Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM IV

MENENTUKAN KADAR VFA (VOLATIL FATTY ACID) TOTAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan hal yang penting dalam menunjang suatu usaha peternakan dan
merupakan faktor utama pendukung yang menunjang dalam industri peternakan. Sukses
tidaknya peternakan kita, khususnya industri ternak ruminansia tergantung pada beberapa
hari. Salah satu yang sangat penting adalah pengembangan tanaman untuk penyediaan pakan
utamanya yang berupa hijauan. Umumnya pakan ternak ruminansia adalah pakan sumber
serat yang berasal dari hijauan.
Gamal (Gliricidia sepium) merupakan jenis tanaman yang sangat mudah untuk
dikembangbiakan dengan baik pada beberapa daerah mulai dari dataran 7 rendah sampai
dataran tinggi, yaitu sampai ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Pemanfaatan
daun gamal sebagai pakan ternak sangat menguntungkan, cara penanaman yang mudah,
kandungan protein yang tinggi, masih tetap berproduksi baik meskipun musim kemarau,
memperbaiki kesuburan tanah baik dari guguran daun maupun pengakarannya, dan banyak
lagi manfaat dari penanaman pohon gamal ini. Sehingga pohon gamal ini layak
dikembangkan sebagai bank pakan hijauan. Sekali menanam tahan hingga 10 tahun, dan
tidak memerlukan banyak lahan untuk pengembangannya karena dapat dimanfaatkan
sebagai tanaman pagar disekitar lokasi peternakan kita.
VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi ternak dan
punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Sumbangan energi yang berasal dari
VFA ini dapat mencapai 60 – 80 persen dari kebutuhan energi ternak rumiansia.

1.2. Tujuan Praktikum

untuk mengetahui apa itu gamal dan VFA serta untuk mengetahui kadar kadar VFA

1.3. Manfaat Praktikum


Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang gamal dan VFA serta cara menentukan kadar
VFA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gamal (Gliricidia sepium) merupakan jenis tanaman yang sangat mudah untuk
dikembangbiakan dengan baik pada beberapa daerah mulai dari dataran 7 rendah sampai dataran
tinggi, yaitu sampai ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Gamal juga mampu
beradaptasi terhadap berbagai kondisi tanah dan klimat, mudah ditanam, dan mampu
memproduksi biomasa yang cukup besar, selaras dengan kandungan nutrisi dan protein yang
sangat tinggi. Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah
kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba 75%. Sebaiknya gamal diberikan
bersama-sama dengan pemberian rumput (Wahiduddin, 2008). Daun gamal berbentuk elips
(oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat), susunan daun terletak berhadapan
seperti daun lamtoro atau turi. Bunga gamal muncul pada musim kemarau dan berbentuk kupu-
kupu terkumpul pada ujung batang (Natalia dkk, 2009). Kandungan nutrisi hijauan gamal (G.
Sepium) yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi dkk,

1993).

VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi ternak dan
punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Sumbangan energi yang berasal dari
VFA ini dapat mencapai 60 – 80 persen dari kebutuhan energi ternak rumiansia. Sebahagian
besar VFA diserap langsung dari reticulorumen dan masuk kedalam aliran darah, hanya 20
persen saja yang masuk ke omasum dan abomasum dan diserap disini. Asam butirat dalam
rumen sebelum diserap terlebih dulu dirubah menjadi beta hidroksi butirat dan bersama dengan
asam asetat masuk kedalam peredaran darah dalam bentuk badan-badan keton yang nantinya
dalam jaringan tubuh digunakan sebagai sumber energi dan untuk sintesis lemak tubuh. Asam
propionat setelah masuk dalam peredaran darah dibawa ke hati. Di hati asam ini diubah menjadi
glukosa. Sebagian glukosa disimpan di hati sebagai glikogen hati dan sebagian lagi menjadi alfa
gliserolfosfat untuk digunakan sebagai koenzim pereduksi dalam sintesa lemak tubuh, sebagai
sumber energi, dan dalam tubuh disimpan sebagai glikogen otot.. Oleh sebab itu asam propionat
disebut juga asam yang bersifat glukogenik karena dapat dikatabolisme menjadi glukosa atau
sebagai sumber glukosa tubuh . Asam lemak glukogenik dapat dipakai sebagai konstanta yang
dinamakan sebagai non glukogenik ratio (NGR) yang secara sederhana dirumuskan sebagai
berikut:

NGR = (Asetat + Butirat + Valerat) / (Propionat + Valerat)


Nilai NGR ini berhubungan erat dengan produksi gas metan dalam rumen. NGR tinggi akan
menyebabkan produksi gas metan dalam rumen juga tinggi.

Jumlah komponen utama VFA (asetat, propionat, dan butirat) yang terbentuk dalam
rumen serta proporsi relatifnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor makanan seperti
komposisi ransum, terutama rasio antara hijauan dan konsentrat, bentuk fisik makanan, tingkat
konsumsi, frekuensi pemberian pakan dan tipe fermentasi sebagai akibat perbedaan populasi
mikroba yang berkembang sebagai pengaruh langsung dari zat makanan yang diberikan.
Menurut Forbes dan France (1993) konsentrasi VFA total dalam cairan rumen umumnya berkisar
antara 70 – 130 mM. Nisbah asam asetat, asam propionat dan asam butirat pada pakan dengan
kandungan hijauan /serat yang tinggi adalah 70 : 20 :10. Tingginya konsentrasi asetat dalam
cairan rumen sangat erat kaitannya dengan tingginya proporsi hijauan atau pakan serat yang
dikonsumsi. Sebaliknya jika proporsi konsentrat dalam ransum meningkat maka konsentrasi
asam asetat akan turun dan konsentrasi asam propionat akan meningkat namun proporsi asam
asetat hampir selalu lebih banyak. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa ransum dengan
hijauan/pakan serat tinggi akan menghasilkan nisbah asetat : propionat lebih tinggi dibanding
ransum yang proporsi konsentratnya tinggi.
Penyerapan Asam Lemak Terbang (VFA)

Asam Lemak Terbang atau VFA yang dihasilkan didalam rumen dan merupakan sumber energi
bagi ternak ruminansia, akan diserap sebagian besar dalam retikulum (75 %) kemudian masuk
kedalam darah. Sebagian lagi akan diserap oleh abomasum dan omasum ( 20 % ) dan usus halus
( 5 % ). Penyerapan VFA sangat dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi VFA dalam cairan
rumen dengan konsentrasi VFA yang terdapat di dalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan
VFA pada rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen dan Panjang pendeknya
rantai aton C dari VFA. Semakin panjang rantai aton C nya maka semakin cepat laju
absorbsinya, sehingga urutan absorbsinya adalah asam butirat, asam propionat dan asam asetat.
Asam butirat pada rumen akan diserap melalui dinding rumen untuk masuk ke dalam darah guna
dikonversi menjadi β-hidroksibutirat, sedangkan asam propionat akan dikonversi menjadi asam
laktat. Hal ini terjadi karena peran enzim-enzim tertentu yang ada di dalam sel-sel epitel rumen.
β-hidroksibutirat dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sejumlah jaringan, seperti otot
kerangka dan hati.

Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam Rumen

 Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat daripada
propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar lemak tinggi).
 Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi, sesuai untuk
ternak daging.
 Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan.
 Bentuk fisik pakan. (ukuran partikel)
 Level intake
 Frekuensi pemberian pakan.

Faktor lain yang mempengaruhi VFA adalah :

volume cairan yang berhubungan  dengan saliva; laju aliran air di dalam darah.

 Konsentrasi VFA rumen diatur oleh keseimbangan antara produksi dan penyerapan.
Konsentrasi meningkat setelah makan, sehingga akibatnya pH menurun.
 Puncak fermentasi : 4 jam setelah makan (jika hijauan meningkatkan), namun lebih cepat
( lebih dari 4 jam) jika konsentrat.
 pH rumen normal (pertumbuhan mikroba optimal) : 6.0 � 7.0 ; yang dipertahankan
oleh kapasitas saliva dan penyerapan VFA.
 Jika pati meningkat atau propionat dan butirat meningkat juga format meningkat� pH
akan menurun: 4.5-5 ; pH rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri selulolitik,
sehingga akan menghambat pencernaan hijauan.

Metabolisme VFA di dalam Jaringan Tubuh Ternak.

Volatil Fatty Acid ( VFA ) yang diserap dari retikulorumen melalui jaringan, akan
mengalami oksidasi dan perombakan menjadi energi ternak melalui biosintesa lemak atau
glukosa. Jumlah setiap VFA yang digunakan tersebut berbeda-beda menurut jenisnya. 50
persen asam asetat dioksidasi di jaringan tubuh sapi perah sedangkan 2/3 asam butirat dan
asam propionat akan mengalami oksidasi. Metabolisme asam propionat dan butirat terjadi di
hati, 6 persen asam asetat dimetabolisasikan di jaringan perifer (otot dan adiposa) dan hanya
20 % yang di metabolis di hati. Pada ternak laktasi asam asetat, digunakan untuk sintesis
lemak air susu diambing.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada tanggal 10 April 2018 yang bertempat Di Lab Nutrisi
Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Praktikum ini di mulai dengan menyiapkan
alat dan bahan yang di gunakan dan setelah itu kita melakukan pengukuran kadar VFA
pada sampel Gamal

3.2. Alat dan Bahan

 H2SO4 15%
 NaOH 0,5 N
 Hcl Titrator
 Phenol Phtalein
 Aquades
 Pipet Eppendof
 Elemeyer
 Tabung Destilator Velp
 Pipet Tetes
 Sarung Tanggan

3.3. Langkah Kerja

 Siapkann alat dan bahan yang diguanakan


 Ambil 2,5 ml supernatan lalu di masukan ke dalam tabung destilator
 Tambahkan 0,5 ml H2SO4 15% hubungkan dengan alat destilator velp UDK
 Destilasi supernatan sampai tertampung 150 ml destilasi dalam elemeyer yang
berisi 5 ml NaOH 0,5 N
 Titrasikan dengan HCL
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


Rumus :

( v blank−v . sampel ) x NHCL x 1000


¿
ml sampel

( 22,2700−17,6500 ) x 0,1029 x 1000


=
2.5 . ml

4,62 x 102,9
=
2,5 ml

475,398
=
2,5 ml

= 190,1592 M.Mol.VFA

4.2. Pembahasan

Telah diketahui bersama bahwa prodak akhir dari proses fermentasi bahan pakan yang
dilakukan oleh mikroba rumen adalah VFA. VFA ini merupakan asam lemak yang mudah
menguap yang selanjutnya akan menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia.
Proporsi relatif VFA secara individual bervariasi sesuai dengan kadar serat ransum. Ransum
hijauan berkualitas jelek yang mengandung selulosa tinggi menghasilkan campuran VFA
yang mengandung asam asetat tinggi. Mudah tidaknya karbohidrat dicerna dan difermentasi
dapat diindikasikan dengan tinggi rendahnya VFA yang dihasilkan. makin tinggi VFA yang
diproduksi maka makin mudah karbohidrat tersebut dicerna atau difermentasikan maka
makin fermentable bahan tersebut.
Produksi VFA yang dihasilkan dalam rumen sangat bervariasi tergantung pada ransum
yang dikonsumsi, yaitu antara 200-1500 mg/1000 ml cairan rumen.Kadar VFA yang
dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan optimal rumen adalah 80-160 mM (Sutardi,
1979) dan VFA yang dihasilkan mampu menyediakan 50-70% energi yang dapat dicerna
oleh ruminansia
Dari hasil praktikum di atas kisaran kadar VFA dalam cairan rumen yaitu rata-rata
190,1592 mM/liter. Hal ini menandakan bahwa kadar VFA dalam cairan rumen tersedia
cukup, sehingga asupan energi tercukupi.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil adalah :
 Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah
kering.
 VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi ternak
dan punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan
 Jumlah komponen utama VFA (asetat, propionat, dan butirat) yang terbentuk
dalam rumen serta proporsi relatifnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
faktor makanan
 VFA dalam cairan rumen yaitu rata-rata 190,1592 mM/liter dan hal ini
menandakan bahwa kadar VFA dalam cairan rumen tersedia cukup, sehingga
asupan energi tercukupi.

DAFTAR PUSTAKA

https://hardianimalscience.wordpress.com/bahan-kuliah/fisiologi-ternak/metabolisme-pakan-
pada-ternak-ruminansia/

https://tonob23.wordpress.com/2011/10/29/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-produksi-vfa-
di-dalam-rumen/

https://khaedar90.wordpress.com/tag/pembentukan-vfa/

https://tonob23.wordpress.com/2011/10/29/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-produksi-vfa-
di-dalam-rumen/

Sutardi, T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan terhadap Degradasi oleh Mikroba dan
Populasi Protozoa Rumen dan Pemanfaatannya bagi Produktivitas Ternak.Prosiding Seminar
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai