Anda di halaman 1dari 13

MODUL 4

INDUK KERING KANDANG

4.1. PENDAHULUAN

Induk yang sudah bunting tua (dua bulan menjelang beranak) harus segera
dihentikan dari pemerahannya atau dikering kandangkan (Drying off). Periode
kering kandang adalah masa yang sangat penting bagi induk sebagai persiapan
memasuki masa beranak dan laktasi berikutnya. Ada anggapan bahwa masa
kering adalah masa tidak produktif karena induk yang bersangkutan tidak
menghasilkan susu sehingga tidak perlu mendapat perhatian serius. Baik buruknya
pengelolaan induk selama masa ini akan sangat menentukan performans induk
tersebut setelah beranak. Banyaknya susu yang akan dihasilkan dan kualitas anak
yang dilahirkan tergantung bagaimana induk itu dikelola pada periode
sebelumnya. Apabila perawatan induk selama periode ini tidak baik dapat
berakibat produksi susu yang rendah pada laktasi berikut serta anak yang
dilahirkan kecil dan lemah. Sehubungan dengan kualitas anak yang dilahirkan
nanti, patut difahami bahwa pada masa kebuntingan tua (dua bulan menjelang
beranak) proporsi pertumbuhan fetus (janin) mencapai lebih dari 50 persen
dengan kecepatan pertumbuhan tiga sampai empat kali lebih cepat dari periode
sebelumnya. Selama kering induk juga diberi kesempatan untuk memulihkan
kondisi tubuh, memperbaiki sel-sel kelenjar susu (ambing) dan ini harus terjadi
sebelum induk tersebut kembali memasuki siklus baru untuk pemerahan.
Dengan mempelajari modul ini anda mendapatkan pemahaman tentang
bagaimana mengelola induk bunting tua secara baik dan benar sehingga pada saat
memasuki masa laktasi berikutnya bisa mmperlihatkan kinerja produksi yang
optimal. Untuk maksud tersebut maka dalam materi pembahasan selanjutnya
dibagi dalam tiga bagian utama yaitu: a) hal-hal yang menjadi asalan perlu
dilakukannya kering kandang; b) bagaimana melaksanakan kering kandang; dan
c) bagaimana mengelola induk yang sudah dikeringkandangkan.

67
II. PENYAJIAN

II. 1. ALASAN KERING KANDANG


Perlukah Induk sapi Laktasi Dikeringkan? Ada sejumlah pertimbangan
mendasar yang menjadi alasan dilakukannya kering kandang (drying off ) bagi
sapi laktasi terutama yang sudah bunting tua (2 bulan menjelang beranak) yaitu:
a. Memulihkan kondisi sapi setelah memproduksi susu selama laktasi dan
memberikan kesempatan kelenjar ambing untuk beristirahat. Sapi
membutuhkan waktu 6 minggu untuk memulihkan kelenjar susu dan
mengganti persediaan energi.
b. Sejak awal sampai akhir laktasi banyak kehilangan sel-sel sekretori dari
kelenjar susu. Itulah sebabnya mengapa produksi pada periode terakhir laktasi
menurun. Saat induk sapi diistirahatkan dari pemerahan maka sel-sel sekretori
akan terbentuk kembali dan siap untuk memproduksi susu lebih banyak lagi
pada laktasi berikutnya.
c. Sampai akhir laktasi sapi menggunakan hampir seluruh timbunan gizi (nutrisi)
untuk menghasilkan susu, sehingga sapi harus menimbun nutrisi lagi untuk
persiapan beranak dan laktasi berikutnya. Kondisi yang baik pada saat akan
beranak, produksi susu akan lebih banyak pada laktasi berikutnya dan segera
akan mencapai puncak produksi.
d. Pemerahan selama laktasi telah menguras persediaan kalsium, fosfor dan
mineral lainnya. Dengan masa istirahat tersebut dapat terjadi penimbunan
mineral bagi produksi susu berikut. Bila jumlah dan keseimbangan mineral
tidak memadai dapat menyebabkan milk fever dan masalah lain.
e. Memberi kesempatan pertumbuhan calon pedet sebelum lahir. Lebih dari 50%
perkembangan fetus terjadi dalam periode 2 (dua) bulan sebelum lahir dengan
kecepatan pertumbuhan 3 – 4 kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan
sebelumnya..
f. Saat istirahat juga dapat dimanfaatkan oleh induk untuk mengumpulkan dan
menimbun nutrisi yang banyak untuk menghasilkan kolostrum pada awal
laktasi berikutnya.

68
II. 2. METODE DRYING OFF

Dari sejumlah referensi, diketahui bahwa ada tiga cara atau metode yang
dapat diterapkan dalam melakukan kering kandang, yaitu:

a. Intermittent Milking yaitu pelaksanaan kering kandang yang dilakukan dengan


mengurangi frekwensi pemerahan secara bertahap; artinya semula sapi di
perah dua kali sehari, menjadi satu kali sehari. Selanjutnya pada hari
berikutnya sapi di perah satu kali setiap dua hari, kemudian pemerahan
dihentikan.
b. Incomplete Milking yaitu pelaksanaan kering kandang yang dilakukan dengan
cara pemerahannya tidak sempurna; artinya susu dalam ambing tidak diperah
habis semuanya. adanya susu yang tertinggal dalam ambing diduga dapat
menghambat aktivitas sel-sel sekretori untuk mensintesis dan mensekresi susu
akibatnya produksi susu akan berkurang. Selanjutnya apabila produksi sudah
menurun hanya tinggal beberapa liter per harinya, kemudian pemerahan
dihentikan.
c. Abrupt Cessation of Milking, yaitu pelaksanaan kering kandang yang
dilakukan dengan menghentikan pemerahan secara tiba-tiba. Metode
pengeringan ini adalah yang terbaik, terutama bagi induk yang pada waktu
akan dikeringkan produksinya masih tinggi, dan untuk menghindari agar sapi
tidak terkena mastitis. Caranya: tiga hari sebelum sebelum pengeringan
dilakukan, semua pemberian konsentrat dihentikan, dan pemberian hijauan
dikurangi kira-kira tinggal setengah sampai dua pertiga dari jumlah pemberian
normal. Penurunan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya akan berakibat
penurunan produksi susu, karena sekresi susu berkurang. Pada pemerahan
terakhir puting dibersihkan dan dicelupkan pada desinfektan untuk
menghindari agar tidak ada bakteri yang masuk ke dalam ambing.

II. 3. PEMBERIAN PAKAN SAPI KERING

II.3.1. Ransum Induk Kering Kandang


Induk kering kandang terutama yang bunting tua membutuhkan nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan fetus dan persediaan kebutuhan tubuh. Bahan

69
kering yang dikonsumsi hendaknya 2% dari berat badannya. Apabila konsumsi
bahan kering hijauan mencapai 1% dari berat badannya, maka konsumsi bahan
kering konsentrat tidak boleh lebih 1% berat badan. Dua – tiga minggu sebelum
beranak, induk sapi perlu beri pakan tantangan (challenge feeding).
Masalah utama yang terjadi pada masa kering ini adalah milk fever,
dispaced abomasum dan sindroma obesitas (kegemukan). Induk sapi yang
mengalami sindroma kegemukan nafsu makan kurang, dan cenderung mudah
terserang penyakit dan mengalami kesalahan metabolisme. Pengelolaan yang
direkomendasikan adalah:
1) batas pemberian pakan tantangan (challenge feeding) paling banyak diberikan
tambahan 1% dari berat badan;
2) kebutuhan nutrisi harus seimbang (energi, protein, mineral dan vitamin);
3) tentukan apakah induk tersebut membutuhkan konsentrat;
4) hindarkan pemberian energi dan kalsium yang berlebihan.

Banyak peternak berhasil setelah mereka mengikuti pemberian pakan


“tantangan”. Sapi itu mengkonsumsi 1 – 1,5 kg konsenttrat untuk tiap 100 kg
berat tubuhnya kira-kira 2 – 3 minggu sebelum beranak sampai sapi beranak.
Pemberian pakan tantangan sebelum sapi beranak akan membantu rumen, nafsu
dan kebiasaan makan dan induk sapi akan menyesuaikan diri dengan ransum
tersebut sebelum beranak. Induk sapi yang beranak dalam kondisi yang baik, akan
memulai berproduksi dan mempertahankan produksi yang lebih tinggi.
Program pemberian pakan pada masa kering terutama diarahkan untuk
pemeliharaan kondisi tubuh untuk masa laktasi berikutnya. Pemberian pakan yang
berlebihan pada masa kering dapat menyebabkan sindroma kegemukan, kesulitan
beranak dan gangguan metabolisme. Induk kering yang kegemukan karena
banyak mengkonsumsi konsentrat atau silase jagung sering mengalami ketosis,
displaced abomasum, retained placenta (plasenta tertinggal) metritis (infeksi
uterus) dan mastitis.
National Research Council (NRC) mengeluarkan suatu standar kualitas
ransum (gabungan hijauan dan konsentrat) untuk induk sapi kering adalah:
- protein kasar ransum tidak kurang dari 11%
- energy ransum tidak kurang dari 56% TDN

70
- Kalsium ransum tidak kurang dari 0,37%
- Fosfor ransum tidak kurang dari 0,26%
- Vitamin A per kg berat badan tidak kurang dari 3200 IU.
Dengan atau tanpa konsentrat, ransum berupa hijauan tetap diperlukan
induk kering kandang dengan memperhatikan jumlah dan kualitasnya. Kebutuhan
gizi induk kering kandang sama dengan kebutuhan gizi untuk induk bunting lebih
dari dua bulan. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kebutuhan zat-zat Makanan Induk Sapi Bunting


Lebih dari Dua Bulan (= untuk Induk Kering Kandang)
Berat Protein ME TDN Ca (g) P (g) Vit A (x
Badan (kg) Kasar (g) (Mkal) (kg) 1000 IU)
350 642 14,00 3,71 23 16 27
400 702 15,47 4,10 26 18 30
450 763 16,90 4,47 29 20 34
500 821 18,28 4,84 31 22 38
550 877 19,65 5,20 34 24 42
Sumber: Siregar, (1990)

Contoh Menyusun Ransum untuk Induk Sapi Perah Kering Kandang:


Susunlah suatu ransum yang diperuntukkan bagi seekor sapi perah induk
yang sudah kering kandang dengan berat badan 400 kg dan berada dalam keadaan
bunting tua. Bahan pakan yang tersedia berupa rumput gajah, dedak halus padi
dan jagung giling, kebutuhan bahan kering sapi tersebut sebesar 2% berat badan.
Langkah penyelesaian:
1. Hitung berapa kebutuhan bahan kering ransum untuk sapi tersebut:
kebutuhan bahan kering = 2/100 x 400 kg = 8 kg.
2. Carilah berapa kebutuhan kebutuhan nutrisi untuk induk sapi tersebut (lihat
Tabel 4.1).
Berat Protein ME TDN Ca (g) P (g) Vit A (x
Badan (kg) Kasar (g) (Mkal) (kg) 1000 IU)
400 702 15,47 4,10 26 18 30

3. Jika ransum yang diberikan terdiri atas hijauan dan konsentrat dengan
perbandingan 90% dan 10%. hitunglah berapa bahan kering tersedia.
bahan kering hijauan (rumput gajah) = 90/100 x 8 = 7,2 kg

71
4. Hitung ketersediaan nutrisi dari jumlah bahan kering hijauan dalam hal ini
rumput gajah (gunakan data dalam Tabel 3.4 – Modul 3)
5. Hitung pula berapa kekurangan dari yang dibutuhkan yang harus disediakan
dari bahan campuran konsentrat.

Uraian BK PK TDN Ca P
(kg) (g (kg) (g) (g)
R. Gajah (Pennisetum purpureum) 7,2 655 3,67 38 20,88
Gizi yang dibutuhkan 8 702 4,10 26 18
Gizi yang masih kurang 0.8 47 0,43 +12 +2,88

Seandainya kekurangan tersebut akan dicukupi dengan pemberian dedak


padi halus, maka hasilnya perhitungan dapat dilihat pada table berikut.
Uraian BK PK TDN Ca P
(kg) (g (kg) (g) (g)
R. Gajah (Pennisetum purpureum) 7,2 655 3,67 38 20,88
Dedak halus padi (Oriza sativa) 0,8 110 0,64 0,96 12,08
Jumlah 8,0 765 4,31 38,96 32,96
Gizi yang dibutuhkan 8,0 702 4,10 26 18
Kelebihan 0 0,63 0,21 12,96 14,96

Dari tabel terlihat bahwa ransum yang tersusun atas rumput gajah
sebanyak 7,2 kg bahan kering dan dedak padi halus 0,8 kg, dari aspek kebutuhan
bahan keringnya tercukupi namun dari nutrisi terdapat kelebihan. Padahal dalam
pengelolaan induk sapi kering sedapat mungkin dihindari pemberian energi dan
kalsium yang berlebihan. Dengan demikian maka dalam kasus seperti ini perlu
ditentukan apakan induk sapi kering tersebut perlu diberikan konsentrat atau
tidak.
Seandainya diputuskan bahwa konsentrat tidak perlu diberikan, maka
harus dihitung apakah dengan pemberian rumput gajah 100 persen bisa
mencukupi kebutuhan?
Uraian BK PK TDN Ca P
(kg) (g (kg) (g) (g)
R. Gajah (Pennisetum purpureum) 8 728 4,08 42 23,2
Gizi yang dibutuhkan 8 702 4,10 26 18
Keterangan: 0.8 +26 -0,02 +16 +5,2

72
Kesimpulan: Untuk induk sapi kering dengan bobot 400 kg dan dalam keadaan
bunting tua tersebut bila diberikan ransum berupa rumput gajah sebanyak 8 kg
bahan kering sudah mencukupi keutuhannya. Namun demikian tetap diingat
bahwa 2 sampai 3 minggu menjelang beranak induk tersebut harus diberikan
challenge feeding.

II. 3.2. Pemberian Challenge Feeding

a. Dua atau tiga minggu sebelum beranak, berilah konsentrat sebanyak 1,5 kg
per hari. Kemudian tambahkan 0,5 kg konsentrat setiap harinya sampai sapi
yang bersangkutan mampu mengkonsumsi 1,0 – 1,5 kg konsentrat per 100 kg
berat badan (misalkan: sapi dengan berat badan 550 kg membutuhkan 5 – 8
kg konsentrat setiap harinya). Penambahan konsentrat sebelum beranak akan
memberikan kesempatan pada sapi saat beranak dapat menghasilkan susu atas
kenaikan energi yang di konsumsinya.
b. Setelah induk sapi beranak, tambahkan konsentrat sampai produksi susu
mencapai maksimum (puncaknya), kira-kira dalam waktu 3 – 6 minggu
setelah beranak. Setelah 6 minggu beranak, pemberian konsentrat disesuaikan
dengan jumlah susu yang diproduksinya.
c. Untuk sisa masa laktasi, sesuaikan pemberian jumlah konsentrat menurut
jumlah susu yang dihasilkan tiap bulannya. Teruskan menambah konsentrat
0,5 kg sampai produksi tidak efisien lagi (hasil produksi susu tambahan tidak
mampu menutupi harga konsentrat).

Induk sapi akan memberikan reaksi terbaik pada awal laktasi. Saat ada
kemajuan dalam masa laktasi, jadwal pemberian konsentrat harus dilihat kembali,
sekurang-kurangnya sekali setiap bulan dan disesuaikan dengan biaya yang
dikeluarkan. Kita tentu berharap bahwa sebagian induk sapi akan memberikan
respon yang positif terhadap pemberian konsentrat yang banyak. Bagi induk sapi
yang tidak memberikan respons terhadap konsentrat yang diberikan, maka
sebaiknya jumlah konsentrat dikurangi sampai level pemberian konsentrat sesuai
dengan harga kelebihan susu yang dihasilkan. Beberapa peternak menyatakan
bahwa mereka mengalami kenaikkan produksi 900 liter per ekor, bahwa dengan

73
mengurangi hijauan dan menambah konsentrat keuntungan dapat mencapai lebih
dari 2.000 liter per laktasi. Kenaikkan produksi susu pada sapi perah yang
berpotensi tinggi apabila di beri pakan tantangan seperti pada grafik berikut.

Prod Produksi tertinggi


susu dengan challenge feeding

Kenaikan produksi

Produksi tertinggi
pakan normal

! ! ! ! ! ! ! ! !
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
------------------------------- Bulan Laktasi -----------------------------------

Grafik 4.1. Kenaikkan Produksi Susu pada Sapi Perah yang Berpotensi Tinggi
dengan Perlakuan Challenge Feeding (Bath et al, 1978)

II. 4. PERAWATAN INDUK BUNTING TUA

Induk sapi kering kandang, ketika memasuki usia kebuntingan tua


terutama pada 2 sampai 3 minggu menjelang beranak, perlu mendapat perlakuan
khusus, seperti:
1. Ditempatkan pada kandang khusus, terpisah dari kandang induk laktasi atau
kandang lainnya, yang akan ditempati induk tersebut hingga saat beranak
nanti (kandang beranak);
2. Lantai kandang beranak hendaknya dilengkapi dengan alas (bedding) dari
jerami atau rumput lunak, dengan ketebalan 10-15 cm;
3. Usahakan agar alas (bedding) harus selalu kering;

74
4. Induk bunting tua sebaiknya diberi kesempatan untuk gerak badan (exercise)
setiap hari terutama pagi hari, dengan maksud sistem perototan mengalami
relaksasi, sirkulasi darah lancar;
5. Apabila induk bunting tua dilepas di areal terbuka untuk exercise perlu
dijaga agar tidak terjadi benturan fisik karena dapat berakibat fatal.

III. PENUTUP

III.1. RANGKUMAN

Ketika produksi susu seekor induk secara ekonomis sudah tidak bisa
dipertanggungjawabkan lagi atau ketika seekor induk sudah memasuki masa
kebuntingan tua (2 bulan sebelum beranak) maka induk tersebut harus dihentikan
dari kegiatan pemerahan atau dikeringkandangkan. Ada tiga metode yang bisa
dipakai dalam melaksanakan kering kandang yakni intermitten milking,
incomplete milking dan abrupt cessation of milking. Masa kering kandang (drying
off) adalah masa yang penting juga dalam peternakan sapi/kerbau/kambing perah.
Selain kelahiran anak yang berkualitas juga produksi susu yang optimal saat
laktasi adalah yang sangat diharapkan. Untuk itu perawatan induk selama masa
kering tidak boleh dianggap hal sepele. Meskipun saat itu induk
sapi/kerbau/kambing tidak menghasilkan susu tetapi sangat berpengaruh pada
kinerja induk tersebut setelah beranak nanti. Dalam manajemen modern, sering
induk kering kandang ditantang dengan pemberian pakan berkualitas tinggi
(challenge feeding) untuk mampu menunjukkan prestasinya kelak setelah beranak
dan memasuk masa laktasi, yaitu menghasilkan susu yang banyak. Umumnya
challenge feeding diaplikasi pada saat 2 – 3 minggu sebelum induk beranak dan
perlu diingat juga bahwa challenge feeding tersebut perlu terus diberikan selama
dua bulan pertama beranak untuk menunjang pencapaian puncak produksi susu
pada awal laktasi. Selain pakan tantangan, induk kering kandang terutama yang
bunting tua harus diberi kesempatan untuk exercise serta perlu ditempatkan pada
kandang khusus (kandang beranak) dengan alas (bedding) dari jerami atau rumput
lunak.

III. 2. TUGAS-TUGAS

75
1. Mengapa pengeringan dilakukan selama 6 – 8 minggu (2
bulan, jelaskan !
2. Apa yang terjadi apabila peternak tidak melakukan
pengeringan, Jelaskan !
3. Jelaskan tiga metode kering kandang yang anda ketahui!

III. 3. TES MANDIRI

Lingkarilah “B” bila benar dan “S” bila salah, dari pernyataan-pernyataan
berikut!

1. B - S Dua bulan menjelang beranak, induk bunting harus


dikeringkandangkan.
2. B - S Dengan calving interval 12 bulan, maka seekor induk yang
beranak pada tanggal 1 Mei 2011, dapat di keringkandangkan
pada tanggal 29 Februari 2012.
3. B - S Salah satu metode yang dipakai dalam melaksanakan kering
kandang adalah intercomplete milking
4. B - S tiga hari sebelum sebelum pengeringan dilakukan, semua
pemberian konsentrat dihentikan, dan pemberian hijauan
dikurangi kira-kira tinggal setengah sampai dua pertiga dari
jumlah pemberian normal. Ini merupakan tahapan pelaksanakan
kering kandang dengan cara penghentian tiba-tiba.
5. B - S Pelaksanaan kering kandang dapat juga terjadi sekalipun
produksi susu masih bisa dipertanggung jawabkan secara
ekonomis.
6. B - S Lebih dari 50% perkembangan fetus terjadi dalam periode 2
(dua) bulan sebelum lahir dengan kecepatan pertumbuhan 3 – 4
kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya.
7. B - S Apabila konsumsi bahan kering hijauan mencapai 1% dari
berat badannya, maka konsumsi bahan kering konsentrat tidak
boleh lebih 1% berat badan.
8. B - S Memberi kesempatan kepada induk untuk memulihkan kondisi
tubuhnya (termasuk pemulihan ambing) adalah salah satu
manfaat sekaligus tujuan pelaksanaan kering kandang.
9. B - S Kebutuhan BK sapi kering kandang sebesar 8 kg; Jika ransum
yang diberikan berupa rumput gajah (BK=18%), maka jumlah
rumput gajah yang harus disediakan sebanyak 44 kg.
10. B - S Kebutuhan BK sapi kering kandang sebesar 8 kg; Jika ransum
yang diberikan berupa rendeng (BK = 35%), maka jumlah

76
rendeng yang harus disediakan sebanyak 22,8 kg.

III. 4. UMPAN BALIK

Sekarang, cocokkan jawaban anda dengan jawaban tes formatif yang ada
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian
gunakan rumus yang ada berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
mempelajari materi modul satu ini.

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban anda yang benar x 100%


10

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan mempelajari modul 5. Tetapi kalau nilai anda berada di bawah 80%
maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian yang
anda belum menguasainya.

III. 5. KUNCI JAWABAN TES MANDIRI

No. 1, Jawaban B
Masa dua bula tersebut dimaksudkan untuk memberikan istirahat kepada induk
yang bersangkutan, sekaligus persiapan untuk memasuki masa laktasi berikutnya.
No. 2, Jawaban B
Jika dihitung secara cermat periode waktu sejak tanggal 1 Mei 2011 sampai
dengan 29 Februari 2012 terdapat sebanyak 305 hari atau 10 bulan; dan itu
merupakan periode laktasi normal seekor induk, dengan demikian sisanya selama
dua bulan adalah masa kering kandang.
No. 3, Jawaban S

77
Jeas bahwa tidak ada metode intercomplete milking; Tiga metode yang umumnya
diterapkan adalah: intermitten milking, incomplete milking dan abrupt cessation
of milking.

No.4, Jawaban B
Dengan pengentian pemberian pakan konsentrat dan pengurangan pemberian
pakan hijauan, dengan sendirinya sistesis susu dalam ambing akan berkurang dan
produksi susu menurun sehingga pada saat dihentikan secara tiba-tiba tidak
menimbulkan masalah.
No.5, Jawaban S
Penghentian pemerahan baru dapat dilakukan dengan dua alasan utama yakni
produksi susu sudah tidak menguntungkan dibanding harga pakan yang diberikan
dan induk tersebut sudak bunting tua (2 bulan menjelang beranak)
No. 6, Jawaban B
Salah satu manfaat induk bunting tua perlu diistirahatkan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan akhir dari fetus yang sebagian besar terjadi
dalam periode tersebut.
No.7, Jawaban B
Total bahan kering ransum yang dikonsumsi seekor induk kering kandang adalah
2 persen berat badan; dengan demikian apabila konsumsi bahan kering hijauan
sudah satu persen maka dengan sendirinya bahan kering konsentrat tidak lebih
dari satu persen.
No. 8, Jawaban B
Manfaat lain dengan adanya induk diistirahatkan tersebut adalah memberikan
kesempatan pemulihan kondisi tubuh dan ambing yang mengalami kemunduran
selama kegiatan pemerahan.
No.9, Jawaban B
Jumlah rumput gajah (BK 18 %) yang harus disediakan atas dasar bahan kering
adalah sebanyak : 100/18 x 8 kg = 44,44 kg
No. 10, Jawaban B

78
Jumlah rendeng (BK 35 %) yang harus disediakan atas dasar bahan kering adalah
sebanyak : 100/35 x 8 kg = 22,8 kg

III. 6. KEPUSTAKAAN

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker and R. D. Appleman. 1978. Dairy


Cattle: Principle, Practices, Problem, Profits. 2 nd ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.

Cherworth, J. 1992. Ruminant Nutrition. The Tropical Agriculturist. Department


of Animal Science College of Agriculture, Sultan Qaboos University,
Oman.

Etgen, W. M. And P. M Reaves. 1978. Dairy Cattle Feeding and Management.


John Wiley dan Sons New York. 18 – 38.

Eustice, R. F. 1988. Pedoman Pengelolahan Sapi Perah. Nandi Amerta Agung,


Salatiga.

Hutjens, M. F., D. E. Otterby, R. D Applemam. 1977 Feeding the Dairy Herd


Agricultural Extension Service University of Minnersota.

James Blakely dan David H Bade, 1992, Ilmu Peternakan (diterjemahkan oleh:
Bambang Srigandono dan Sudarsono), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Orskov, E. R. 1998, The Feeding of Ruminants; Principles and Practice, 2nd Ed.
Chalcombe Publications, Rowett Research Institute, Aberdeen, UK.

Quinn, T. 1980. Dairy Farm Management. Publishing by Van Nostrand


Reinhold Company a Division of Litton Educational Publishing Inc., New
York

Soetarno, T. 1998. Budidaya Ternak Perah. Materi Pokok Modul Unversitas


Terbuka Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta.

79

Anda mungkin juga menyukai