Anda di halaman 1dari 34

MENYUSUSUN

Dan CARA PEMELIHARAAN

Oleh :
I Putu Sampurna

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2018
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………….. 1

II PEMBERIAN RANSUM…………………………………………………………………………………………… 2

2.1. Kandungan Zat Makanan …..……………………………………………………. 2

2.2. Jenis-jenis Ransum …………………………………………………………………… 2

2.3. Pemberian Ransum ………………………………………………………………….. 5

III. MENYUSUN RANSUM……………………………………………………………………………………………… 6

3.1. Kebutuhan Nutrien …………………………………………………………………… 6

3.2. Kandungn Nutrisi dan Cara Menyusun Ransum ……..……………….. 7

IV PEMELIHARAAN…………………………………………………… …………..………………………………. 12.

4.1. Pokok Pemeliharaan Babi ………………………………………………………… 12.

4.2. Ketatalaksanaan Pemeliharaan Babi ………………………………………. 14

4.3. Ketatalaksanaan Penggemukan Babi ……………………………………. 2.1

4.4. Ketatalaksanaan Pemeliharaan Pejantan ……………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………. 31.


PENDAHULUAN

Ternak babi merupakan salah satu ternak pengasil daging yang perkembangannya
mengagumkan dan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan ternak lain. Sejak dahulu,
ternak babi merupakan sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat Indonesia meskipun
diusahakan secara tradisional.
Babi adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan
anak dalam jumlah banyak pada setiap kali beranak, sehingga jumlah anak sapihan maupun
babi potong dapat dijual lebih banyak dibandingkan ternak mamalia lainnya. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan jumlah anak per induk per kelahiran (litter size) yang tinggi sampai disapih,
perlu perhatian mengenai bibit yang baik, waktu pengawinan yang tepat (alami maupun IB),
ketatalaksanaan pemeliharaan induk babi, pakan yang diberikan serta keadaan lingkungan yang
mendukung anak babi yang baru lahir. Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang
baik meliputi keadaan kandang, pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah
terserang penyakit dan mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya,
perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih
untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif
dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama
jika pemeliharaannya kurang baiK.
Keberhasilan peternakan babi sangat tergantung dari cara pemeliharaan dan pemberian
ransumnya, oleh karena itu pada diktat ini di khusus dibahas tentang penyususnan ransum dan
cara pemeliharaan babi.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 1


I. PEMBERIAN RANSUM

Pemberian ransum merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi, sebab
pemberian ransum persentasenya cukup tinggi untuk biaya pemeliharaan babi. Babi induk
(bibit) diperlukan 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan, dan 80% untuk keperluan babi
fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi
itu secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun,
namun mereka perlu diberi pakan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak
babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap pakan pun sangan bagus, sehingga apabila
pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula. Perlu diingat bahwa babi
termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan sederhana, yang tak mampu mencerna bahan
pakan yang kadar serat kasarnya tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan
campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu
(ransum).
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian pakan/ransum
pada ternak babi adalah sebagai berikut:
1.1. Kandungan Zat Makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok :
karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
1.2. Jenis-jenis Ransum
Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor saja, maka kepada babi tersebut bisa
diberikan sisa-sisa bahan makanan dari dapur, seperti kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan
lain sebagainya. Akan tetapi betapapun banyak sisa pakan yang bisa diberikan, namun praktek
pemberian pakan semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan pakan
tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat gizi dalam imbangan yang
tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan pertumbuhan dan berproduksi.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 2


Kandungan zat gizi (nutien) dalam ransum diperhitungkan berdasarkan beberapa faktor
diantaranya :
Tujuan peternakan itu sendiri, misalnya sebagai babi fattening, bibit
Fase hidup babi, starter, grower, finisher atau berat babi

Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang diperlukan dan pertimbangan
ekonomis, serta bahan yang tersedia pada sepanjang tahun.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat disusun berbagai macam ransum sesuai
dengan kebutuhan babi dan tujuan peternak.

Ransum Starter
Yang dimaksud dengan babi starter ialah anak babi yang masih menyusui dengan umur 8 – 10
minggu. Pada fase atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum
yang terdiri dari :
Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna
(creep feeder)
Kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim.
Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi
dan merupakan sumber karbohidrat
Kandungan protein 20 – 22 %, MP 70
Serat kasar 3 %.

Ransum Grower
Babi grower yaitu anak babi sesudah melampaui fase starter sampai umur 5 bulan. Babi-babi
yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan agar :
Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat
Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak
daging
Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup
banyak.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 3


Babi-babi yang hidup pada fase ini harus mendapatkan ransum grower, yaitu ransum yang
terdiri dari :
Bahan yang agak kasar sedikit dari pada ransum starter
Kadar protein kurang lebih 17%, MP 68
Serat kasar 5%
Ditambah ekstra hijauan segar, vitamin-vitamin dan mineral.

Ransum Fattening
Babi fattening adalah babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 –
100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat
hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg. Ransum
yang diberikan ialah ransum fattening, yang terdiri dari :
- Bahan makanan yang agak kasar
- Kadar protein 14%, MP 69.

Ransum Bibit
Ransum bibit merupakan ransum yang diberikan kepada babi dara, sebagai pengganti makanan
fase grower atau babi bunting3 bulan pertaman. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah
babi tidak boleh terlampau gemuk dan banyak fat. Untuk menghindarkan keadaan ini maka
babi tersebut harus diberikan ransum khusus yaitu ransum bibit yang terdiri dari:
Bahan-bahan makanan yang kadar serat kasarnya relative tinggi kurang lebih 8,5%
Protein 14,5 %, MP 64. Ditambah hijauan.

Ransum Induk Menyusui


Ransum induk menyusui yaitu ransum yang diberikan pada bulan terakhir pada masa bunting
dan selama mereka menyusui. Ransum tersebut terdiri dari :
- Bahan yang kandungan serat kasarnya relative rendah, 7%
Serat kasar yang tidak terlalu tinggi dimaksudkan untuk menghidari kemungkinan terjadinya
kesukaran buang kotoran (konstipasi) pada saat hendak melahirkan. Untuk mengatasi
konstipasi ini babi bisa ditolong dengan diberikan obat pencahar (urus-urus), misalnya garam

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 4


inggris sebanyak 1 (satu) sendok makan yang dicampur makanan. Pemberiannya dilakukan
beberapa hari sebelum dan sesudah melahirkan. Pada saat ini jumlah ransum bisa dikurangi,
tetapi harus betul-betul bermutu.
- Kadar protein tinggi, 18,5%, MP 66
Protein yang tinggi diperlukan untuk : pertumbuhan embrio dan persiapan produksi air susu.

1.3. Pemberian Ransum


Untuk anak babi berumur kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari
Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.
Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2 kg/ekor/hari.
Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.
Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah anak dikalikan 0,25
kg/ekor/hari.
Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.
Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-zat vitamin dalam
campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun ada pula yang perlu dimasak
seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang kedelai sebab mengandung racun, dapat menimbulkan
gatal gatal, mengandung zat anti metabolik. Ternak babi disamping membutuhkan makanan
juga membutuhkan air minum yang bersih setiap hari dan disediakan secara tak terbatas dalam
kandang sehingga babi dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 5


II. MENYUSUN RANSUM

2.1. Kebutuhan Nutrien

Sebelum menyusun ransum kita harus tahu dulu kebutiuhan zat-zat makanan atau
nutrien untuk ternak babi dari berbagai fase atau berat babi. Pakan yang tersedia serta
kandungan nutien dari pakan tersebut.

Tabel 1. Kebutuhan zat-zat makanan babi fase grower – finisher. (NRC 1988)
Zat-zat makanan Satuan 20-30 kg 35-60 kg 60-100 kg
Bobot badan Bobot badan Bobot badan
Energi dapat dicerna Kkal/kg 3.380 3.390 3.395
Protein kasar % 16 14.0 13.0
Asam Amino Esl : % 0.2 0.18 0.16
Arginin % 0.7 0.61 0.57
Fenilalanin % 0.18 0.16 0.15
Histidin % 0.5 0.44 0.41
Isoleusin % 0.6 0.52 0.48
Leusin % 0.7 0.61 0.57
Lisin % 0.45 0.40 0.30
Metionin % 0.45 0.39 0.37
Treonin % 0.12 0.11 0.10
Triptophan % 0.50 0.44 0.41
Valin mg 60.00 50 40
Mineral % 0.5 0.45 0.4
Besi % 0.14 0.14 0.14
Fosfor % 0.23 0.20 0.17
Yodium % 0.6 0.55 0.5
Kalium % 0.13 0.13 0.13
Kalsium % 0.04 0.04 0.04
Khlorin mg 2.0 2.00 2.0
Magnesium % 0.1 0.1 0.10
Mangan mg 0.15 0.15 0.10
Natrium mg 4.0 3.0 3.0
Selenium mg 60.0 60 50.0
Tembaga IU 1.300 1.300 1.300
Zink IU 200 150 125
Vitamin IU 11 11.0 11.0
Vitamin A Mg 2 2.0 2.0

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 6


Tabel 2. Kebutuhan zat-zat makanan perkilogram ransum babi bibit (NRC 1988)
Zat-zat makanan Satuan Dara Bunting, Induk Induk
Bunting dan jantan Laktasi
Yunior/Senior
Energi dpt dicerna Kkal/kg 3.400 3.395
Energi Metabolisme Kkal/kg 3200 3195
Protein kasar % 12 13.0
Asam Amino Esensial : % 00 0.40
Arginin % 0.15 0.25
Fenilalanin % 0.37 0.39
Histidin % 0.42 0.70
Isoleusin % 0.43 0.58
Leusin % 0.23 0.36
Lisin % 0.52 0.85
Metionin % 0.34 0.43
Treonin % 0.09 0.12
Triptophan % 0.46 0.55
Valin mg 80 80
Mineral % 0.6 0.5
Besi % 0.14 0.14
Fosfor % 0.20 0.20
Yodium % 0.75 0.75
Kalium % 0.25 0.25
Kalsium % 0.04 0.04
Khlorin mg 10 10
Magnesium % 0.15 0.20
Mangan mg 0.15 0.15
Natrium mg 5 5
Selenium mg 50 50
Tembaga IU 4000 2000
Zink IU 200 200
Vitamin IU 10 10
Vitamin A Mg 2 2

2.2. Kandungn Nutrisi dan Cara Menyusun Ransum.

Penyusunan ransum yang tepat sesuaai dengan kebutuhan tiap-tiap periode


pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan pakan yang digunakan.
Untuk memilih bahan-bahan pakan yang akan digunakan dalam suatu ransum, harus diketahui
dahulu kandungan zat-zat pakan dan bahan-bahan pakan tersebut. Kandungan protein, serat
kasar, energy dan sebgainya sangat menentukan kualitas ransum yang akan dihasilkan, makin
banyak bahan pakan digunakan maka makin besar kemungkinan terpenuhinya nutrisi yang
diperlukan.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 7


Pemenuhan protein 17% misalanya , dapat dilakukan dengan memberikan dedak padi
(A) yang kandungan proteinnya 12.75% dan bungkil kelapa (B) yang kandungan protrinnya
17.6%, dengan cara menggunakan persamaang linier atau aljabar matriks, sebagai berikut :

Jadi untuk menyusun ransum 1 kg dengan kandungan protein 17%, dapat dilakukan dengan
mencampur dedak padi sebanyak 0.12kg dengan bungkil kelapa sebanyak 0.88 kg atau 12%
dedak padi dan 88% bungkil kelapa.
Semakin banyak kebutuhan nutrisi yang ingin terpenuhi, maka diperluka bahan pakan yang
semakin banyak. Sebagai contoh ingin terpenuhinya 17% protein dan serat kasar sebanyak 9%,
maka bisa dilakukan dengan menambah tepung ikan atau bahan lainnya.
Missal bahan tersedia :

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 8


Jadi untuk menyusun ransum 1 kg dengan kandungan protein 17%, dan serat kasar 9% dapat
dilakukan dengan mencampur dedak padi sebanyak 0.1896 kg dengan bungkil kelapa sebanyak
0.8017 kg dan 0.0087 kg tepung ikan atau 18.96% dedak padi, 88% bungkil kelapa dn 0.87%
tepung ikan.
Menyusun ransum dengan jumlah bahan pakan yang lebih banyak dapat pula dilakukan
dengan mencoba-coba sampai diperoleh kebutuhan nutrisi yang diinginkan :

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 9


Misalkan :

Pakan tersedia misalnya dedak padi, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung tulang, jagung dan
minyak nabati, dengan kandungan nutriennya seperti Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Nutien Pakan


Bahan Pakan DM EM PK SK Lisin Ca P
(%) (Kcal) (%) (%) (%) (%) (%)
Dedak Padi 86 2978 12.75 22.10 0.50 0.03 0.26
Bungkil Kelapa 84 2931 17.60 6.00 0.55 0.08 0.15
Tepung Ikan 86 2860 54.20 0.00 3.72 3.90 2.85
Tepung Tulang 90 0 0.00 0.00 0.00 29.58 11.64
Jagung 86 3250 8.45 5.9 0.28 0.02 0.3
Minyak Nabati 100 8200 0 0 0 0 0

Berdasarkan kebutuh pakan dan pakan yang tersedia kita dapat menyusun ransum babi seperti
pada Tabel 4.
Tabel 4. Susunan Ransum Babi
EM
Bahan Pakan Bahan Bahan (Kcal) PK SK Lisin Ca P
(kg DW) (kg BK)
Dedak Padi 4.65 4.00 11912.0 0.51 0.884 0.02 0.0012 0.0104
Bungkil Kelapa 3.57 3.00 8793.0 0.528 0.18 0.0165 0.0024 0.0045
Tepung Ikan 0.23 0.20 572.0 0.1084 0 0.0074 0.0078 0.0057
Tepung Tulang 0.56 0.50 0.0 0 0 0 0.1479 0.0582
Jagung 2.33 2.00 6500.0 0.169 0.118 0.0056 0.0004 0.006
Minyak Nabati 0.30 0.30 2460.0 0 0 0 0 0
Total 11.64 10.00 30237.0 1.32 1.18 0.05 0.16 0.08
Kandungan/kg 10.00 3023.7 13.154 11.820 0.495 1.597 0.848
Kebutuhan/kg (Babi Stater) 10.00 3200.0 17.000 10.000 1.050 1.200 1.000
Beda 0.00 -176.3 -3.85 1.82 -0.55 0.40 -0.15

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 10


Dari ransum yang telah disusun ternyata kekurangan Energi Metabolik
(ME), Protein Kasar (PK), Lisin dan Pospor (P) dan kelebihan serat kasar (SK) dan
Calsium (Ca). Untuk meminimumkan kekurangan atau kelebihan nutrient yang
diperlukan, maka perlu latihan menyususn ransum.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 11


III. PEMELIHARAAN

3. 1. Pokok - pokok Beternak Babi

Yang perlu diperhatikan terhadap pemeliharaan anak babi antara lain:


Anak babi yang berumur 2 minggu diberikan makanan khusus;
Terhadap babi umur 4 minggu melakukan kastrasi;
Babi umur 6 minggu diadakan vaksinasi;
Babi umur 4-8 minggu penyapihan;
Babi umur 10 minggu pencegahan atau pemberantasan terhadap penyakit cacing;
Babi sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak;
Bentuk kandang ikut menentukan efisiensi tenaga, biaya dan produksi;
Babi sensitif terhadap penyakit-penyakit parasit seperti cacing, kudis;
Pengawasan terhadap gejala babi birahi menentukan sukses tidaknya perkawinan.
Beberapa faktor penting dalam pemeliharaan ternak babi:
Berat anak babi waktu lahir 1-1,5 kg;
Jumlah anak babi sekali melahirkan 7-14 ekor;
Pertambahan berat badan 450-500 gram/hari;
Berat penyapihan rata-rata 10-14 kg;
Umur untuk dikawinkan pertama kali bagi betina 10-12 bulan, pejantan minimal 8 bulan;
Siklus birahi betina rata-rata 21 hari;
Lama birahi 2-3 hari, perkawinan dilakukan pada hari kedua saat babi itu birahi;
Lama kebuntingan kira-kira 114 hari (3 bulan 3 minggu 3 hari);
Induk umumnya melahirkan 2 x setahun;
Sebaiknya babi dijual setelah umur 8-9 bulan dengan berat hidup 80-100 kg, tergantung jenis
babi.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 12


Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh peternak:
Berat pada waktu lahir, disapih;
Tanggal kelahiran, perkawinan, penyapihan;
Banyaknya makanan yang dihabiskan;
Kondisi dan penyakit yang timbul;
Bangsa babi;
Jumlah anak yang dilahirkan;
Kelamin/sex anak yang dilahirkan;
Berat badan waktu dijual;
Pertambahan berat badan perhari ;
Silsilah induk dan Pejantan;
Selain diambil dagingnya, seperti halnya dengan kotoran ternak lain, kotoran babi juga dapat
digunakan sebagai pupuk setelah kering dan disimpan beberapa saat.
Anak babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis sebab anak
babi sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat. Kematian anak babi
sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemeliharaan anak-anak babi misalnya:
Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang, tempat makan;
Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu;
Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari infeksi;
Memberi makan dan minum secara teratur;
Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain atau
diberi susu pengganti sebanyak 0,2 - 0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu.
Babi jantan yang digunakan sebagai pejantan pada umur 10 bulan dapat mengawini 1
sampai 2 ekor babi betina/hari dan dalam seminggu jangan lebih dari 3 kali kawin.
Perbandingan jumlah pejantan dan induk babi 1 ekor : 8 - 10 ekor. Anak babi yang tidak
digunakan sebagai calon pejantan sebaiknya segera dikebiri berumur kira-kira 3 minggu.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 13


Babi yang digunakan sebagai calon induk dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan,
sedangkan induk babi yang baru melahirkan sudah dapat dikawinkan kembali setelah umur 12
minggu atau setelah anaknya disapih

3. 2.Ketatalaksanaan Pemeliharaan Babi.

Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang baik meliputi keadaan kandang,
pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah terserang penyakit dan
mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya, perlu diketahui
mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi yang
baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif dalam
menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama jika
pemeliharaannya kurang baik.
A. Ketatalaksanaan Induk Beranak
Katatalaksanaan yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak. Pada waktu
beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan menendang kebelakang dengan
kaki ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi lain. Setiap bergerak, cairan dipaksa keluar dari
alat kelamin, hingga fetus keluar dengan usaha induk mengeluarkannya perlu diperhatikan.
Induk gemetar dan menekan dadanya pada selang waktu tertentu. Seekor induk atau babi dara
biasanya beranak dengan merebahkan diri pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya
pada dinding atau bagian lain yang mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan
terisolasi, induk dapat melahirkan sebagian anaknya pada keadaan terbaring dengan perut
dibagian bawah, bahkan dapat juga melahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.
Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung memakan
anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak. Apabila diganggu dengan anak babi
yang sedang menjerit atau diganggu dengan suara lain, induk babi segera menyentak anak babi
yang baru lahir; pada kondisi demikian anak babi harus dijauhkan dari induk dan dikembalikan
ke induknya setelah induk mengembangkan naluri keibuannya. Apabila induk tidak tenang dan
tetap jahat, dapat disuntik dengan obat penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas
terhadap anak-anaknya pada setiap kali melahirkan, induk tersebut harus diafkir.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 14


Meskipun ternak babi secara alami merupakan ternak yang ramai dan gaduh terutama
pada waktu mau makan, seekor induk memerlukan lingkungan yang tenang pada waktu
beranak. Pengaruh kebisingan cenderung menyebabkan perpanjangan waktu atau lam
melahirkan atau reaksi akan beranak. Dengan demikian, disarankan supaya tidak mengganggu
induk pada saat beranak kecuali terjadi kesulitan dalam melahirkan anak.
Kandang harus dijaga tetap bersih dan kering setelah beranak. Kandang beranak yang
selalu kering dapat menolong untuk mencegah anak babi mencret dan menjaga agar bagian
ambing tidak tertutup oleh makanan yang berair (seperti adonan) yang menyebabkan air susu
induk babi yang baru beranak menjadi hilang. Jika kondisi lingkungan tidak menyenangkan, air
susu hanya kadang-kadang keluar atau tidak sama sekali sehingga anak-anak babi menjadi
lemah dan dapat mati secara tiba-tiba. Kematian anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana
dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik. Penyebab kematian anak babi adalah: mati lahir,
akibat kelemahan dan kelaparan, tertindih atau terjepit induk, penyakit yang timbul, dll.
B. Ketatalaksanaan Anak Babi yang Baru Lahir
Segera setelah anak babi dilahirkan, lepaskan lapisan tipis yang membungkus tubuhnya dengan
sehelai kain kering. Dengan demikian anak babi menjadi kering dan mencegahnya dari
kedinginan. Lepaskan sesegera mungkin setiap cairan yang mengganggu lobang hidung dan

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 15


mulut. Apabila anak babi tidak dapat bernafas secara bebas, pegang kedua kaki belakang
dengan kepala ke bawah dan ayunkan perlahan untuk mempercepat pelepasan cairan dari
lobang hidung. Juga, dengan mengurut pelan-pelan pada bagian dadanya dan mengisap keluar
cairan dari lobang hidung dapat merangsang pernafasan.

Kadang-kadang, satu atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan ada yang lemah
dan kelihatannya tidak hidup. Periksa bagian tali pusar dan apabila ada gerakan atau denyutan
pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk menghidupkan anak babi kembali
dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum dilakukan dalam 24 jam setelah
lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan. Seluruh prosedur umunya dilakukan
pada waktu yang sama.

1. Memotong Tali Pusar


Tali pusar adalah organ yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
fetus selama kebuntingan tetapi menjadi suatu bagian yang tidak diperlukan dan merupakan

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 16


daerah yang berbahaya untuk masuknya infeksi setelah anak babi lahir. Dengan demikian, tali
pusar harus dipotong dengan cara sederhana seperti berikut:
a. Ikat tali pusar kira-kira 2 cm dari pangkal dengan seutas benang steril untuk meyakinkan tidak
ada bahaya karena pendarahan melalui arteri tali pusar
b. Potong tali pusar dengan gunting atau pisau di bawah ikatan
c. Oleskan ditempat pemotongan tali pusar dengan yodium tincture keras untuk mencegah
infeksi atau sakit pada tali pusar.

2. Memotong Gigi.
Anak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua pasang pada tiap
rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun gigi tersebut cukup
penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong karena lebih banyak menimbulkan
kerugian daripada keuntungannya bagi peternak. Alasan mengapa dilakukan pemotongan gigi
adalah sebagai berikut:

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 17


a. Gigi sangat efektif menyebabkan luka pada ambing induk dan mengakibatkan induk menolak
untuk menyusui anak-anaknya
b. Apabila anak babi berkelahi untuk merebut satu puting susu atau bermain sesamanya, gigi
dapat menyebabkan luka pada muka dimana luka tersebut dapat merupakan jalan masuknya
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
Salah satu tujuan dari peternakan babi adalah memaksimumkan anak babi dapat hidup.
Pemotongan gigi harus tidak menghasilkan gigi yang hancur dibawah garis gusi dan harus
dilakukan secara higienis. Pemotongan gigi biasanya dilakukan oleh satu orang seperti berikut:
Pegang kuat anak babi dengan satu tangan dimana tiga jari menahan rahang dan ibu jari
menekan dari belakang leher dengan arah berlawanan
Masukkan jari telunjuk pada satu sisi dari mulut persis dibelakang gigi “jarum” mendekati
ujung lidah

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 18


Dengan
alat pemotong gigi atau alat pemotong kuku biasa, potong gigi diatas gusi. Penting unuk
menghindari pemotongan gigi sampai dasarnya, jangan membuat sudut yang tajam atau
berberigi yang dapat menyababkan luka pada gusi dan lidah.
3. Memotong Ekor
Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua peternakan babi,
maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi baru lahir. Panjang ekor yang dipotong
dapat dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup untuk memotong dua pertiga
hingga tiga perempat dari ekor. Pendarahan yang semakin sedikit terjadi apabila beberapa alat
yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan
dan kebersihan selama melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 19


4. Mendapatkan Kolostrum
Segera setelah pemotongan gigi, letakkan kembali anak babi bersama induknya agar anak babi
dapat menusu atau memperoleh air susu pertama (kolostrum) yang mengandung daya tahan
tubuh yang tinggi. Penyerapan kolostrum adalah kritis untuk kehidupan anak babi yang baru
lahir sebagimana fungsinya yang merupakan sumber utama kekebalan melawan penyakit pada
masa awal kehidupan. Hal yang perlu dicatat bahwa secara bertahap terjadi perubahan
kolostrum menjadi air susu pada dua ke tiga hari periode transisi. Apabila ada anak babi yang
lemah, harus diberikan kesempatan yang baik untuk menyusu dengan mengarahkan anak-anak
babi ke ambing induk.
5. Penyuntikan Zat Besi
Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama diketahui secara baik
oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi dimana plasenta
dan ambing tidak efisien memindahkan mineral tersebut. Penambahan zat besi untuk
mengatasi kekurangan zat besi pada anak babi yang tidak bersentuhan dengan tanah dapat
diberikan baik melalui mulut maupun disuntikkan.

Dalam air susu induk kandungan zat besinya sangat rendah dan anak babi yang lahir
menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi kebutuhan
dari satu minggu setelah lahir. Pada waktu lahir, dalam tubuh anak babi mengandung kira-kira
40 – 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak babi mulai mengguankannya

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 20


segera setelah lahir. Secara rata-rata anak babi membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada
minggu pertama setelah lahir, sedangkan air susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg
per hari kepada tiap ekor anaknya. Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat
besi dan anemia akan timbul setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan
anemia dan resiko kematian akibat mencret, radang paru-paru dan penyakit menular lainnya
akan meningkat.
Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar kandang
atau dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami kaya akan sumber
zat besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara selamanya dalam kandang
dapat mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi tambahan sebelum cadangan atau
simpanan zat besi habis dipergunakan. Penyuntikan zat besi (dan ikatan lain) biasanya
dianjurkan diberikan ketika babi berumur tiga hari, tetapi hasil yang memuaskan dapat
diperoleh jika anak babi disuntik sewaktu-waktu pada minggu pertama setelah lahir.
Penyuntikan cairan zat besi secara menyakinkan dapat mempertahankan hemoglobin pada
taraf yang sangat tinggi, tetapi dapat menyebabkan luka pada tempat penyuntikan.
6. Penitipan Anak Babi dan Makanan Buatan
Anak babi yang kehilangan induknya dapat terjadi oleh karena beberapa faktor seperti
induk mati setelah beranak, ambing yang luka, tidak dapat menyusui atau jumlah anak yang
terlalu banyak. Anak babi dari induk demikian hanya dapat dipelihara dengan berhasil apabila
anak-anak babi tersebut memperoleh sejumlah kolostrum yang cukup. Untuk memelihara anak
babi yang kehilangan induk, dapat dilakukan dengan menitipkannya pada induk yang tidak ada
air susu dan induk yang mempunyai beberapa anak saja. Penitipan adalah memindahkan anak
babi dari satu induk ke induk lain dalam suatu kelompok bibit.
Penitipan dapat berhasil apabila induk ditangani dalam kandang yang mempunyai
tempat beranak dan mulai dititipkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Pemindahan baik
dilakukan lebih dini dalam kehidupannya sebelum pemilikan puting sudah tetap, dan anak babi
yang kuat dan lebih mengerti akan lebih berhasil dalam penitipan. Umur atau waktu penitipan
merupakan hal yang penting karena puting susu yang tidak digunakan akan menjadi kering.
Meskipun dipindahkan pada umur dini, peternak masih akan menjumpai masalah karena induk

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 21


dapat dengan mudah mengenal anak-anaknya melaui isyarat penciuman dan kemampuannya
itu akan semakin meningkat dengan mengingkatnya umur babi. Banyak cara efektif yang telah
dilakukan oleh para peternak untuk menghalangi induk dalam mengenal anak-anak babi yang
bukan anaknya.
Salah satu cara untuk dapat menerima anak babi yang baru dengan pasti adalah
menyatukan anak-anak babi dari induk dengan anak babi titipan dalam satu kotak selama satu
sampai dua jam setiap anak babi tersebut tidak menyusu hingga mereka mempunyai bau yang
sama. Mengolesi anak babi dengan air kencing induk adalah suatu cara yang lain. Menyiram
anak-anak babi termasuk induk dengan bau-bauan, obat pembasmi hama penyakit atau bau-
bauan yang lain untuk menyamakan baunya sangat disenangi oleh peternak dibanding cara lain.
Pemeliharaan anak babi yang kehilangan induk dapat juga menggunakan beberapa
pengganti susu. Para ahli dari Universitas Dakota Selatan menyarankan menggunakan air susu
campuran dengan komposisi (1) satu liter air susu sapi yang sudah dipasteurisasi; (2) 0,3 liter air
susu dengan ½ kepala susu dan ½ air susu; dan (3) telur mentah. Bahan-bahan tersebut
dicampur dan disimpan pada temperature 3oC. Campuran dikocok dan sebagian dipanaskan
sampai 29oC sebelum diberikan kepada ternak. Pemberian makan dilakukan dengan
menggunakan selang karet yang sesuai dengan menyambungkan ke alat penyemprot. Ujung
selang dimasukkan kedalam mulut babi dan langsung dipompakan ke kerongkongan kira-kira
7,5 cm mengarah ke daerah jantung. Setiap ekor babi menerima dosis 15 cc campuran pada
lima jam hari pertama setelah lahir dan 20 cc pada hari kedua

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 22


7. Pembuatan Tanda dan Nomor
Tiap ekor anak babi dalam seperindukan harus diberi tanda atau nomor dalam waktu 24
jam setelah lahir guna mengukur penampilan dari kelompok, kebijaksanaan dalam mengafkir,
dan ketegasan dalam menyeleksi bibit pengganti. Para peternak kecil biasanya memberi tanda
pada babi dengan membuat titik-titik pada kulit atau tanda-tanda tertentu pada bulu. Dipihak
lain, para peternak komersial dimana terdapat ratusan bahkan ribuan anak babi dari berbagai
umur dalam kelompok, pembuatan tanda atau nomor dapat dilakukan dengan cara
pemotongan daun telinga dan tattoo. Selain itu bisa juga dengan menggunakan eartag, cap
bakar, phylox, dan sebagainya tetapi cara ini kurang umum digunakan oleh para peternak babi.

8. Kastrasi atau Kebiri


Kastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan, dan yang
terbaik dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini, anak babi dengan
mudah ditangani; shok dan gangguan pertumbuhan sangat minim; dan kesempatan luka
terkena infeksi sangat kurang karena tempat atau kandang menyusu lebih bersih daripada
kandang ternak babi sapihan. Kastrasi anak babi dilakukan terutama untuk mencegah individu
yang tidak diinginkan dari gambaran dirinya sendiri, fasilitas pemberian makan secara bersama,
dan juga untuk tatalaksana praktis lainnya. Tujuan dari pengebirian adalah untuk memperbaiki
karkas, akan tetapi kenyataan secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pertumbuhan babi
jantan hampir sama bila tidak lebih cepat daripada babi kebiri pada umur pasar yang sama, dan
dengan efisiensi penggunaan makanan dan kualitas karkas yang lebih baik.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 23


Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus mempertimbangkan
umurnya, tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak terhadap kondisi cekaman (stress).
Melakukan kastrasi adalah suatu operasi yang sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan
bahaya apabila seseorang tidak mempertimbangkan kondisi ternak dan ligkungannya. Kastrasi
dapat berhasil pada setiap musim, akan tetapi paling baik melakukannya apabila keadaan cuaca
menyenangkan, dipilih hari yang cerah, sejuk, hindarkan cuaca dingin, basah atau beruap.
Anak babi yang baru lahir tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sebelum umur 2-3
hari, tambahan panas diberikan selama keaadaan dingin atau cuaca buruk. Salah satu cara
umum yang dilakukan untuk menanggulanginya adalah menggunakan lampu (250watt) yang
digantung. Hal ini berguna untuk memberi kehangatan dan menarik perhatian anak babi agar
menjauhi induk apabila tidak sedang menyusu. Bola lampu digantung kira-kira 70-76 cm dari
lantai, disesuaikan dengan pertumbuhan anak babi.

Anak babi tumbuh dengan cepat dari sejak lahir. Kebutuhan makanannya akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Air susu dari induk akan menurun setelah puncak
produksi yang dicapai kurang lebih tiga minggu setelah beranak, sehingga pemberian zat
makanan dan ransom anak babi yang lezat dan disukai anak babi sangat diperlukan. Memberi
makanan ke anak babi pada waktu menyusu baik dimulai pada umur kira-kira satu minggu. Hal
ini memberi jaminan bahwa anak babi mengkonsumsi makanan penguat yang cukup sebelum

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 24


produksi air susu dari induk mulai menurun. Anak babi yang dibiasakan untuk memakan ransom
kering sebelum disapih adalah menguntungkan baik untuk proses pencernaan dan tingkah laku
makannya. Pembentukkan lebih awal kemampuan bakteri dari pencernaan makanan yang
bukan susu akan memperkecil cekaman penyapihan dan dari segi tingkah laku hal tersebut
sangat baik karena telah mengetahui bahwa makanan kering adalah untuk dikonsumsi.
Kebanyakan peternakan intensif diluar negeri menyapih anak seperindukan pada rataan
umur empat sampai enam minggu. Biasanya anak babi yang disapih pada umur dua bulan,
induk akan mengalami kondisi yang menurun dimana pada banyak kejadian tidak mau untuk
segera dikawinkan kembali setelah penyapihan anak-anaknya. Apabila penyapihan dilakukan
lebih awal dari 56 hari, seekor induk dapat beranak kira-kira empat sampai lima kali dalam dua
tahun, diman induk biasanya birahi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah penyapihan.
Suatu keuntungan dari penyapihan dini adalah menghasilkan jumlah kali beranak atau frekuensi
beranak yang lebih banyak per induk per tahun, sehingga sangat menguntungkan bagi
peternakan babi.

