Anda di halaman 1dari 10

CARA MEMBUAT SENDIRI 9 LITER "PROBIOTIK RABAL RWS"

Probiotik hasil fermentasi Ragi dan Bakteri Asam Laktat (Rabal) yang akan kita
produksi sendiri ini berisikan Lactobacillus dan Yeast. Dari hasil penelitian Prof
Ibnu Sahidhir dan kawan-kawan di Laboratorium BBAP Ujung Batee, Provinsi
Aceh terhadap 4 merek Probiotik terkenal untuk ikan air tawar yang beredar di
pasaran saat ini mengadung isi yang serupa.Probiotik Rabal RWS yang akan kita
produksi sendiri dengan biaya sangat murah ini digunakan Dengan cara
dicampurkan pada minuman ayam.
guna :
1. Meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan ayam broiler
2. Mempercepat waktu panen dan menghemat pakan ayam broiler
3. Meningkatkan bobot ayam broiler.
4. Meningkatkan penyerapan protein pada pakan gar menjadi daging secara
maksimal.
5. Menghilangkan / mengurangi bau kotoran ayam akibat amoniak dan gas
beracun.
PROSES PEMBUATAN PROBIOTIK RABAL
A. Bahan-Bahan :a. Air Bersih = 9 liter.b. Yakult = 2 botol.c. Ragi Tape = 1 butird.
Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1/2 liter.e. Air Kelapa Murni
(dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua)e. Jerigen 10 liter = 1 unit2.
B. Cara Mengolah Bahan Probiotik Rabal :Masukkan air bersih 9 liter ke dalam
Jerigen bersih, kemudian tuangkan 2 botol Yakult, 1/2 liter Molasses, 1 butir Ragi
Tape (yg sudah di tumbuk halus) dan Air Kelapa Murni ke dalam Jeringen yang
telah berisi air bersih. Kocok jerigen selama 1-2 menit agar semua bahan-bahan
terlarut merata.Gula Merah / Molases yang dipanaskan agar mencair, di dinginkan
dahulu sebelum di campur dengan bahan-bahan lainnya. Simpan jerigen beserta
bahan-bahan tersebut selama 7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan
sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam jerigen berubah warna
menjadi coklat dan berbau alkohol. Setiap 1-2 hari sekali tutup jeringen dibuka
untuk mengeluarkan gas fermentasi, lalu jeringen ditutup rapat kembali.
Cara Pemberian PROBIOTIK RABAL Pada Ayam:
Setelah 7 hari masa fermentasi bahan Probiotik Rabal RWS udah dapat digunakan
untuk campuran air minum ayam dengan cara :Campurkan 1 tutup botol Aqua
hasil fermentasi Probiotik Rabal RWS untuk setiap liter air minum ayam.Hasil
fermentasi Probiotik ini diklaim tidak berbahaya pada ayam oleh beberapa pihak
yang pernah menggunakan, karena sifat bakteri lactobacillus dan yeast adalah
membantu mengurai makanan, yang dapat dicerna dengan baik oleh usus ayam
sehingga pakan yang terserap dapat maksimal menjadi daging dan nafsu makan
ayam pun meningkat.Sehingga pada kerangka kerjanya bukan Probiotik ini yang
menjadi bobot, tapi tetaplah pakan yang menjadi daging dan menambah bobot
berat, dan fungsi probiotik ini sendiri yang mengandung bakteri positif adalah
membantu pemaksimalan pakan menjadi daging dan peningkatan imunitas.
Sumber :Prof. Ibnu Sahidhir, Peneliti Bidang Perikanan pada Balai Budidaya Air
Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi Aceh.Dirangkum / ditulis oleh :Achmad
Jauhari (Arie), Direktur Utama Radio KISS FM dan KISS TV Kabel Banda
Aceh.Dipost ulang oleh Muslihun Al Lampani (Pelaku usaha Budidaya Ikan Air
Tawar dan Peternak Ayam Broiler Pedaging)
NOTE PENTING :
1. Hasil produksi Probiotik Rabal RWS dari informasi ini tidak untuk
dikomersilkan.
2. Pada awalnya, Probiotik Rabal RWS lebih didedikasikan untuk para
pembudidaya ikan nusantara, namun pada prakteknya telah diujicoba pada ayam
pedaging dan ayam kampung oleh beberapa kalangan baik individu maupun
profesional, dan hasilnya sangat bagus, sesuai dengan khasiat dari Probiotik Rabal
RWS itu sendiri.
3. Tidak dianjurkan digunakan pada ayam petelur maupun puyuh petelur,
dikhawatirkan meningkatnya nafsu makan ternak membuat ternak mengonsumsi
pakan berlebihan yang tidak sesuai dengan dosis pakan ayam petelur dan puyuh
petelur. sehingga ternak menjadi gemuk dan enggan bertelur.
4. Mari berbagi dan sebarkan Informasi ini ke sesama Peternak Ayam Broiler, agar
para peternak dapat terus berkembang dan semakin maju jaya
Pakan terhadap Daging
PENINJAUAN BERBAGAI UPAYA PAKAN DAN MANAGEMEN
TERHADAP KUALITAS
DAGING SAPI
Karimatun Nisa
D1E011015
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.
Paper Ilmu Nutrisi Ternak

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan ternak
sapi potong. Upaya pengembangan ini perlu didukung berbagai faktor penunjang
antara lain terutama bakalan, pakan yang cukup, tersedia, lingkungan iklim sosial
dan peluang pasar.
Perkembangan peternakan mempunyai harapan yang baik di masa depan.
Hal ini terlihat dari permintaan terhadap produk peternakan khususnya daging sapi
terus meningkat. Meningkatnya permintaan daging akibat meningkatnya
pendapatan dan semakin tingginya kesadaran akan gizi sebagian besar penduduk
Indonesia mengakibatkan terbukanya peluang bisnis untuk penyediaan daging
yang cukup, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Namun, peningkatan
permintaan tersebut sampai saat ini belum mampu diimbangi oleh peningkatan
penawaran. Kondisi ini lebih banyak disebabkan karena produsen mengalami
kesulitan modal guna membeli sapi bakalan.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, industri daging di Indonesia
memperlihatkan perkembangan yang cukup berarti. Peternakan sapi di Indonesia
umumnya menerapkan pola usaha penggemukan. Produksi sapi potong telah lama
bergantung pada sistem peternakan rakyat dengan menggunakan sapi-sapi lokal
untuk memasok pasar tradisional. Berkembangnya segmen pasar daging untuk
memenuhi kebutuhan hotel, restoran dan industri (pasar khusus) mendorong
berkembangnya agribisnis sapi potong hasil penggemukan.
Peternak menginginkan keuntungan yang tinggi tetapi kurang
memperhatikan pula usaha yang sesuai untuk di terapkan dan pengalokasian input
yang umum agar diperoleh keuntungan yang maksimal.
Karkas merupakan produk utama yang dihasilkan dari pemotongan ternak
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk
mencukupi kebutuhan zat-zat makanan. Umumnya penggemukan di Indonesia
adalah dengan dry lot fattening dan kereman.
Ternak yang mengalami transportasi akan mengalami sters yang
berdampak pada penyusutan bobot badan. Stres transportasi timbul sebagai akibat
ternak mengalami penanganan, pemuatan dan gerakan kendaraan serta
diperkenalkannya dengan lingkungan baru ketika datang ke lokasi pemeliharaan
sehingga diperlukan waktu pemulihan.
PEMBAHASAN
Dewasa ini intesifikasi usaha penggemukan sapi daging orientasinya lebih
diarahkan terhadap sistem pemberian pakan yang sebagian besar atau seluruhnya
dilakkan di dalam kandang (dry lot fattening).salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah pemberian pakan, khususnya ransum dan konsentrat.
Pencernaannya sangat melibatkan pada unsur N yaitu dalam protein dan C dalam
karbohidrat. Semakin tinggi tingkat pemberian konsentrat maka daya cerna bahan
kering juga meningkat, karena konsentrat mampu merangsang pertumbuhan
mikroba rumen sehingga aktivitas pencernaan fermentatif lebih meningkat, yang
pada gilirannya makin banyak bahan kering ransum yang dapat dicerna.
Peningkatan daya cerna bahan kering ransum akibat bertambahya jumlah
pemberian konsentrat disebabkan kerena konsentrat mempunyai nilai kecernaan
yang tinggi dalam saluran ternak ruminansia. Pemberian konsentrat akan dapat
meningkatkan jumlah konsumsi protein kasar, pada batas-batas tertentu
peningkatan jumlah konsumsi protein dapat meningkatkan daya cerna, tapi apabila
konsumsi protein telah melebihi batas optimal maka penambahan konsumsi protein
justru akan menurunkan daya cernanya, bahkan dapat menurunkan daya cerna zat-
zat makanan lainnya (Koddang, 2008).
Pemberian pakan yang berkualitas tinggi pada usaha penggemukan sapi
potong dapat meningkatkan konsumsi pakan, laju pertumbuhan, efisiensi pakan,
persentase karkas, persentase lemak, dan menurunkan alokasi biaya pakan pada
setiap unit pertambahan bobot badan. Meningkatnya biaya pakan pada usaha
penggemukan lebih disebabkan karena pakan yang diberikan belum tentu ternak
mau mengkonsumsi sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga berpengaruh
terhadap pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan dan dampaknya biaya
yang dikeluarkan menjadi meningkat. Nilai nurisi dari suatu bahan pakan
ditentukan dengan bagian yang hilang setelah proses pencernaan, penyerapan dan
bagian ini mudah ditentukan. Kecernaan didasarkan pada suatu pendapat bahwa
nutrisi yangtidak terdapat dalam feses adalah bagian yang habis dicerna dan
diabsorbsi, atau dengan kata lain kecernaan adalah bagian nutrisi dari suatu pakan
yang tidak dieskresikan bersama feses. Konsentrasi urea darah yang terlalu tinggi
menyebabkan tidak efisien dalam penggunaan energi, karena semakin besar energi
yang dipakai untuk mengkonversikan konsentrasi amonia rumen yang tinggi
menjadi amonia darah kemudian disekresikan dalam bentuk urea dalam urin.
Kadar glukosa darah berhubungan erat dengan konsumsi energi, ketika konsumsi
energi tinggi maka kadar glukosa darah juga tinggi (Carvalho, 2010).

Perbedaan ukuran bobot tubuh, dan laju pertumbuhan berpengaruh


terhadap kandungan air tubuh pada ternak tersebut. Beberapa peneliti melaporkan
kondisi yang sama mengenai penurunan kadar air tubuh dari 74,4% menjadi 71,4%
pada sapi Holstein yang dipelihara 5 minggu.Ada juga yang mendapati penurunan
kadar air tubuh anak kambing Spanish yang dipelihara selama 84 hari, yaitu dari
66,22% menjadi 61,95%. Perbedaan kadar air tubuh kadar air dimungkinkan
karena bangsa ternak dengan body frame besar memiliki potensi pertumbuhan
yang lebih besar daripada bangsa ternak dengan body frame kecil. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan capaian ukuran dan bobot badan pada umur
yang sama. Bangsa ternak bertubuh besar lahir lebih berat dan tumbuh lebih cepat
dibandingkan bangsa ternak bertubuh kecil. Perbedaan ukuran, bobot tubuh dan
laju pertumbuhan berpengaruh terhadap kandungan air tubuh pada ternak tersebut.
menyatakan perbedaan kandungan protein tubuh diantaranya disebabkan
perbedaan bangsa dan pakan. Bos taurusumumnya memiliki laju pertumbuhan
yang lebih cepat, sehingga memiliki ukuran tubuh lebih besar pada umur fisiologis
yang sama, Bos taurus juga memiliki body frame yang lebih besar
dibandingkan Bos indicus maupun Bos sondaicus (sapi tropis seperti sapi Madura
dan PO). Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran tubuh ternak berhubungan dengan
kandungan protein dalam tubuh ternak tersebut. Protein adalah penyusun otot dan
tulang yang merupakan komponen terbesar tubuh ternak dan merupakan komponen
bahan kering yang terbesar dari daging yaitu sekitar 19%. Otot menempati 60%
lebih bagian karkas (Priyanto, 2011). Selama periode pertumbuhan laju
pertumbuhan jaringan otot pada ternak ini akan memasuki tahap lanjut hingga
tercapai kedewasaan. Peneliti lain, juga melaporkan bahwa pada saatmendekati
periode dewasa tubuh kadar protein tubuh ternak relatif konstan sedangkan kadar
air dan lemak. Laju pertumbuhan yang cepat menghasilkan kecenderungan
dominasi lemak tubuh, sedangkan laju pertumbuhan lambat menghasilkan
dominasi daging (Arifin, 2008).
Faktor utama yang mempengaruhi penyusutan bobot badan adalah
kurangnya pemberian pakan dan air minum, sehingga ternak mengalami
penyusutan bobot badan sebesar 1% per jam selama 3 sampai 4 jam pertama
transportasi, tetapi berkurang 0,1% per jam setelah 10 jam atau lebih transportasi.
Besarnya penyusutan berkisar antara 5 dan 17% dari bobot awal sebelum
transportasi , 3 dan 11% untuk lama transportasi 18-24 jam. Transportasi ternak
selama 2 jam yang disertai dengan pemuasaan selama 18 jam telah mengakibatkan
terjadinya penyusutan bobot badan sekitar 10%, sedangkan apabila transportasi
dalam waktu yang lama tanpa pemberian pakan dan minum akan mengakibatkan
penyusutan bobot hidup sekitar 7% pada ruminansia dan 4% pada babi selama 18-
24 jam transportasi yang diakibatkan karena pengeluaran digesta melalui
pengeluaran feses. Dampak lanjut akibat stres transportasi pada sapi potong yang
akan digemukan adalah terjadinya pertambahan bobot badan negatif pada awal
pemeliharaan dan gagalnya memperoleh pertumbuhan kompensasi pada proses
penggemukan selanjutnya. Oleh karena itu, untuk menghindari kegagalan
pertumbuhan setelah mengalami stres transportasi diperlukan pemberian ransum
dengan kandungan nutrisi yang berkualitas tinggi. Disamping itu, perlu diberi
pakan sumber glukosa atau bakalannya (precusor) dalam jumlah memadai untuk
menghindari pengurasan glikogen. Peran utama Cr secara fisiologis adalah
meningkatkan potensi aktivitas hormon insulin, yaitu hormon yang berperan dalam
meningkatkan pengambilan glukosa dan asam amino di dalam sel, sehingga
potensi aktivitas insulin sangat diperlukan sebagai faktor toleransi glukosa
(Glucose Tolerance Factor atau GTF). Kerja GTF pada sistem transpor glukosa
dan asam amino adalah meningkatkan pengikatan insulin dengan reseptor
spesifiknya pada organ target. Struktur GTF mengandung kromium sebagai
komponen aktifnya, sehingga tanpa adanya kromium pada intinya, GTF tidak
dapat bekerja mempengaruhi insulin. Oleh karena itu, kromium merupakan
komponen aktif pada GTF dan dibutuhkan dalam metabolisme lemak dan protein,
sehingga keberadaan Cr dalam ransum perlu diperhatikan. Secara umum
pemberian Cr-organik mampu mengurangi penyusutan bobot badan sebesar 1,55%
dari penyusutan bobot badan sapi. Berdasarkan hasil analisis statistik, pemberian
Cr-organik nyata (P < 0,05) dapat mempertahankan suhu tubuh sapi pada kisaran
normal yaitu sekitar 38-39ºC. Penurunan suhu tubuh dimungkinkan karena selama
periode transportasi telah terjadi proses metabolisme yang intensif, sehingga terjadi
pengurasan energi terutama akibat penanganan yang kurang baik selama
transportasi. Ketika cadangan makanan habis digunakan maka proses metabolisme
berkurang, sehingga panas yang dikeluarkan menurun dan akhirnya berdampak
pada turunnya suhu tubuh sapi. Penurunan suhu tubuh mengindikasikan rendahnya
laju metabolisme sebagai upaya mempertahankan mekanisme fisiologi tubuh.
Frekuensi respirasi sapi setelah transportasi mengalami penurunan pada setiap sapi
kontrol yang diberikan kromium ataupun pada sapi kontrol. Penurunan frekuensi
respirasi tertinggi terjadi pada sapi yaitu mencapai 16,6%, sedangkan sapi yang
diberi perlakuan kromium berkisar 11,3 sampai 14,5%. Selama transportasi akan
terjadi perubahan fisiologis karena ketidakseimbangan elektrolit tubuh, sehingga
terjadi peningkatan respirasi. Suplementasi Cr-organik menurunkan tingkat stres
transportasi yang ditandai dengan penyusutan bobot badan yang lebih rendah
terutama pada pemberian Crorganik dengan dosis 3,0 ppm dari bahan kering
ransum. Periode pemulihan sapi yang diberi Cr-organik dapat diperpendek
waktunya bila ditinjau dari kemampuan mengonsumsi bahan kering di atas 2% dari
bobot badan yaitu sejak hari pertama masa pemulihan. Adapun untuk sapi kontrol
baru dicapai pada hari ke-6. Suplementasi Cr-organik berdampak positif terhadap
performa sapi selama satu minggu proses pemulihan untuk mencapai pertambahan
bobot badan harian normal, terutama dengan dosis pemberian 3,0 ppm (Santosa,
2012).
Khamir dapat dipakai untuk meningkatkan kesehatan ternak yaitu sebagai
probiotik dan imunostimulan dalam bentuk feed additive. Ternak yang dapat
mengkonsumsi S. cerevisiae adalah golongan ikan, ruminansia dan unggas .
Keuntungan penggunaan S. cerevisiae sebagai probiotik adalah tidak membunuh
mikroba bahkan menambah jumlah mikroba yang menguntungkan, berbeda dengan
antibiotika dapat membunuh mikroba yang merugikan maupun menguntungkan
tubuh, dan mempunyai efek resistensi . Demikian pula dengan penggunaan S.
cerevisiae sebagai bahan imunostimulan . Imunostimulan berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara meningkatkan sistem pertahanan
terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya,
sedangkan penggunaan antibiotika hanya membunuh bakteri. Meskipun demikian
kita harus berhati-hati dalam menentukan dosis probiotik yang dianjurkan di dalam
penggunaannya di mana bila berlebihan dapat menimbulkan penyakit
"Saccharomikosis". Hal ini terjadi karena terganggunya keseimbangan mikroflora
di dalam tubuh, akibat populasi khamir meningkat melebihi populasi mikroba
lainnya. Dari beberapa hasil penelitian laboratorium dan komersil secara umum
sudah terbukti manfaat khamir (S. cerevisiae) pada ayam broiler, petelur, babi, ikan
lele, sapi dan udang sehingga dapat mengurangi biaya obat-obatan dan vaksinasi .
Berikut beberapa contoh pemakaian S. cerevisiae sebagai imunostimulan pada
ternak. Transfer gen betaglukan dapat dilakukan pada udang dan mikroorganisme
kelautan lainnya seperti mikroalga dan bakteri non patogenik lainnya dalam rangka
meningkatkan kekebalan tubuh . Pada ikan Iele dumbo, Beta glukan dengan dosis
750 mg/kg pakan mempunyai peran imunostimulan yang positif terhadap respon
kebal non spesifik yang dilakukan dengan uji tantang terhadap infeksi bakteri
Aeromonas hydrophila. Udang hitam (Penaeus monodon) pemberian 1 g/kg pakan
Beta glukan memperlihatkan peran imun yang positif terhadap kenaikan hematosit.
Pada udang dan ikan penggunaan S. cerevisiae dapat sebagai imunostimulan untuk
mengatasi serangan bakteri dan kuman lainnya seperti Aeromonas salmonicida,
vibriosis, dengan dosis 50 mg/kg bobot udang atau ikan. Dari uraian di atas tersaji
dosis tertentu untuk jenis jenis ternak yang cukup bervariasi jumlahnya dan untuk
penerapannya relatif mudah. Selain itu pemakaian imunostimulan Beta-D glukan
relatif lebih aman dari pada antibiotika yang mempunyai efek resistensi (Ahmad,
2005).

Sapi yang baik untuk digemukkan adalah sapi yang dalam kondisi kurus
tapi sehat agar Pertambahan Bobot Badannya (PBB) tinggi karena bobot sapi
bakalan yang terlalu berlebihan akan menyebabkan sapi tersebut tidak dapat
digemukkan lagi dan jika pemeliharaan makin lama maka PBB akan kecil
(Sidauruk, 2005).
Dalam karkas; kadar asam palmitat yang tinggi di dalam daging tidak
diinginkan konsumen karena bersifat hiperlidemik dan dapat meningkatkan
kolesterol darah dan palmitat merupakan asam lemak bahan pembentuk asam
lemak lain. presentasi lemak memiliki kolerasi negatif terhadap presentasi tulang
dandaging, tetapi berkolerasi positif dengan meat bone ratio. Faktor lingkungan
dan genetik sangat mempengarusi prosentase karkas, sedangkan pakan dengan
level energi tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya kandungan lemak
dibandingan dengan pemberian level energi rendah. Peningkatan energi pada
ransum bardambak pada pertambahan berat badan, yang dalam perkembangan
komposisi jaringan dapat berupa pertambahan lemak intramuskular (marbling),
peningkatan proporsi lemak karkas dan penurunan proporsi daging. Meningkatnya
konsumsi nutrien, terutama energi berdampak pada meningkatnya presentase
lemak intramuscular, sehigga ikatan-ikatan serabut ototnya menjadi longgar dan
daging menjadi lebih empuk. Sebaliknya ternak yang kekurangan nutrisi,
berdampak pada meningkatnya pembentukan kolagen dan daging yang dihasilkan
menjadi lebih alot (Ngadiyono, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Riza Zainuddin. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae Untuk
Ternak. Bogor: Balai Pertanian Veteriner.
Arifin, M, dkk. 2008. Perbandingan Respon Perubahan Komposisi Tubuh Antara Sapi
Madura dan Peranakan Ongole Pada Pemeliharaan Intensif. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Carvalho, Mateus da Cruz de, Soeparno, dan Nono Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan
Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole Jantan
Yang Dipelihara Secara Feedlot. Timor Lorosa’e: Univercidade nacional.
Koddang, Muh Yusuf. 2008. Pengaruh Tingkat Pemberian Konsentrat Terhadap Daya
Cerna Bahan Kering dan Protein Kasar Ransum Pada Sapi Bali Jantan Yang
Mendapatkan Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) Ad-libitum. Palu:
Universitas tadukalo.
Ngadiyono, N, dkk. 2008. Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole Jantan dengan
Pemberian Dua Jenis Konsentrat Yang Berbeda. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Priyanto, R, dkk. 2011. Produksi dan Komposisi Fisikkarkas Domba Jantan Priangan
Yang Disuplementasi Peptida Pasak Bumi (Euricoma logifolia Jack). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Santosa, U, dkk. 2011. Pemanfaatan Kromium Organik Limbah Penyamakan Kulit
Untuk Mengurangi Stres Transportasi dan Memperpendek Periode Pemulihan Sapi
Potong. Sumedang: Universitas Padjajaran.
Sidauruk, R, L Cyrilla, dan J Atmakususma. 2005. Analisis Efesiensi Pola Usaha Sapi
Potong di Bekasi Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai