Oleh :
I Putu Sampurna
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………….. 1
II PEMBERIAN RANSUM…………………………………………………………………………………………… 2
Ternak babi merupakan salah satu ternak pengasil daging yang perkembangannya
mengagumkan dan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan ternak lain. Sejak dahulu,
ternak babi merupakan sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat Indonesia meskipun
diusahakan secara tradisional.
Babi adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan
anak dalam jumlah banyak pada setiap kali beranak, sehingga jumlah anak sapihan maupun
babi potong dapat dijual lebih banyak dibandingkan ternak mamalia lainnya. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan jumlah anak per induk per kelahiran (litter size) yang tinggi sampai disapih,
perlu perhatian mengenai bibit yang baik, waktu pengawinan yang tepat (alami maupun IB),
ketatalaksanaan pemeliharaan induk babi, pakan yang diberikan serta keadaan lingkungan yang
mendukung anak babi yang baru lahir. Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang
baik meliputi keadaan kandang, pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah
terserang penyakit dan mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya,
perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih
untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif
dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama
jika pemeliharaannya kurang baiK.
Keberhasilan peternakan babi sangat tergantung dari cara pemeliharaan dan pemberian
ransumnya, oleh karena itu pada diktat ini di khusus dibahas tentang penyususnan ransum dan
cara pemeliharaan babi.
Pemberian ransum merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi, sebab
pemberian ransum persentasenya cukup tinggi untuk biaya pemeliharaan babi. Babi induk
(bibit) diperlukan 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan, dan 80% untuk keperluan babi
fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi
itu secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun,
namun mereka perlu diberi pakan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak
babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap pakan pun sangan bagus, sehingga apabila
pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula. Perlu diingat bahwa babi
termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan sederhana, yang tak mampu mencerna bahan
pakan yang kadar serat kasarnya tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan
campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu
(ransum).
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian pakan/ransum
pada ternak babi adalah sebagai berikut:
1.1. Kandungan Zat Makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok :
karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
1.2. Jenis-jenis Ransum
Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor saja, maka kepada babi tersebut bisa
diberikan sisa-sisa bahan makanan dari dapur, seperti kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan
lain sebagainya. Akan tetapi betapapun banyak sisa pakan yang bisa diberikan, namun praktek
pemberian pakan semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan pakan
tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat gizi dalam imbangan yang
tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan pertumbuhan dan berproduksi.
Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang diperlukan dan pertimbangan
ekonomis, serta bahan yang tersedia pada sepanjang tahun.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat disusun berbagai macam ransum sesuai
dengan kebutuhan babi dan tujuan peternak.
Ransum Starter
Yang dimaksud dengan babi starter ialah anak babi yang masih menyusui dengan umur 8 – 10
minggu. Pada fase atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum
yang terdiri dari :
Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna
(creep feeder)
Kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim.
Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi
dan merupakan sumber karbohidrat
Kandungan protein 20 – 22 %, MP 70
Serat kasar 3 %.
Ransum Grower
Babi grower yaitu anak babi sesudah melampaui fase starter sampai umur 5 bulan. Babi-babi
yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan agar :
Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat
Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak
daging
Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup
banyak.
Ransum Fattening
Babi fattening adalah babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 –
100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat
hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg. Ransum
yang diberikan ialah ransum fattening, yang terdiri dari :
- Bahan makanan yang agak kasar
- Kadar protein 14%, MP 69.
Ransum Bibit
Ransum bibit merupakan ransum yang diberikan kepada babi dara, sebagai pengganti makanan
fase grower atau babi bunting3 bulan pertaman. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah
babi tidak boleh terlampau gemuk dan banyak fat. Untuk menghindarkan keadaan ini maka
babi tersebut harus diberikan ransum khusus yaitu ransum bibit yang terdiri dari:
Bahan-bahan makanan yang kadar serat kasarnya relative tinggi kurang lebih 8,5%
Protein 14,5 %, MP 64. Ditambah hijauan.
Sebelum menyusun ransum kita harus tahu dulu kebutiuhan zat-zat makanan atau
nutrien untuk ternak babi dari berbagai fase atau berat babi. Pakan yang tersedia serta
kandungan nutien dari pakan tersebut.
Tabel 1. Kebutuhan zat-zat makanan babi fase grower – finisher. (NRC 1988)
Zat-zat makanan Satuan 20-30 kg 35-60 kg 60-100 kg
Bobot badan Bobot badan Bobot badan
Energi dapat dicerna Kkal/kg 3.380 3.390 3.395
Protein kasar % 16 14.0 13.0
Asam Amino Esl : % 0.2 0.18 0.16
Arginin % 0.7 0.61 0.57
Fenilalanin % 0.18 0.16 0.15
Histidin % 0.5 0.44 0.41
Isoleusin % 0.6 0.52 0.48
Leusin % 0.7 0.61 0.57
Lisin % 0.45 0.40 0.30
Metionin % 0.45 0.39 0.37
Treonin % 0.12 0.11 0.10
Triptophan % 0.50 0.44 0.41
Valin mg 60.00 50 40
Mineral % 0.5 0.45 0.4
Besi % 0.14 0.14 0.14
Fosfor % 0.23 0.20 0.17
Yodium % 0.6 0.55 0.5
Kalium % 0.13 0.13 0.13
Kalsium % 0.04 0.04 0.04
Khlorin mg 2.0 2.00 2.0
Magnesium % 0.1 0.1 0.10
Mangan mg 0.15 0.15 0.10
Natrium mg 4.0 3.0 3.0
Selenium mg 60.0 60 50.0
Tembaga IU 1.300 1.300 1.300
Zink IU 200 150 125
Vitamin IU 11 11.0 11.0
Vitamin A Mg 2 2.0 2.0
Jadi untuk menyusun ransum 1 kg dengan kandungan protein 17%, dapat dilakukan dengan
mencampur dedak padi sebanyak 0.12kg dengan bungkil kelapa sebanyak 0.88 kg atau 12%
dedak padi dan 88% bungkil kelapa.
Semakin banyak kebutuhan nutrisi yang ingin terpenuhi, maka diperluka bahan pakan yang
semakin banyak. Sebagai contoh ingin terpenuhinya 17% protein dan serat kasar sebanyak 9%,
maka bisa dilakukan dengan menambah tepung ikan atau bahan lainnya.
Missal bahan tersedia :
Pakan tersedia misalnya dedak padi, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung tulang, jagung dan
minyak nabati, dengan kandungan nutriennya seperti Tabel 3.
Berdasarkan kebutuh pakan dan pakan yang tersedia kita dapat menyusun ransum babi seperti
pada Tabel 4.
Tabel 4. Susunan Ransum Babi
EM
Bahan Pakan Bahan Bahan (Kcal) PK SK Lisin Ca P
(kg DW) (kg BK)
Dedak Padi 4.65 4.00 11912.0 0.51 0.884 0.02 0.0012 0.0104
Bungkil Kelapa 3.57 3.00 8793.0 0.528 0.18 0.0165 0.0024 0.0045
Tepung Ikan 0.23 0.20 572.0 0.1084 0 0.0074 0.0078 0.0057
Tepung Tulang 0.56 0.50 0.0 0 0 0 0.1479 0.0582
Jagung 2.33 2.00 6500.0 0.169 0.118 0.0056 0.0004 0.006
Minyak Nabati 0.30 0.30 2460.0 0 0 0 0 0
Total 11.64 10.00 30237.0 1.32 1.18 0.05 0.16 0.08
Kandungan/kg 10.00 3023.7 13.154 11.820 0.495 1.597 0.848
Kebutuhan/kg (Babi Stater) 10.00 3200.0 17.000 10.000 1.050 1.200 1.000
Beda 0.00 -176.3 -3.85 1.82 -0.55 0.40 -0.15
Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang baik meliputi keadaan kandang,
pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah terserang penyakit dan
mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan produktivitasnya, perlu diketahui
mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi yang
baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif dalam
menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama jika
pemeliharaannya kurang baik.
A. Ketatalaksanaan Induk Beranak
Katatalaksanaan yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak. Pada waktu
beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan menendang kebelakang dengan
kaki ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi lain. Setiap bergerak, cairan dipaksa keluar dari
alat kelamin, hingga fetus keluar dengan usaha induk mengeluarkannya perlu diperhatikan.
Induk gemetar dan menekan dadanya pada selang waktu tertentu. Seekor induk atau babi dara
biasanya beranak dengan merebahkan diri pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya
pada dinding atau bagian lain yang mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan
terisolasi, induk dapat melahirkan sebagian anaknya pada keadaan terbaring dengan perut
dibagian bawah, bahkan dapat juga melahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.
Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung memakan
anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak. Apabila diganggu dengan anak babi
yang sedang menjerit atau diganggu dengan suara lain, induk babi segera menyentak anak babi
yang baru lahir; pada kondisi demikian anak babi harus dijauhkan dari induk dan dikembalikan
ke induknya setelah induk mengembangkan naluri keibuannya. Apabila induk tidak tenang dan
tetap jahat, dapat disuntik dengan obat penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas
terhadap anak-anaknya pada setiap kali melahirkan, induk tersebut harus diafkir.
Kadang-kadang, satu atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan ada yang lemah
dan kelihatannya tidak hidup. Periksa bagian tali pusar dan apabila ada gerakan atau denyutan
pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk menghidupkan anak babi kembali
dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum dilakukan dalam 24 jam setelah
lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan. Seluruh prosedur umunya dilakukan
pada waktu yang sama.
2. Memotong Gigi.
Anak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua pasang pada tiap
rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun gigi tersebut cukup
penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong karena lebih banyak menimbulkan
kerugian daripada keuntungannya bagi peternak. Alasan mengapa dilakukan pemotongan gigi
adalah sebagai berikut:
Dalam air susu induk kandungan zat besinya sangat rendah dan anak babi yang lahir
menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi kebutuhan
dari satu minggu setelah lahir. Pada waktu lahir, dalam tubuh anak babi mengandung kira-kira
40 – 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak babi mulai mengguankannya
Anak babi tumbuh dengan cepat dari sejak lahir. Kebutuhan makanannya akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Air susu dari induk akan menurun setelah puncak
produksi yang dicapai kurang lebih tiga minggu setelah beranak, sehingga pemberian zat
makanan dan ransom anak babi yang lezat dan disukai anak babi sangat diperlukan. Memberi
makanan ke anak babi pada waktu menyusu baik dimulai pada umur kira-kira satu minggu. Hal
ini memberi jaminan bahwa anak babi mengkonsumsi makanan penguat yang cukup sebelum
Ardana, I.B., dan P.D.K Harya. 2008. Ternak Babi Udayana University Press, Bali
Cetakan Pertama,
Aritonang, D. 1993. Beternak Babi Mutiara Jakarta.
Artikel Ternak. 2009. Manajemen Kelahiran Anak Babi yang babru Lahir.
https://diandinar.wordpress.com/2009/12/28/manajemen-kelahiran-anak-babi-yang-baru-
lahir/ Desember 28, 2009 @ 11:16 am }
Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Dari Beternak, Kuliner hingga Sesaji. Penerbit
Buku Arti. Denpasar. ISBN : 978-979-1145-69-5.
Budi Daya Ternak. 2010. Tatalaksana Anak Babi Menyusui. http://agribiz-news blogspot.co.id
/2010 tatalaksana-anak-babi-menyusui.html
Mege RA, Manalu W, Nasution SH, Kusumorini N. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan
uterus dan plasenta babi dengan superovulasi. Hayati 14: 1-6.
Pasaribu, T., M. Silalahi, D. Aritonang, dan K.Manhuruk. 1996. Pengaruh Pemberian Konsentrat
selama prapartum dan menyusui terhadap kinerja anak babi di Peternakan Rakyat. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner 1: 169-173
Sampurna, I P., IK Suatha dan Z. Menia. 2011. Pola Pertumbuhan Dimensi Panjang dan Lingkar
Tubuh Babi Landrace. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud.
Volume 14 No. 1 Pebruari 2011.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.