995) bahwa kandungan lemak daging ayam
bervariasi menurut jenis kelamin dan spesies menurut Soeparno (1996 ) bahwa paha ayam
(brunstik) dan paha ( gending) dan bagian daging merah gelap lainnya dari ayam mempunyai
kandungan lemak dan kalori yang lebih tinggi dari daging dada atau daging - daging putih
lainnya.
Lemak yang paling menentukan kualitas daging adalah lemak yang terdapat di dalam
urat daging (intramascular) dan lemak inilah yang sangat menentukan keempukan, rasa,
aroma, dan daya tarik daging oleh konsumen. Daging yang baik adalah daging yang cukup
mempunyai kadar perlemakan dalam urat dagingnya (Gunardi, 1986) Soeparno (1994)
mengatakan bahwa daging ayam mengandung 4,7 lemak Menurut Harjoswo dkk (2000)
sebagian besar lemak pada daging ayam terdapat pada bagian bawah kulit hanya sedikit yang
berada pada daging Lemak yang terdapat pada daging ayam adalah lemak tak jenuh,
diantaranya adalah palmitoleat oleat linoleat aracidonat dan klupadonat.
Air. Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan tekstur serta akseptabilitas kesegaran dan daya tahan bahan
makanan ( Winarno ,1991).Menurut Soeparno (1996 ) kadar air dalam sel otot berkisar antara
65 - 85 % Selanjutnya di jelaskan bahwa air yang terdapat dalam otot di sebut air tericat Air
terikat di dalam otot dapat di bagi menjadi komponen air yaitu : air terikat secara kimiawi
oleh otot sebesar 4-5 % sebagai lapisan pertama air terekat agak lemah sebesar 4 % yang
merupakan lapisan kedua yang akan terikat oleh air bila tekanan uap air meningkat Lapisan
ketiga merupakan molekul-molekul daging yang berjumlah kira - kira 10 %.
Air merupakan bagian terbanyak dan terpenting dari jaringan hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Air yang terkandung dalam tubuh ternak berbeda besarnya tergantung umur ternak
tersebut (Anggordi, 1994) Ditambahkan oleh Soeparno (1996) daging unggas muda
mengandung lebih kurang 70 % air sedangkan daging unggas tua 60 %.
pH. pH daging Soeparno (1996) menyatakan faktor yang mempengaruhi variasi pH
daging adalah stress sebelum pemotongan pemberian injeksi hormone dan obat-obatan
tertentu spesies individu ternak macam otot dan aktivitas enzim Ditambahkan juga pH unggas
mengalami penurunan atau peningkatan selama processing menurut Nurwantoro dan Djarijah
(1997) hampir semua mikroba tumbuh pada pH mendekati netral (6.5 - 7.5). Berdasarkan
nilai pH bahan pangan di bedakan dalam beberapa kelompok yaitu :
1. Pangan berasam rendah yaitu pangan yang mempunyai pH di atas 5.3
2. Pangan berasam sedang yaitu pangan yang mempunyai pH 4.5 - 5.4
3. Pangan berasam sedang yaitu pangan yang mempunyai pH 3.7 - 4.5
4. Pangan berasam tinggi yaitu pangan yang mempunyai pH di bawah 3.7

B. keunggulan dan Manfaat Abon


berikut ini adalah beberapa khasiat dan kelebihan dari abon
 efisien dan ekonomis
manfaat dan keunggulan terpenting dari abon adalah abon merupakan salah satu
produk olahan yang praktis, irit dan tidak susah. Abon lazimnya dibungkus dalam bentuk
kemasan plastik atau botolan, dan bisa langsung di konsumsi begitu saja, dengan atau tanpa
nasi. oleh sebab itu, abon sangatlah efektif terutama untuk yang tinggal di kos-kosan atau
bagi yang lagi perjalanan jauh. oleh sebab itu sangat praktis buat asupan tenaga Anda. Abon
juga merupakan makanan efisien yang banyak menunjang protein dari hewani bagi tubuh.
 lebih tahan lama
Abon juga menyimpan kualitas keawetan yang jauh lebih berdayaguna daripada produk
olahan lain. Selain itu, untuk menyimpan abon pun cukup diletakkan pada suhu ruangan tidak
perlu menggunakan freezer. pembuat abon bisa dijadikan sebagai salah satu bahan masakan
yang sifatnya terdesak, akan tetapi tetap memiliki zat makanan yang banyak.
 Dapat menjadi lauk yang bergizi.
Dilihat dari nilai gizinya, daging ayam merupakan sumber gizi yang baik karena banyak
mengandung unsur-unsur  yang diperlukan untuk hidup manusia diantaranya protein, lemak,
karbohidrat, mineral, dan vitamin yang berbeda dengan manusia (Mountney dan Parkhust,
1995). Kualitas daging ayam ditentukan oleh komposisi kimia daging ayam dipengaruhi oleh
jenis turunan, jenis kelamin, umur dan pengaturan gizi dalam ransum (Buckle, dkk, 1987).

C.     Proses Pemasakan

Trenggono, 1983 yang dikutip oleh Harun (1996) mengemukakan bahwa pengolahan
yang sering dilakukan ibu-ibu rumah tangga pada prinsipnya berupa pemanasan dengan
menggunakan medium penghantar panas yang berlainan. Ditambahkan oleh Winarno, dkk
(1980) bahwa dalam proses pemanasan ada hubungannya dengan suhu dan waktu, jika suhu
rendah maka pemanasan lebih lama sebaliknya jika suhu tinggi maka pemanasan lebih cepat.
Pengolahan dengan suhu rendah dalam waktu relatif lama akan menghasilkan kadar protein
yang lebih tinggi dari pada pengolahan dengan suhu tinggi dalam waktu yang cepat
(Trenggono, 1983 yang dikutip oleh Harun, 1996). Lebih lanjut ia jelaskan, berbeda cara
pengolahan maka akan berbeda pula kadar protein yang dihasilkan sebab faktor-faktor yang
berperan langsung dalam proses pengolahan akan berbeda misalnya medium penghantar
panasnya.

Sugitha dkk (1991) menyatakan bahwa pengolahan dengan panas secara konduksi, konveksi
dan radiasi yang merupakan prinsip dasar dari pemanasan. Pemanasan dengan konduksi
melibatkan panas secara langsung dari partikel ke partikel (misalnya transfer panas secara
langsung dari bagian permukaan ke bagian dalam daging) tanpa melalui medium selain
produk itu sendiri. Menurut Winarno dkk (1980) perambatan panas secara konveksi jauh
lebih cepat dari pada perambatan panas secara konduksi. Semakin padat bahan pangan, maka
perambatan panas semakin lambat. Lebih lanjut ia jelaskan bahwa ada dua faktor yang harus
diperhatikan dalam pengawetan dan pengolahan dengan panas yaitu:

1. Jumlah panas yang diberikan harus cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan
mikroba pathogen.
2. Jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa
makanan.

Pemasakan pada suhu dan waktu tertentu menyebabkan protein, lemak, karbohidrat menjadi
bermanfaat bagi manusia (Williams, 1979). Lebih lanjut dijelaskan ketika daging dimasak
baik dengan jalan memanggang, merebus atau lainnya, ia akan mengisut dan kehilangan air.
Menurut pendapat Sugitha dkk (1991) yang perlu diperhatikan agar kualitas daging tetap baik
pada waktu pengolahan adalah : kadar air selama dimasak (karena air adalah medium
penghantar panas). Air merupakan konduktor panas yang baik dan penetrasi air untuk
menghantar panas akan cepat. Selanjutnya Trenggono, 1983 yang dikutip oleh Harun (1996)
menyatakan bahwa dengan pengolahan akan terjadi perubahan-perubahan fisik dan kimia dari
daging sehingga nilai gizinya akan berubah. Protein dan vitamin yang terkandung di
dalamnya akan mengalami denaturasi yang ditandai oleh pengerutan daging.

