Anda di halaman 1dari 8

Nama : Anugrah Satria Wardhani

NPM : 1814241025

Matkul : PTD

MANAJEMEN PAKAN

Pakan merupakan istilah makanan ternak yang diberikan ke hewan ternak seperti sapi, kambing,
babi, ayam, bebek, burung, kuda, dll. Dan juga hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung,
hamster, dll. Pakan ini merupakan faktor yang sangat penting untuk ternak karena pakan ini
merupakan komponen ternak untuk hidup, produksi dan reproduksi. Terlebih lagi bagi peternak
yang usaha peternakan sapi atau kambing potong, pakan ini sangatlah menentukan hasil usaha
tersebut sukses atau tidaknya. Seperti pemberian oakan yang teratur, memenuhi kebutuhan si
ternak dan kualitas dari pakan itu sendiri, walaupun dari gen atau bibit sudah bagus tetapi jika pakan
tidak memenuhi kebutuhan si ternak maka kelebihan si ternak pun tidak akan memberikan hasil
tambah.

Produktivitas ternak ini sangatlah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik
hanya sebagai nilai tambah. Salah satu faktor lingkungan adalah sumber makanan yang diberi
oleh si ternak atau pakan yang berkualitas.

Berarti walaupun hewan ternak memiliki potensi genetik yang bagus atau unggul, tetapi
pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun kualitas,
maka standar atau target produksi yang diinginkan tidak akan tercapai. Lebih dari itu pakan
merupakan salah satu faktor yang menelan biaya produksi sangat besar dari semua biaya
dalam usaha peternakan terlebih lagi dari usaha penggemukan, faktor pakan juga merupakan
biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan.

Dan tujuan dari pemberian pakan ke hewan ternak dalam suatu usaha penggemukan adalah
untuk mendapatkan atau memperoleh hasil pertambahan bobot badan ternak secara
maksimal. Maka dari itu sangatlah diperlukan dalam pemberian pakan yang sesuai dengan
kebutuhan ternak (kebutuhan hidup, produksi, dan reproduksi) dan memperhatikan bahan-
bahan pakan yang diberikan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Syarat-syarat pakan ternak meliputi :

 Mengandung nutrient yang cukup (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral)
untuk kebutuhan ternak baik kebutuhan hidup maupun produksi.

 Terbebas dari penyakit.

 Tidak mengandung kadar air yang tinggi agar ternak terhindar dari penyakit kembung.

 Masih dalam keadaan bagus atau tidak busuk dan terhindar dari aflatoksin.

 Dan disukai oleh ternak (Palatabilitas).


Pada sistem alat pencernaan ternak ruminansia terutama pada sapi memiliki empat ruang
lambung yang terdiri dari :

 Rumen

 Retikulum

 Omasum, dan

 Abomasum

Dan pada sistem pencernaan ternak ruminansia, vitamin dan beberapa asam amino mencerna
serat kasar yang dimakan oleh sapi.

Sapi memiliki fase-fase yang merubah pada perubahan fungsi di dalam lambung, yaitu:

 Fase Pre-ruminan, merupakan fase dimana sapi baru lahir atau pedet yang belum
berfungsi secara sempurna bagian dari lambungnya, yang hanya berfungsi sempurna
adalah abomasum. Abomasum berfungsi untuk mencerna pakan yang berbentuk cair
(air susu). Pakan cair ini masuk ke omasum melalui jalur oesophagial groove. Masa
peralihan pre ruminan ini adalah umur 5 – 12 minggu.

 Fase ruminan, merupakan fase yang dimulai pada umur 10 – 12 minggu dimana
rumen –retikulum (64%), omasum (14%), dan abomasum (22%). Pada umur 4 bulan
proporsi rumen dan retikulum 4 kali lebih besar dari omasum dan abomasum dan sapi
dewasa rumen (80%), retikulum (5%), omasum (7 – 8%) dan abomasum (7 – 8%).
Hijauan diberikan pada umur 2 minggu karena pada umur 1 minggu rimen dan
retikulum masih btahap berkembang.

Hewan ruminansia merupakan hewan pemamah biak yang memiliki 4 ruang dalam 1
lambung yaitu, rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

a. Rumen (Perut Handuk)

Merupakan saluran atau bagian pertama dari lambung yang memiliki fungsi untuk
menyimpan makanan sementara, mencerna makanan secara fisik yaitu mengaduk-
ngaduk, merendam makanan dan memfermentasi makanan tersebut.

Di dalam rumen ini dibagi menjadi 4 bagian kantung atau disebut sarkes, yaitu sarkes
cranioventral, sarkes dorsalis, sarkes medioventral, sarkes buntu dorsal dan ventral
dan sarkes pada waktu gerakan sewaktu fermentasi.

Istilah-istilah pada gerakan rumen :

 Prehensi, merupakan gerakan pada saat grazing.

 Mastikasi, merupakan gerakan pada fase pengunyahan (chewing).


 Deglutasi, merupakan proses menelan makanan sampai gerakan peristaltik
oesophagus.

 Eruktasi, merupakan aktivitas sapi bersendawa (belching) dimana aktivitas ini


mengeluarkan CO2 dan gas methan.

 Ruminasi, merupakan gerakan komplek pada bagian lambung :

 Regurgitasi, merupakan aktivitas makanan yang dikunyah lalu ditelan


melewati kerongkongan dan bermuara pada rumen dan akhirnya makanan
dicerna di dialam rumen dan disimpan sementara.

 Remastikasi, merupakan aktivitas pengunyahan kembali pada makanan yang


sudah berada di dalam rumen, dimana makanan yang sudah dicerna dalam
bentuk bolus di dalam rumen dikeluarkan kembali ke mulut yang bertujuan
untuk dikunyah kembali dan setelah itu ditelan kembali.

 Redeglutasi, merupakan istilah atau sebutan untuk penelanan kembali setelah


proses remastikasi.

b. Retikulum (Perut Jala)

Retikulum atau perut jala merupakan saluran pecernaan kedua setelah rumen, di
dalam retikulum ini terdiri dari papila sehingga permukaaan retikulum ini membentuk
seperti sarang lebah atau jala. Lipatan jaringan pada retikulum ini menyalurkan
makanan cair ke omasum. Dan fungsi dari retikulum ini adalah sebagai ruang
tambahan makanan dan penyimpan benda asing yang masuk ke dalam tubuh si hewan
ruminansia ini.

c. Omasum (Perut Buku)

Merupakan saluran pencernaan ketiga pada lambung setelah rumen dan retikulum.
Omasum menerima makanan yang sudah dicerna dari retikulum dan pada omasum
makanan tersebut dicerna lagi dengan car pemerasan makanan dengan bantuan
dinding kuat pada lapisan kult omasum. Lipatan-lipatan pada omasum ini terdiri dari
5 lamina (lipatan daun) dengan “duri – duri”.

d. Abomasum/kelenjar (Perut Sejati)

Merupakan saluran pencernaan yang terakhir atau yang keempat, dinamakan perut
sejati dikarenakan saluran ini lah yang berfungsi pertama kali saat hewan ruminansia
lahir. Perut sejati terdiri dari fundus, cardia dan pilorus. Proses pencernaan pada
abomasum ini adalah pencernaan secara fermentatif dimana asam amino diproses atau
dicerna, sebagian protein mikroba, lemak dan karbohidrat pun juga.

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN

A. Menghitung Daya Tampung


Ada beberapa istilah pada pengertian dari menghitung daya tampung, yaitu :

 Cut and Carry, merupakan pakan (hijauan) yang dipotong langsung dari kebun
atau padang yang akan diberikan kepada ternak yang berada di kandang.

 Carrying Capacity, merupakan daya tampung pada padang penggembalaan


(ha/UT) untuk memenuhi persediaan atau kebutuhan pakan hijauan pada
ternak.

 Stocking Rate, merupakan jumlah ternak yang dapat ditampung (UT/ha)


dalam suatu padang penggembalaan.

Asumsi kebutuhan pakan hijauan segar pada hewan ternak (sapi) adalah 35 atau 40 kg sehari,
dan bahan kering adalaj 9,1 kg, serta kebutuhan airnya adalah 75 – 80% sehari.

 Perhitungan daya tampung dengan metode “Cut and Carry”

Pada metode ini dilakukan dengan cara, mengasumsikan kebutuhan 1 UT : 9,1 kg


(BK) dan 40 kg (hijauan segar). Kebutuhan rumput segar untuk ternak (sapi) adalah 1
UT/th = 360 x 40 = 14.400 kg. Misal pada produksi hijauan rumput gajah dalam
kumulatif pertahun adalah 200.000 kg, dan untuk perhitungan daya tampungnya
adalah 200.000/14.400 x 1 UT = 13,89 UT.

 Pakan Induk

Jika pakan induk tidak mencukupi terutama di nutrisinya maka induk akan mengalami
abortus, serta bobot lahir dan bobot sapih rendah dan gagal untuk birahi kembali.
Pada umur 90 – 120 hari pada fase bunting maka ternak (sapi) harus memenuhi pbb
0,2 – 0,5 kg/hari. Dan pada induk yang mengalami kegemukan berlebih atau overfeed,
maka si induk akan mengalami kesulitan untuk melahirkan.

 Betina Pengganti (Replacement)

Heifer atau sapi pengganti adalah sekitar umur 14 – 15 bulan dan membutuhkan pbb
sekitar 0,5 – 0,7 kg/hari. Pada sapi yang telah kawin membutuhkan pbb 0,5 kg/hari
pada umur 120 hari pertama kebuntingannya. Kelebihan pakan atau disebut dengan
over feeding, sapi akan sulit melahirkan dan produksi pada susu akan berkurang.

 Pakan Pejantan

Yearling adalah kisaran umur 1 – 2 tahun pada hewan, yearlimg pada umur 1 tahun
perlu pbb 0,7 kg/hari dan pejantan siap mengawini 10 sampai 15 ekor betina. Dan
ketika pejantan sampai pada umur lebih dari 2 tahun perlu pbb 0,75 kg/hari.

 Pakan Bakalan

Anakan sapi atau pedet ayng dipelihara sampai masa disapih membutuhkan waktu
sekitar 6 – 7 bulan dan pada masa disapih pedet membutuhkan susu yang erasal dari
induknya. Sebelum pedet disapih, pedet harus diberikan hijauan sekitar setengah dari
kebutuhannya. Creep feeding merupakan pakan tambahan yang diberikan pada pedet
yang masih dalam fase sapih dengan bahan pakan yang mudah didapat yang bertujuan
untuk membantu dalam pertambahan bobot si pedet terutama untuk yang bertujuan
menjual bakalan. Justru itu creep feeding ini sangatlah penting untuk pedet ketika
bahan pakan utama yang dikonsumsi kurang untuk memenuhi kebutuhan si pedet.

 Creep Feeding

Creep feeding ini sendiri haruslah memenuhi kebutuhan si pedet atau memiliki
kandungan nutrisinya sekitar 14 – 15% PK dan 65 – 72% TDN. Tujuan dari creep
feeding ini sendiri adalah :

 untuk mengurangi kebutuhan susu pada pedet

 untuk menambah bobot badan pada pedet

 meningkatkan efisiensi dalam pakan

 mencapai fleksibilitas dalam pemasaran

 dan memperoleh tingkat pbb yang ekonnomis.

 Keuntungan pedet dengan creep feeding

Keuntungan pedet dengan creep feeding adalah pbb lebih tinggi (15 – 30 kg), mudah dalam
beradaptasi dengan fullfeed (Fullfeed merupakan proses pemberian makanan dan minuman
secara terus menerus yang bertujuan untuk menaikkan bobot badan dengan waktu yang
ditentukan.), lebih mudah mengatasi stress dalam fase penyapihan.

 Pemberian creep feeding

Dalam pemberian creep feeding ini yang diberi adalah induk yang baru pertama atau
ke dua kalinya dalam melahirkan, pedet yang sudah dilahirkan dan pada saat hijauan
kurang, menurunnya kualitias dan kuantitas ladang penggembalaan, ketika harga
pedet lebih tinggi atau sedang tinggi dibanding harga pakan, dan induk serta pedet
yang dipelihara secara terkurung atau di kandang.