3.3.Ketatalaksanaan Penggemukan Babi


Pembibitan.
Pemeliharaan dara umur 6 bulan ke atas
Babi-babi calon bibit yang sudah terpilih perlu pemeliharaan baik-baik. Pemeliharaan
tersebut meliputi :
A. Latihan (exercise)
Agar kaki dan kukunya menjadi kuat, sehingga pada waktu babi dikawinkan tidak mengalami
gangguan, maka perlu latihan di luar kandang. Latihan ini dilakukan pada saat babi-babi
tersebut sudah mencapai berat 90 kg. Babi-babi yang dilepas di kandang terbuka akan berlari-
lari , menyesuaikan dengan tempat yang baru dan bisa mendapatkan udara segar.
B. Pemberian makanan
Bila mungkin, mereka disediakan tempat makan individual untuk menghindarkan babi lain yang
serakah makannya. Setiap ekor induk atau dara memerlukan makanan 3 kg/hari dengan ransum
dara.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 25


C. Mengawinkan babi dara
• Babi mulai baliq pada umur 5 – 6 bulan. Pada saat itu babi yang mengalami birahi sudah mau
menerima pejantan.
• Tetapi perkawinan yang pertama kali baru boleh dilakukan pada saat mereka telah berumur 8
bulan atau mencapai berat 110 – 120 kg.
• Untuk mencapai konsepsi (pembuatan) yang tinggi hendaknya babi itu dikawinkan 2 kali
selama mereka sedang birahi.
• Babi yang habis dikawinkan hendaknya ditempatkan terpisah dari babi-babi yang lain, selama
2 hari. Mereka diberikan makanan yang baik dan ditempatkan di lingkungan yang tenang.
Selama babi itu birahi, pada ovariumnya diproduksi 18 – 20 buah telur yang bisa dibuahi. Telur
yang sudah dibuahi akan melekat pada dinding uterus dan berkembang menjadi foetus. Suatu
hal yang merugikan babi dara yang baru saja mengalami stress akibat ketakutan, pukulan,
gangguan babi lain, pindah kandang terus menerus. Akibat stress tersebut telur-telur yang
sudah dibuahi akan diabsorpsi kembali ke dalam darah induk.
Peristiwa semacam inilah yang akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam kebuntingan.
Itulah sebabnya babi yang habis dikawinkan harus terpisah dengan yang lain dan mendapatkan
tempat yang tenang.
D. Cara mengawinkan
Perkawinan babi biasanya berlangsung selama 10 – 15 menit. Babi induk yang akan dikawinkan
dimasukkan ke dalam kandang pejantan. Jika babi pejantan terlampau besar, babi betina bisa
ditempatkan pada tempat perkawinan khusus seperti terlihat pada gambar, di mana kedua kaki
depan pejantan bisa tertahan pada sangkar yang sudah dipersiapkan.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 26


E. Cara menguasai dan menangkap babi
Ada berbagai cara untuk melakukan penangkapan dan pengekangan babi. Hal ini sangat
berbeda-beda tergantung kepada besar atau kecilnya babi yang bersangkutan. Babi-babi kecil
tentu saja akan mudah ditangkap daripada babi-babi yang besar.
- Cara penangkapan anak babi
Cara-cara yang biasanya dilakukan untuk menangkap anak babi ialah cukup dengan memegang
salah satu kaki belakang yang diangkat ke atas dan babi menghadap kelantai.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 27


- Cara penangkapan babi muda
Cara-cara yang biasa dilakukan untuk menangkap babi yang lebih besar, yang beratnya sekitar
50 kg, ialah dengan memegang babi yang bersangkutan pada bahu belakang dengan kedua
tangan.
- Cara penangkapan babi besar
Untuk menangkap babi-babi yang besar, misalnya untuk diijeksi. Pergunakanlah seutas tali dari
plastic atau bambu yang diikatkan pada rahang atas. Dengan cara tersebut maka babi akan
mudah dikuasai.
F. Menguasai babi untuk dipindahkan ke tempat lain
Babi-babi dewasa biasa dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pemidahan ini
dengan mudah dulakukan asal digunakan suatu teknik yang betul.
Cara pemindahan babi yang mudah ialah dengan mempergunakan perlengkapan khusus,
misalnya sebuah papan dan tongkat. Papan ini bisa diganti dengan bahan-bahan lain seperti
triplek, karton atau bahan lain yang berukuran 70 x 70 cm, yang dilengkapi pegagangan. Papan
tersebut fberfungsi sebagai dinding penghalang yang bisa dipergunakan untuk menghalangi
salah satu pandangan samping apabila babi hendak membelok. Sedangkan tongkat yang
berukuran kurang lebih 1 m dimaksudkan untuk menguasai babi yang tidak mau jalan atau
mogok.
G. Penimbangan babi muda
Penimbangan babi dilakukan secara rutin adalah merupakan salah satu program penting dalam
management usah ternak babi. Sebab dengan hasil penimbangan yang dilakukan secara rutin,
baik penambahan berat ataupun konversi terhadap makanan dengan mudah bisa diketahui.
Penimbangan yang baik ialah penimbangan yang dilakukan secara periodic, seminggu atau
sebulan sekali, dan dilaksanakan pada saat perut babi itu sedang kosong. Pada umumnya
penimbangan itu dilakukan pada pagi hari sesudah babi dimandikan dan sehabis kandang
dibersihkan.
Untuk mempermudah teknik penimbangan ini, tentu saja pada setiap individu harus ada tanda
pengenal, misalnya telinga dikerat.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 28


Dengan sistem ini, hasil penimbangan babi tersebut, baik secara individual ataupun kelompok
yang ada di dalam kandang dengan mungdah bisa dilakukan pencatatan (recording) secara
saksama.

3.4.Ketatalaksanaan Pemeliharaan Pejantan.


Walaupun babi jantan pada umumnya umur 5 – 6 bulan telah masak sexual, akan tetapi
tindaklah bijaksana apabila pada umur tersebut terus dipergunakan sebagai pemacek.
a. Sebagai pedoman, pejantan itu baru bisa dipakai sebagai pemacek apabila mereka telah
berumur ± 8 bulan dan mencapai berat 100 kg. Pada saat itu pejantan bisa dipakai sekali
seminggu. Sampai dengan umur 12 – 15 bulan, pemakaian pejantan itu harus dibatasi.
b. Babi pejantan yang sudah masak, dapat mencukupi sampai 40 ekor betina/bulan. Akan tetapi
bila peternak memiliki 40 ekor induk, disarankan memiliki 12 ekor pejantan, guna menghindari
kemungkinan bila ada pejantan yang sakit dan karena alasan lain pejantan itu tidak bisa
dipergunakan lagi. Di samping itu kadang-kadang sering dialami adanya 2 – 3 ekor betina birahi
bersama dalam waktu satu hari.
c. Pejantan harus dikandangkan di tempat yang kuat dan luas, aga mereka bisa mengadakan
latihan. Dan setiap hari pejantan itu sedapat mungkin harus diusahakan agar ia bisa melihat
beberapa ekor betina.
d. Pejantan harus selalu diberikan makanan yang baik dan cukup, agar tetap sehat dan kuat.
e. Untuk menghindarkan agar pejantan tidak menjadi gemuk dan subur, maka ia harus diberi
kesempatan berlatih.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 29


Anak babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis sebab anak babi
sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat. Kematian anak babi
sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemeliharaan anak-anak babi misalnya:
- Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang.
- Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu.
- Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari infeksi.
- Memberi makan dan minum secara teratur.
- Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain atau
diberi susu pengganti sebanyak 0,2-0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu. Babi jantan
yang digunakan sebagai pejantan pada umur 10 bulan dapat mengawini 1 sampai 2 ekor babi
betina/hari dan dalam seminggu jangan lebih dari 3 kali kawin. Perbandingan jumlah pejantan
dan induk babi 1 ekor : 8-10 ekor. Anak babi yang tidak digunakan sebagai calon pejantan
sebaiknya segera dikebiri berumur kira-kira 3 minggu. Babi yang digunakan sebagai calon induk
dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan, sedangkan induk babi yang baru melahirkan sudah
dapat dikawinkan kembali setelah umur 12 minggu atau setelah anaknya disapih.
Hal-hal proses reproduksi pada babi yang perlu diperhatikan dalam siklus pemeliharaan teknis
adalah sebagai berikut:

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 30


- Umur kawin pertama betina 10 - 12 bulan dan jantan 8 bulan .
- Umur melahirkan pertama kurang lebih 14 bulan.
- Berat lahir 1 - 1,5 Kg
- Jumlah anak yang dilahirkan 7 - 14 ekor /induk
- Pertambahan berat badan perhari 450 – 500 gram
- Siklus birahi : 21 hari
- Lama kebuntingan lebih kurang 114 hari (3 bulan, 3 minggu, 3 hari )
- Kembali dikawinkan setelah melahirkan 5 – 7 hari setalah penyapihan
- Frekuensi melahirkan 2 x dalam setahun
- Umur dan berat jual 8 - 9 bulan, lebih kurang 80 - 100 Kg
- Kemampuan jantan untuk mengawini betina 2 - 3 ekor betina
Cara mengawinkan babi betina dimasukkan kekandang, pejantan dibiarkan bersama-sama
dalam beberapa hari.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 31


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I.B., dan P.D.K Harya. 2008. Ternak Babi Udayana University Press, Bali
Cetakan Pertama,
Aritonang, D. 1993. Beternak Babi Mutiara Jakarta.
Artikel Ternak. 2009. Manajemen Kelahiran Anak Babi yang babru Lahir.
https://diandinar.wordpress.com/2009/12/28/manajemen-kelahiran-anak-babi-yang-baru-
lahir/ Desember 28, 2009 @ 11:16 am }

Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Dari Beternak, Kuliner hingga Sesaji. Penerbit
Buku Arti. Denpasar. ISBN : 978-979-1145-69-5.

Budi Daya Ternak. 2010. Tatalaksana Anak Babi Menyusui. http://agribiz-news blogspot.co.id
/2010 tatalaksana-anak-babi-menyusui.html

Girrisonta 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Kanisius Yogyakarta.

Mege RA, Manalu W, Nasution SH, Kusumorini N. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan
uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. Hayati 14: 1-6.

Pasaribu, T., M. Silalahi, D. Aritonang, dan K.Manhuruk. 1996. Pengaruh Pemberian Konsentrat
selama prapartum dan menyusui terhadap kinerja anak babi di Peternakan Rakyat. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner 1: 169-173

Sampurna, I P., IK Suatha dan Z. Menia. 2011. Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang dan Lingkar
Tubuh Babi Landrace. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud.
Volume 14 No. 1 Pebruari 2011.

Sampurna, I P.,T. S. Nindhia .I K. Suatha. 2016. Pattern of Growth Lengths, Circumference


Chest and Body Weight of Bali Pig. Indian Journal of Applied Research. Research Paper
Biostatistics. Volume : 6 Issue : 2 Febryary 2016. ISSN - 2249-555X

Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Menyusun Ransum dan Cara Pemeliharaan Page 32

Anda mungkin juga menyukai