Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN KUALITAS JERAMI PADI MELALUI

PERLAKUAN UREA AMONIASI


Oleh : Marjuki
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Telp. : 0341-463508, 08123352241
e-mail : marjuki4663@yahoo.com

1. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraris sangat kaya akan bahan pakan sumber serat
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan pokok bagi ternak ruminansia. Bahan pakan
sumber serat tersebut terutama berupa limbah pertanian misalnya jerami padi, jerami
jagung, jerami kedele, pucuk tebu, di samping bahan pakan sumber serat yang berasal
dari rumput lapangan ataupun rumput unggul. Bahan pakan sumber serat yang berupa
limbah pertanian sangat potensi sebagai pakan ternak ruminansia terutama pada
musim kemarau saat rumput sulit didapatkan dan di daerah-daerah lahan kering.
Limbah pertanian juga berpotensi sebagai pakan campuran rumput untuk mengurangi
penggunaan rumput. Hal ini dapat mengurangi waktu dan tenaga untuk mencari
rumput sehingga dapat digunakan untuk memelihara ternak dalam jumlah yang lebih
banyak.
Tetapi walaupun sangat potensi sebagai sumber serat, satu kendala
penggunaan limbah pertanian sebagai pakan ternak ruminansia adalah kandungan
nutrisi dan daya cernanya lebih rendah dibanding rumput atau bahan pakan hijauan
lain. Untuk mengatasi kendala dan meningkatkan potensinya sebagai pakan ternak,
maka limbah pertanian harus diolah atau diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum
diberikan pada ternak. Salah satu perlakuan yang mudah diaplikasikan dan
berpengaruh baik terhadap peningkatan kualitas limbah pertanian adalah perlakuan
urea amoniasi. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
perlakuan tersebut.

2. Pengertian
Perlakuan urea amoniasi pada jerami padi adalah pemeraman jerami padi
secara padat dalam ruangan tertutup (silo) dengan menggunakan gas atau uap amonia
yang berasal dari urea sebagai bahan aditif.

3. Tujuan
Perlakuan urea amoniasi pada jerami padi bertujuan untuk meningkatkan nilai
nutrisi jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia yang meliputi peningkatan
kandungan protein, konsumsi dan daya cerna sehingga dapat lebih efisien
dimanfaatkan oleh ternak dan dapat memasok zat makanan khususnya energi lebih
banyak pada ternak.
Di samping itu urea amoniasi juga dapat untuk pengawetan jerami padi agar
tidak rusak (berjamur) selama penyimpanan karena amonia yang terikat oleh jaringan
jerami padi dapat mencegah tumbuhnya jamur.

4. Prosedur
Bahan
-

Jerami padi kering

Urea, sebanyak 4 % sampai 5 % dari berat jerami atau 4-5 kg urea untuk setiap
100 kg jerami padi

Air, sebanyak 50 sampai 60 % dari berat jerami padi atau 50-60 liter air untuk
setiap 100 kg jerami padi

Alat
-

Timbangan gantung untuk menimbang jerami padi dan urea (jika sudah sering
membuat, berat jerami padi dapat diukur berdasarkan volume jerami padi
misalnya satu truk, satu pick up, tumpukan atau jumlah ikata, dan berat urea
dapat diukur berdasarkan takaran).

Mesin pencacah jerami padi (tidak harus ada).

Bak air untuk mencampur urea dan air dalam membuat larutam urea.

Gembor atau pompa air untuk menyiramkan/menyemprotkan larutan urea


pada jerami padi.

Lantai semen atau terpal sebagai tempat untuk mencampur jerami padi dan
larutan urea sebelum dimasukkan ke dalam silo.

Tempat pemeraman atau silo (lihat beberapa gambar pilihan bentuk silo).

Plastik atau terpal yang tidak bocor untuk menutup silo agar uap amonia tidak
menguap.

Beban pemberat untuk menindih penutup silo agar tidak mudah terbuka dan
untuk menekan jerami padi dalam silo agar lebih padat.

Cara
-

Timbang semua jerami padi kering yang akan diberi perlakuan urea amoniasi,
dan bagi kira-kira menjadi 3 atau 4 bagian. Jika perlu dan akan lebih baik jika
semua jerami padi dicacah terlebih dulu.

Timbang urea yang dibutuhkan berdasarkan berat jerami padi (berat urea yang
dibutuhkan = berat total jerami padi dibagi 25 atau 20).

Ukur air yang dibutuhkan (jumlah air = berat total jerami padi dibagi 2).

Campurkan air dan urea, dan aduk rata sampai semua urea terlarut dalam air.

Hamparkan sepertiga atau seperempat bagian jerami padi di atas lantai semen
atau terpal atau di atas lantai silo, tebal hamparan sekitar 30-50 cm.

Siram/semprotkan sepertiga atau seperempat bagian larutan urea secara merata


pada jerami padi dan injak-injak agar lebih padat.

Hamparkan lagi sepertiga atau seperempat bagian jerami padi di atas


hamparan jerami padi pertama dan siram/semprot dengan sepertiga atau
seperempat bagian larutan urea secara merata dan injak-injak agar lebih padat.
Ulangi lagi langkah ini sampai semua jerami dan urea tercampur.

Jika semua jerami padi dan larutan urea sudah tercampur, tutup tumpukan
jerami padi tersebut dengan plastik atau terpal secara rapat.

Tindihkan beban pemberat di atas terpal atau plastik penutup.

Usahakan bahwa silo tertutup dengan baik dan tidak bocor.

Peram jerami padi tersebut dan tunggu sampai proses pemeraman selesai.
Proses pemeraman paling cepat selesai setelah 2 minggu dan akan semakin
baik jika dilakukan lebih lama.

5. Proses kimiawi yang terjadi selama proses pemeraman


Ada dua proses kimiawi penting yang terjadi secara berurutan selama
pemeraman jerami padi dengan larutan urea. Pertama adalah proses ureolisis yaitu
proses penguraian urea menjadi amonia oleh enzim urease yang diproduksi oleh
3

bakteri ureolitik yang terdapat pada jerami padi. Kedua, amonia yang terbentuk
mengubah komposisi dan struktur dinding sel jerami padi yang dapat melonggarkan
atau membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan
memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose. Kondisi ini
akan mengubah fleksibilitas dinding sel jerami padi sehingga memudahkan penetrasi
enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen dalam proses pencernaan jerami padi
dalam rumen. Secara skematis kedua proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :

CO(NH2)2 + H2O

2NH2 + CO2

R-C-O-R* + 2NH3

R-C-NH2 + H-O-R*

Di mana R adalah senyawa karbohidrat, dan R* adalah senyawa karboksilat dalam


bentuk asam karboksilat atau phenyl propane dari lignin.

6. Ciri-ciri keberhasilan perlakuan


Keberhasilan proses urea amoniasi setelah proses tersebut selesai (paling cepat
2 minggu) dapat diamati secara phisik, kimia maupun biologis. Secara phisik
keberhasilan proses urea amoniasi dapat dilihat berdasarkan :
a. Bau
Ciri khas proses urea amoniasi yang baik adalah timbulnya bau amonia yang
kuat pada saat tempat pemeraman (silo) dibuka. Bau amonia yang kuat menunjukkan
bahwa urea telah terhidrolisis secara maksimal menjadi amonia. Amonia hasil
hidrolisis urea terikat/terserap oleh jerami padi dan bertindak sebagai penyebab
meningkatnya kualitas jerami padi.
Bau amonia yang kurang kuat/lemah menunjukkan bahwa proses amoniasi
tidak berlangsung dengan baik, tidak efisien atau bahkan gagal. Penyebab hal tersebut
antara lain : 1) jumlah urea yang digunakan terlalu sedikit, 2) silo tidak tertutup rapat
sehingga sebagian besar amonia yang terbentuk menguap dan tidak terikat oleh jerami

padi, 3) urea belum atau tidak terhidrolisis secara sempurna, 4) kurangnya jumlah air
yang digunakan atau kelembaban dalam silo, 5) kurangnya bakteri ureolitik atau
sumber urease dalam jerami padi yang digunakan. Bau amonia yang kurang
kuat/lemah biasanya diikuti dengan bau tidak enak (busuk) dan tumbuhnya jamur.

b. Warna
Warna jerami padi yang diamoniasi dengan baik akan berubah dari coklat
mudah kekuningan (tanpa diamoniasi) menjadi coklat tua dan merata (setelah
diamoniasi) lihat Gambar 1. Warna coklat yang kurang kuat pada jerami padi
amoniasi menunjukkan bahwa proses amoniasi tidak berlangsung dengan baik.

c. Tekstur
Tekstur jerami padi yang tidak diamoniasi keras dan kaku, sedangkan jerami
padi yang telah diamoniasi lebih lembut dan lunak meskipun jerami tersebut sudah
dikeringkan. Semakin lama pemeraman maka tekstur jerami padi amoniasi akan
semakin lembut dan lunak.

Gambar 1. Perbedaan warna jerami padi tanpa diamoniasi (kiri) dan


jerami padi amoniasi (kanan)

d. Tidak berjamur
Amonia dalam proses urea amoniasi dapat mencegah tumbuhnya jamur,
sehingga tidak terdapat jamur pada jerami padi amoniasi walaupun diperam dalam

jangka waktu yang lama. Hal ini sangat berbeda jika jerami disimpan tanpa proses
amoniasi yang akan timbul jamur atau bau busuk adanya jamur.
Secara kimia keberhasilan proses urea amoniasi jerami padi dapat dilihat
berdasarkan meningkatnya kandungan nitrogen atau protein pada jerami padi
amoniasi. Hal ini dapat diketahui melalui analisis di laboratorium salah satunya
dengan metode kjeldahl. Secara biologis keberhasilan proses urea amoniasi jerami
padi dapat dilihat berdasarkan meningkatnya daya cerna dan konsumsi oleh ternak
termasuk peningkatan produktifitas ternak.

7. Faktor yang mempengaruhi efektifitas perlakuan dan cara


mengatasinya
Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses urea amoniasi
adalah faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis urea menjadi amonia dan
proses reaksi yang terjadi antara amonia dengan dinding sel jerami padi. Beberapa
faktor dapat berpengaruh terhadap proses hidrolisis urea menjadi amonia adalah :
a. Ketersediaan air atau kelembaban
Kelembaban minimal dalam silo untuk terjadinya proses hidrolisis urea adalah 3060 %. Jika kelembaban kurang dari 30 % proses hidrolisis urea akan berlangsung
lambat sehingga akan memperlambat proses urea amoniasi, dan jika lebih dari
60% berarti terlalu banyak air yang digunakan, maka amonia yang terbentuk
banyak yang terlarut dalam air dan biasanya mengendap di bagian bawah silo
sehingga proses amoniasi menjadi tidak efektif dan tidak merata. Cara
mengatasinya adalah jumlah air yang digunakan harus cukup. Dengan
pertimbangan efisiensi jumlah penggunaan air, maka jumlah penggunaan air
minimal 50% dan maksimal 100% berat jerami padi (perbandingan antara berat
jerami padi dan air antara 2:1 sampai 1:1).

b. Suhu dan tekanan


Proses hidrolisis urea menjadi amonia berlangsung dengan baik pada kisaran
suhu 30-60oC. Kecepatan hidrolisis tersebut akan berlipat atau turun dua kali lipat
pada setiap peningkatan atau penurunan suhu sebesar 10oC. Hidrolisis urea dapat
berlangsung dalam waktu sehari sampai seminggu pada suhu antara 20-45oC dan

proses tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu 5-10oC. Pada proses reaksi
antara amonia dengan dinding sel jerami padi secara prinsip semakin tinggi suhu
dan tekanan maka proses amoniasi akan berlangsung semakin cepat dan baik.
Suhu yang paling optimal untuk proses tersebut adalah berkisar antara 20-100oC.
Jadi agar proses amoniasi dapat berlangsung dengan baik harus dilakukan dalam
silo yang rapat dan di ruangan terbuka atau terkena sinar matahari langsung.

c. Ketersediaan enzim urease


Enzim urease pada jerami padi sebenarnya hampir tidak ada, kecuali yang
dihasilkan oleh bakteri ureolitik yang terdapat pada jerami padi. Oleh karena itu
untuk mempercepat proses ureolisis dan meningkatkan efektifitas proses urea
amoniasi perlu ditambahkan bahan sumber enzim urease. Beberapa bahan yang
diketahui dapat digunakan sebagai sumber enzim urease dan aktifitas ureasenya
seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Aktifitas urease beberapa bahan


Bahan

Aktifitas urease

Feses kerbau segar1

28

Dedak1

42

Glirisidia1

80

Lamtoro1

112

Feses sapi segar1

120

Biji semangka2

335

Biji labu2

755

Kacaang kedelai1

790

Biji nangka2

4871

1) mg NH3/g/3 jam (Jayasurya dan Sannasgala, 1984)


2) mg NH3/g/jam (Ibrahim dkk., 1984)

8. Cara Pemberian jerami padi amoniasi pada ternak


Jerami padi amoniasi hanya dapat diberikan pada ternak ruminansia. Ternak
non-ruminansia di samping sangat rendah kemampuannya dalam mencerna pakan
berserat kasar tinggi, adanya urea dikawatirkan dapat juga menyebabkan keracunan.
Karena bau amonia yang kuat, maka pemberian jerami padi amoniasi pada
ternak pada saat pertama kali harus diangin-anginkan terlebih dulu dan ternak perlu
diadaptasikan dengan cara memberikannya sedikit demi sedikit, meskipun jika ternak
sudah terbiasa diberi pakan jerami padi amoniasi, hal tersebut tidak perlu dilakukan
lagi.
Perlu dipahami bahwa sebaik-baik kualitas jerami padi amoniasi sebagai
pakan ternak, masih tidak sebaik kualitas hijauan segar, dan jerami padi amoniasi
hanyalah sebagai sumber serat atau energi bagi ternak ruminansia. Jerami padi
sebaiknya diberikan jika memang ketersediaan hijauan segar sangat terbatas atau
digunakan sebagai pengganti sebagian dari hijauan segar yang diberikan pada ternak.
Untuk menunjang produktifitas ternak yang tinggi, pemberian jerami padi amoniasi
pada ternak secara mutlak harus diberi pakan tambahan dengan kualitas yang lebih
baik misalnya konsentrat terutama yang banyak mengandung karbohidrat.

9. Rangkuman hasil penelitian tentang dampak positif pemberian


jerami padi amoniasi pada ternak.
Banyak percobaan telah dilaksanakan untuk menguji pengaruh pemberian
jerami padi amoniasi terhadap penampilan ternak ruminansia. Pada Tabel 2
dirangkum beberapa hasil peneliatian tentang perbedaan pengaruh antara pemberian
jerami padi tanpa amoniasi dan jerami padi amoniasi terhadap pertambahan bobot
badan sapi dan kerbau. Berdasarkan hasil beberapa percobaan tersebut dapat dilihat
bahwa pemberian jerami padi amoniasi memberikan pertambahan bobot badan yang
lebih tinggi (kolom 7) dibanding pemberian jerami padi tanpa amoniasi (kolom 6)
dan rata-rata peningkatan tersebut mencapai dua kali lipat, 203% (kolom 8, baris 21).
Pemberian pakan tambahan terhadap pemberian jerami padi amoniasi juga
menunjukkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan oleh data pada Tabel 3, di mana peningkatan jumlah pemberian bungkil

biji kapok sebagai pakan tambahan pada jerami padi amoniasi memberikan
pertambahan bobot badan yang semakin tinggi (angka yang tercetak miring).

Tabel 2. Pengaruh penggunaan urea dalam proses urea amoniasi jerami padi
terhadap konsumsi jerami padi dan pertambahan bobot badan sapi dan
kerbau dibandingkan dengan jerami padi tidak di amoniasi dengan
pakan suplemen yang sama.
Konsumsi jerami padi
Pertambahan bobot badan
Urea
(kg BK/hari)
(kg/hari)
Ternak dan
bobot
(kg/100
badannya
kg
Tanpa
Peningkat Tanpa
Peningkat
(kg)
jerami amoniasi Amoniasi
an
amoniasi Amoniasi
an
padi)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Referensi

(9)
Wanapat et al.,
1984
Wongsrikeao
&Wanapat, 1985

Kerbau(200)

4.21

4.75

0.54

-182

79

261

Kerbau(290)

3
6

5.87
5.87

6.42
7.32

0.55
1.45

-130
-130

-50
210

180
340

Sapi(60)

1.70

1.90

0.20

35

110

75

Sapi(130)

2.93

3.68

0.75

125

310

185

Sapi(170)

2.09

2.84

0.75

73

346

273

Sapi(285)

5
5

3.40
3.30
4.97
2.69

3.30
3.40
6.82
4.82

-0.10
0.10
1.85
2.13

224
193
-134
-312

306
295
430
75

82
102
564
387

Sapi(65)

2.00

2.20

0.20

107

295

188

Sapi(125)
Sapi(165)

5
5
4
4
4

2.40
2.40
3.39
3.39
3.39

4.80
4.60
4.19
4.75
3.94

2.40
2.20
0.80
1.36
0.55

114
132
141
141
141

227
227
308
207
336

113
95
167
66
195

Sapi (-)

2.00

3.00

0.90

103

282

179

Perdok et al.,
1984

3.29

4.28

0.98
0.76

38

235

203
127

11 referensi, 17
percobaan

Sapi(120)

Rata-rata
std. dev.

Saadullah et al.,
1982
Khan et al., 1982
Perdok et al.,
1982
Saadullah et al.,
1982
Wanapat et al.,
1982
Hamid et al.,
1983
Haque and
Saadullah, 1983
Kumarasuntharam
et al., 1984

Tabel 3. Pengaruh jumlah pemberian pakan tambahan terhadap konsumsi pakan dan
pertambahan bobot badan pada sapi yang diberi jerami padi amoniasi
1. Fan et al., 1993
Pemberian bungkil biji kapok
(kg/hari)

Konsumsi jerami padi amoniasi


(kg BK/hari)

Bobot badan awal (kg)


Bobot badan akhir (kg)
Pertambahan bobot badan
(g/ekor/hari)

0.25

0.5

1.5

2.5

175

170

183

193

175

194

215

184

204

231

263

249

269

294

99

370

529

781

819

841

880

2. Zhang Wei Xian et al., 1993


Pemberian bungkil biji kapok (kg/hari)

Konsumsi jerami padi amoniasi


(kg BK/hari)

5.0

5.1

4.5

4.2

Bobot badan awal (kg)

182

183

183

183

Bobot badan akhir (kg)

205

237

246

258

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)

250

602

704

836

Demikian uraian tentang peningkatan kualitas jerami padi melalui perlakuan urea
amoniasi. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan informasi bagi pembaca dan dapat
digunakan sebagai panduan dalam penerapannya di lapang. Jika ada hal yang
ditanyakan tentang materi ini pembaca dapat menghubungi penulis pada email dan
nomor telpon di atas.

10

Gambar proses pembuatan jerami padi urea amoniasi

1. Penimbangan jerami padi

2. Pembuatan larutan urea

3. Penyiraman larutan urea pada jerami padi

4. Pemeraman jerami padi dalam silo yang ditutup plastik


Gambar beberapa bentuk silo untuk pembuatan jerami padi urea amoniasi

11

1. Silo ruangan dalam tanah dilapisi kulit


batang pisang

2. Silo ruangan dalam tanah dilapisi kulit


karung bekas

3. Silo berbentuk jedingan terbuat dari


batu bata

4. Silo berbentuk jedingan terbuat dari


keranjang bambu

4. Silo di atas tanah dengan tutup plastik

12

13

Anda mungkin juga menyukai