Anda di halaman 1dari 9

Abstrak

Mual muntah atau emesis gravidarum merupakan keluhan fisiologis, namun jika keluhan
mual muntah tidak segera teratasi maka akan menimbulkan patologis yaitu hiperemesis
gravidarum. Sehingga setiap makan dan minum selalu ada keluhan muntah terus menerus
yang akan mengakibatkan kurang gizi dan dehidrasi pada ibu hamil. Yang dapat dilakukan
untuk mencegah komplikasi tersebut adalah dengan melakukan pengobatan nonfarmakologis
yaitu akupresur. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi
akupresur dalam mengurangi keluhan mual muntah pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan
studi literatur dengan menggunakan sumber data berdasarkan studi literatur dari database
Science Direct, PubMed, dan Scholar dalam lima tahun terakhir. Strategi yang digunakan
untuk mencari artikel menggunakan PICO. Kata kunci sesuai topik literature review
menggunakan Boolean (AND, OR, NOT). Hasilnya diperoleh sembilan makalah yang
direview. Hasil penelitian menemukan bahwa terapi akupresur pada titik P6, titik KID21, Zu
San Li, dan titik Gong Sun dapat efektif mengurangi keluhan mual muntah pada ibu hamil
yang dilakukan secara rutin. Kesimpulan dari tinjauan pustaka ini adalah terapi akupresur
nonfarmakologi efektif menurunkan keluhan mual muntah pada ibu hamil.

PENGANTAR
Kehamilan merupakan suatu peristiwa alamiah yang akan dialami oleh seorang
wanita. Saat seorang wanita hamil, akan ada banyak perubahan pada tubuhnya. Salah satunya
adalah perubahan fisiologis seperti mual, muntah, nyeri punggung dan sering buang air kecil
(Suryaningrum, Titisari, & Mediawati, 2018). Keluhan yang paling sering dirasakan ibu
hamil pada trimester awal adalah mual dan muntah. Istilah yang menggambarkan keadaan
mual dan muntah ini disebut emesis gravidarum atau morning sickness, padahal keluhan
tersebut muncul kapan saja, tidak hanya di pagi hari (Fatwa Tasya T, 2020). Morning
sickness atau mual muntah merupakan suatu kondisi pada ibu hamil yang terjadi pada
minggu ke-6 kehamilan dan berakhir pada minggu ke-11 hingga minggu ke-16
(Wahyuningsih S, 2019). Sedangkan menurut Ramadhani dan Ayudia, (2019) morning
sickness atau mual muntah dimulai pada minggu ke-4 yang berakhir pada minggu ke-14
hingga ke-16 kehamilan.
Mual muntah atau emesis gravidarum merupakan keluhan fisiologis, namun jika
keluhan mual muntah tidak segera teratasi akan menimbulkan masalah patologis karena dapat
mengakibatkan berkurangnya cairan dalam tubuh dan akan mengakibatkan hemokonsentrasi
dan nantinya peredaran darah akan melambat. turun sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan janin (Wulandari, Kustriyanti, & Aisyah, 2019). Selain itu,
ibu hamil yang menghadapi emesis gravidarum jika tidak ditangani dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum sehingga setiap makan dan minum keluhan muntah terus menerus
terjadi (Henuk & Pattypeilohy, 2019).
Mual dan muntah pada ibu hamil jarang menyebabkan kematian, namun angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Menurut World Health Organization (2014) kejadian emesis
gravidarum pada kehamilan mencapai 12,5% di dunia. Sedangkan kejadian emesis
gravidarum di Indonesia 50 - 90% dialami oleh ibu hamil (Faridah, Ponda, & Pertiwi, 2020).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 angka kejadian ibu
hamil dengan emesis gravidarum adalah 10% - 15% dari 182.815 jumlah ibu hamil tahun
2015. Angka kejadian hiperemesis gravidarum di seluruh dunia sangat bervariasi, yaitu di
Indonesia yaitu 1,5 - 3% dari total ibu hamil di Indonesia (Faridah et al., 2020). Sementara
itu, berdasarkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, angka kejadian ibu dengan
hiperemesis gravidarum di Indonesia mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan.
Mual dan muntah selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh Chronionic Gonadotropin (HCG) di dalam
plasenta (Soa, Amelia, & Octaviani, 2018). Ibu hamil yang mengalami keluhan mual dan
muntah merupakan gejala alami yang akan dirasakan pada trimester pertama, biasanya ibu
akan mengalami tanda-tanda gejala seperti pusing, air liur yang berlebihan, dan sebagian
makanan yang keluar bahkan semua yang telah dikonsumsi. Selain itu, banyak kasus ibu
hamil yang mengalami mual muntah berlebihan yang dapat memperburuk kondisi umum ibu
dan dapat mengganggu aktivitas ibu hamil sehari-hari. Mual dan muntah pada kehamilan
dapat berdampak serius pada ibu dan terutama pada janin. Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan kelahiran prematur merupakan akibat paling umum yang dapat membahayakan
janin karena beratnya mual dan muntah yang dialami ibu (Sulistiarini, Widyawati, & Rahayu,
2018).

Ibu hamil dituntut untuk dapat beradaptasi dengan keluhan mual muntah, jika tidak
dapat beradaptasi dapat membahayakan baik ibu hamil maupun janin yang ada di dalam
kandungannya. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah sangat membutuhkan nutrisi
yang cukup. Jika asupan gizi berkurang maka berat badan ibu hamil akan menurun, yang juga
dapat berdampak negatif pada janin yang dikandungnya (WS Dewi & Safitri, 2018). Ibu
hamil akan mengalami komplikasi jika mual dan muntah tidak teratasi. Malnutrisi dan
dehidrasi adalah komplikasi yang paling jelas. Jika ibu hamil tidak dapat menanganinya
dengan baik maka dapat mengakibatkan kehilangan cairan dalam lambung yang
mengakibatkan dehidrasi, hipokalemia, dan alkalosis metabolik (Maheswara, Wahyuni,
Istiqomah, & Kustiyati, 2020).
Yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi tersebut adalah dengan melakukan
penatalaksanaan. Berbagai upaya pencegahan dilakukan tenaga kesehatan bagi ibu hamil
yang mengalami mual muntah agar kondisinya tidak menjadi lebih parah dengan mengubah
pola hidup istirahat yang cukup dan menghindari stres, serta tidak mengkonsumsi minuman
bersoda dan mengatur pola makan sedikit tapi sering. (Dhilon & Azni, 2018). Pengobatan ibu
hamil untuk mengatasi mual muntah dilakukan dengan cara pengobatan farmakologis dan
pengobatan nonfarmakologis. Antihistamin, antimietik, dan kortikosteroid merupakan terapi
farmakologis yang dapat diberikan pada ibu hamil saat mengalami mual dan muntah
(Sulistiarini et al., 2018). Sedangkan terapi nonfarmakologi untuk keluhan mual muntah ibu
hamil dilakukan dengan mengatur pola makan, dukungan emosional, akupresur dan jahe
(Runiari, 2010) dalam (Sulistiarini et al., 2018).
Pengobatan nonfarmakologis dengan metode akupresur ini merupakan metode yang
aman untuk ibu hamil dan janinnya. Teknik akupresur ini merupakan pengembangan dari
terapi pijat, dan berkaitan erat dengan perkembangan akupunktur, karena teknik akupresur
berasal dari akupunktur. Terapi akupresur dilakukan dengan menggunakan jari untuk
menggantikan jarum, namun tetap dilakukan pada titik yang sama dalam terapi akupunktur
(Hartono, 2012) dalam (Renityas, 2019).
Hal tersebut telah dibuktikan dalam penelitian Widyastuti dkk. (2019) bahwa setelah
dilakukan intervensi terapi akupresur pada ibu hamil yang mengalami mual muntah,
perhitungan skor mual muntah 0,005 < 0,05 terdapat perbandingan antara hasil post test dan
pre test, yang berarti bahwa metode akupresur itu efisien. mengobati emesis gravidarum atau
mual dan muntah pada ibu hamil trimester pertama. Demikian pula pada penelitian Mariza
dan Ayuningtias, (2019) diperoleh hasil p-value = 0,000 yang berarti terdapat pengaruh
akupresur di titik P6 untuk mengatasi emesis gravidarum. Efek stimulasi pada P6 ini dapat
meningkatkan pelepasan betaendorfin di hipofisis dan adrenokortikotropik (ACTH) di
sepanjang CTZ yang dapat memblokir pusat muntah (Fengge, 2012) dalam (Tanjung, Wari,
& Antoni, 2020).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak kaitan
mengenai terapi akupresur dalam mengurangi keluhan mual dan muntah pada ibu hamil. Oleh
karena itu, penulis melakukan studi literatur tentang efektivitas terapi akupresur dalam
mengurangi keluhan mual dan muntah pada ibu hamil.
METODE
Penelitian ini merupakan rangkuman komprehensif berupa literature review tentang
efektivitas terapi akupresur dalam mengurangi keluhan mual muntah pada ibu hamil.
Protokol dan evaluasi tinjauan pustaka akan menggunakan daftar periksa PRISMA untuk
pemilihan studi yang ditemukan yang disesuaikan dengan tujuan tinjauan pustaka. Metode
yang digunakan berupa literature review, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengumpulkan dan menganalisis artikel atau jurnal yang berhubungan dengan terapi
akupresur pada ibu hamil yang mengalami keluhan mual dan muntah. Penelusuran literatur
dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2021. Data dalam tinjauan pustaka ini
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian peneliti sebelumnya dari
tahun 2016 hingga 2021. Metode pengumpulan data menggunakan database elektronik antara
Pencarian jurnal atau artikel dalam literatur review ini menggunakan kata kunci
(AND, OR, NOT) yang digunakan untuk menentukan dan memperluas pencarian, sehingga
akan lebih mudah untuk menentukan artikel atau jurnal mana yang akan digunakan. Kata
kunci yang disesuaikan dengan Judul Subyek Kedokteran yang terdiri dari:
DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh Akupresur Terhadap Tingkat
Keparahan Mual, Muntah, dan Retching pada Ibu Hamil yang dilakukan oleh Tara et al,
(2020) dengan menggunakan sampel, wanita hamil pertama dan tunggal sebanyak 90
partisipan. Peneliti membagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok akupresur PC6, akupresur
palsu yang dilakukan di Waiguan dan kelompok pengobatan vitamin B6. Semua responden
memiliki usia kehamilan kurang dari 12 minggu. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
responden yang mengalami gangguan saluran cerna, infeksi saluran kemih, dan hiperemesis
gravidarum. Intervensi yang dilakukan pada kelompok akupresur PC6 yaitu peneliti
memberikan tekanan pada titik Neiguan atau PC6 sebanyak 4 kali sehari dengan waktu pagi
setelah bangun tidur, siang, sore, dan malam hari sebelum tidur selama 10 menit. Tekanan ini
diterapkan dengan daya tahan terbesar dengan tekanan konstan. Terjadi perubahan signifikan
pada hari kelima dalam hal frekuensi muntah, kesulitan muntah, jumlah muntah, durasi mual,
kesulitan mual, frekuensi mual, dan frekuensi muntah (p <0,001 untuk setiap hasil). Hasil
keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa intervensi tekanan PC6 secara signifikan lebih
efektif daripada intervensi terapi obat. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa frekuensi
muntah, mual, dan muntah, serta ketidaknyamanan yang disebabkan oleh mual dan muntah
secara signifikan lebih rendah pada kelompok perlakuan tekanan akupunktur PC6
dibandingkan pada kelompok kontrol yang menjalani terapi obat. Studi lain yang dilakukan
di Turki menunjukkan bahwa pada subjek yang mengalami stres PC6, terjadi penurunan
keparahan mual, frekuensi muntah, dan perasaan tidak nyaman setelah mual.
Sedangkan dalam penelitian Handayani dan Khairiyatul, (2019) dengan responden 22
ibu hamil yang memiliki kehamilan pada trimester pertama hingga kedua. Responden
diberikan pengobatan akupresur pada titik perikardium 6 yang terletak pada 3 jari di atas
pergelangan tangan. Tekanan diterapkan menggunakan ujung ibu jari. Pengepresan awal
dilakukan dengan lembut, kemudian dilanjutkan secara bertahap menggunakan kekuatan
tekanan tambahan sampai Anda merasakan sensasi ringan, tetapi tidak menimbulkan rasa
sakit. Akupresur dilakukan sekali sehari selama 2 menit. Intervensi terhadap responden
tersebut dilakukan selama 7 hari. Berdasarkan hasil uji T berpasangan terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dilakukan terapi akupresur dan setelah dilakukan terapi akupresur
dengan < sehingga H0 ditolak yang artinya terapi akupresur berpengaruh efektif dalam
menurunkan keluhan mual dan muntah pada ibu hamil.
Senada dengan penelitian Mariza dan Ayuningtias, (2019) menunjukkan hasil yaitu
terdapat pengaruh pemberian terapi akupresur titik P6 terhadap emesis gravidarum dengan
nilai uji statistik p value = 0,000. Akupresur diberikan kepada responden dengan kriteria ibu
hamil berusia antara 20-40 tahun, memiliki usia kehamilan 10 sampai 16 minggu dan
mengalami keluhan mual muntah sedang berdasarkan nilai INVR 9-16. Responden diberikan
pengobatan akupresur di titik P6 selama 7 menit pada pagi hari. Teknik ini dilakukan oleh
responden sendiri selama 4 hari berturut-turut.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Tanjung et al. (2020) diperoleh nilai p 0,000
dan dapat disimpulkan bahwa akupresur yang dilakukan pada perikardium 6 berpengaruh
besar terhadap intensitas mual muntah ibu hamil trimester I. akupresur pada P6 dengan waktu
1 menit atau 30 detik sampai 2 menit, dilakukan pada pagi dan sore hari. Intervensi dilakukan
selama 5 hari. Responden melakukan terapi akupresur dengan cara duduk atau berbaring
dalam posisi yang nyaman. Jika ibu hamil merasa rileks atau nyaman, maka ibu hamil dapat
mengulangi prosedur tersebut. Karakteristik penelitian ini, sebagian besar responden berada
pada kelompok usia 26-35 tahun dengan trimester pertama dan mengalami mual muntah.
Dalam penelitian Dewi dan Saidah, (2020) yang memiliki responden ibu hamil
sebelum dilakukan intervensi akupresur terdapat 3 orang yang mengalami mual muntah
ringan, 10 orang mengalami mual muntah sedang, dan 3 orang ibu hamil lainnya mengalami
mual muntah berat. Ibu hamil tersebut kemudian diberikan terapi akupresur di titik P6.
Setelah diberikan terapi didapatkan 10 ibu hamil (62,5%) mengalami perubahan mual muntah
ringan, sedangkan 6 ibu hamil lainnya mengalami mual muntah sedang dengan hasil 37,5%.
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa terapi akupresur pada titik P6 merupakan terapi
komplementer yang dapat mengurangi keluhan mual, muntah atau emesis gravidarum pada
ibu hamil trimester pertama.
Namun berdasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh akupresur P6 terhadap mual
muntah kehamilan yang dilakukan oleh Mobarakabadi et al, (2020) menggunakan sampel ibu
hamil dengan kriteria usia kehamilan di bawah 20 minggu, dan terdiri dari 75 responden.
Responden memiliki keluhan mual dan/atau muntah ringan sampai sedang yang diukur
menggunakan skala Likert sebelum memulai intervensi. Penelitian ini memiliki kriteria
eksklusi antara lain hiperemesis gravidarum, ibu hamil yang membutuhkan terapi hidrasi atau
obat antiemetik, dan memiliki riwayat kecelakaan atau trauma. Pada kelompok akupresur
intervensi yang dilakukan adalah pemberian tekanan permanen pada titik P6 menggunakan
gelang Sea-Band pada kedua pergelangan tangan. Intervensi dilakukan selama 3 hari, kecuali
saat partisipan ke kamar mandi, kemudian gelang dilepas terlebih dahulu. Untuk kelompok
plasebo mereka menggunakan gelang dengan metode yang sama seperti kelompok akupresur
tetapi tanpa adanya tombol tekan pada gelang. Terdapat perbedaan nilai rerata mual pada
frekuensi, durasi, dan keparahan setelah intervensi dengan nilai P < 0,001. Para peneliti juga
menemukan perbedaan yang signifikan dalam frekuensi muntah dengan hasil P = 0,02.
Artinya akupresur P6 menggunakan Sea-Band dapat mengurangi frekuensi dan keparahan
mual dan frekuensi muntah. Sedangkan dalam Uji Tukey, kelompok akupresur dan plasebo
tidak berbeda secara signifikan satu sama lain dalam hal ini (P = 0,61). Hasil ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya bahwa penggunaan Sea-Bands pada titik P6 dapat mengurangi
keparahan mual dan muntah. Studi serupa lainnya juga menemukan bahwa perbedaan yang
signifikan antara kelompok akupresur dan plasebo karena pertama, dapat dikatakan bahwa
wanita yang memakai gelang percaya bahwa band akan mengurangi mual dan muntah
mereka, menunjukkan efek plasebo. Kedua, gelang yang digunakan pada kelompok plasebo
merangsang titik P6 bahkan tanpa menekan tombol.
Hal ini sejalan dengan penelitian Devi et al. (2020) yang berpendapat bahwa ada
penurunan yang signifikan dalam skor rata-rata untuk mual, muntah dan muntah dan skor
total setelah menerapkan gelang akupresur pada P6 pada wanita antenatal. Hal ini dibuktikan
pada 40 ibu hamil kelompok eksperimen dengan keluhan mual ringan, dengan atau tanpa
muntah dan muntah-muntah dengan usia kehamilan 10 sampai 12 minggu. Peserta dalam
kelompok eksperimen menerima gelang akupresur yang dikenakan di titik P6 neiguan selama
4 hari dalam 24 jam kecuali ibu hamil akan mandi, mereka bisa melepasnya.
Gelang akupresur adalah produk yang digunakan pada titik neiguan dalam akupresur.
Ini terdiri dari pita elastis yang digabungkan dengan kancing plastik untuk memberikan
tekanan pada kulit pada titik akupuntur tertentu. Jika ada efek samping seperti kemerahan,
bengkak, dan nyeri tekan atau paranestesia, pasien diinstruksikan untuk melepas gelang
akupresur selama 15 menit dengan mencatat waktu dan penyebabnya dalam buku harian.
Hasil pada penelitian ini setelah diintervensi dengan terapi akupresur menggunakan gelang
pada titik P6, didapatkan rata-rata mual (6,35 ± <0> 3,77), muntah (4,42 ± 3,85) dan skor
retching diperoleh (2,6 ± 2, 24). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor post-test lebih
rendah dari rata-rata skor pre-test yang ditemukan signifikan secara statistik dibandingkan
kelompok kontrol.
Selain titik akupresur P6, keluhan mual muntah pada ibu hamil bisa dilakukan di titik
lain. Terdapat penelitian yang berjudul Perbandingan pengaruh tekanan pada titik KID21
(Youmen) dan P6 (Neiguan) terhadap keparahan mual muntah kehamilan, peneliti melakukan
terapi akupresur pada titik KID21 atau yumumen dan titik P6 atau neiguan pada ibu hamil
dengan usia 18-35 tahun berada pada trimester pertama dan memiliki kehamilan tunggal.
Wanita hamil memiliki keluhan NVP sedang sampai berat. Peneliti membagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok KID21 sebanyak 42 peserta dan kelompok P6 sebanyak 40 peserta
yang diikuti hingga akhir penelitian. Kedua kelompok menerima 80 mg vitamin B6 setiap
hari (2 tablet 40 mg setiap 12 jam) sebelum intervensi akupresur. Hal ini karena peneliti tidak
menghalangi satu kelompok untuk mendapatkan perlakuan minimal demi menghormati etika.
Peneliti melakukan intervensi akupresur dalam posisi terlentang antara pukul 17.00 hingga
19.00 pada ibu hamil. Selanjutnya, seorang peneliti terlatih dengan lembut meletakkan ibu
jarinya pada titik KID21 pada kelompok pertama dan pada titik P6 pada kelompok kedua dan
secara bertahap menerapkan tekanan tanpa rasa sakit. Jika ada rasa sakit, peneliti berhenti
memberikan tekanan sampai tidak ada rasa sakit, kemudian melanjutkan tekanan. Tekanan
diberikan selama 2 menit pada titik tekanan KID21 atau P6, yaitu 1 menit searah jarum jam
dan 1 menit berlawanan arah jarum jam. Kemudian, penerapan tekanan dihentikan dan titik
dipijat selama 2 menit hanya untuk stimulasi meridian. Proses ini berlanjut hingga 20 menit.
Tekanan diberikan oleh peneliti selama 4 hari berturut-turut, setiap hari selama 20 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan keparahan mual pada kedua
kelompok selama 4 hari, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok
(F = 1,54, df = 1, p = 0,21) meskipun penurunan mual lebih besar di kelompok P6 daripada di
kelompok KID. Beratnya muntah juga menurun pada kedua kelompok selama 4 hari ini,
namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (F = 1,19, df = 1, p =
0,27) meskipun penurunan muntah lebih besar pada kelompok KID21 dibandingkan pada
kelompok KID21. kelompok P6. Studi ini menunjukkan bahwa tekanan pada titik P6 dan
KID21 dapat mengurangi keparahan NVP, tetapi tidak ada titik yang memiliki keunggulan
dibandingkan yang lain dalam mengurangi keluhan ini (Galeshi et al, 2020).
Sedangkan dalam penelitian Meiri dan Kibas, (2018) respondennya adalah 15 ibu
hamil trimester pertama. Peneliti memberikan intervensi yaitu memberikan akupresur selama
9 hari pada titik Nei Guan atau P6, Zu San Li, dan titik Gong Sun kepada responden.
Terdapat hasil yaitu (P<0,05) yang artinya ada pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan
keluhan mual muntah ibu hamil karena titik-titik tersebut dapat menghasilkan rangsangan
yang menyebabkan hormon kortisol keluar, sehingga dapat meningkatkan metabolisme dalam
tubuh dan keluhan mual. muntah pada ibu hamil yang anda rasakan bisa dikurangi.
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa artikel jurnal yang telah direview, dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi akupresur pada titik neiguan atau P6, yaitu titik KID21. (Youmen), St 36
(Zu San Li), dan titik Sp 3 (Gong Sun) untuk mengurangi keluhan mual dan muntah ibu
hamil. Terapi ini efektif diberikan dengan memberikan tekanan menggunakan ujung ibu jari.
Intensitas penekanan awal dilakukan dengan lembut, kemudian kekuatan tekanan
ditingkatkan secara bertahap tetapi tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien. Penekanan
diberikan dengan memutar searah jarum jam. Durasi waktu pemberian terapi akupresur P6
menggunakan ibu jari dilakukan 2-10 menit 4 kali sehari yaitu pada pagi hari setelah bangun
tidur, siang hari, sore hari, dan malam hari sebelum tidur dalam 3-7 hari. Intervensi ini dapat
dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman bagi pasien.
Sedangkan terapi akupresur menggunakan gelang atau gelang akupresur efektif untuk ibu
hamil dengan durasi 24 jam selama 3-4 hari, kecuali untuk mandi, gelang harus dilepas. Jika
ada efek samping seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan atau paranestesia saat
menggunakan gelang akupresur, pasien dapat melepas gelang akupresur selama 15 menit.
Berdasarkan hasil review beberapa penelitian, terapi akupresur tidak diindikasikan untuk ibu
hamil yang memiliki masalah pencernaan, infeksi saluran kemih, dan memiliki riwayat
kecelakaan atau trauma. Namun terapi akupresur lebih efektif untuk ibu hamil yang memiliki
keluhan mual dan muntah ringan hingga sedang, mulai dari trimester pertama hingga awal
trimester kedua yaitu usia kehamilan 6-19 minggu, dan usia ibu 18-40 tahun.

Anda mungkin juga menyukai