 Pakan Penggemukan

Pakan penggemukan ini merupakan pakan yang bertujuan untuk proses penggemukan
dengan sistem, bakalan yang dipelihara diberlakukan sistem background atau
stocking, jumlah pbb dalam sistem background adalah 0,3 – 0,7 kg/hari dalam
pemberian pakan hijauan dan 1 atau 2 kg biji – bijian, serta untuk sapi finishing harus
mencapai nilai pbb sekitar 0,9 – 1,2 kg/hari dengan pemberian pakan konsentrat yang
bermutu tinggi.

 Penggunaan Perangsang Pertumbuhan


Growth promoter merupakan perangsang pertumbuhan pada hewan yang bertujuan
untuk meningakatkan nilai pbb dan efisiensi pakan. Pada pemberian perangsang
pertumbuhan ini biasanya ternak yang diberikan mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 10 – 15%. Dan lazimnya pemberian pertangsang pertumbuhan
ini diimplantasikan di telinga.

 Pakan Penggemukan di Kandang (Drylot Fattening)

Merupakan periode kritis di sebagian tempat peternakan feedlot terlebih lagi yang
baru tiba ke lokasi. Dsiebabkan karena manajemen kurang, morbiditas dan mortalitas
tinggi. Dalam pengelolaan awal haruslah dilakukan dehorning, kastrasi, dan
vaksinasi. Dalam proses ini juga harus dibantu dengan vitamin A yang berfungsi
sebagai perlindungan tubuh dan perbaikan sel serta pertumbuhan tulang, dan
perangsang pertumbuhan. Hijauan segar dan air bersih harus tersedia sesuai dengan
keinginan si ternak (ad libitum) selama masa kritis.

 Pemberian Pakan Awal Penggemukan

Pemebrian ini diberi selama 2 -3 minggu, pakan yang diberikan merupakan biji –
bijian yang ebrjumlah 2 kg/100 kg bobot badan atau 1 – 2 kg biji – bijian dan 0,5 kg
suplemen protein dan hijauan. Setelah beradaptasi dengan pakan yang diberi, maka
biji – nijian tersebut ditambah lagi menjadi 0,5 kg/hari. Dan biji – bijian ditambah lagi
menjadi 0,7 kg/hari setelah konsumsi mencapai 2% dari bobot badan. Setelah itu
hijauan dikurangi sampai 10 – 15% untuk mencegah accidossis dan abses liver.
Dalam proses ini sediakan selalu suplemen mineral. Dan kandungan nutrisi dalam
pemberian ransum setidaknya mengandung 70 – 74% TDN dan 10 – 12% protein.
Dalam pemberian minum, air haruslah diberi 45 – 115 liter/hari dari kebutuhan bobot
badan, cuaca dan jenis ransum.

 Pakan Penggemukan di Padang (Pastura)

Dalam pemberian pakan di padang pastura adalah dengan cara memebri tambahan
bijian sebanayk 1 kg/100 kg dari bobot badan (hal ini pun harus dilihat dari garding
choice). Atau dengan pemberian bijian sebanyak 0,4 kg/100 kg dari bobot bdan dan
dinaikkan 1 kg/ 100 kg setiap bobot badan naik. Dan tidak lupa untuk mencampur
10% garam dan campuran mineral dalam bijian tersebut.

 Daya Tampung Padang Penggembalaan

Daya tampung padang penggembalaan tergantung dari jarak dengan sumber air,
kemiringan llahan, kecepatan pertumbuhan tanaman yang ditanam, kerusakan pada
lahan, nilai nutrisi pada tanaman pakan yang ditanam, variasi pada musim,
ketersediaan tanaman hijauan dan keadaan ekologi di padang penggembalaan
tersebut.

 Pengelolaan Padang Penggembalaan

Pengelolaan ini bertujuan untuk mencapai keseragaman dalam penggunaan tanaman


yang ditanam oleh ternak dan tinngkat pertumbuhan tanaman hijauan yang optimal.
 Penggembalaan Kontinyu

Continous grazing merupakan peggembalaan secara berlanjut yang digunakan dalam


periode yang lama atau sepanjang tahun dalam pertumbuhan untuk ternak gembala.
Dalam hal ini perlu pengaturan pada jumlah ternak yang sangat tepat.

 Kerugian Daya Tampung yang Tidak Sesuai

Ketika daya tampung tidak sesuai maka akan mengakibatkan over grazing dan under
grazing yang mengakibatkan ternak elebihi atau dibawah ambang daya tampung.
Akbiat dari under grazing maka akan terjadi tidak meratanya penempatan lahan
(spotted grazing) dan hanya mengkonsumsi tanaman di bagian tertentu (selective
grazing).

Bila terjadi under grazing maka yang harus dilakukan adalah menambah unit ternak
sesuai dengan daya tampung dan hijauan diawetkan. Karena kalo tidak dilakukan
maka jumlah produksi potensi hijauan dalam penggembalaan kontinyu semakin
berkurang.

 Penggemmbalaan Bergilir

Rotation grazing merupakan ladang penggembalaan yang dibagi dalam beberapa


bagian petak dan digembalakan secara bergilir. Manajemen dalam pelaksanaanya
berdasarkan dari tingkat pertumbuhan tanaman yang ditanam.

Jumlah petak yang harus dibentuk :

waktu rumput kembali tumbuh ( hari )


+1
lama waktu penggembalaan(hari)

Contoh :

Waktu rumput tubuh kembali adalah 30 hari,

Lamanya penggembalaan 6 hari,

Jumlah petak yang harus disediakan adalah 30/6 + 1 = 6 petak.

 Penggembalaan Rotasi Tertunda

Deffered rotation merupakan penggembalaan dengan cara menunda waktu rotasi yang
bertujuan untuk jenis rumput yang unggul tidak musnah. Rumput yang selesai
berbunga atau berbiji di daerah satu atau lebih petak tidak dipergunakan dahulu untuk
menyeleksi rumput yang unggul untuk dijadikan bibit kembali. Jadi selama satu tahun
ternkak hanya digembalakan pada petak tersebut sampai rumput itu telah berbunga,
berbiji, dab bertunas. Metode ini tepatnya dinamakan dengan padang rumput alam
(self reseedling).

 Penggembalaan Rotasi Istirahat


Rest rotation merupakan metode dari ladang penggembalaan secara istirahat atau
beberapa bagian petak dari lahan ladang penggembalaan tidak dipergunakan selama
satu tahun. Di Amerika Serikat dikenal dengan nama hormay system.

Manfaat dari sistem ini adalah memberikan kesempatan pada rumput untuk
membentuk dan menyimpan energi, meningkatkan pemasakan pada biji sehingga
membuat persemaian yang lebih baik dan meningkatkan akumulasi bahan organik
pada rumput.

 Penggembalaan Berjalur

Strip grazing merupakan bentuk dari sistem penggembalaan bergilir tetapi secara
intensif yang dinamakan penggembalaan berjalur. Dengan sistem pada unit ternak
tertentu ditempatkan pada satu petak tertentu juga. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan tatalaksana.

 Penggembalaan Intensitas Tinggi

High intensity grazing merupakan padang penggembalaan yang bertujuan untuk


meremajakan, rusak, dan pergiliran tanaman. Tempat yang diisi pun diisi dengan daya
tampung sangat tinggi (maksimal) dengan tatalaksana yang sama. Untuk lamanya
waktu dalam fase cepat diberikan waktu istirahat 30 hari dan fase lama diberikan
waktu istirahat 60 – 90 hari, dan setelah itu bisa dimasuki oleh ternak kembali. Untuk
luas petak semakin kecil sehingga membuat isi menjadi padat dan membuat periode
menjadi singkat, distribusi kotoran dan penginjakan merata pada petak tanah. Metode
ini sangat diperlukan tatalaksana yang tinggi dalam ketrampilan mengelola ternak.

Anda mungkin juga menyukai