Tabel 2. Standar Industri Indonesia (SII) untuk abon

No Komponen Nilai

1 Bentuk, aroma, warna dan rasa Khas

2 Kadar air 7% maks

3 Kadar abu 7% maks

4 Kadar abu tidak larut dalam asam 0,1% maks

5 Kadar lemak 30% maks

6 Kadar protein 15% maks

7 Kadar serat kasar 1% maks

8 Kadar cemaran logam (Cu, Pb, Hg, -


Zn, As)
9 3000 koloni/g
Jumlah bakteri maks
10
Bakteri bentuk coloform -
11
Kapang -
BAB III
MATERI DAN METODA

A.    Materi
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah daging ayam sebanyak 500 gr yang
kemudian diolah menjadi abon.

1.      Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan abon daging ayam:

 100 gr santan
 500 gr ayam
 Air 1 liter
 2 ruas lengkuas
 1 ruas kunyit yang sudah dihaluskan

Bumbu-bumbu yang digunakan : 1 sdm ketumbar bubuk, 1 sdt merica bubuk, 5 ruas bawang
putih, 6 ruas bawang merah, 5 butir kemiri, 3 buah cabe merah, 2 sereh, 2 lembar daun salam.
1 ruas jahe, 2 ruas lengkuas, 1 ruas kunyit, 50 gr gula merah halus, 1 sdm masako, 5 lembar
daun jeruk.

2.      Peralatan

 Alat dapur: kompor, kuali, sendok pengaduk, wajan


 Pisau
 Panci

B.     Metode

1.      Cara Kerja

 Daging ayam dibersihkan, lalu direbus sampai empuk (± 1 jam), tambahkan 2 buah
sereh, 2 ruas lengkuas, kunyit yang sudah dihaluskan dan 5 lembar daun salam.
 Haluskan bumbu untuk ditumis, 5 siung bawang putih, 6 siung bawang merah, 5 butir
kemiri, 3 buah cabe merah, 1 ruas jahe, 2 ruas lengkuas, dan 1 ruas kunyit.
 Haluskan gula merah biar gambang saat masak
 Panaskan minyak goreng, masukkan bumbu halus hingga harum, kemudian masukkan
100 ml santan, aduk hingga rata dan 50 gr gula merah hingga meleleh. Kemudian 1
sdm ketumbar bubuk, 1 sdm masako, 1 sdt merica bubuk lalu masak daging aduk
terus hingga bumbu meresap. Jika bumbu sudah meresap dan sedikit mongering
ongseng daging tersebut sampai daging mengering,
 Setelah itu, goreng adonan abon ayam sampai benar-banar kering hingga berwarna
kuning kecoklatan
 Angkat abon ayam yang sudah di goreng menggunakan saringan minyak sampai
kering
 Setelah dingin sajikan dalam wadah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil

1.    Abon Ayam

Dari Penelitian yang dilaksanakan yaitu pembuatan abon dari daging ayam sebanyak 500
gram lebih, pada saat  sudah dimakan dan dicoba.

A) Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dari pengolahan daging ikan menjadi abon ayam dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Abon

Hasil Pengamatan Keterangan .No

Abon Nama Produk 1.


500 gram Basis 2.
ayam Bahan Utama 3.
Sifat Organoleptik 4.
Kuning Kecoklatan 7.1. Warna
Gurih 7.2. Rasa
Khas ayam 7.3. Aroma
kasar 7.4. Tekstur
Cerah 7.5. Kenampakan
Gambar Produk 5.
B) PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap proses pengolahan daging

menjadi produk abon dapat diketahui bahwa produk yang dihasilkan dari berat basis 500

gram Berdasarkan sifat organoleptik abon memiliki kuning kecoklatan, aroma khas ayam,

tekstur kasar, kenampakan menarik.

Dalam pembuatan abon ayam ini terdapat beberapa proses yang sangat penting

diantaranya dressing, pengukusan, tempering, penghancuran, pencampuran, pemasakan,

penggorengan, dan pengepressan.

Bahan baku untuk abon dipilih yang mutunya baik agar produksi yang dihasilkan

bermutu baik. Kondisi bahan harus dipilih yang masih segar. Daging segar berwarna merah

segar (tidak pucat), aromanya khas (tidak bau busuk), dan bila ditekan terasa masih kenyal

(tidak lunak). Daging yang baik untuk dibuat abon, selain memiliki kondisi yang segar juga

harus dipilih yang tidak mengandung banyak lemak dan jaringan liat.

Santan merupakan emulsi lemak dalam air berwarna putih yang diperoleh dari buah

kelapa segar. Kepekatan santan yang diperoleh tergantung pada ketuaan kelapa dan jumlah

air yang dicampurkan atau ditambahkan. Penambahan santan dapat menambah cita rasa dan

nilai gizi produk yang dihasilkan. Santan memberi karena gurih, karena kandungan lemaknya

cukup tinggi.

Rempah atau sering disebut juga dengan panggilan bumbu, sering sekali ditambahkan

pada pembuatan abon, karena bumbu ini berguna untuk memberi aroma dan rasa yang dapat

membangkitkan selera makan. Bumbu ini dapat berupa seperti umbi, akar, batang, daun, dan

buah. Jenis rempah-rempah yang sering digunakan pada pembuatan abon adalah bawang

merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, laos, sereh, dan daun salam. Manfaat lain dari
penggunaan bumbu ini adalah sebagai pengawet karena beberapa jenis rempah tersebut dapat

membunuh bakteri.

Penambahan gula dalam pembuatan abon ini bertujuan untuk menambah cita rasa dan

memperbaiki tekstur produk. Pada proses pembuatan abon, gula mengalami reaksi millard

sehingga menimbulkan warna kecoklatan yang dapat menambah daya tarik produk abon.

Gula tersebut dapat memberikan rasa manis yang dapat menambah rasa lezat produkm abon

yang dihasilkan.

Garam dapur (NaCl) merupakan bahan tambahan yang hampir selalu digunakan

dalam membuat masakan. Rasa asin yang ditimbulkan oleh garam berfungsi sebagai penegas

rasa yang lainnya. Abon atau umumnya makanan apabila tidak dibubuhi garam akan terasa

hambar. Garam ini dapat juga berfungsi sebagai pengawet, karena erbagai mikroba

pembusuk, khususnya yang bersifat proteolitik, sangatlah peka terhadap kadar garam

meskipun rendah.

Minyak goreng dalam pembuatan abon ini berfungsi sebagai penghantar panas,

penambah rasa gurih, dan penambah nilai gizi, khususnya kalori dari bahan pangan. Minyak

goring yang digunakan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai simpan

abon.

Minyak yang digunakan dalam pembuatan abon harus berkualitas baik, belum berbau

tengik, dan memiliki titik asap yang tinggi. Titik asap adalah suhu pemanasan minyak sampai

terbentuk akrolein yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Minyak yang baru,

memiliki nilai asap tinggi, sedangkan minyak yang pernah digunakan (minyak bekas) titik

asapnya akan turun.

Penggunaan minyak yang sudah berkali-kali akan mempengaruhi aroma abon dan

kurang baik dari segi kesehatan. Menurut hasil penelitian, minyak yang dipakai berkali-kali

dapat bersifat karsinogenik yang dapat memicu timbulnya kanker.


Bila dibandingkan dengan abon yang beredar dipasaran dapat dilihat dari

kenampakannya. Perbedaannya dapat langsung dilihat. Abon yang telah dibuat di

laboratorium memiliki serat yang lebih pendek dan cenderung membentuk bulatan-bulatan.

Sedangkan yang dipasaran memiliki serat yang lebih jelas lagi, perbedaan ini dapat terjadi

karena akibat proses penghancuran atau penyuwirannya yang kurang optimal.

