Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM


PEMBERIAN RANSUM TERHADAPKARKAS AYAM BROILER

Disusun Oleh:

Wiwi Elsawelly 2210611051


Isah Maharani 2210611055
Muazaratul Khaira 2210612103
Nur Aisyah Huma 2210613119
Nur Laila Indah Sari 2210611043

Dosen Pengampu:
Dr, Ir. Ahadiah Yuniza. MS.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas nikmatnya


yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
proposal yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Ampas Tahu
Dalam Pemberian Ransum Terhadap Karkas Ayam Broiler “
dengan sebaik-baiknya.

Dan dengan itu semua, penulis berusaha dengan segala


kemampuan untuk menyusun laporan proposal penelitian agar
laporan ini dapat dipahami dan diterima oleh pembaca. Demikian
jika menemui susunan kata yang kurang baik, seperti bahasa
yang kurang tepat, sudilah pembaca memberikan teguran yang
posistif. InsyaAllah dengan adanya tenguran dari pembaca
laporan ini dapat lebih menjadi lebih baik dari sebelumnnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah


membantu untuk menyelesaikan laporan ini dan kepada
pembaca yang memberikan teguran positif kepada kami.

Padang, 10 Desember
2023
Penulis
BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar N
Belakang
Mahalnya harga bahan baku pakan seperti jagung, kedelai, dan tepung

ikan menghambat perkembangan peternakan ayam broiler. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dengan mengedepankan potensi

yang ada sebagai sumber bahan pakan yang murah dan berkualitas, termasuk

pemanfaatan limbah industri.

Biaya pakan merupakan biaya yang harus ditanggung dibandingkan

dengan kebutuhan lain dalam pengembangan ternak yang paling intensif.

Semakin intensif ternak dipelihara maka semakin kreatif pula peternak dalam

memanfaatkan bahan hasil samping (by product) sebagai bahan bakunya.

Pemanfaatan bahan-bahan yang tersedia, relatif lebih murah, namun tetap

bergizi baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri merupakan tugas

peternak untuk meningkatkan margin keuntungannya.

Usaha untuk menekan biaya makanan adalah mencari bahan makanan

yang tidak bersaing dengan manusia, harganya murah, memiliki nilai gizi yang

cukup tinggi, tersedia secara kontinyu, disukai ternak serta tidak

membahayakan bagi ternak yang memakannya (Sulistiowati (1995).

Ayam pedaging adalah ayam yang sengaja dipelihara secara intensif dan

dibiakkan dari ayam jenis Cornish yang berat. Jenis ayam tersebut kemudian

mempunyai bulu berwarna putih dan seleksi dilanjutkan hingga diperoleh ayam

broiler. Ayam pedaging disilangkan secara genetis dengan sengaja agar hasilnya

dapat dimanfaatkan dalam waktu singkat (Amrullah 2004:4). Salah satu sumber

protein hewani yang berkualitas tinggi adalah daging ayam, yang keunggulan

teknis dan ekonomisnya terletak pada cukup efisien untuk dikembangkan,

karena memiliki konversi pangan yang cukup baik dan umur simpan yang

pendek. Daging ayam broiler dipilih sebagai alternatif karena sangat efektif untuk

mengobati ayam broiler. Dalam waktu 3-5 minggu, beratnya mencapai 1,5-2 kg

dan biasanya mampu memenuhi kebutuhan manusia.


Konsumsi pakan merupakan jumlah dari pakan yang diberikan dikurangi

dengan jumlah pakan yang tersisa dan tercecer. Pertambahan bobot badan

merupakan selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir selama

waktu tertentu (Rasyaf, 2006). Konversi ransum merupakan pembagian antara

jumlah pakan yang dikonsumsi pada minggu tertentu dengan pertambahan

bobot badan yang dicapai pada minggu itu pula.

Tahu adalah makanan yang banyak mengandung banyak protein nabati

yang banyak diminati konsumen. Efek lain dari peningkatan produksi tahu adalah

surplus ampas tahu atau sisa dari pembuatan tahu yang belum banyak

dimanfaatkan dan dianggap kurang mempunyai nilai ekonomis.


Jika kita mengkaji lebih lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa

dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang banyak kandungan proteinya. Saat ini

belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu tadi sebagai pakan

tambahan bagi ternaknya selain konsentrat. Pertumbuhan ternak yang di bebri

pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang tidak diberi (Titis, 2009).

Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai

bahan penyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat

dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan cara cuma-cuma. Ditinjau

dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein.

Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi.

Tetapi kandungan tersebut berbeda tiap tempat dan cara pemprosesannya.

Terdapat laporan bahwa kandungan ampas tahu yaitu protein 8,66%; lemak

3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu

dapat diolah menjadi bahan makanan ternak (Dinas Peternakan Provinsi jawa

Timur, 2011).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap pertambahan bobot

badan ayambroiler?

2. Apa pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap konsumsi ransum ayam
broiler?
3. Apa pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap kenversi ransum?
4.Apa pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap berat karkas ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap

pertambahan bobot badan ayam broiler.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap

konsumsi ransumayam broiler.

3. Untuk mengetuhui pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap

konversi ransumayam broiler.

4.Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung ampas tahu terhadap berat karkas.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil proposal ini diharapkan untuk memberikan informasi bagaimana

cara memanfaatkan ampas tahusebagai pakan pengganti tepung ikan kedalam

ransum ayam broilersehingga dapat menekankan biaya produksi dalam pakan.


1.5 Hipotesis Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dengan pemberian tepung ampas tahu dapat

menambahkanpertambahan bobot badan ayam broiler.

2. Penelitian ini diharapkan dengan pemberian tepung ampas tahu lebih

efesien terhadapkonsumsi ransum ayam broiler

3. Penelitian ini diharapkan dengan pemberian tepung ampas tahu dapat

meningkatterhadap konversi ransum ayam broiler.

4.Penelitian ini diharapkan dengan pemberian tepung ampas tahu dapat

mambah beratkarkas ayam broiler.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Umum Ayam Broiler


Broiler merupakan istilah untuk memberi sebutan kepada ayam ras potong

atau ayam pedaging jenis jantan atau betina yang berumur sekitar 6-8 minggu

yang dipelihara secara intensif agar diperoleh produksi optimal (Irawan,1996).

Sedangkan menurut Murtidijo(2003), bahwa daging ayam broiler dipilih sebagai

sala satu alternative, karena seperti yang telah diketahui bahwa broiler sangat

efisien diproduksi. Jangka waktu 6-8 minggu ayam tersebut sanggup mencapai

berat hidup 1,5kg-2kg dan secara umum dapat memenuhi selera konsumen.

Menurut rasyaf (2004), ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina

muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu

mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar

dengan timbunan daging yangbaik dan banyak. Kelebihan broiler sebagai ayam

pedaging adalah broiler yang berusia 6 minggu sudah sama besarnya dengan

ayam kampong dewasa dan bila dipelihara hingga berusia 8 bulan, bobotnya

dapat mencapai 2kg. berat sebesar itu sulit dicapai oleh ayam kampong dewasa

maupun ayam ras afkir usia 1,5 tahun. Selain itu masyarakat juga mengenalbroiler

karena mempunyai rasa yang khas, empuk dan dagingnya banyak.

Hardjoswaro dan Rukminasih (2000)menyatakan bahwa ayam broiler

dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya

dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan

bulu yang cepat, lebih efisien mengubah ransum menjadi daging.

Rasyaf (2004) juga menyatakan bahwa ayam dan jenis unggas lainya

membutuhkan sejumlah nutrisi yang lengkap untuk menunjang hidupnya, untuk

pertumbuhan dan untuk berproduksi. Unggas membutuhkan lebih dari 40

material kimiawi yang diklasifikasikan kedalam enam kelas yakni karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Semuanya harus ada dalam ransum

yang dimakan kemudian dinyatakan bahwa kandungan nutrisi pada fase starter

mengandung protein 19,5-21,2% energy metabolisme 2851-3180kkal/kg ransum


sedangkan finisher protein 22,0-22,7% dan energy metabolisme

2390-3399kkal/kg ransum.
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler Fase Starter dan finisher
Zat nutrisi Starte Finishe
r r
Protein kasar % 22 20
Lemak kasar % 4-5 3-4
Serat kasar % 3-5 3-5
Kalsium % 1 1
Phosphor % 0,7 0,7
EM Kkal/kg 3050 3050
Sumber : NRC (1994)
2.3 Pemeliharaan Ayam Broiler
Pemeliharaan fase awal (starter) perlu ada sebuah persiapan, pengaturan

dalam pemberian air minum dan pemberian makanan yang pertama secara

cermat serta melakukan pencegahan penyakit secara seksama.

Pemeliharaan yang baik adalah pemeliharaan yang dapat memenuhi semua

kebutuhan yang di butuhkan oleh ayam. Suyoto dan Rahaman (1983:11)

mengatakan, “Dalam pemeliharaan ayam broiler perlu di perhatikan

perkandangan dan peralatan, pemeliharaan masa awal, pemeliharaan masa

akhir, pemeliharaan pakan, pencegahan dan pemberantas penyakit”.

Sedangkan Rasyaf (2003:3) mengatakan “Pemeliharaan meliputi usaha untuk

menjaga agar ayam dapat hidup layak sesuai kebutuhannya, misalnya hal-hal

yang menyangkut kepadatan kandang pemanasan untuk ayam, kebutuhan

jumlah tempat pakan, ventilasi kandang, seleksi ayam dan hal lain-lainnya”.

2.4 Ampas Tahu


Ampas tahu meupakan limbah padatan dari bubur kedelai yang diperas

sebagai sisa dari pembuatan tahu. Ampas tahu dapat di jadikan sebagai sumber

nitrogen pada media fermentasi dan dapat dijadikan bahan pakan sumber

protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan

kandungan zat nutrien lain adalah lemak 4,93%, serat kasar 7,11%, BETN (bahan

ekstrak tanpa nitrogen) 44,50% (Nuraini,dkk 2009:487:490).

Dilihat dari gizi ampas tahu masih mempunyai kandungan protein cukup

dan kandungan seratnya juga cukup tinggi. Martawijaya dkk (2004:52)


menyatakan “kandungan gizi ampas tahu diantaranya protein 23,55%, lemak

5,54%, karbohidrat 26,92%, abu 17,03%, serat kasar 16,53%, air 10,43%”.

Kandungan zat ampas tahu yang masih cukup tinggi dan terdapat dalam jumlah

yang banyak memberikan peluang yang sangat besar untuk


dimanfaatkan. Proses ampas tahu bertujuan untuk memberikan nilai tambah

tersendiri bagi ampas tahu.

2.4.1 Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu


Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga

disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Menurut

Prabowo dkk, (1993:15) bahwa ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu

lama bila dikeringkan terlebih dahulu. Biasanya ampas tahu kering digunakan

sebagai komponen bahan pakan unggas. Untuk memperoleh ampas tahu kering,

dilakukan dengan menjemur atau memasukannya ke dalam oven sampai kering

(Imalosita-IPB 1981:18).

Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan

pembuatan silase tanpa menggunakan starter. Terlebih dahulu ampas tahu

dikurangi kadar airnya dengan cara diperas sampai kadar mencapai kira-kira

75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau palstik tertutup rapat supaya

udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup minimal disimpan 21 hari dan

digunakan sesuai kebutuhan (Anonymous 1999:13).

Serat kasar merupakan salah satu komponen polisakarida non-pati.

Jumlah polisakarida non-pati dalam pakan ungags tidak boleh terlalu tinggi.

Karena didalam saluran pencernaan unggas tidak mempunyai mikroorganisme

untuk menghasilkan enzim selulosa yang dapat memecah enzim glikosidik

dengan ikatan β – 1,4 glikosidik yang tidak dapat di cerna oleh unggas (Sofia dkk,

2012 1-5).

Ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Biaya

yang dikeluarkan untuk pemberian ransum adalah 70% dari total biaya produksi

(Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Tingginya biaya produksi ini perlu

ditanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan memanfaatkan

bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi

masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan

ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).

2.4.2Nila Gizi dan Potensi Ampas Tahu


Produksi kedelai di Indonesia dari tahun 2007-2012 terus mengalami

peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 592534 ton kedelai sampai puncaknya

yaitu pada tahun 2009 sebanyak 974512 ton, kemudian terus menurun hingga

tahun 2012 yaitu sebesar 779741 ton kedelai sebagaimana yang baru saja

menjadi fenomena karena mengakibatkan kelangkaan komoditi kedelai yang

dapat merugikan produsen pengolahan kedelai seperti produsen tempe dan tahu,

sebagaimana diketahui tempe dan tahu merupakan bahan pangan sehari-hari

yang pemintaannya sangat tinggi oleh masyarakat Indonesia.

Ditinjauan dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai

bahan sumber protein. Karosi dkk (1982) mengatakan bahwa ampas tahu lebih

tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan

dkk. (1985 331-335) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF

yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukan ampas tahu

berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Komposisi zat gizi

ampas tahu dapat di lihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Zat-zat Ampas Tahu

Bahan BK PrK Serat Lemk NDF ADF Abu Ca P EM


kasar kasar
Ampa

s % % % % % % % % % Kkal/k
g
tahu 13,3 21,0
23,5 10,4 51,93 25,6 2,9 0,5 0,2 4730
8 9 3 6 3 4
Sumber : Pulungan, dkk

(1985)Keterangan :

BK : Bahan

KeringPrK :

Protein Kasar

NDF : Neutral Detergent

FiberADF : Acid Detergent

Fiber Ca : Kalsium

P : Fosfor
EM : Energi Metabolisme
Prabowo dkk, (1983:13) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih
tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai
yang telah dimasak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

dengan perlakuan pemberian konsentrasi ampas tahu dengan melakukan

pendekatan kuantitatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kandang Fakultas Pertanian Jurusan

PeternakanUniversitas Warmadewa Jl. Terompong No.24, Sumerta Kelod,

Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali. Penelitian ini di laksanakan

mulai tanggal 1 oktober sampai tanggal 1 November 2019.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan (Tabel 3.1) dalam penelitian seperti

berikut :Tabel 3.1 alat yang digunakan dalam penelitian


No. Alat Fungsi
1. Timbangan Digital Untuk menimbang ampas tahu dan
bobot badan
ayam broiler
2. Kandang berukuran Tempat tinggal ayam broiler
50 x
50
3. Lampu Pijar Sebagai penyesuaian suhu dalam
kandang
4. Tempat pakan dan Sebagai tempat pakan dan minum ayam
minum broiler
5. Alat pembersih Untuk membersihkan kandang
kandang

3.3.2Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu

yang digunakan berasal dari pabrik tempe dan tahu yang ada di Jl. Tukad Buaji,

Gang XVI Denpasar, Bali. Anak ayam broiler (DOC) yang berumur 1 hari sebanyak

100 ekor, ransum ayam broiler fase starter, air dan vaksin. Vaksin diberikan

setelah 3 hari melalui tetes mata, di karenakan ayam broiler masih memiliki

kekebalan yang berasal dari induk. Dan yang melakukan vaksin adalah peneliti.
3.4 Parameter
1. Berat badan awal (BBA), ditimbang untuk mengetahui berat badan awal ayam
broiler.
2. Berat badan akhir, ditimbang pada akhir pemanenan.
3. Presentase karkas
4.Presentase bagian karkas (paha, dada, punggung dan sayap)
3.5 Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari

5perlakuan dan 4 ulangan. Sehingga didapatkan pola sebagai berikut :

P0 : Pakan dengan kadar ampas tahu 0%

(kontrol)P1 : Pakan dengan kadar ampas tahu 5%

P2 : Pakan dengan kadar ampas tahu 10%


P3 : Pakan dengan kadar ampas tahu 15%
P4 : Pakan dengan kadar ampas

tahu 20%Tabel 3.2 Penempatan Perlakuan

Penelitian

P P P P P P P P P P
4.3 0.1 2.4 4.1 1.2 0.3 2.2 4.2 0.4 1.4
P P P P P P P P P P
1.3 3.2 0.2 1.1 3.1 4.4 3.4 2.1 3.3 2.3

Tabel 3.3 Komposisi Bahan Penyusun Ransum


Bahan P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) P4 (%)
Jagung 54 54 54 54 59
kuning
Dedak padi 10,5 11 12 13 9
Bungkil 16 14,5 12,5 10,5 8,5
kedele
Tepung ikan 16 12 8 4 0
Ampas tahu 0 5 10 15 20
Minyak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kelapa
Mineral 1 1 1 1 1
Total 100 100 100 100 100

3.6 Pembuatan Ampas Tahu


Langkah-langkah pembuatan ampas tahu kering adalah sebagai berikut

(Kusnadi danBambang (1985:474) :


1. Limbah ampas tahu diperas airnya.
2. Dijemur menggunakan sinar matahari hingga kering, selama 2 hari, saat

cuaca benarbenar panas.

3. Digiling sampai halus sehingga terbentuk seperti tepung.


4.Selanjutnya ampas tahu kering dicampur dengan pakan komersial.
3.7pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi 07.30 wita dan

sore hari pada pukul 15.00 wita. Setiap 1 minggu dilakukan penimbangan bobot

badan dan terus berlangsung selama 31 hari, sedangkan air minum diberikan

secara adlibitum (Mahfudz, 2006108-114).

3.8 Analisis Data


Data yang diproleh dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam.

Apabila terjadi hasil yang berbeda nyata (P≤ 0,05) diantara perlakuan, maka

dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Stell and Torie, 1989).

Anda mungkin juga menyukai