Di susun oleh:
NIM : 23010114130105
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDULi
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN. 3
3.1. Kesimpulan13
DAFTAR PUSTAKA..14
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa masalah yang akan dibahas di makalah ini, antara lain:
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
Saat sapi menyusu pada induknya, susu akan mengalir dari mulut langsung
menuju omasum, tanpa melewati rumen. Susu akan melewati sebuah saluran yang
disebut dengan esophageal groove. Pada sapi dewasa, volume rumen mencapai
81%, reticulum 3%, omasum 7%, dan abomasum 9% dari volume total perut
(Rianto, 2011).
Perut sapi mengalami 3 fase perkembangan, yaitu fase non ruminansi, fase
transisi, dan fase ruminansia. Pada saat sapi berumur 2 minggu anak sapi hanya
mampu mendapatkan nutrisi hanya melalui susu induknya. Setelah berumur 2
minggu anak sapi akan belajar memakan pakan hijauan, pada saat ini rumen juga
mulai berkembang.
a. Mulut
Pakan mengalami penghancuran di dalam mulut secara mekanik
karena menggunakan gigi. Selain itu pakan juga mengalami
penghancuran dengan pencampuran saliva. Menurut Rianto (2011),
saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva,
yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga, glandula
submandibularis (submaxillaris) yang terletk pada rahang bawah, dan
glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah.
Saliva pada sapi tidak mengandung enzim amylase sehingga proses
pencernaan hanya berlangsung secara mekanik. Saliva memiliki
kandungan bikarbinat sehingga memiliki sifat buffer (penyangga),
saliva yang masuk ke dalam rumen akan berguna dalam menjaga pH
rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam.
b. Rumen
Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan
melalui oesophagus menuju rumen.
c. Retikulum
d. Omasum
Sumber : Rianto, 2011
Permukaan dinding omasum berlipat dan kasar. Menurut Rianto
(2011), omasum berdinding berlipat-lipat dan kasar, terdapat 5
lamina(daun) yang menyerupai duri (spike). Lamina adalah penyaring
partikel digesti yang akan masuk ke abomasum.
Menurut Blakely (1994), omasum menerima campuran pakan dan
air, dan sebagian besar air itu diserap oleh luasnya daerah penyerapan
yang terdiri dari banyak lapis.
e. Abomasum
Menurut Rianto (2011), abomasum disebut perut sejati pada ternak
ruminansia (termasuk sapi). Pada dinding abomasum memiliki kelenjar
pencernaan yang menghasilkan cairan lambung yang mengandung
pepsinogen, garam, onorganik, mukosa, asam hidrokhlorat dan faktor
interisnsik yang penting untuk absorpsi vitamin B 12 secara efisien.
Menurut Blakely (1994), sebagian besar pekerjaan pencernaan
diselesaikan oleh abomasum, disebut perut sejati karena kemiripan
fungsi perut tunggal pada hewan-hewan bukan ruminansia. Di dalam
abomasum terdapat unsur-unsur penyusun berbagai nutrient yang
dihasilkan melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan
protozoa dan diserap melalui dinding usus halu. Bahan-bahan yang
tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar. Kemudian
diekskresikan sebagai feses.
g. Usus Besar
Sistem alat pencernaan sapi juga dapat mengalami gangguan, berikut ini
adalah beberapa penyakit yang menyerang sistem pencernaan sapi, menurut
Subronto (2008) :
a. Indigesti sederhana
b. Rumen sarat
c. Alkalosis rumen
d. Kembung rumen
Kembung rumen adalah bentuk indigesti akut yang disertai dengan
penimbunan gas di dalam lambung-lambung muka ruminansia. Gejalanya adalah
terjadi pembesaran rumen, yang nampak menggembungnya daerah fossa
paralumbar sebelah kiri. Selaput lender supersisial mengalami vasa injeksi.
f. Indigesti vagus
Ingesti bentuk ini ditandai dengan pembesaran perut kearah kanan yang
berlangsung sedikit demi sedikit. Seringkali hal tersebut merupakan awal dari
pemutaran atau pemuntiran (torsi) abomasum. Gejala pada penderita yang akut,
rasa sakit ditandai dengan ketidak tenangan, mengerang, menggerakkan gigi
gerigi, dan penderita terlihat tiduran dan mencoba untuk bangkit berulang kali.
h. Radang usus
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J dan David H Blade . 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor :
Penebar Swadaya
Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-a (mammalia). Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.