Reaksi yang terjadi ketika pemanasan dan pengorengan abon yaitu hilangnya kadar

air yang cukup tinggi dari abon. Selain itu, terjadi juga reaksi browning nonenzimatis ketika

proses penggorengan sehingga abon hasil pemasaka yang berwarna kuning berubah warna

menjadi kecokelatan.

Perubahan fisika pada proses pembuatan abon ini adalah ketika proses dressing

dimana ikan menjadi hanya dagingnya saja. Selain itu perubahan fisika juga terjadi ketika

penghancuran atau penyuwiran, dimana ukuran ikan setelah dikukus menjadi lebih kecil.

Perubahan kimia terjadi pada proses pemanasan dimana kadar air banyak berkurang

dan susunan potein dan senyawa lain pada daging ikan pun berubah.

Perubahan biologi yang terjadi pada proses pembuatan abon ini adalah ketika proses

perebusan, pemasakan, dan penggorengan. Ikan mengandung banyak bakteri namun dengan

proses pemanasan ini jumlah bakteri tersebut dapat dikurangi hingga jumlah yang cukup

banyak.

Factor yang dapat menyebabkan kegagalan pembuatan abon salah satunya adalah

ketika proses pemanasan. Jika suhu yang digunakan terlalu tinggi terutama ketika proses

penggorengan maka abon akan gagal terbentuk karena suhu yang terlalu tinggi menybabkan

abon menjadi kehitaman membentuk karbon yang rasanya pahit. Sehingga abon pun menjadi

tidak layak untuk dikonsumsi dari segi kenampakan, rasa, dan juga kandungan.

Prinsip pembuatan abon adalah dalam memisahkan daging ayam dari kulit dan

lemaknya hendaknya dilakukan sebersih mungkin sebab jika tidak bersih akan dapat hasil
abon yang basah (tidak kering).untuk memperoleh hasil abon yang baik perlu diperhatikan

beberapa hal antara lain: potongan daging yang diperoleh dari pemisahan tulang dan kulit

adalah tidak terlalu pendek agar tidak memperoleh serat yang panjang, suwiran hendaknya

panjang dan halus. Api untuk menggoreng hendaknya kecil agar ahsil abonya masak, kering

dan tidak gosong serta dalam penyimpanan hendaknya abon harus benar-benar dalam kondisi

dingin sebelum dikemas dalam tempat tertutup dan kering (Anonim, 2014).

Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar mutu yang telah

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian. Penetapan standar mutu merupakan acuan bahwa

suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan aman bagi konsumen. Faktor-faktor

yang mempengaruhi standar mutu abon antara lain :

1.    Kadar air : Berpengaruh terhadap daya simpan dan keawetan abon.

2.    Kadar abu : Menurunkan derajat penerimaan dari konsumen.

3.    Kadar protein : Sebagai petunjuk beberapa jumlah daging/ikan yang  

digunakan  untuk abon.

4.    Kadar lemak :Berhubungan dengan bahan baku yang digunakan, ada

tidaknya menggunakan minyak goreng dalam penggorengan (Ade,

2012).
BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan abon dibutuhkan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan abon yang enak dan dengan
tekstur yang baik, pengorengan tidak membutuhkan suhu yang begitu besar sehingga tidak
terjadinya hangus pada abon, dibutuhkan juga  takaran yang sesuai untuk mencampurkan
bumbu-bumbu untuk mendapatkan rasa yang pas.

B. Saran

Saran untuk percobaan kali ini adalah sebaiknya percobaan dilakukan dengan teliti
dan hati-hati. Agar hasil produknya optimal
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwiyoto, S. 1983. Hasi1-Hasil Olahan,Daging dan Telur Liberty. Yogyakarta.

Lawrie. R. A. 2003. Ilmu Daging Edisi kelima penerjemah Prof Dr.Aminuddin Parakkasi. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta

Muchtadi, D. 1988. Evalusi Nilai Gizi Pangan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Natasasmita, S. Priyanto dan P. M Tauhid. 1987. Pengantar Evaluasi Daging. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan cetakan ke-2 Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai