Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nadya Muwaffaqoh

NIM : 19/446053/PT/08307

Mata Kuliah : Industri Ternak Perah- A

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Tridjoko W. Murti, DEA. Dan Nur Laili Ma’rufah, S.Pt., M.Sc.

Jawaban

Soal Prof. Dr. Ir. Tridjoko W. Murti, DEA.

1. Perjalanan pakan melalui saluran pencernaan pada sapi perah dewasa dimulai
saat proses pakan di bagian mulut dan terjadi proses pencernaan secara
mekanisme. Setelah itu makanan masuk ke oesophagus untuk didorong ke
bagian lambung sapi. Lalu saat makanan masuk ke rumen makanan akan
difermentasi oleh mikroba, VFA di absorbs dan pakan dicampur. Bakteri
menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak
memanfaatkan nutrisi yang ada di dalam pakan.  Lingkungan bakteri harus
memiliki kondisi pH maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. dan
terjadi konversi karbohidrat menjadi VFA dan mengkonversi selulosa menjadi
energi.  Produksi gas di dalam rumen terdiri dari methan dan karbondioksida
yang berjumlah 20-40%. Jika gas menumpuk dalam rumen akan dikeluarkan
melalui sendawa. Lalu pakan akan masuk ke retikulum, disini pankan
difermentasi oleh mikrobia. Hasil fermentasi di retikulum akan menjadi VFA,
ammonia, dan air yang kemudian akan di absorbsi. Pencernaan pada omasum
masih terjadi fermentasi mikroorganisme, di omasum pakan yang sudah
membentuk partikel yang masih besar akan disaring kembali dan dinding
omasum juga akan membantu penyerapan air yang terkandung di hijauan pakan
ternak. Pencernaan di abomasum terbagi menjadi tiga bagian yaitu florika,
fundika dan kardia. Florika merupakan sekresi mucus, fundika merupakan
sekresi renin, mucus dan pepsinogen, sedangkan kurdia merupakan sekresi
mucus. Pakan yang terdapat di abomasum di cerna dengan bantuan asam
klorida yang akan membantu mengaktifkan enzim pepsinogen. Pencernaan pada
usus halus berlangsung setelah pencernaan di abomasum. Usus halus terbagi
atas duodenum, jejenum dan ileum. Di duodenum kondisinya asam sehingga
mikroorganisme tidak bisa masuk, kemudian di jejenum akan ada pencernaan
yang dibantu oleh enzim yang dihasilkan di dinding usus selanjutnya di ileum
pakan akan diserap lebih optimal karena didalamnya terdapat vili-vli halus.
Pencernaan pada usus besar terjadi untuk penyerapan mineral dan air yang
kemudian zat-zat yang diserap tersebut akan di edarkan ke seluruh tubuh untuk
kebutuhan tubuh sedangkan ampasnya akan dikeluarkan melalui rectum.
Perjalanan pakan pada sapi pedet tidak berbeda jauh dengan sapi
dewasa. Pada saat sapi masih kecil (pedet) organ pencernaan pedet seperti
rumen dan retikulum masih belum berkembang dan pada saat pedet mulai
menyusui, pada rumen dan retikulum belum banyak ditemukan mikrobia dan
masih sangat steril. Pedet yang baru lahir merupakan hewan monogastrik atau
hewan berlambung sederhana. Lambung pedet memiliki empat bagian yang
mirip dengan sapi dewasa, namun rumen, retikulum dan omasum abomasum
belum aktif dan belum berkembang. Kesehatan, pertumbuhan dan produktivitas
pedet sangat tergantung pada nutrisi dan manajemen pemeliharaan. Oleh
karena itu pada pedet diberikan pakan yang berupa kolostrum susu atau bisa
juga susu pengganti.
2. Memberi pakan sapi perah laktasi, harus sesuai kebutuhan pada periode
laktasinya karena setiap siklus laktasi dari laktasi awal, laktasi pertengahan
hingga laktasi akhir memiliki persentasi produksi susu yang berbeda sehingga
kita harus memaksimalkan produksi susu di setiap fase laktasi dengan
memperhatikan bobot badan dan pakan yang diberikan. Contoh pada siklus
laktasi yang pertama adalah fase early lactation atau laktasi awal. Pada fase ini
produksi susu yang dihasilkan sangat banyak dan paling optimum, hal ini
disebabkan karena fase ini berada pada 100 hari pertama laktasi. Pada fase ini
dry matter intake cukup tinggi dan tidak adanya penurunan berat badan. Namun
karena produksi susu yang benar-benar terus meningkat menyebabkan
permintaan energi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah energi yang
tersedia, sehingga mulailah sapi tersebut mengambil cadangan energi ditempat
lain sepeti di lemak. Hal ini juga yang menyebabkan berat badan sapi akan terus
mengalami penurunan. Selain itu karena sapi juga memiliki kapasitas dalam
memakan dan mencerna makanan yang dibutuhkan, sapi menjadi tidak bisa
menambah bobot badan karena sudah memenuhi kapasitas memakan mereka.
FI (feed intake) menjadi faktor yang terpenting dalam mempertahankan produksi
susu. Hal ini dikarenakan sapi harus memaksimalkan FI selama masa awal
laktasi sehingga produksi susu juga dapat meningkat.
Fase yang kedua adalah fase mid-late lactation atau fase pertengahan yang
berada 8-10 minggu pasca partus. Pada fase ini produksi susu sudah tidak
setinggi fase awal. Namun, asupan pakan (FI) yag diberikan setidaknya harus
4% dari bobot badannya. Sapi harus diberika ransum agar dapat
mempertahankan produksi susu yang tinggi selama mungkin. Jadi strategi kunci
selama pertengahan menyusui adalah memaksimalkan asupan bahan kering.
Selama periode ini sapi harus diberi pakan hijauan berkualitas tinggi (minimal 40
sampai 45% dari bahan kering ransum) dan tingkat serat efektif harus dijaga
pada jumlah yang sama dengan masa menyusui awal. Konsentrat tidak boleh
melebihi 2,3% dari berat badan dan sumber serat non-hijauan seperti bubur bit,
penyuling biji-bijian dan dedak sereal dapat menggantikan sebagian pati dalam
ransum untuk menjaga kesehatan rumen.
Fase yang terakhir adalah fase dry period atau masa kering. Fase ini dilakukan
agar produksi susu berkurang dan dapat memperistirahatkan ambing sehingga
ambing dapat diberi kesempatan untuk meregenerasi jaringan sektori pada sapi
perah, juga dapat membatu pemulihan sistem pencernaan dari tekanan asupan
pakan yang tinggi dan juga untuk mempersiapkan laktasi berikutnya. Penurunan
produksi susu ini bertujuan agar ternak dapat menyimpan energi dengan jumlah
yang banyak. Pakan yang diberikan pada fase ini juga hanya hijauan dengan
mengurangi konsentrat agar energi dapat berkurang dan tidak mendistribusikan
pakan ke susu atau ambing. Pemberian pakan pada fase ini dilakukan 2 bulan
sebelum partus dan dapat dilakukan dengan langsung memberikan pakan
kepada ternak didalam kandangnya. Sapi pada fase ini tidak diperah untuk
persiapan partus dan memperbaiki sel tubuh. Pada masa kering bobot badan
akan terus meningkat hal ini disebabkan karena adanya perlakuan challenge
feeding untuk mengukur sampai mana sapi tersebut dapat makan. Selain itu
karena masa kering juga terjadi di umur 2 bulan sebelum partus menyebabkan
adanya perkembangan embrio pedet.
3. Apa yang akan terjadi dengan ternak perah sapi FH asal subtropika dibawa
untuk hidup di negara tropika basah seperti Indonesia dan terangkan bagaimana
mengatasi masalah yang diderita sapi perah! Jika FH asal daerah subtropika
dibawa ke daerah negara tropika maka Ternak jika berada dalam kondisi yang
tidak sesuai dengan kondisi fisiologis ternak, suhu juga sangat berbeda sehingga
sapi-sapi asal subtropika mengalami penurunan produksi, konsumsi pakan karna
adanya heatstress. Ternak yang berada di lingkungan bersuhu tinggi akan
mengalami cekaman panas dan akan mengkonsumsi air minum yang banyak
dan menurunkan konsumsi pakan, produksi susu, bernapas dengan cepat,
masalah kesehatan akut, produksi susu berkurang, berkurangnya produksi saliva
pada ternak, meningkatnya produksi air liur, dan tingginya potensi ternak bunting
mengalami keguguran. Untuk mangatasinya biasanya peternak akan
menyilangkan sapi-sapi subtropika tersebut dengan sapi-sapi yang berasal dari
daerah yang tropis agar didapatkan breed silangan yang dapat tahan panas dan
produksi susu nya baik. Untuk menangani masalah yang diderita sapi perah
biasanya peternak melakukan sanitasi rutin juga ternak rajin dimandikan dan
dijaga kebersihannya agar tidak stress dan karena sapi-sapi sangat menyukai
kebersihan, selain itu ternak perah juga harus memiliki konsumsi air yang cukup
untuk dikonsumsi. Kemudian, perlu juga untuk dilakukan manajemen
pemeliharaan hewan ternak perah yaitu dengan cara meminimalisir jumlah
kepadatan kandang agar ternak lebih leluasa dan sirkulasi dari udara bersih
dalam kandang lebih baik, dilakukan pembuatan kandang dengan sistem monitor
agar aliran udara juga lebih merata ke seluruh kandang ternak sapi perah, dapat
membasahi kulit dari ternak perah untuk mengurangi tingkat stress akibat panas
dari lingkungan, dan dapat diberikan blower pada kandang untuk mengurangi
panas akibat lingkungan sekitar.
4. Cetak Biru Persusuan Indonesia menyebutkan, tahapan Cetak Biru Persusuan
2013 -2025 dirumuskan dalam 3 fase yaitu : Fase persiapan dan pemantapan
(2015), Fase Pengembangan Persusuan Nasional Maju (2020) , dan Fase
Persusuan Nasional Tangguh dan Berdaulat (2025).

Soal Nur Laili Ma’rufah, S.Pt., M.Sc.

1. Tipe atap kandang yang akan saya pilih adalah tipe atap kandang yang C
(Improved Option) karena tipe atap ini terbuat dari bahan metal dan terang,
sehingga dapat memantulkan cahaya. Atap kandang C memiliki emisivitas yang
rendah jadi rasio energy yang diradiasikan oleh material metal cenderung lebih
rendah. Bahannya juga dapat menahan sinar UV yang mana dapat berakibat
buruk jika ternak terpapar, ternak dapat terjangkit penyakit dan kekebalan
tubuhnya menurun. Atap kandang C juga memiliki tipe kandang shade yang
mana gelombang radiasi yang masuk ke kandang lebih sedikit yang membuat
ternak merasa lebih nyaman dibandingkan kandang tipe A dan B.
2. Manfaat recording pada peternakan antara lain adalah untuk memudahkan
pengenalan terhadap ternak, memudahkan dalam melakukan penanganan,
memudahkan manajemen pemeliharaan ternak, menghindari dan mengurangi
kesalahan nama, memudahkan dalam melakukan seleksi ternak, menghindari
terjadinya inbreeding, dan menjadikan pekerjaan lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai