Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judulMANAJEMEN PEMELIHARAAN
SAPI BUNTING yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya
bagi yang sedang menekuni bidang peternakan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar Mata kuliah
Manajemen Produksi Ternak Ruminansia, Ibu ..... yang membimbing serta mengarahkan dalam
penyusunan makalah ini. Orangtua yang senantiasa selalu berdoa untuk kelancaran kuliah anaknya,
teman-teman seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan kritikan-kritikan
membangun. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai manusia biasa kami
merasa memiliki banyak kesalahan, kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat salah kata
dan materi Makalah yang kurang berkenan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan bijak dan sebaik-baiknya.
Malang, 2016
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kebuntingan adalah keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor
hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi) terentang dari
saat pembuahan (fertilisasi) ovum sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi atau
persatuan antara ovum dan sperma.
Terjadinya fertilisasi adalah hal yang sangat penting. Sperma haruslah berada didalam
saluaran reproduksi betina, uterus untuk suatu jangka waktu tertentu agar dapat membuahi
ovum secara efektif. Hal ini disebut kapasitasi spermatozoa. Kapasitasi mencakup pemecahan
parsial akrosom bagian luar dan membran plasma, sehoingga enzim akrosom dapat dilepaskan.
Enzim-enzim tersebut selanjutnya dapat menimbulkan zona pelusida. Kapasitasi juga
mengaktfkan metabolisme sel-sel sperma dengan menaikan laju glikolisis dalam sel dan penaikan
metabolisme oksidatif. Kapasitasi dimuali didalam uterus dan berakhir didalam oviduk.
Baik kerja silaia maupun kontraksi muskuler terlibat didalam pergerakan ovum yang telah
dibuahi melalui tuba kedalam uterus. Implantasi dari satu blastosit menyebabkan timbulnya
wilayah refraktori disekitar didalam endometrium yang menghambat terjadinya implantasi lain
didaerah yang sangat berdekatan. Terdapat bukti-bukti bahwa embrio didekat tuba uterin
perkembangannya sedikit lebih maju dibanding yang berada didekat serviks blas tersebar secara
teratur didalam uterus sampai tujuh hari setelah perkawinan. Kontraksi uterin barangkali terlibat
dalam pergerakan blastoris, karena tidak adanya bukti bahwa pergerakan itu bersipat aktif.
Ketahanan kebuntingan pada hewan dan diakhirnya dengan kelahiran sebagian besar
dipengaruhi oleh keseimbangan laju kerja hormon. Kejadian ini dibuktikan oleh kenyataan
perubahan perbandingan kadar hormon sering mengakibatkan keguguran.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui Manajemen Pemeliharaan
kebuntingan pada sapi betina dan hormon-hormon yang berperan saat kebuntingan.
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan
mengenai perkembangan kebuntingan pada sapi dan hormon-hormon apa saja yang berperan.
BAB II. Pembahasan
2.1 Manajemen Perkandangan
a. Pengertian Perkandangan
Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan sebagai sentra
kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama (kandang), bangunan
penunjang (kantor, gudang pakan, kandang isolasi) dan perlengkapan lainnya (Sugeng, 1998).
Kandang sapi perah terdiri atas kandang untuk sapi induk, kandang pejantan, kandang pedet serta
kandang isolasi (Williamson dan Payne, 1993). Sistem perkandangan ada dua tipe yaitu stanchion
barn dan loose house. Stanchion barn yaitu sistem perkandangan dimana hewan diikat sehingga
gerakannya terbatas sedangkan loose house yaitu sistem perkandangan dimana hewan dibiarkan
bergerak dengan batas batas tertentu (Davis, 1962).
b. Pola Perkandangan Sapi Bunting
Perkembangbiakan sapi umumnya dilakukan dengan menggunakan kandang kelompok kawin,
dengan menempatkan seekor pejantan unggul bersama calon induk/induk supaya terjadi
perkawinan dan menjadi bunting dengan rasio 1 pejantan melayani 8-12 betina. Sapi induk
yang telah bunting 7-8 bulan dipindahkan ke kandang individu (beranak) sampai dengan
menyusui pedetnya selama 2 bulan. Selanjutnya dari kandang individu sapi induk beserta
pedetnya kembali dipindahkan ke kandang kelompok kedua yang sapi pejantannya berbeda
dengan sebelumnya, agar segera kembali terjadi kebuntingan (Rasyid, 2009)
Untuk mempersiapkan yang baik, peternak harus mengetahui lamanya kebuntingan. Pada
umumnya kebuntingan rata - rata 285 hari, akan tetapi dapat bervariasi pad setiap induk sapi.hal
ini di sebabkan oleh faktor al:
iklim
perawatan
pakan dan
bangsa sapi.
Hal utama yang penting diperhatikan pada sapi perah bunting adalah ransum dan
kesehatan. Sapi perah bunting yang mendapat ransum yang baik, dalam arti kuantitas dan
kualitas, serta kesehatan yang terpelihara baik akan melahirkan pedet yang sehat dan kuat.
Perhatian terhadap ransum penting dilakukan terutama setelah umur kebuntingan lebih dari 2
bulan. Sebab sapi perah bunting harus mempersiapkan perkembangan foetus yang dikandungnya
dan memperbaiki kondisi tubuhnya sendiri untuk laktasi yang berikutnya. Sapi perah bunting
harus mendapat energi yang cukup, tapi jangan berlebihan. Sapi perah bunting yang mendapat
energi berlebihan akan kegemukan dan biasanya mengalami kesukaran melahirkan (distokia).
Penyediaan protein dalam tubuh lebih terbatas dibandingkan penyediaan energi. Oleh
karena itu protein harus cukup tersedia dalam ransum yang diberikan. Kekurangan protein dapat
menyebabkan menurunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kematian pada pedet yang
dilahirkan.
Berbagai jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan sapi perah bunting dan foetus
yang dikandungnya harus dapat dicegah. Penularan beberapa jenis penyakit melalui viral dapat
menimbulkan infeksi pada plasenta dan foetus. Akibat pedet yang dilahirkan mati atau dalam
keadaan lemah dan akhirnya mati. Infeksi dapat pula terjadi pada uterus sapi perah yang sedang
bunting dan kemudian menimbulkan infeksi pula pada plasenta dan foetus.
Pencegahan penyakit pada sapi perah bunting maupun sapi perah lainnya, dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, dan orang yang memelihara/merawatnya.
Kandang harus dijaga supaya tetap bersih. Ada baiknya pada waktu-waktu tertentu lantai
kandang dibersihkan dengan menggunakan karbol atau densol, tetapi dijaga agar jangan sampai
membahayakan sapi.
Pembuangan air dalam kandang harus tersalur dengan baik dan diusahakan agar tidak
terjadi genangan air di dalam dan di sekitar kandang. Kandang yang selalu terjaga kebersihannya,
akan membuat sapi-sapi yang ada di dalam kandang selalu bersih. Sapi perah sebaiknya
dimandikan setiap pagi. Hal ini perlu karena pada malam hari kandang tidak dibersihkan, sehingga
kotoran sapi yang ada pada malam hari akan menempel pada badan sapi, pada saat sapi sedang
tidur atau berbaring.
Peralatan kandang yang digunakan sehari-hari, setiap selesai digunakan harus dibersihkan
dan ditaruh pada tempat yang bersih dan aman. Pada waktu ada wabah penyakit berjangkit,
peralatan-peralatan kandang perlu dibersihkan dengan menggunakan desinfektan. Hindarkan
meminjam ataupun meminjamkan peralatan kandang pada peternak lain.
Kesehatan pekerja yang merawat sapi harus selalu terjaga baik dan dijaga jangan sampai
sapi-sapi perah tertular penyakit tertentu dari orang yang merawatnya. Lama kebuntingan pada
sapi perah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bangsa atau breed, umur, frekwensi
beranak, dan kelamin anak yang dikandung. Beberapa di antara bangsa sapi perah menunjukan
lama kebuntingan sebagai berikut :
Anak jantan dikandung lebih lama sekitar 1 3 hari dibanding dengan anak betina. Sapi
perah yang baru pertama kali beranak, lama kebuntingannya lebih singkat sekitar 2 hari
dibandingkan sapi perah induk yang sudah sering beranak. Beberapa hari sebelum melahirkan,
sapi perah bunting hendaknya ditempatkan pada kandang yang lantainya telah diberi jejabah
seperti jerami kering, rumput kerinng, dsb. Kandang beranak harus terbebas dari segala
gangguan, baik pada sapi perah yang akan melahirkan maupun pada anak yang dilahirkan. Agar
saat-saat melahirkan dapat diketahui, Tanggal perkawinan perlu dicatat. Pada saat menjelang
kelahiran, puting susu akan membengkak. Pengawasan terhadap sapi yang akan melahirkan
harus lebih diperketat.
Sejak awal kebuntingan, sapi perah bunting memerlukan perhatian penuh dari
peternak, karena nantinya harus dapat melahirkan pedet yang sehat dan kuat. Pedet yang unggul
berasal dari Foetus yang dapat berkembang dengan baik di dalam kandungan sapi induknya.
Selain itu, perlakuan yang baik dan benar padasapi bunting diperlukan agara nantinya ternak
sapi bunting tersebut dapat dengan cepat memperbaiki kondisi tubuhnya untuk laktasi
berikutnya.
Hal utama yang harus diperhatikan adalah :
Ransum ; Kualitas dan kuantitas pakan/ransum yang diberikan pada sapi bunting,
nutrisinya harus mencukupi, namun tidak boleh berlebihan. Energi dari pakan yang
berlebih akan menyebabkan sapi bunting menjadi gemuk, yang nantinya akan
menyulitkan pada saat melahirkan. Kontrol terhadap protein pakan juga harus
diperhatikan, kekurangan protein akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan pedet yang dilahirkan memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.
Kesehatan ; Sapi yang sedang bunting rawan terhadap serangan penyakit melalui viral,
yang mengakibatkan infeksi pada uterus dan kemudian pada plasenta dan foetus. Pedet
yang dilahirkan akan lemah dan akhirnya mati. Faktor utama yang mempengaruhi
kesehatan sapi perah bunting adalah kebersihan. Yang harus mendapat perhatian adalah
kebersihan pada :
Badan sapi ; sapi bunting sebaiknya dimandikan minimal satu kali sehari pada setiap
pagi. Kandang Sapi ; lantai kandang harus selalu dibersihkan dengan air atau desinfektan
yang tidak membahayakan sapi. Selain itu, saluran pembuangan air (drainase) kandang
harus lancar, agar kandang selalu dalam kondisi kering.
Peralatan kandang ; harus langsung dibersihkan setelah selesai digunakan (akan lebih
baik jika menggunakan desinfektan),kemudian diletakkan pada tempat yang bersih dan
aman. Hindari meminjam atau meminjamkan peralatan pada peternak lain agar penyakit
tidak menyebar.
Pekerja kandang ; Banyak kasus sapi yang sedang bunting tertular penyakit melalui
pekerja yang merawatnya. Oleh sebab itu kesehatan pekerja harus selalu terjaga. Jika ada
pekerja yang sakit, segera istirahatkan dan tidak boleh masuk ke kandang.
2.1. Kebuntingan
Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai
terjadinya kelahiran normal (Soebandi, 1981) sedangkan menurut Frandson (1992) menyatakan
kebuntingan berarti keadaan anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan. Dalam
penghidupan peternak,periode kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari perkawinan
yang terakhir sampai terjadinya kelahiran anak secara normal.
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan kelahiran anak
yang hidup. Peleburan spermatozoa dengan ovum mengawali reaksi kimia dan fisika yang
majemuk, bermula dari sebuah sel tunggal yang mengalami peristwa pembelahan diri yang
berantai dan terus menerus selama hidup individu tersebut. Tetapi berbeda dalam keadaan dan
derajatnya sewaktu hewan itu menjadi dewasa dan menjadi tua. Setelah pembuahan , yang
mengembalikan jumlah kromosom yang sempurna, pembelahan sel selanjutnya bersifat mitotik
sehingga anak-anak sel hasil pembelahannya mempunyai kromosom yang sama dengan induk
selnya. Peristiwa ini berlangsung sampai hewan menghasilkan sel kelamin (Salisbury, 1985)
Pertumbuhan makhluk baru terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh
spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum,periode embrio dan periode
fetus. Periode ovum dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai terjadinya implantasi,sedang
periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat alat tubuh
bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Lamanya periode kebuntingan untuk
tiap spesies berbeda-beda perbedaan tersebut disebabkan faktor genetik
Menurut Frandsion (1992) menyatakan bahwa Periode kebuntingan pada pada kuda
336 hari atau sekitar sebelas bulan; sapi 282 hari atau sembilan bulan lebih sedikit; domba 150
hari atau 5 bulan; babi 114 hari atau 3 bulan 3 minggu dan 3 hari dan anjing 63 hari atau sekitar
2 bulan.
Menurut Salisbury (1985) periode kebuntingan pada semua bangsa sapi perah
berlangsung 278-284 hari kecuali brown swiss rata-rata 190 hari. Perubahan alat kelamin betina
selama kebuntingan berlangsung. Menurut Partodiharjo (1982) hewan yang mengalami masa
kebuntingan akan menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
1. Vulva dan vagina
Setelah kebuntingan berumur 6 sampai 7 bualan pada sapi dara akan terlihat adanya edema
pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema vulva ini. Pada sapi yang telah
beranak, edema vulva baru akan terlihat setelah kebuntingan mencapai 8,5 sampai 9 bulan.
2. Serviks
Segera setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks. Kripta-kripta
menghasilkan lendir yang kental semalin tua umur kebuntingan maka semakin kental lendir
tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama terjadinya vaskularisasi pada endomertium, terbentuk
lebih banyak kelenjar endometrium, sedangkan kelenjar yang telah ada tumbuh lebih panjang
dan berkelok-kelok seperti spiral
4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami perubahan.
Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi banyak; kedua dari
perbandingannya. Hampir semua spesies, cairan amnion menjadi lebih banyak dari pada
volume cairan allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois menjadi lebih banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah kawah bekas folikel. Kawah ini segera dipenuhi oleh darah yang
dengan cepat membeku yang disebut corpus hemorrhagicum. Pada hari ke 5 sampai ke-6
korpus luteum telah terbentuk.