DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS NUTRISI A
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
makalah ini . Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Nutrisi Ternak Ruminansia. Dalam pembuatan makalah ini penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, namun penulis sadari penulisan makalah ini jauh
dari kata sempurna, terdapat banyak kekurangan baik dalam aspek kualitas
maupun kuantitas dari materi makalah yang disajikan. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulis
di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penulis
I
PENDAHULUAN
dengan ternak lainnya, perbedaan ini terjadi pada salah satu alat cerna yaitu
ini berpengaruh besar terhadap tingkah laku alamiah ternak ruminansia yang
berbeda dengan ternak lainnya, diantaranya yaitu adanya proses ruminasi yang
pakan bernutrisi rendah menjadi bernutrisi tinggi, hal ini jelas dapat terjadi karena
ruminansia, tepatnya fermentasi ini terjadi dalam rumen dengan tokoh utama dari
mikroba rumen, sehingga pakan serat kasar tinggi pun mampu di serap oleh ternak
ruminansia, hal ini menjadikan rumen dipercaya sebagai media fermentasi paling
ideal, namun untuk mempertahankan rumen sebagai fermentor yang ideal perlu
PEMBAHASAN
sebagai sumber energi utama. Selama dalam kandungan, glukosa, fruktosa, dan
Ekspresi gen pada periode ini selanjutnya terkait dengan perkembangan sistem
secara optimal. Ketika lahir, pedet memiliki instink untuk menyusui dan mulai
dari esophagus dan saluran omasal menuju omasum (Arora, 1995) dan melewati
rumen. Volume abomasum pada saat pedet baru lahir kira-kira 70 % dari
keseluruhan volume lambung. Pertumbuhan pappilae, perkembangan otot-otot
rumen dan permukaan rumen belum terlihat jelas, dinding rumen tipis, tampak
trasparan, dan volume rumen masih sedikit ketika pedet baru lahir. Ternak
rumen tidak akan berkembang dengan baik jika kebutuhan pakan untuk
benar-benar berfungsi. Pada anak domba, tahap transisi dimulai pada umur 3
minggu dan berakhir sekitar umur 9 minggu (Edwards, 1970 dalam Arora, 1995).
Pada anak sapi, fase ini mulai pada umur 5 minggu dan berakhir pada umur 12
minggu. Perkembangan rumen tidak terlepas dari perubahan ukuran dan jumlah
sel epitel pada rumen yang mengakibatkan peningkatan panjang pappilae, lebar
(Volatile Fatty Acid). Adanya penyerapan VFA didalam rumen diidikasikan untuk
perkembangan epitel rumen (Baldwin and Mcleod, 2000). Mencerna pakan kering
rumen (Greenwood et al., 1997; Nocek et al., 984). Namun, pengaruh asam lemak
terbang yang dihasilkan dari fermentasi tidaklah sama, butirat lebih berpengaruh
terhadap perkembangan epitel rumen, selanjutnya propionat. Metabolisme butirat
ukuran dan fungsinya (Warner et al., 1956). Oleh karena itu, kemungkinan pakan
yang terdiri dari susu, konsentrat atau hijauan mempengaruhi tingkat perbedaan
propionat dan butirat (Jim Quigley, 2001). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Butirat dan propionat merupakan hasil akhir fermentasi pakan yang berupa biji-
bijian (konsentrat) oleh mikroba rumen dan bukan merupakan hasil akhir dari
pencernaan hijauan pakan ternak seperti jerami ataupun hijauan kering (hay) yang
biasanya diberikan kepada pedet. Pemberian jerami atau hay dianggap dapat
rumen pedet yang diberikan pakan yang berbeda saat umur 4 minggu, 6 minggu, 8
minggu
Gambar 8. Perkembangan rumen pada pedet umur 4 minggu
Gambar diatas menunjukan pedet yang diberi pakan konsentrat atau pakan
dari biji-bijian sebagai pakan tambahan terhadap rumput kering dan susu dimana
rumen tampak besar dan perkembangan rumen lebih baik serta terdapat papilae
yang cukup banyak pada rumen dibandingkan dengan pedet yang diberikan pakan
hay dan susu saja. Gambar 9. Perkembangan rumen pada pedet umur 6 minggu
Rumen pedet yang diberi pakan susu saja terlihat lebih kecil dibanding
pedet yang diberikan susu dan konsentrat (biji-bijian). Sebagai tambahan, pakan
konsentrat memberikan dampak terhadap rumen menjadi lebih gelap dan papilae
rumen. Perkembangan rumen yang sehat merupakan suatu hal yang penting bagi
Pakan: susu saja Pakan: susu dan hay Pakan :susu dan bebijian
pedet diberi pakan berbagai campuran antara susu, konsentrat, dan rumput kering.
Rumen yang sehat mempunyai warna yang gelap, yang disebabkan oleh jumlah
jaringan yang meningkat dan pembuluh darah yang besar (vascularisasi) serta
papilae dalam jumlah yang banyak dan terlihat jelas. Gambar 11. Perkembangan
Kedua gambar tersebut menampilkan rumen dan retikulum dengan warna yang
gelap, tetapi jika diperhatikan rumen pada pedet yang diberi pakan hay (hijauan
kering) mempunyai sedikit papillae, papillaenya pendek dan jarang serta dinding
rumennya tidak baik sebab pemberian hay dapat memenuhi ruang (bulky) rumen
pedet yang ukurannya masih relatif kecil pada umur 8 minggu sehingga
konsentrat yang dapat diberikan terbatas. Gambar 12. Perkembangan rumen pada
Kedua gambar rumen diatas memiliki ukuran yang sama besar, tetapi
perbedaan yang jelas pada banyaknya papillae dan panjang papillae diantara
kedua rumen tersebut. Perbedaan juga terlihat pada warna rumen, rumen yang
sehat memiliki warna yang gelap. Sehingga pedet yang diberi susu dan rumput
kering perkembangan rumen yang kurang baik, dengan warna yang terang dan
perkembangan rumen akan terlihat nyata pada gambar di bawah ini. Rumen
Umur 4 minggu pakan susu dan bebijian Umur 12 minggu pakan susu dan hay
Umur 6 minggu pakan susu dan bebijian Umur 8 minggu pakan susu dan bebijian
dan perkembangan papillae akan lebih baik. Karena pemberian konsentrat erat
kaitannya dengan perkembangan rumen dan karena secara normal bagian dalam
rumen pedet tidak bisa dilihat, maka pemberian konsentrat dapat digunakan untuk
pedet. Rumen dikatakan sudah berfungsi, jika pedet sudah mampu dan efisien
protein dan energi yang cukup untuk pertumbuhannya. Pedet tanpa fungsi rumen
yang cukup, pertumbuhannya akan terhambat selama sebulan atau lebih setelah
disapih. Panampang melintang rumen terdiri dari tiga lapisan utama: 1. Lapisan
mucosal, adalah lapisan bagian dalam rumen, perhatikan gambar penampang
rumen. 2. Lapisan otot, berfungsi untuk kontraksi rumen sehingga pakan dapat
pencernaan dan untuk memindahkan bahan pakan yang telah dicerna ke dalam
pencernaan dibagi menjadi empat tahap (Swenson & Reece, ed. 1993), 1) the new
minggu sampai dewasa). Gambar 14. Grafik perubahan proporsi dari lambung
2.1.2
Anatomi Rumen
tempat pencernaan yang komptek pada ternak ruminansia yang disebut rumen.
Rumen adalah suatu ekosistim yang komplek yang dihuni oeh beraneka ragam
mikroba yang anaerob yang keberadaannya sangat banyak tergantung pada pakan
(Preston dan Leng, 1987). Rumen mempunyai empat ruangan, yaitu Rumen,
ingesta dapat berpindah dengan leluasa dari rumen (perut besar) ke retikulum
2.1.2.1 Rumen
- pH 6.0 – 7,0
- Suhu 38 – 42 oC
- Anaerob.
- Tempat pencampuran
(sacs) oleh reticulo-ruminal fold (sekat) dan oleh pillars (tonjolan) yang dibagi
2. Ventral sac
Selain jaringan otot, juga dalam pillar terdapat pembuluh darah dan jaringan
pengikat. Permukaan dalam rumen sendiri tidak halus, tetapi strukturnya ada
tonjolan halus, yang lazim disebut papillae, yang telah banyak dibahas pada bab
berkontraksi sehingga jika banyak papillae, maka pillar sulit untuk berkontraksi.
