Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK PEMBERIAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DENGAN SACCHAROMYCES

CEREVISIAE TERHADAP AYAM BROILER

Khoirudin Nasution_2214241006

Ayam broiler adalah ras ayam pedaging yang menjadi sumber untuk pemenuhan
kebutuhan protein hewani yang sangat di minati oleh masyrakat indonesia. Hal ini
dikarenakan ayam broiler merupakan sumber protein hewani yang mudah di dapatkan
dan juga memiliki harga yang relatif terjangkau. Ayam broiler memiliki waktu
pertumbuhan bobot tubuh yang cepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein
hewani masyarakat indonesia yang tinggi. Industri ternak ayam broiler saat ini
berkembang pesat di indonesia mengingat kebutuhan masyarakat akan protein hewani
di tambah lagi dengan populasi penduduk indonesia yang terus meningkat menyebabkan
kebutuhan pasar ayam broiler meningkat. Untuk menghasilkan ayam broiler dengan
produktivitas yang tinggi, peternak harus memperhatikan kebutuhan nutrisi pada ayam
broiler. Pemenuhan nutrisi ayam broiler yang menghasilkan pertumbuhan ayam broiler
dapat dengan waktu yang singkat dan efesien dengan penggunaan ransum.

Ransum menjadi kebutuhan utama dalam pertumbuhan ayam broiler. Kebutuhan


ransum tak luput dari biaya produksi yang besar yaitu sekitar 60-70% dari biaya produksi.
Mahalnya harga produksi membuat peternak harus mencari solusi untuk menurunkan
biaya produksi. Salah satu cara yang bisa digunakan oleh peternak yaitu memamfaatkan
ampas tahu yang difermentasikan. Ampas tahu adalah limbah yang berasal dari
pembuatan tahu dengan kandungan protein dengan asam amino lysin dan metionin,
serta kalsium yang cukup tinggi yang terdapat didalamnya. Ampas tahu adalah salah satu
bahan pakan yang mudah untuk di jumpai dengan harga yang murah. Ampas tahu
memiliki kandungan protein kasar berkisar antara 23-29%, serat kasar 16 –23 % dan
lemak 4,5 –17%. Namun terdapat masalah ketika menggunakan ampas tahu sebagai
bahan pakan yaitu ampas tahu memiliki kandungan serat kasar yang tinggi sehingga
terdapat batasan dalam penggunaan ampas tahu karena ayam broiler tidak dapat
mencerna serat kasar. Serat kasar yang tinggi dapat membuat terbentuknya gel kental
pada usus halus yang dapat menyebabkan penyerapan lemak dan energi terhambat.
Selain itu serat kasar yang tinggi dapat membuat ayam broiler cepat merasa kenyang
sehingga konsumsi dari ternak sendiri menjadi terbatas dan mengganggu
produktivitas.Pada usus ayam broiler juga terdapat bakteri pathogen yang dapat
mengganggu proses penyerapan zat makanan menjadi tidak optimal

Selain itu ampas tahu juga memiliki zat anti nutrisi seperti kedelai tetapi kandungannya
lebih sedikit karena telah terjadi pengolahan. Selain itu ampas tahu memiliki kandungan
arabinoxylan yang menyebabkan terdapat batasan pada penggunaan ampas tahu.
Kandunga Serat kasar yang tinggi pada ampas tahu dapat di turunkan dengan metode
bioteknologi fermentasi. Bahan pakan yang sudah mengalami fermentasi akan mudah di
cerna oleh ternak sekaligus asam amino dan vitaminnya meningkat. Fermentasi ampas
tahu dapat menggunakan bantuan mikroba sebagai sumber probiotik seperti
Saccharomyces cerevisiae atau biasa dikenal dengan ragi tape. Menurut Fuller, 1992
Pemberian probiotik memiliki diharapkan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan
kecernaan pakan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan aktifitas enzim, dan
meningkatkan pertumbuhan mikroba. Saccharomyces cerevisiae berfungsi untuk
mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana. fermentasi menggunakan
Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan senyawa terlarut yang dapat dengan
mudah diserap seperti asam amino esensial, disacharida, dan juga bisa menjadi sumber
vitamin B.

Proses fermentasi ampas tahu menggunakan Saccharomyces cerevisiae mengakibatkan


adanya perubahan kandungan zat kimia ampas tahu seperti kandungan asam amino,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang disebabkan oleh adanya aktivitas dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Pembuatan fermentasi ampas tahu dapat di
lakukan dengan mentiriskan ampah tahu selama satu malam untuk mengurangi jumlah
airnya, ampas tahu dikukus selama 45 menit setelah air kukusan mendidih.Kemudian
didinginkan hingga sekitar 30 derajat Celcius. Kemudian, ampas tahu yang sudah dingin
ditambahkan 2% Saccharomyces cerevisiae dan disemprotkan dengan larutan gula
secara merata yang berfungsi sebagai sumber energi bagi Saccharomyces cerevisiae.
Kemudian dimasukkan ke dalam kantong polytilin yang telah dibuat lubang di beberapa
bagian untuk memberikan kondisi aerob. Selama dua hari, diinkubasi pada suhu ruang.
Selanjutnya, ampas tahu yang sudah terfermentasi dikeringkan dan kemudian dicampur
dengan pakan.. Ampas tahu yang telah di fermentasi memiliki kandungan protein kasar
yang cukup tinggi, yaitu 28,36%, lemak 5,52%, serat kasar 17,06% dan BETN
45,44%.

Terdapat perbedaan antara ampas tahu yang belum di fermentasi dengan yang sudah di
fermentasi. Pada ampas tahu yang belum difermentasi memiliki tekstur lembek berair,
hal ini disebabkan oleh ampas tahu yang memiliki kadar air tinggi. Sedangkan pada
ampas tahu yang sudah di fermentasi memiliki tekstur lunak sedikit berair karena telah
mengalami penurunan kadar air pada saat proses fermentasi. Warna ampas tahu
sebelum di fermentasi berwarna putih kekuningan sedangkan setelah di fermentasi
berubah menjadi berwarna kuning abu abu. Warna kuning menunjukkan warna substrat
pada ampas tahu, dan warna abu-abu berasal dari warna miselium dan spora
Saccharomyces cerevisiae yang tumbuh di media ampas tahu. Bau pada ampas tahu
sebelum di fermentasi berbau khas ampas tahu sedangkan setelah ampas tahu di
fermentasi memiliki bau asam dan bergas. Bau asam yang di timbulkan disebabkan oleh
penurunan pH pada substrat ampas tahu. Keberhasilan fermentasi salah satunya dapat
di rasakan dari bau yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya kerusakan pada
produk akibat kehadiran mikroba pembusuk

Ampas tahu yang sudah difermentasi dapat di campurkan dengan bahan pakan lainnya.
Sebelum mencampur bahan pakan, perlu di lakukan penimbangan sesuai imbangan yang
telah di tentukan dalam menyusun ransum. Penimbangan di awali dengan menimbang
bahan pakan yang imbangannya besar diikuti dengan imbangan yang kecil. Setelah itu
bahan pakan dibagi menjadi 4 bagian lalu masing masing bagian di campur hingga
merata kemudian keempat bagian di gabungkan menjadi kesatuan lalu di campur
kembali hingga homogen.
Setelah pemberian ampas tahu terfermentasi, bobot badan akhir bertambah pada
pemberian 5-10% bersamaan dengan jumlah ransum yang di konsumsi. Bobot ayam
broiler dapat di pengaruhi oleh konsumsi pakan dan terpenuhinya kebutuhan zat
makanan. Pertambahan bobot badan ayam broiler terjadi karena adanya fermentasi
menggunakan saccharomyces cerevisiae yang berperan sebagai probiotik dan dapat
meningkatkan daya cerna nutrisi pada saluran pencernaan. Pemberian saccharomyces
cerevisiae juga dapat meningkatkan peforma pada ayam broiler apabila kandungan
protein pada ransum rendah. Selain itu pemberian saccharomyces cerevisiae dapat
mengurangi ekskresi nitrogen yang mengindikasi pemamfaatan protein lebih efisien.

Menurut Hasil Penelitian Citra (2015) Suplementasi kultur Saccharomyces sp. sebagai
sumber probiotik dalam ransum terbukti efektif meningkatkan bobot badan akhir dan
pertambahan bobot badan ayam broiler yaitu dengan bobot badan akhir 1418-1697
g selama 5 minggu dan pertambahan bobot badan 1365-1646 g selama 5 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Kirana, N. G. P., Bidura, I. G. N. G., & Puspani, E. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN


AMPAS TAHU TERFERMENTASI KHAMIR Saccharomyces spp DALAM RANSUM
TERHADAP DISTRIBUSI LEMAK DAN KOLESTEROL DARAH BROILER. Jurnal
Peternakan Tropika, 5(1).
Nurhayati, N., Berliana, B., & Nelwida, N. (2019). Efisiensi Protein Ayam Broiler yang
Diberi Ampas Tahu Fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae (Protein Efficiency
of Broiler Chicken Fed fermented Waste Tofu with Saccharomyces cerevisiae). Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 22(2), 95-106.

Pardosi, U. (2022). Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Fermentasi Dalam Ransum


Terhadap Karkas Ayam Broiler. Jurnal Visi Eksakta, 3(1), 82-99.

Anda mungkin juga menyukai