Anda di halaman 1dari 3

ACIDOSIS PADA SAPI PERAH

Peternak tradisional biasanya memelihara 3-10 ekor. Pakannya mengandalkan hijauan


dan sedikit pakan penguat (konsentrat). Ada yang memanfaatkan limbah ampas tahu,
kulit ari kedelai dll.

Ampas tahu bisa meningkatkan produksi susu dengan cepat. Umumnya peternak
memberikan ampas tahu basah 0,5 � 1 karung/ekor/hari dengan harga Rp 10.000 � Rp
12.000,-/karung . Produksi menunjukkan kenaikan 3 � 5 liter / ekor/hari. Ampas tahu
adalah pakan alternatife, kandungan bahan kering 10-20% dan sebagian besar >80%
air, memiliki protein kasar tinggi (21% bila kadar air di bawah 14%), minim energy
(TDN), dan minim mikro mineral. Sapi perah yang makan ampas tahu terlihat kenyang,
tidak lama volume rumen akan berkurang cepat.

Ampas tahu dalam jumlah banyak tanpa diimbangi hijauan dan konsentrat bisa
menimbulkan ASIDOSIS. Terjadi karena konsumsi biji-bijian/konsentrat karbohidrat
banyak terfermentasi dengan cepat tanpa diimbangi serat atau hijauan yang cukup
sehingga derajat keasaman (pH) rumen menjadi rendah (asam, pH <6,0) dan mengurangi
populasi mikrobia dalam rumen.

Gejalanya indigesti simple (gangguan pencernaan) atau yang cepat dan fatal.

Asidosis akut (cepat), pH <5.0 :


> Ruminitis => deficiency (kekurangan) kalsium (zat kapur);
> Acidosis Metabolisme => Tidak nafsu makan / Anorexia;
> Pincang (lameness) => Polio Encephalo Myelitis (kekurangan Vit B1);
> Abses hati/Liver abscess => Diare disertai dehydrasi;
> Pneumonia => Keracunan Endotoxin.

Sapi terlihat kesakitan pada abdomen (perut) dan tidak ada sama sekali aktifitas
rumen, sapi tidak mau makan. Awal gejala ditandai diare, biasanya sapi akan makan
kembali setelah 3-4 hari. Sapi yang sehat akan makan normal, tonus (tegangan) rumen
sempurna, feses (kotoran) tidak encer. Apabila konsumsi konsentrat/ampas tahu
berlebih, beberapa akan selalu berdiri dan berhenti makan, berhenti minum,
pernafasan cepat dan dangkal, denyut jantung meningkat. Diare encer dan profus,
kotoran lunak berlendir, warna coklat muda kekuningan dan sering dalam faeces yang
dikeluarkan banyak sisa bahan pakan yang tidak tercena sempurna.

Kejadian acidosis ringan dengan level dehidrasi 4 - 6%, dan 12% pada acidosis
berat. Pada akut acidosis, sapi akan mati sebelum 24 jam.

Acidosis Sub Akut, pH 5.0 � 5.5 :


> Konsumsi konsentrat meningkat => Pincang / Lameness;
> Turunnya asupan bahan kering (feed intake) => Abses hati;
> Turunnya konsumsi serat => Diare.

METABOLISME KARBOHIDRAT DALAM RUMEN

Karbohidrat 70 � 80 % nutrisi (bahan kering) disamping protein, lemak, dan mineral.


Karbohidrat adalah sumber energi dan men-support fungsi rumen untuk pertumbuhan
mikrobial.

Terdapat 2 jenis karbohidrat :


> bahan terlarut (gula dan pati);
> dinding sel (cellulose, hemicellulose, lignin dan pectin).
Rumen availability dan digestibility pada dinding sel tergantung pertumbuhan dan
umur panen hijauan (maturity forages), sumber karbohydrat (pati atau cellulose) dan
prosesing hijauan (grinding biji-bijian atau chopper hijauan ). Peternakan sapi
perah dan ahli nutrisi harus menentukan sumber energi yang tepat dan jumlah pati
yang akan difermentasikan dalam rumen sebagai dasar pH rumen, sumber hijauan, level
non-fiber carbohydrate, asupan bahan kering (dry matter intake), dan harga
konsentrat/kg yang dibuat.

Gula, pati dan serat dicerna oleh mikrobia rumen mengubah karbohidrat menjadi
Volatyl Fatty Acid (VFA) sebagai sumber energi. Acetat adalah VFA dominan pada sapi
perah memiliki dua karbon 55-70%. VFA berupa acetat pada pencernaan serat (fiber).
Propionat atau propionic acid VFA dengan 3 karbon dihasilkan bakteri rumen dari
pati dan gula. Propionat menjadi glukosa oleh hati untuk pembentukan laktosa susu
bersama dengan asam amino dalam proses gluconeogenesis.

Level propionat bervariasi dari 15 � 30% dari total produksi VFA. Jenis VFA yang
ke- 3 adalah butyrat yang berkisar 5 � 15% of the produksi VFA. Butyrat
dimanfaatkan sebagi sumber energi dan pembentukan lemak susu. Jika dievaluasi maka
perbandingan VFA ratio antara acetat dan propionat A : P ratio 2.4 : 1 (60 % acetat
: 25% propionate ), hal ini menujukkan fermentasi rumen baik. Konsisi fermentasi di
rumen di bawah normal apabila, ratio A : P adalah 2.2 : 1. Levels acetat tinggi
mengindikasikan tingginya serat dan fermentasi carbohydrat rendah dalam ransum.
Level propionat tinggi mengindikasikan kurangnya serat dalam ransum dan acidosis.

EFEK pH RUMEN ACID

Bakteri rumen pencerna serat tumbuh optimal pH 6.0 � 6.8, Bakteri rumen pencerna
pati tumbuh optimal pada pH 5.5 � 6. Produksi susu tinggi sapi perah harus menjaga
pH rumen mendekati 6.0 Populasi optimal kedua jenis bakteri sehingga menghasilkan
VFA dan susu banyak .
Akibat tidak seimbangan ampas tahu, konsentrat dan hijauan :
Produksi susu akan meningkat dalam waktu 1 � 2 bulan, setelah itu sapi akan
mengalami ketergantungan terhadap ampas tahu. Ketika produksi susu akan turun
secara alami, pemberian ampas tahu hanya akan menambah cost produksi. Sapi yang
terbiasa diberi ampas tahu kemudian dan dihentikan pemberiannya, maka produksi susu
akan turun drastis dan akan susah mengalami kenaikan produksi.

Masalah ini muncul pada saat hari raya, ketika semua pabrik tahu tutup karena
pekerja liburan lebaran.

Tanpa disadari pH rumen akan turun (acidosis) selama pemberian ampas tahu berlebih,
sehingga sangat menyiksa sapi. Hal ini ditandai dengan kotoran yang sering terlihat
lebih encer. Dalam jangka waktu lama akan terjadi acidosis metabolisme yang
berakibat pada lepasnya fili-fili rumen dan mengganggu pembentukan Volatil Fatty
Acid.

Efek buruk pada saluran reproduksi yaitu kondisi rahim yang terlalu asam
menyebabkan sperma mati pada saat inseminasi. Asupan energi yang minim dari ampas
tahu menyebabkan gangguan pada ovarium yaitu hipofungsi ovarium. Kasus yang umum
terjadi adalah calving interval panjang ( >15 bulan ), meningkatnya kawin berulang,
dan tingginya kasus dry open (sapi tidak segera bunting kembali padahal produksi
susu sudah turun, Days In Milk > 210 hari).
1. Efek buruk bagi kesehatan adalah tingginya angka sapi ambruk karena kekurangan
Calsium, luka akan susah sembuh karena sifat luka akan basah dan susah kering.

2. Kualitas susu akan tururn (Total Solid, Solid Non Fat, Fat, protein)

PENCEGAHAN ACIDOSIS

Keseimbangan asupan pati (starch), protein dan hijauan.


Protein tinggi seperti bungkil kedelai (ampas tahu), sumber pati tinggi seperti
singkong (gaplek dan onggok singkong) harus diimbangi dengan sumber serat seperti
bungkil sawit atau dedak.
1. Total Mixed Ration (grain dicampur dengan hijauan complete feed);

2. Probiotik atau yeast dalam ransum merubah lactic acid menjadi propionic acid
untuk menaikkan pH;

3. Jangan merubah ransum pakan secara mendadak karena akan mengubah pH secara cepat
mengganggu pertumbuhan mikrobia rumen;

4. Pemberian pakan kontinyu dan konsisten;

5. Penambahan buffer pada ransum 0.25�1% sodium bicarbonate;

6. Cek konsistensi kotoran, nafsu makan dan perilaku umum sapi;

7. Serat dan hijauan merangsang produksi saliva, karena saliva sebagai buffer
alami;

8. Ransum feedlot Ionophores mengurangi resiko acidosis dan mengurangi diarea


seperti Salinomycin 15 mg/kg atau Monensin at 20�25 mg/kg total bahan kering
ransum.

PENANGANAN ACIDOSIS
1. Hentikan pemberian konsentrat dan berikan hijauan kualitas bagus yang punya
palatabilitas tinggi dalam beberapa hari, 3 � 4 hari;

2. Lakukan exercise secara rutin;

3. Kosongkan isi rumen kemudian tambahkan mikrobia dan therapy cairan untuk
menumbuhkan kembali mikrobia serta mengembalikan kondisi dehidrasi;

4. Rumen <pH 5 sapi masih kondisi berdiri maka masukkan ke dalam rumen Magnesium
Hydroxide dicampur dalam air hangat (dosis 500 g/450 kg berat badan);

5. Berikan 5% sodium bicarbonate Intra vena (I.V), 5 liter/450 kg berat badan dan
larutan elektrolit seimbang sampai terjadi urinasi/kencing.

Anda mungkin juga menyukai