1. Gas zone : CO2, CH4, bila lebih besar dari gas akan terjadi bloat, tetapi
CH4.
yang berat seperti metal (paku), rock (batu-batuan), kawat dan lain-lain.
Terkadang daerah ini bertambah luas tergantung jenis pakan yang diberikan.
2.1.2.2 Retikulum
-. Tempat fermentasi.
2.1.2.3. Omasum
b. Fungsinya:
- Lokasi fermentasi
2.1.2.4 Abomasum
b. Bentuknya memanjang
protein.
- Mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum
rumen adalah anaerobic. Tekanan osmos pada rumen mirip dengan tekanan
hubungan erat dengan kontraksi retikulo rumen (rumen) karena berperan dalam
dan Reid 1977). Menurut Bost (1970), kontraksi rumen juga berperan dalam
rumen yaitu antara 6,0 sampai 6,8. Nilai pH merupakan salah satu faktor
anaerobik. Saliva yang masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan
senyawa lain. Kondisi rumen yang anaerob sangat penting artinya dalam proses
berbagai reaksi dan interaksi dengan makanan yang dikonsumsi ternak, untuk
pH berkisar 5,5 – 7,2 dan suhu antara 38oC – 41oC (Owen dan Goetsch, 1988).
diantaranya bakteri, protozoa dan fungi. Jumlah bakteri rumen mencapai 1010-
11
. Jumlah protozoa mencapai 105-6. Fungi berjumlah 102-3. Bakteri merupakan
dikelompokkan menjadi tiga: (1) bakteri hidup bebas dalam cairan rumen yang
jumlahnya lebih kurang 30% dari total bakteri. (2) bakteri yang menempel pada
partikel makanan yang jumlahnya kurang lebih 70% dari total bakteri dan (3)
sebagian kecil kelompok bakteri melekat pada dinding ephitel rumen dan ada juga
dalam jumlah kecil bakteri melekat pada protozoa yaitu yang bersifat
dan mengubah bakteri menjadi protein protozoa (Arora, 1995). Populasi protozoa
dalam rumen sapi yang memakan makanan berserat dan mengandung gula terlarut
yang rendah adalah sangat rendah berkisar 105 /ml, sedangkan pada ternak yang
mencapai 40 x 105 /ml cairan rumen. Protozoa sangat peka terhadap situasi asam,
mikroba rumen. Faktor-faktor tersebut antara lain: suhu, komposisi gas, pengaruh
osmotik dan ionik, keasaman, tersedianya nutrisi dan keluarnya cairan atau
faktor:
pencernaan lainnya.
tidak memiliki jumlah yang statis melainkan mengalami kenaikan dan penurunan
Suhu
aktivitas bakteri rumen terutama pencerna serat kasar dengan suhu 38° - 41°C
(Fathul,2009) . Pada saat ternak setelah makan , suhu rumen meningkat sampai
dengan 410c terutama selama proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya
temperatur akan menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air
dingin yang akan mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesies
spesies tertentu yang sangat peka yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu
diatas 400 C. pH
Keasaman (pH)
terus-menerus (Haryanto,2009).
menghasilkan produk berupa VFA dan NH3. Nilai rataan pH rumen yang normal
berada pad kisaran lingkungan antara 6-7, sedangkan kisaran pH yang ideal untuk
seperti macam pakan serta waktu setelah makan. Untuk menjaga agar pH rumen
tidak menurun atau meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam
ransum dalam proporsi yang memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan
kadar serat kasar sekitar 20 persen) dimana 70 persen dar iserat kasar ini harus
selama prosesruminasi.
Protozoa rumen sangat sensitif terhadap perubahan pH dan akan mati pada
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 persen
CO2;26,76-27 persen CH4; 7 persen N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Oksigen
yang masuk kedalam rumen melalui proses menelan akan segera digunakan oleh
dan rendah yaitu berkisar antara -250 mV sampai dengan -450 mV.
untuk bakteri adalah amonia (NH3), peptida dan asam amino dari makanan.
Komposisi Pakan
jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi jika proporsi
suplai makan) fluktuasi pH rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan
populasi mikroba. Peningkatan populasi protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x
106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali
Antibiotik
populasi mikroba rumen akan menurun secara drastis. Meskipun penurunan itu
biasanya terbatas pada mikroba yang bersifat patogen, tetapi secara umum obat-
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 % CO2;
26,76-2% CH4; 7% N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Karena kondisi anaerob
didalam rumen merupakan faktor yang sangat penting maka produksi CO2 pada
umumnya tekanan osmotik isi rumen adalah hipotonik terhadap tekanan osmosis
darah, akan tetapi akan terjadi fluktuasi sebagai akibat mengkonsumsi pakan.
Osmolalitas isi rumen akan cenderung menjadi hipertonik pada saat beberapa jam
oleh pilar-pilar muskular yang dapat dikenali bila dipandang dari luar rumen.
kontraksi tipe B. kontraksi tipe A dimulai dari kontraksi double reticulum (1),
kemudian disusul oleh kontradiksi dorsal rumen (2) yang dimulai dari muka ke
belakang, kemudian kontraksi saccus ventralis (3). Sementara itu, bagian dorsal
Frekuensi kontraksi tipe A pada waktu ternak dipuasakan sebanyak 0,9 kali per
menit, pada waktu ruminasi 1,1 kali per menit dan 1,4 kali per menit pada waktu
kontraksi tipe A, tetapi retikulum tidak ikut berkontraksi. Kontraksi tipe B ini
dimulai dari posterior ventral blind sacs (1), kemudian disusul dengan kontraksi
posterior dorsal sacs (2) ke anterior sehingga lapisan gas berpindah dari cranial
dorsal yang diakhiri atau diteruskan oleh kontraksi saccus ventralis (3). Dengan
demikian, tujuan dari kontraksi B ini adalah untuk mengeluarkan gas (eruktasi).
Gerak kontraksi rumen-retikulum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
rumen
Beberapa hal penting yang erat hubungannya dengan aktivitas rumen adalah:
1. Prehensi
2. Mastikasi
3. Ensalivasi
4. Deglutisi
5. Eruktasi
6. Ruminasi
7. Aktivitas lambung
mulut untuk dikunyah. Rongga mulut merupakan bagian saluran pencernaan yang
paling kranial, dilengkapi dengan bibir (labia), gigi-geligi (dentes), lidah (lingua),
dan kelenjar air liur (glandula salivales). Labia pada sapi agak kurang
pemasukan pakan ke dalam mulut (prehensi). Peran pokok bibir sapi hanyalah
untuk menutup mulut. Pertama-tama bahan pakan diambil oleh ternak dengan
bantuan lidah (lingua) dan dimasukkan ke dalam rongga mulut (cavum oris).
juga dibolak-balik oleh lidah (lingua) dan dicampur dengan air liur (saliva).
makanan tersebut ditelan dan masuk ke dalam rumen dan sebagian ke dalam
pakan ke dalam rumen, tejadi gerakan pengeluaran gas CO2 dan CH4 dari rumen
Di dalam rumen, pakan yang sudah agak lemas tersebut akan mengalami
fermentasi oleh mikroba rumen. Hasil fermentasi adalah pemecahan selulosa oleh
dinding sel-sel tanaman, sehingga zat-zat makanan yang tertutup oleh dinding
selulosa akan dapat dicerna oleh ensim-ensim berikutnya, dan makanan itu sendiri
menjadi lebih lunak dan halus (disebut ingesta). Isi retikulo-rumen dicampur aduk
oleh gerakan kontraksi otot. Karena gerakan otot ini pula maka pakan yang agak
ini, saliva yang dikeluarkan lebih banyak daripada salivasi. Penelanan kembali
asam dan akan berubah menjadi alkalis ketika berada di dalam intestinum. Di
oleh aktivitas enzim-enzim dari pankreas dan dinding usus yang berasal dari
sehingga mudah digunakan oleh tubuh hewan. Sebagian besar zat-zat makanan ini
diabsorbsi oleh darah melalui dinding usus kecil dan diedarkan ke seluruh bagian
tubuh, dan sisa pakan berupa feses dikeluarkan melalui anus. Selulose yang
dihasilkan bacteri dan protozoa akan merombak selulosa menjadi asam lemak,
tapi bakteri tidak dapat hidup pada abomasum karena pH-nya sangat rendah, maka
menghasilkan gas CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
2.6 Produk Metabolit Hasil Degradasi Digesta dalam Rumen
besar pakan sapi. Baik selulosa maupun pati keduanya tersusun atas rantai glukosa
(gula — 6 karbon), tetapi unit glukosa terikat secara berbeda pada dua komponen
unit glukosa dari pati, dan mereka dapat menggunakan hasil glukosa tersebut
menghidrolisa ikatan glukosa dalam selulosa, tetapi ikatan ini dapat dihidrolisa
oleh enzim selulase, suatu enzim yang dihasilkan oleh bakteri rumen dan
rumen, dimana hal ini tidak terjadi pada ternak monogastrik seperti babi misalnya
(Blakely,1982).
rumen menjadi volatile fatty acids (VFA) atau asam-asam lemak terbang yang
mempunyai atom C 2, 3, dan 4 mereka adalah asam asetat (C-2), asam propionat
(C-3), dan asam butirat (C-4). Asam-asam ini ditemukan dalam bentuk terionisasi
dalam rumen, sehingga dikenal sebagai asetat, propionat, dan butirat. Asam-asam
yang lain seperti asam formiat (C-1) dan asam valerat (C-5) diproduksi dalam
jumlah yang sedikit. Ransum sapi yang mengandung hijauan dalam proporsi
tinggi dan pakan serat lainnya banyak menghasilkan asetat dalam rumen.
Imbangan antara tiga asam lemak utama apabila sapi diberi pakan utama hijauan :
pakan yang digiling, hijauan yang dijadikan pelet, dan pakan yang mengandung
susu, dengan diimbangi peningkatan berat badan sebagai hasil penimbunan lemak
tubuh. Hal ini penting pada proses fattening sapi pada feedlot. Pengaruh ini
pada kondisi pemasaran seperti saat ini, karena nilai harga susu masih ditekankan
Protein yang masuk kedalam rumen dicerna melalui berbagai variasi cara.
abomasum dan intestinum dimana protein tersebut dicerna menjadi peptida dan
asam amino seperti pada ternak monogastrik. Sebagian besar protein pakan akan
dipecah bakteri rumen menjadi peptida, asam amino dan amonia. Berbagai tipe
amino, yang lainnya hanya amonia. Proporsi berbagai tipe mikro-organisme yang
terdapat dalam rumen bervariasi tergantung dari pakan yang dikonsumsi sapi.
Untuk alasan ini, maka apabila mengganti ransum sapi harus dilakukan secara
sesuai dengan jenis pakan yang diberikan ( Blakely,1982). Adaptasi ini sangat
penting terutama untuk efisiensi penggunaan urea atau NPN. Adaptasi ini
efisien.
sebagian amonia diubah menjadi urea di hati. Sejumlah urea mengalami resiklus
ke rumen lewat saliva dan kelebihannya dikeluarkan melalui urine (Rasyid,1996).
akan meningkatkan jumlah protein pakan by pass (melewati rumen) dan langsung
masuk kedalam abomasum sebagai intact protein. Protein by pass ini hanya
penting dan perlu dilakukan apabila dibutuhkan jumlah protein yang sangat tinggi
lemak dan glycerol juga terjadi dalam rumen. Pada prinsipnya glycerol
difermentasi menjadi propionat tetapi asam lemak rantai panjang dapat melaju ke
sapi, kelebihan lemak ada hubungannya dengan fungsi normal rumen. Kadar
lemak yang tinggi khususnya lemak jenuh, diketahui menurunkan kadar lemak
susu dan menurunkan apetite (nafsu makan) sapi (Rasyid,1996). Dua persen dari
total bahan kering ransum sapi dalam bentuk lemak kasar cukup untuk sapi perah,
dan ini sudah secara otomatis tercukupi dalam ransum normal sapi perah.
vitamin B-kompleks yang dikenal dan vitamin K untuk digunakan oleh sapi
tersebut.
Seperti telah diuraikan diatas bahwa setelah mikro-organisme rumen
makan dari pakan sapi selama tinggal dalam reticulo-rumen sapi dan mengalami
digesta menuju abomasum dan intestinum untuk dicerna sebagai bahan pakan
sapi. Tanpa adanya symbiose-mutualistik tersebut, sapi tidak akan mampu hidup
KESIMPULAN
1. Saat fase non ruminansia, makanan yang dimakan oleh pedet atau cempe