Anda di halaman 1dari 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam berat mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan gugus yang

mengandung sulfur di dalam molekul (protein), sehingga logam berat dapat terakumulasi

dalam tubuh makhluk hidup. Biomassa bulu ayam yang digunakan sebagai adsorben

dalam penelitian ini mengandung zat aktif berupa α-keratin yang sebagian besar

penyusunnya adalah protein serat sulfihidril, sistein (Lehninger, 1990). Penggunaan

bahan dengan kombinasi asam (HCl) dan basa (NaOH), memungkinkan terjadi proses

denaturasi yang berlanjut terhadap komponen protein FPC sehingga nilai kadar

proteinnya juga mengalami penurunan. Menurut Winarno (2002), bahwa denaturasi

merupakan suatu proses terpecahnya ikatan-ikatan pada molekul protein seperti ikatan

hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik dan ikatan intramolekuler. Dampak denaturasi

yakni akan mengubah konformasi struktur tersier dan kuartener. Salah satu akibatnya

akan berpengaruh pada aktivitas biologisnya.

Sebagai bahan baku pakan ternak, bulu unggas jarang digunakan oleh pabrik pakan ternak

unggas. Walaupun mengandung protein cukup tinggi dan kaya asam amino esensial,

namun permasalahan sekarang tepung bulu ayam mempuyai faktor penghambat seperti

kandungan keratin yang digolongkan kepada protein serat. Kandungan protein kasar yang

tinggi dalam tepung bulu ayam tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Hal

ini menyebabkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pada tepung bulu ayam

rendah. Nilai kecernaan yang rendah pada tepung bulu ayam disebabkan oleh kandungan

keratin. Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur, sistin. Keratin

sulit dicerna karena ikatan disulfida yang dibentuk diantara asam amino sistin

menyebabkan protein ini sulit dicerna oleh ternak unggas, baik oleh mikroorganisme
rumen maupun enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen pada ternak

ruminansia. Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim, sehingga pada

akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan. Sehingga bila

tepung bulu ayam digunakan sebagai bahan pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah

terlebih dahulu untuk meningkatkan kecernaannya. Nilai biologis tepung bulu ayam dapat

ditingkatkan dengan berbagai pengolahan dan pemberian perlakuan yang benar.

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan:

Kelompok 1 pH Suhu

Awal 11.7 25

Hari ke-1 11.5 26

Hari ke-2 12.5 25

Hari ke-3 12.2 25

Perubahan suhu terjadi karena proses hidrolisis basa kuat dengan bulu ayam sehingga

terjadi proses endoterm, yaitu proses menyerap panas dari lingkungan ke sistem.

Daftar Pustaka

Lehninger AL. 1990. Dasar-Dasar Biokimia, Thenawidjaja, penerjemah. Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Basic of Biochemistry.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai