Anda di halaman 1dari 8

III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Sudarmadji,
2003). Penentuan kadar abu total dimaksudkan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses
pengolahan; untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan dan penentuan abu total berguna
sebagai parameter nilai gizi bahan makanan (Sudarmadji dkk., 2007). Kadar abu ada hubunganya
dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan
dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk
dalam garam organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam
anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua
garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat
organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh
karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral
tersebut,yang dikenal dengan pengabuan. (Sudarmadji dkk., 2007).

3.2. Analisis Abu


Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada
suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji dkk., 2007). Pengabuan dilakukan melalui 2
tahap yaitu :
1) Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi
kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang.
Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
2) Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun
porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada
perubahan suhu yang tiba-tiba.
Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam
analisis kadar abu. Metode pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu.
Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam suatu
tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan
dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai
oksidator. Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 500 - 600 0C. Residu yang
tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. (Fauzi, 2006). Abu hasil
pembakaran dapat digunakan untuk determinasi persentase zat-zat tertentu dalam bahan pakan
seperti mineral makro maupun mineral mikro (Anggorodi, 1994).
Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar
650°C akan menjadi abu berwarna putih. Ternyata di dalam abu tersebut dijumpai garam-garam
atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, di samping itu terdapat dalam kadar
yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain. Kadar abu yang yangterukur
merupakan bahanbahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan
bahanbahan organik terbakar (Winarno, 1997).
.
IV

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

1) Cawan porselen atau crusible porselen 30 ml berfungsi sebagai wadah bahan kimia yang

lebih tahan pemanasan dengan suhu tinggi.

2) Kompor listrik atau hot plate berfungsi sebagai tempat memanaskan sampel sebelum

dimasukan ke dalam tanur.

3) Tanur listrik berfungsi untuk membakar bahan pakan atau sampel.

4) Eksikator berfungsi untuk menyerap uap hasil pemanasan.

5) Tang penjepit untuk menjepit crussible atau mengambil cawan dari hot plate atau tanur

agar tangan tidak panas.

6) Oven untuk membakar bahan pakan atau sampel.

4.1.2 Bahan
1) Sorgum (perendaman NaOH 10% selama 20 menit), fungsinya untuk sampel yang

dianalisis kadar airnya.

4.2 Prosedur Kerj

1) Mengeringkan crussible porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100C-105C.
2) Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya, kemudian
mencatatnya sebagai A gram.
3) Memasukkan sejumlah sorgum kering oven 2-5 gram ke dalam crucible porselen,
kemudian mencatatnya sebagai B gram.
4) Memanaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi.
5) Memasukkan crussible porselen ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600C -700C.
Bakar selama 3-6 jam sampai bahan berubah warna menjadi abu putih.
6) Mendinginkan crussible porselen yang berisi abu dalam eksikator selama 30 menit dan
timbang beratnya. Kemudian catat berat cawan porselen dan abu sebagai C gram.
7) Menghitung analisis abu dengan rumus :
(𝐶−𝐴)
Kadar Abu (%) = (𝐵−𝐴) 𝑥100%
V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pengamatan


Tabel 3. Pengamatan analisis abu
Berat cawan Berat Berat sampel Berat Berat abu Kadar air
(A) (gram) cawan+sampel (B-A) cawan+abu (C-A) (%)
(B) (gram) (gram) (C) (gram) (gram)
20,646 21,724 1,073 20,668 0,022 2,04

Berdasarkan data pengamatan dan hasil perhitungan diketahui bahwa kadar abu dalam Biji
sorgum adalah 2,04 % (perhitungan ada pada lampiran).

5.2. Pembahasan
Kadar abu yang didapat dari hasil percobaan sampel biji sorgum adalah sebesar 2,04 %.
Hal ini masih jauh dari hasil penelitian dari Suprapto dan Mudjisihono (1987) mengatakan bahwa
kadar abu pada biji sorgum yaitu sebesar 1,65%. Hal ini dikarenakan, karena kelemahan analisis
abu ialah masih adanya sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas serta masih ada oksigen
yang tertinggal dalam abu sebagai oksida misalnya CaO. Pengaruh perendaman NaOH 30%
selama 10 menit ini menambahkan oksida karena mineral Ca akan berikatan dengan Oksigen
sehingga menambah kadar abu (Agustinus, dkk. 2010) dan juga pada proses pembakaran tersebut
beberapa bahan mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur (Anggorodi,
1994).
Daftar Pustaka
Agustinus, Eko Tri Sumarnadi, dkk. 2010. Prototip ground enhancement material (gem)
berbahan baku na-bentonit karangnunggal - tasikmalaya sebagai bahan substitusi gem
impor. Riset Geologi dan Pertambangan Vol. 20 No. 2 (2010), 81-93.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. P.T. Gramedia: Jakarta

Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. FTP UNEJ: Jember

Sudarmadji, Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta:
Yogyakarta

Suprapto, H. S., Mudjisihono, R. (1987). Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Penebar Swadaya:
Jakarta

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lampiran
1) Perhitungan
(𝐶−𝐴)
Kadar Abu (%) = (𝐵−𝐴) 𝑥100 %
(20,668−20,646)
Kadar Abu (%) = (21,724−20,646) 𝑥100 %
(0.022)
Kadar Abu (%) = (1,078) 𝑥100 %

Kadar Abu (%) = 2,04 %

2) Gambar Alat dan Bahan

a) Crussible Porselen

b) Tang Penjepit
c) Tanur

Anda mungkin juga menyukai